Anda di halaman 1dari 25

Ishaq: Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP 145

SANKSI PIDANA PERAMPOKAN


DALAM KUHP DAN HUKUM PIDANA ISLAM

Ishaq
Jurusan Syariah STAIN Kerinci
Jl. Pelita IV Kampus I Koto Lolo Pesisir Bukit Sungai Penuh Kerinci-Jambi
E-mail: ishaqdama@gmail.com

Abstract. Robbery Criminal Justice in the Book of the Law of Criminal Law and Criminal Law of Islam. This study
aimed to find robbery criminal justice in KUHP and Jinayah perspectives. Robbery criminal justice is mentioned on
Article 365 of Criminal Code, consisting of: prison nine, twelve, fifteen, and the death penalty, or life imprisonment or
imprisonment for over twenty years. Meanwhile, in Islamic law, based on Alquran, al-Mâ’idah (5) verse 33 sated that
the justice are sentenced to death by violently and authoritative, cross sentenced to death or executed after some time
he hung, cut off his hands and legs intersect, and banished from the earth.
Keywords: criminal justice, book of the law of criminal law, criminal law of Islam

Abstrak. Sanksi Pidana Perampokan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Hukum Pidana Islam.
Studi dimaksudkan untuk mengetahui sanksi pidana perampokan dalam perspektif KUHP dan Fikih Jinayah. Sanksi
pidana perampokan menurut Pasal 365 KUHP, terdiri atas: penjara sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas tahun,
dan hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun. Sedangkan
sanksi pidana perampokan dalam hukum pidana Islam (fikih jinayah) yang dijelaskan di dalam Aquran surah al-
Mâ’idah (5) ayat 33, terdiri atas: hukum bunuh dengan secara hebat dan berwibawa, hukuman salib sampai mati atau
dibunuh setelah beberapa waktu dia tergantung, dipotong tangan dan kakinya secara silang, dan dibuang dari bumi.
Kata kunci: sanksi pidana, perampokan, kitab undang-undang hukum pidana, hukum pidana Islam

Pendahuluan menurut Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad adalah


Hukum pidana merupakan suatu aturan hukum hukum mengenai delik yang diancam dengan sanksi
yang dibuat oleh negara, yang isinya berupa larangan pidana.2
maupun keharusan sedang bagi pelanggarnya dikenakan Begitu juga hukum pidana Islam yang merupakan
sanksi yang dapat dipaksakan oleh negara. Hukum terjemahan dari kata Fikih Jinayah. Menurut Zainuddin
pidana itu mempunyai dua fungsi, yakni secara umum Ali, fikih jinayah adalah segala ketentuan hukum
maupun secara khusus. Secara umum hukum pidana mengenai tindak pidana,3 berfungsi untuk melarang
berfungsi untuk menjaga ketertiban umum, sedangkan melakukan perbuatan perampokan, menjamin harta,
secara khusus, berfungsi selain melindungi kepentingan mem­ berikan sanksi yang berat terhadap pelaku ke­
hukum juga memberi keabsahan bagi negara dalam jahatan perampokan tersebut. Hukum pidana Islam
rangka menjalankan fungsi melindungi kepentingan merupakan syari’at Allah yang mengandung ke­
hukum.1 maslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia
Terkait dengan fungsi khusus dan umum hukum maupun akhirat.
pidana, maka dalam KUHP ada pasal yang berkaitan Perbuatan merampok tergolong dalam jinayah/
dengan kejahatan terhadap harta benda dan jiwa yang pidana atau yang disebut juga dengan istilah jarîmah.
berfungsi untuk menjaga harta benda dan nyawa Di dalam ilmu fikih, bahwa jarîmah perampokan
manusia, dengan memberikan sanksi yang berat seperti termasuk dengan jarîmah hudud, yakni jarîmah yang
kejahatan perampokan. Oleh karena itu hukum pidana

Naskah diterima: 15 Januari 2015, direvisi: 2 Februari 2015, 2


Mustafa Abdullah, Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana,
disetujui untuk terbit: 3 Maret 2015. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), h. 9.
1
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, (Yogyakarta: 3
H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
Cahaya Atma Pustaka, 2014), h. 29. 2007), h. 1.
146 Ahkam: Vol. XV, No. 2, Juli 2015

