Disusun Oleh:
NIM : 20901900041
2020
A. Pengertian
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Ferri, 2017). Hipertensi adalah tekanan
darah dalam batas tidak normal dimana tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Depkes RI, 2007)
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi dua golongan yaitu hipertensi esensial
yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui
penyebabnya (Anggara, 2013).
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi). Hipertensi
primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan
meningkatnya tekanan darah.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder :
a. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal.
b. Obat-obatan
- Pil KB
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
c. Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
- Peningkatan kecepatan denyut jantung
- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
C. Klasifikasi
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Stage 1 140-159 90-99
Stage 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Krisis >180 > 110
(Bope & Kellerman, 2017)
D. Manifestsi klinik
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud
adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan;
yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. (Price, 2005)
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Price, 2005).
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
Golongan obat beta bloker bekerja dengan mengurangi isi sekuncup jantung,
selain itu juga menurunkan aliran simpatik dari SSP dan menghambat pelepasan
rennin dari ginjal sehingga mengurangi sekresi aldosteron. Efek samping meliputi
kelelahan, insomnia, halusinasi, menurunkan libido dan menyebabkan impotensi.
Contoh golongan beta bloker adalah atenolol dan metoprolol. Golongan obat calcium
canal bloker (CCB) memiliki efek vasodilatasi, memperlambat laju jantung dan
menurunkan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan tekanan darah. Efek
samping yang mungkin timbul adalah pusing, bradikardi, flushing, sakit kepala,
peningkatan SGOP dan SGPT, dan gatal gatal juga pernah dilaporkan. Contoh
golongan CCB adalah nifedipine, amlodipine dan diltiazem. Golongan obat Thiazid
diuretic bekerja dengan meningkatkan ekskresi air dan Na+ melalui ginjal yang
menyebabkan berkurangnya preload dan menurunkan cardiac output. Selain itu,
berkurangnya konsentrasi Na+ dalam darah menyebabkan sensitivitas adrenoreseptor–
alfa terhadap katekolamin menurun, sehingga terjadi vasodilatasi atau resistensi perifer
menurun. Efek samping yang mungkin timbum meliputi peningkatan asam urat, gula
darah, gangguan profil lipid dan hiponatremia. Contoh golongan Thiazid diuretic
adalah hidroclorotiazid dan indapamide.[ CITATION Yul17 \l 1033 ]
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain, seperti
klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
I. Fokus pengkajian keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskular. Episode palpitasi, perspirasi.
Tanda : kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis). Hipotensi postural (mungkin berhubungna dengan
regimen obat ). Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis ; perbedaan
denyut seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
atau brakialis; denyut popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/irama : takikardia berbagai disritmia. Bunyi jantung : terdengar S2 pada
dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
Murmur stenosis valvular. Ekstremitas ; perubahan warna kulit, suhu dingin
(vasokonstriksi perifer) ; pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda
(vasokonstriksi)
3. Integritas ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Faktor-faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : letupan suara hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata),
gerakan fisik cepat, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal dimasa lalu).
5. Makanan dan Cairan
Gejala : makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur);
kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
(meningkat/menurun).
Tanda : berat badan normal atau obesitas. Adanya edema (mungkin umum atau
tertentu); kongesti vena; glukosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah
diabetik)
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing. Berdenyut. Sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). Episode
kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan (diplopia,
penglihatan kabur).
Tanda : status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman tangan dan /atau reflex tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal
optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan
sklerotik dengan edema atau papiledema, eksudat, dan hemoragi tergantung pada
berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas
bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)
8. Pernafasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan. Bunyi napas
tambahan (krekles/mengi). Sianosis.
J. Diagnosa keperawatan
- Penurunan curah jantung b.d Peningkatan afterload, vasokontriksi pembuluh
darah
- Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
- Defisiensi Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi
- Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur
K. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnose Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Penurunan curah Setelah diberikan asuhan - Pantau TD. Ukur pada
jantung keperawatan diharapkan kedua tangan untuk
berhubungan curah jantung pasien mulai evaluasi awal. Gunakan
dengan normal dengan criteria ukuran manset yang tepat
Peningkatan hasil : dan teknik yang akurat.
afterload, 1. tidak adanya sianosis - Catat keberadaan, kualitas
vasokontriksi 2. CRT < 2 dtk denyutan sentral dan
pembuluh darah. 3. Akral hangat perifer
4. RR Normal ( 16-20 - Auskultasi tonus jantung
x/mnt) dan bunyi nafas
5. Tidak ada bunyi - Amati warna kulit,
jantung tambahan kelembaban, suhu dan
6. GCS normal (E,V,M masa pengisian kapiler
= 15) - Pertahankan pembatasan
7. pengeluaran urine aktivitas seperti istirahat
dalam batas normal di tempat tidur/ kursi,
(400 ml / 24 jam) jadwal periode istirahat
warna kuning jernih. tanpa gangguan, bantu
pasien melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan
- Berikan lingkungan
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas / keributan
lingkungan. Batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal.
- Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai
indikasi seperti Diuretik
dan tiazid
Yulanda, G., & Lisiswati, R. (2017). Penatalaksanaan Hiertensi Primer. Majority, Vol
6 No 1.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DISUSUN OLEH
20901900041
SEMARANG
2020/2021
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Ny. N.
DENGAN PERMASALAHAN Hipertensi
I. Pengkajian
A. Data Biografi Lansia
1. Nama : Ny. N
2. Umur : 53 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Suku : Jawa
6. Status perkawinan : Kawin
7. Tanggal pengkajian : 21 Oktber 2020
B. Status kesehatan lansia saat ini (keluhan utama, termasuk obat-obatan yang
dikonsumsi) : klien mengatakan mengalami insomnia dan sering pusing, saat
beraktivitas klien sering cemas dan merasakan nyeri dileher dan dipunggung.
Aktivitas klien juga terganggu karena merasa kelelahan dan stress.
C. Riwayat kesehatan masa lalu : klien mengatakan memiliki riwayat penyakit darah
tinggi
D. Pengkajian fisik
1. Pemeriksaan kepala
No Kepala Ya Keterangan
1 Sakit kepala Klien
mengatakan
kadang-kadang
sakit kepala
2 Riwayat trauma - Klien tidak
memiliki riwayat
trauma
3 Pusing Klien tidak
pusing
4 Gatal kulit kepala - Klien tidak
merasakan gatal
pada kulit kelapa
2. Pemeriksaan mata
No Mata Ya Keterangan
1 Perubahan penglihatan Klien mengalami
rabun jauh
2 Kacamata Klien
menggunakan
kacamata
3 Air mata berlebihan - Mata klien tidak
berair
4 Pruiritus - Tidak terjadi
masalah
ketidaknyamanan
5 Bengkak - Mata klien tidak
bengkak
6 Diplopie Ada amsalah
dengan 2
bayangan mata
saat kacamata
dilepas
7 Pandangan kabur Pandangan kabur
saat kacamata
dilepas
8 Fotophobia
9 Riwayat infeksi - Tidak memiliki
riwayat infeksi
3. Pemeriksaan telinga
No Telinga Ya Keterangan
1 Perubahan pendengaran Klien sedikit
mengalami
penurunan
pendengaran
2 Keluaran - Tidak ada
kotoran yang
keluar dari
telinga klien
3 Tinitus - Tidak
mengalami
mendengung
saat salah 1
telinga ditutup
4 Vertigo Klien pernah
mengalami
vertigo
5 Sensitifitas pendengaran - Klien kurang
sensitif dalam
hal
pendengaran
6 Riwayat infeksi - Klien tidak
memiliki
riwayat infeksi
7 Alat protesa - Klien tidak
menggunakan
alat protesa
4. Pemeriksaan mulut tenggorokan
No Mulut tenggorokan Ya Keterangan
1 Sakit tenggorokan - Saat ini klien
tidak memiliki
masalah sakit
ditenggorokannya
2 Lesi /ulkus - Tidak ada luka
maupun ulkus
ditubuh klien
3 Serak/perubahan suara - Tidak ada
perubahan suara
4 Kesulitan menelan - Tidak ada
masalah dalam
menelan
5 Peradangan gusi - Tidak ada
peradangan pada
gusi klien
6 Kondisi gigi Gigi klien sudah
mulai berkurang
5. Pemeriksaan leher
No Leher Ya Keterangan
1 Kekakuan - Leher klien
tidak kaku,
normal elastis
seperti biasanya
2 Nyeri Leher klien
sering nyeri
3 Benjolan/massa - Tidak terdapat
benjolan atau
massa pada
leher klien
4 Keterbatasan gerak Klien memiliki
keterbatasan
bergerak pada
lehernya
Klien fering
Nence
- ding
Hasil : B
Nilai:
- Interpretasi hasil :
S: keluarga klien
21/10/2020 Membrikan dukungan keluarga mengatakan paham
11.00 wib II terkait penyakit yang diderita terkait penjelasan yang
klien telah diberikan
O : keluarga klien
terlihat lebih paham,
keluarga klien dapat
menyebutkan cara
mengurangi distress
salah dengan pendekatan
agama kepercayaan
klien
22/10/2020 S : klien mengatakan
13.10 Jadwalkan penkes sesuai bersedia untuk
wi kesepakatan diberikan
pengetahuan tentang
gout artritis.
O : pasien kooperatif
O : pasien tampak
kooperatif
M. Evaluasi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi
A : masalah teratasi
P : lanjut intervensi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Dokumentasi
1. Pengkajian