hukumannya langsung ditetapkan dalam Alquran, Pencurian dengan kekerasan (perampokan) diatur
maupun dalam Hadis. Jarîmah hudud menurut H. di dalam Pasal 365 KUHP pada Bab XXII tentang
Zainuddin Ali adalah tindak kejahatan yang dilakukan pencurian. Pasal 365 KUHP ini disebut pencurian
oleh seseorang atau lebih seorang yang menjadikan dengan penggunaan kekerasan, yakni pencurian dalam
pelakunya dikenakan sanksi had4. bentuk pokok (pencurian biasa) ditambah dengan
unsur kekerasan. Dengan demikian penerapan Pasal
Salah satu perbuatan jarîmah yang termasuk dosa
365 KUHP ini harus memenuhi unsur-unsur Pasal
besar adalah perbuatan perampokan. Karena itu Alquran
362 KUHP tentang pencurian biasa dan kemudian
memutlakkan orang yang melakukan perampokan atau
dilengkapi dengan keadaan yang memberatkan yang
hirâbah sebagai orang yang menyerang Allah, Rasul-
ditentukan di Pasal 365 KUHP tersebut.
Nya, dan orang yang berusaha membuat kerusakan
di atas bumi5. Di dalam Kitab Undang-Undang Adapun pengertian pencurian dengan kekerasan
Hukum Pidana (KUHP), tidak dikenl istilah tindak menurut M. Sudradjat Bassar adalah pencurian
pidana perampokan, akan tetapi dikenal dengan istilah khusus atau pencurian dengan perkosaan (geweld)
pencurian dengan kekerasan, dan termasuk tindak unsur khusus atau istimewa yang ditambahkan pada
pidana yang hukumannya juga sangat berat. Undang- pencurian biasa adalah mempergunakan kekerasan atau
Undang Hukum Pidana (KUHP) mupun hukum ancaman kekerasan dengan dua macam maksud, ialah:
pidana Islam masing-masing mempunyai sanksi yang (1) Maksud untuk mempersiapkan pencurian, yaitu
berbeda terhadap pelaku tindak pidana perampokan perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
(pencurian dengan kekerasan). mendahului pengambilan barang. Misalnya mengikat
penjaga rumah, memukul dan lain-lain; (2) Maksud
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di
untuk mempermudah pencurian, yaitu pengambilan
atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman
penelitian ini adalah bagaimanakah sanksi tindak
kekerasan. Misalnya menodong agar diam, tidak
pidana perampokan dalam Kitab Undang-Undang
bergerak, sedangkan si pencuri lain mengambil barang-
Hukum Pidana dan hukum pidana Islam?
barang dalam rumah.7
Metode penelitian yang dipergunakan adalah
Kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut justru
penelitian hukum normatif atau penelitian hukum
harus dilakukan pada orang dan bukan pada barang,
kepustakaan di mana penelitian ini dilakukan dengan
dan dapat dikerjakan sebelumnya bersama-sama atau
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.
setelah pencurian itu dilakukan, maksudnya untuk
Hal ini sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto dan
mempersiapkan melakukan pencurian tersebut, atau
Sri Mamuji, bahwa data yang diperoleh dari bahan-
untuk mempermudah pengambilan barang yang dicuri
bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder.6
itu, sehingga hukumannya diperberat. Kekerasan atau
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian
tindakan kekerasan pada dasarnya melakukan suatu
ini adalah peraturan perundang-undangan yang terkait
tindakan badaniah yang cukup berat sehingga men­jadikan
dengan masalah penelitian, seperti Kitab Undang-
orang yang dikerasi itu kesakitan, atau tidak berdaya.
Undang Hukum Pidana, buku hukum pidana, buku
hukum pidana Islam, kitab-kitab fikih, Alqur’an dan
terjemahnya, hasil-hasil penelitian dan jurnal. Data Tindak Pidana Perampokan dalam Hukum Pidana
dianalisis dengan metode kualitatif dan diuraikan Islam
secara deskriptif. Di dalam hukum pidana Islam tindak pidana
perampokan diatur dalam Fikih Jinayah pada Bab
Tindak Pidana Perampokan dalam KUHP hudud pada urutan keempat, yakni kejahatan hirâbah
atau qath’ al-thâriq. Para fukaha sepakat bahwa hirâbah
Tindak pidana perampokan di dalam Kitab Undang-
adalah mengangkat senjata dan mengganggu lalu
Undang Hukum Pidana tidak dikenal, akan tetapi
lintas di luar kota8. Hirâbah atau perampokan dapat
dikenal dengan istilah pencurian dengan kekerasan.
digolongkan kepada tindak pidana pencurian dalam
4
H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam,, h. 10. 7
M. Sudradjat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam
55
Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cet. I, (Bandung: Remadja
(Fiqih Jinayah), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 290. Karya, 1984), h. 71.
6
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitan Hukum Normatif 8
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, diterjemahkan oleh Imam
Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan ke -13, (Jkarta: RajaGrafindo Persada, Ghazali Said, dan Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002),
2011), h. 12. h. 663.
Ishaq: Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP 147

arti majazi, bukan dalam arti hakiki. Hirâbah... adalah ke luar untuk mengambil harta
dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakut-
Secara hakiki pencurian adalah pengambilan nakuti orang yang lewat di jalan, atau mengambil harta,
harta milik orang lain secara diam-diam. Sedangkan atau membunuh orang.11
perampokan adalah pengambilan harta secara terang-
Kedua, ulama Syâfi’iyah memberikan definisi
terangan dan kekerasan,9 sehingga dengan demikian
hirâbah adalah sebagai berikut:
hirâbah (perampokan) dapat disebut dengan istilah
siraqah kubrâ (pencurian berat). Hirâbah (perampokan) ‫اب ُم َكا‬ ٍ ‫ ِه َي اْلُبـ ُرْوُز ِلَ ْخ ِذ َم‬... ‫َل َرابَ َة‬
ٍ ‫ال أَ ْولِ َقتْ ِل أَ ْوأِ ْرَع‬ ِْ ‫ا‬
dinamakan dengan pencurian besar/berat, karena
َّ ‫ب َِرًة أِ ْعتِ َما ًدا َعلَى‬
‫الش ْوَك ِة َم َع اْلُبـ ْع ِد َع ِن اْل َغ ْو ِث‬
dampak mudharatnya, tidak hanya menimpa para
pemilik harta yang dirampas saja, akan tetapi juga Hirâbah... adalah ke luar untuk mengambil harta, atau
me­nimpa semua masyarakat secara umum. Dengan membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara ke­
kerasan, dengan berpegang kepada kekuatan, dan jauh
demikian, ancaman hukuman/sanksi hadd-nya diper­ dari pertolongan (bantuan)12.
berat. Perbedaan yang asasi antara pencurian dengan
perampokan terletak pada cara pengambilan harta, Ketiga, Ulama Malikiyah menjelaskan bahwa,
yaitu pada jarîmah pencurian mengambil barang secara hirâbah adalah:
diam-diam, sedangkan jarîmah perampokan meng­ ‫ُوِة أَ ْو َم َع َع َد ِم‬ ِ ‫ال مَُا َد َع ًة َم َع اْستِ ْع َم‬
َّ ‫ال اْلق‬ ِ َ‫ُخ ُذ اْمل‬ ْ‫ا‬
ambil barang itu dengan cara terang-terangan dan
disertai dengan kekerasan. ‫اِ ْستِ ْع َمالَِا‬
Adapun teknis operasional perampokan menurut Mengambil harta dengan tipuan (taktik), baik meng­
A. Djazuli terdapat empat kemungkinan. Pertama, gunakan kekuatan atau tidak13.
se­seorang pergi dengan niat untuk mengambil harta Keempat, ulama Zhâhiriyyah memberikan definisi
secara terang-terangan dan mengadakan intimidasi, yang lebih umum, dengan menyebut pelaku pe­
namun orang tersebut tidak jadi mengambil harta rampokan sebagai berikut, yaitu perampok adalah
dan tidak membunuh. Kedua, seseorang berangkat orang yang melakukan tindak kekerasan dan meng­
dengan niat untuk mengambil harta dengan terang- intimidasi orang yang lewat, serta melakukan pe­
terangan dan kemudian menganbil harta tersebut, rusakan di muka bumi14.
tetapi tidak membunuh. Ketiga, seseorang berangkat
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan
dengan niat merampok, kemudian membunuh, tapi
oleh para ulama di atas, maka dapat dijelaskan bahwa inti
tidak mengambil karta korban. Keempat, seseorang
persoalan jarîmah hirâbah, yakni keluarnya sekelompok
berangkat untuk merampok kemudian orang tersebut orang dengan maksud untuk mengambil harta dengan
mengambil harta dan membunuh pemiliknya10. terang-terangan dan kekerasan, baik mengambil barang
Keempat penjelasan tersebut di atas semuanya atau tidak.
termasuk perbuatan perampokan selama yang Antara definisi Imam Malik dengan Zhâhiriyyah
pelakunya itu berniat untuk mengambil harta dengan terdapat sedikit perbedaan saja. Imam Malik mem­
terang-terangan. Keempat penjelasan tersebut di berikan definisi perampokan lebih mementingkan
atas, maka para ulama terdapat beberapa perbedaan kekuatan otak, taktik dan strategi jika dibandingkan
memberikan redaksi definisi tentang perampokan dengan kekuatan fisik. Sedangkan Zhâhiriyyah mem­
tersebut. Namun sebenarnya inti persoalannya adalah berikan definisi perampokan itu sangat umum,
sama. Hal ini dapat dilihat di bawah ini, di antaranya, sehingga pencurian pun dapat dikategorikan ke dalam
pertama, Ulama Hanafiyah, sebagaimana dikutip oleh tindak pidana perampokan. Meskipun demikian, me­
Abdul Qadir Audah, memberikan definisi hirâbah nurut Zhâhiriyyah jika tindak pidana pencurian itu
adalah: dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, atau kemudian
‫ال َعلَى َسبِيْ ِل اْملَُغا لَبَ ِة اِذَا‬ ِ َ‫اْ ُخل ُرْوُج ِلَ ْخ ِذ اْمل‬... ‫َواْ ِحل َرابَ ُة‬ melakukan zina, atau membunuh, maka hukumannya
tidak termasuk sebagai perampokan, akan tetapi di­
‫َخ ِذ اْملَا ِل أَ ْو‬ ْ ‫السبِيْ ِل أَ ْو ا‬
َّ ‫وج اَِل اِ َخا فَ ِة‬ُ ‫اَ دَّى َهذَا اْ ُخل ُر‬ hukum sebagai pencuri, berzina, dan pembunuh.
‫َقـتْ ِل اِنْ َسا ِن‬
11
‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, (Beirut:
9
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, t.th), h. 639.
Grafika, 2005), h. 93. 12
‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h. 640.
10
A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), 13
‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h. 641.
h. 97. 14
‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h.641.
148 Ahkam: Vol. XV, No. 2, Juli 2015

Sanksi Tindak Pidana Perampokan dalam KUHP oleh R. Soesilo, bahwa ancaman hukuman diperberat,
Tindak pidana pencurian dengan kekerasan se­ jika pencurian dengan kekerasan ini dilakukan disertai
bagai­mana dirumuskan pada Pasal 365 KUHP, yaitu dengan salah satu dari syarat-syarat tersebut, seperti
pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa) membongkar, memanjat, perintah palsu, dan pakaian
di­tambah dengan unsur kekerasan. Di kalangan palsu.17
masyarakat pencurian dengan kekerasan ini disebut Pengancaman hukuman lima belas tahun penjara
dengan istilah perampokan. terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan, jika
Sanksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan perbuatan pencurian itu mengakibatkan matinya
(perampokan) sebagaimana dirumuskan di dalam Pasal orang. Sanksi pidana mati, hukuman penjara seumur
365 KUHP sanksinya bermacam-macam, tergantung hidup, atau penjara dua puluh tahun apabila perbuatan
akibat yang dilakukan oleh pelaku pencurian itu. pencurian itu menyebabkan ada orang yang mendapat
Sanksinya dapat berupa: sembilan tahun, dua belas luka berat atau mati, dan dilakukan oleh dua orang
tahun, lima belas tahun, dan hukuman mati, atau secara bersama-sama atau lebih. Hal ini juga dijelaskan
hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama- oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa:
lamanya dua puluh tahun. Pencurian yang disertai kekerasan ini diancam hukuman
berat (sembilan tahun penjara). Hukuman ini diperberat
Penjatuhan hukuman atau sanksi pidana sembilan lagi menjadi dua belas tahun penjara, apabila menurut
tahun diancamkan bagi pelaku perampokan, jika ayat 2 dari Pasal 365 pencurian khusus disertai lagi
perbuatan pencurian itu dilakukan dengan cara dengan hal-hal yang sebagaimana dengan hal-hal yang
memberatkan hukuman dari pencurian biasa (Pasal 363
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan KUHP).18
atau ancaman kekerasan1515 terhadap orang tersebut.
Kekerasan di sini diartikan sebagai perbuatan yang Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu kejahatan
menggunakan tenaga badan yang tidak ringan, yakni yang dirumuskan di dalam Pasal 365 pada ayat (3)
kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan terwujud dalam KUHP tersebut adalah melakukan pencurian yang
memkul dengan saja, memukul dengan senjata, me­ didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan terhadap
nyekap, mengikat, dan menahan.16 orang, dan pencurian ini mengakibatkan matinya orang.
Penjatuhan sanksi 12 (dua belas) tahun dijatuhkan Jika perbuatan ini dibandingkan dengan salah satu
terhadap pelaku perampokan atau pencurian dengan perbuatan menurut Pasal 339 KUHP, yakni melakukan
kekerasan, jika perbuatan pencurian itu dilakukan pada pembunuhan yang diikuti, disertai, didahului, yang
waktu malam di dalam rumah atau pekarangan yang dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud
tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau untuk menyiapkan, memudahkan perbuatan itu, maka
di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. kedua Pasal tersebut yakni Pasal 365 KUHP dengan
Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan Pasal 339 KUHP terdapat dua fakta yang sama, yaitu
dilakukan dengan membongkar, memanjat, memakai terjadinya pencurian, dan adanya orang yang meninggal.
pakai­­
an palsu, perintah palsu, dan pakaian jabatan Perbedaannya adalah bahwa untuk menerapkan Pasal
palsu, perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada 339 KUHP, kematian itu adalah kehendak dari si pelaku,
orang yang mendapat luka berat. Hal ini juga djelaskan sedangkan untuk penerapan Pasal 365 KUHP, bahwa
kematian seseorang itu bukan yang dikehendaki oleh
15
Didahului, disertai, dan diikuti dengan kekerasan, maksudnya pelaku, akan tetapi suatu akibat dari tindakan kekeras­
adalah untuk mempersiapkan atau mempermudah, atau dalam an tersebut. Dan karenanya ditentukan maksimum
hal tertangkap tangan memungkinkan melarikan diri sendiri, atau
memungkinkan peserta lainnya melarikan diri agar tetap menguasai
ancaman pidananya yang berbeda.
barang yang dicuri itu. SR. Sianturi Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya, (Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1983), h. 609-610.
Didahului kekerasan atau ancaman kekerasan dipergunakan sebelum
Sanksi Tindak Pidana Perampokan dalam Hukum
dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan ini Pidana Islam
dimaksudkan untuk mempersiapkan (unsur subyektif ) pencuriannya.
Disertai kekerasan atau ancaman kekerasan, maksudnya untuk
Istilah perampok dalam bahasa arab dinamakan
mempermudah dilaksanakannya pencurian. Diikut kekerasan atau dengan istilah Qutthâ’ al- thâriq )‫ (قطا ع الطريق‬yakni orang
ancaman kekerasan, maksudnya untuk memberi kesempatan bagi diri
sendiri atau peserta lain untuk melarikan diri, menjamin pemilikan
atas barang hasil pencuriannya, jika tertangkap tangan. H.A.K. Moch. 17
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Jilid I, Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor :Politeia,
(Bandung: Alumni, 1986), h. 26. t.th), h. 254.
16
H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP 18
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di
Buku II), Jilid I,h. 25. Indonesia, Cet. III, (Jakarta-Bandung: Eresco, 1980), h. 25.
Ishaq: Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP 149

yang memutuskan jalan,19 disebut dengan demikian mereka merampok dan membunuh, untuk menjadi
karena terputusnya manusia berjalan di jalan karena pelajaran bagi yang lain sekaligus menentramkan
masyarakat umum bahwa penjahat telah tiada, atau
takut kepada orang tersebut. Dalam hukum pidana dipotong tangan kanan mereka karena merampas harta
Islam perilaku kriminal perampok diistilahkan dalam tanpa membunuh, dan juga dipotong kaki kiri mereka
kitab-kitab fikih klasik, yakni muhârib. dengan timbal balik, karena ia telah menimbulkan
rasa takut dalam masyarakat atau dibuang dari negeri
Istilah hirâbah diambil dari kata harb artinya perang. tempat kediamannya, yakni dipenjarakan agar tidak me­
Hirâbah atau perampokan dapat dilakukan baik secara nakutkan masyarakat.23
berkelompok, maupun secara perorangan atau individu Di pangkal ayat 33 pada surah al-Maidah (5) ter­
yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. sebut, menurut Hamka, terdapat dua pelanggaran
Para fukaha mengategorikan perampokan itu dengan besar, yang kedua berhubungan dengan yang pertama.
pencurian besar.20 Akan tetapi pengertian muhârib saat Pertama mereka telah memerangi Allah dan Rasul,
ini di Indonesia biasa disebut pelaku teroris. Pelaku sebab peraturan Allah telah secara jelas mereka telah
teroris (muhârib) dimaksud harus memenuhi dua melanggar dengan kekerasan. Lalu dengan sebab yang
syarat pokok, yaitu: jâmi’ dan mâni’. Jâmi’ yakni segala demikian mereka telah melakukan tindakan kedua yang
tindakan kejahatan perilaku manusia, sedangkan mâni’ lebih jauh, yaitu mengusahakan kerusakan di bumi.
adalah segala tindakan pencegahan perilaku manusia Dengan yang pertama, memerangi Allah dan Rasul,
untuk berperilaku hirâbah.21 artinya mereka telah terang-terangan menentang Allah,
Dengan demikian hirâbah termasuk dosa besar. Allah menghendaki keamanan.24
Oleh karena itu, Alquran memutlakkan orang yang me­ Oleh karena itu perbuatan perampok yang mem­
lakukan hirâbah sebagai orang yang menyerang Allah, buat kerusuhan atau kekacauan di bumi, yakni me­
Rasulnya, dan orang yang berusaha membuat kerusakan lakukan sesuatu yang biasa merusak kehidupan, seperti
di atas bumi. Allah Swt. telah menetapkan hukuman membunuh manusia, merampas harta, maupun me­
atau sanksi yang bisa menjadikan pelakunya jera dan nimbulkan ketakutan dan keresahan dalam ma­syarakat,
menghilangkan rintangan tersebut dan menghilangkan maka patut mendapat hukuman yang berat seperti yang
hal-hal yang menyakitkan dari tengah jalan. Hal ini dijelaskan di dalam Alquran surah al-Mâ’idah (5) ayat 33,
Allah Swt. memberikan sanksi terhadap pelaku hirâbah yaitu sebagai berikut: (1) Hukum bunuh dengan secara
itu di dalam Surah al-Mâ’idah (5) ayat 33. hebat dan berwibawa; (2) Hukum salib, yaitu dibuat kayu
Adapun maksud dengan “orang-orang yang me­ palang, lalu dinaikkan ke kayu palang itu, dan dibiarkan di
merangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan sana sampai mati. Atau dibunuh setelah beberapa waktu
dimuka bumi pada ayat tersebut di atas adalah para tergantung itu; (3) Dipotong tangannya, dan kakinya
begal atau para penyamun. Mereka adalah orang berselang seling; dan (4) Dibuang dari bumi.25
yang menghadang manusia di tengah-tengah padang Hukuman bagi pelaku kejahatan perampokan
pasir atau di lorong pergedungan, lalu melakukan se­bagai­mana disebutkan dalam Alquran surah al-
perampasan harta dengan terang-terangan, bukan Mâ’idah (5) ayat 33 tersebut di atas para ulama berbeda
dengan sembunyi-sembunyi.22 pendapat, seperti ulama Hanafiyah, ulama Syâfi’iyah
dan ulama Hanabilah, tingkatan hukuman had
Kemudian M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa:
perampok adalah sesuai dengan urutan yang disebutkan
Kalimat “sesungguhnya pembelasan terhadap orang-orang
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya”, yakni melanggar pada ayat muhârabah ter­sebut. Karena hukuman harus
dengan angkuh terhadap ketentuan-ketentuan Rasul sesuai dengan kadar tingkatan kejahatan.26 Lebih lanjut
SAW, dan kalimat “membuat kerusakan di muka bumi”, Wahbah al-Zuhaylî me­ngemukakan sebagai berikut:
yakni melakukan pembunuhan, perampokan, pencurian
dengan menakut-nakuti masyarakat hanyalah mereka Ulama Hanafiyah mengatakan, apabila para pelaku
di­bunuh tanpa ampun jika mereka membunuh, tanpa hanya merampas hartanya saja, maka dipotong tangan
mengambil harta, atau disalib setelah dibunuh jika dan kakinya secara bersilang. Apabila hanya membunuh
saja, maka dijatuhi hukuman mati. Apabila membunuh
19
Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, dan merampas hartanya, imam bisa memilih, antara
Kifayatul Akhyar, penerjemah K.H. Syarifuddin Anwar, K.H. Mishbah
Musthafa, (Surabaya: Bina Ilmu, t.th), h. 400. 23
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
20
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 83-84.
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 121. 24
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VI, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
21
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 291.
2007), h. 69-70. 25
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VI, h. 295-296.
22
Syaikh Shalih bin Fauzan, Ringkasan Fikih Lengkap, Jilid 1 dan 2, 26
Wahbah al-Zuhaylî, Al-Fiqh al-Islâmî wa’adillatuh, Juz 7,
penerjemah Asmuni, (Jakarta : Darul Falah, 2005), h. 1076. (Damsyik: Dâr al-Fikr, 2005), h. 5470-5471.
150 Ahkam: Vol. XV, No. 2, Juli 2015

memotong tangan dan kakinya secara bersilang demikian tindak pidana perampokan di dalam Kitab
kemudian menghukum mati atau menyalibnya, atau Undang-Undang Hukum Pidana dikenal dengan istilah
tidak memotong tangan dan kaki, akan tetapi langsung
dihukum mati atau disalib. Apabila hanya menakut- pencurian dengan kekerasan.
nakuti saja tanpa membunuh dan mengambil hartanya, Sedangkan pengaturan tindak pidana (jarîmah)
maka dibuang dan diasingkan, yakni dipenjara dan
dihukum takzir. pe­rampokan dalam hukum pidana Islam terdapat
Ulama Syâfi’iyah, ulama Hanabilah mengatakan, apabila
di dalam Bab Hudûd pada urutan keempat, yakni
para pelaku hanya merampas hartanya saja, hukumannya kejahatan hirâbah atau qath’ al-thâriq. Hirâbah adalah
dipotong tangan dan kakinya secara bersilang. Apabila mengangkat senjata dan mengganggu lalu lintas di luar
membunuh saja tanpa disertai dengan perampasan dan kota. Hirâbah atau perampokan dapat digolongkan
pengambilan harta, maka dihukum mati tanpa harus
disalib. Apabila membunuh disertai dengan perampasan kepada tindak pidana pencurian dalam arti majazi,
harta, maka dihukum mati dan disalib. Apabila hanya karena perampokan pengambilan harta secara terang-
menakut-nakuti, maka hukumannya dibuang dan terangan dan kekerasan, sehingga dengan demikian
diasingkan.
hirâbah (perampokan) dapat disebut dengan istilah
Sementara Imam Malik mengatakan, penentuan mana
sirâqah kubrâ (pencurian berat).
bentuk hukuman had yang dijatuhkan kepada pelaku
pembegalan adalah dikembalikan kepada ijtihad dan Jika dibandingkan dari segi definisinya, perampokan
pertimbangan imam serta meminta pertimbangan dan menurut hukum pidana Indonesia adalah pencurian
pendapat para fuqaha, mana bentuk hukuman had yang
menurutnya lebih tepat dan efektif, serta hal itu tidak yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
boleh berdasarkan pada ego pribadi sang imam.27 atau ancaman kekerasan terhadap orang. Sedangkan
Adanya perbedaan pendapat para ulama dalam definisi perampokan di dalam hukum pidana Islam
menentukan jenis hukuman atau sanksi bagi pelaku adalah ke luar untuk mengambil harta, atau mem­
jarîmah hirâbah ini, disebabkan perbedaan memahami bunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan,
kata “au” (‫ (او‬pada ayat 33 surah al-Maidah (5) tersebut, dengan berpegang kepada kekuatan, dan jauh dari
yakni ada yang mengartikannya dengan “atau” . Dalam pertolongan (bantuan). Adapun persamaannya adalah
bahasa Arab, kata “au” bisa dartikan sebagai pejelasan sama-sama mengambil harta dengan cara melakukan
dan uraian atau dalam istilah Arab bayân wa al-tafshil. dengan kekerasan.
Menurut Imam Syâfi’i dan kawan-kawan, kata “aw” Adapun sanksi tindak pidana pencurian dengan
merupakan penjelasan dan rincian, dalam kaitannya ke­kerasan (perampokan) dalam hukum pidana
dengan ayat 33 surah al-Mâ’idah (5) (ayat hirâbah) Indonesia dalam Pasal 365 KUHP dengan sanksi
bahwa jumlah hukuman tersebut adalah empat dengan jarîmah pe­rampokan dalam hukum pidana Islam
rincian seperti yang telah disebutkan di muka. yang tercantum di dalam Alquran Surah al-Mâ’idah
Menurut versi Imam Malik, bahwa kata “aw” (5) ayat 33, maka dapat dibedakan, seperti di bawah
yang berarti atau yang bermakna li al-taksyir untuk ini, pertama, menurut Pasal 365 KUHP menetapkan
memilih. Jadi Imam Malik memilih arti yang kedua ancaman sanksi pidana bermacam-macam, tergantung
sehingga mengartikan jumlah hukuman yang empat akibat yang dilaku­­ kan oleh pelaku pencurian itu.
macam tersebut, sebagai alternatif dan penguasa akan Sanksinya dapat berupa: Pertama, sembilan tahun
menjatuhkan hukuman sesuai kemaslahatan. ancaman hukumannya, jika perbuatan pencurian itu
dilakukan dengan cara di­dahului, disertai atau diikuti
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap
Analisis Perbandingan
orang tersebut. Kedua, dua belas tahun, jika perbuatan
Jika dibandingkan pengaturan tindak pidana pe­ pencurian itu di­lakukan pada waktu malam di dalam
rampokan menurut Kitab Undang-Undang Hukum rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada
Pidana dengan hukum pidana Islam terdapat perbedaan rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta
siknifikan. Tindak pidana perampokan menurut api atau trem yang sedang berjalan. Dilakukan oleh
KUHP telah diatur di dalam Pasal 365 KUHP pada dua orang bersama-sama atau lebih, dan dilakukan
Bab XXII tentang pencurian. Pasal 365 KUHP ini dengan membongkar, memanjat, memakai pakaian
disebut pencurian dengan penggunaan kekerasan, palsu, perintah palsu, dan pakaian jabatan palsu,
yakni pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa) perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada
di­tambah dengan unsur kekerasan, sehingga dengan orang yang mendapat luka berat. Ketiga, lima belas
tahun, jika perbuatan pencurian itu mengakibat­
27
Wahbah al-Zuhaylî, Al-Fiqh al-Islâmî wa’adillatuh, Juz 7, h. kan matinya orang. Keempat, hukuman mati, atau
5471-5472.
Ishaq: Sanksi Pidana Perampokan dalam KUHP 151

hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama- surah al-Mâ’idah (5) ayat 33, yaitu: (a) hukum bunuh
lamanya dua puluh (20) tahun, apabila per­ buatan dengan secara hebat dan berwibawa; (b) hukum salib,
pencurian itu menyebabkan ada orang yang men­dapat yaitu dibuat kayu palang, lalu dinaikkan ke kayu
luka berat atau mati, dan dilakukan oleh dua orang palang, dan dibiarkan sampai mati. Atau dibunuh
secara bersama-sama atau lebih. setelah beberapa waktu dia tergantung; (c) dipotong
Kedua, dalam hukum pidana Islam, bahwa pelaku tangannya, dan kakinya berselang seling; dan (d)
hirâbah itu di dalam surah al-Mâ’idah (5) ayat 33, yaitu: dibuang dari bumi.[]
(1) Hukum bunuh dengan secara hebat dan berwibawa;
jika pelakunya membunuh, tetapi tidak mengambil Pustaka Acuan
harta. (2) Hukum salib, yaitu dibuat kayu palang, Abdullah, Mustafa, Ruben Achmad, Intisari Hukum
lalu dinaikkan dia ke kayu palang itu, dan dibiarkan Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.
di sana sampai mati. Atau dibunuh setelah beberapa Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar
waktu dia tergantung itu; jika pelakunya membunuh Grafika, 2007.
dan mengambil harta. (3) Dipotong tangannya, dan
_____, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di
kakinya berselang seling, jika pelakunya mengambil
Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
harta dan tidak membunuh. (4) Dibuang dari bumi,
yakni dipenjara atau takzir, jika pelakunya hanya Anwar, H.A.K. Moch, Hukum Pidana Bagian Khusus
menakut-nakuti orang yang lewat dan tidak mengambil (KUHP Buku II), Bandung: Alumni, 1986.
harta Awdah, Abd. Al-Qadir, At-Tasyriy Al-Jinaiy Al-Islamiy,
Sedangkan persamaan antara hukum pidana Beirut : Dar-Al-Kitab. Al-‘Arabi, t.th.
Indonesia dengan hukum pidana Islam terhadap Bassar, M. Sudradjat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu
pelaku pencurian dengan kekerasan (perampokan) Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
adalah termasuk perbuatan kejahatan dan sama-sama Bandung : Remadja Karya, 1984.
dihukum. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Alquran,
Penutup 1981/1982.
Tindak pidana perampokan di dalam Kitab Fauzan, Syaikh Shalih bin, Ringkasan Fikih Lengkap,
Undang-Undang Hukum Pidana dikenal dengan penerjemah Asmuni, Jakarta: Darul Falah, 2005.
istilah pencurian dengan kekerasan. Pencurian dengan Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas,
kekerasan (perampokan) diatur di dalam Pasal 365 2005.
KUHP pada Bab XXII tentang pencurian. Pasal 365 Hiariej, Eddy O.S., Prinsip-Prinsip Hukum Pidana,
KUHP ini disebut pencurian dengan penggunaan Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014.
kekerasan, yakni pencurian dalam bentuk pokok
Husaynî, al-, Imam Taqiyuddin Abubakar bin
(pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan.
Muhammad, Kifâyah Akhyâr, penerjemah K.H.
Adapun sanksi pelaku tindak pidana pencurian dengan
kekerasan (perampokan) di dalam Pasal 365 KUHP Syarifuddin Anwar, K.H. Mishbah Musthafa,
sanksinya bermacam-macam, tergantung akibat yang Surabaya: Bina Ilmu, t.th.
dilakukan oleh pelaku pencurian itu, yaitu: sembilan Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta:
tahun, dua belas tahun, lima belas tahun, dan hukuman Sinar Grafika, 2005.
mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara Djazuli, A., Fiqh Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo
selama-lamanya dua puluh tahun. Persada, 1997.
Di dalam hukum pidana Islam tindak pidana Mustofa Hasan, Bni Ahmad Saebani, Hukum Pidana
perampokan diatur didalam Fikih Jinayah pada Bab Islam, (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia,
hudud pada urutan keempat, yakni kejahatan hira bah 2013.
atau qath’uth thariq. Perampokan adalah pengambilan Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu
harta secara terang-terangan dan kekerasan, sehingga
di Indonesia, Jakarta–Bandung: Eresco, 1980.
dengan demikian hirâbah (perampokan) dapat
disebut dengan istilah sirâqah kubrâ (pencurian berat). Rusyd, Ibn, Bidâyah al-Mujtahid, terj. Imam Ghazali
Sedangkan sanksi pelaku perampokan menurut hukum Said, dan Achmad Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani,
pidana Islam, sebagaimana dijelaskan di dalam Alquran 2002.
152 Ahkam: Vol. XV, No. 2, Juli 2015

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Soeslo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal
Sianturi, S.R., Tindak Pidana Di KUHP Berikut Demi Pasal, Bogor: Politeia, t.th.
Uraiannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1983. Zuhaylî, al-, Wahbah, Al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh,
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamuji, Penelitan Damsyik: Dâr al-Fikr, 2005, Juz 7.
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011.
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 41%

Date: Senin, Januari 28, 2019


Statistics: 2014 words Plagiarized / 4857 Total words
Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

145 Pendahuluan Hukum pidana merupakan suatu aturan hukum yang dibuat oleh
negara, yang isinya berupa larangan maupun keharusan sedang bagi pelanggarnya
dikenakan sanksi yang dapat dipaksakan oleh negara. Hukum pidana itu mempunyai
dua fungsi, yakni secara umum maupun secara khusus. Secara umum hukum pidana
berfungsi untuk menjaga ketertiban umum, sedangkan secara khusus, berfungsi selain
melindungi kepentingan hukum juga memberi keabsahan bagi negara dalam rangka
menjalankan fungsi melindungi kepentingan hukum.1

Terkait dengan fungsi khusus dan umum hukum pidana, maka dalam KUHP ada pasal
yang berkaitan dengan kejahatan terhadap harta benda dan jiwa yang berfungsi untuk
menjaga harta benda dan nyawa manusia, dengan memberikan sanksi yang berat
seperti kejahatan perampokan. Oleh karena itu hukum pidana Naskah diterima: 15
Januari 2015, direvisi: 2 Februari 2015, disetujui untuk terbit: 3 Maret 2015. 1 Eddy O.S.

Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana , (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014), h. 29.
SANKSI PIDANA PERAMPOKAN DALAM KUHP DAN HUKUM PIDANA ISLAM I s h a q
Jurusan Syariah STAIN Kerinci Jl. Pelita IV Kampus I Koto Lolo Pesisir Bukit Sungai Penuh
Kerinci-Jambi E-mail: ishaqdama@gmail.com Abstract.

Robbery Criminal Justice in the Book of the Law of Criminal Law and Criminal Law of
Islam. This study aimed to find robbery criminal justice in KUHP and Jinayah
perspectives. Robbery criminal justice is mentioned on Article 365 of Criminal Code,
consisting of: prison nine, twelve, fifteen, and the death penalty, or life imprisonment or
imprisonment for over twenty years.

Meanwhile, in Islamic law, based on Alquran, al-Mâ’idah (5) verse 33 sated that the
justice are sentenced to death by violently and authoritative, cross sentenced to death
or executed after some time he hung, cut off his hands and legs intersect, and banished
from the earth. Keywords: criminal justice, book of the law of criminal law, criminal law
of Islam Abstrak.

Sanksi Pidana Perampokan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Hukum
Pidana Islam . Studi dimaksudkan untuk mengetahui sanksi pidana perampokan dalam
perspektif KUHP dan Fikih Jinayah. Sanksi pidana perampokan menurut Pasal 365 KUHP,
terdiri atas: penjara sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas tahun, dan hukuman
mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh
tahun.

Sedangkan sanksi pidana perampokan dalam hukum pidana Islam ( fikih jinayah) yang
dijelaskan di dalam Aquran surah al- Mâ’idah (5) ayat 33, terdiri atas: hukum bunuh
dengan secara hebat dan berwibawa, hukuman salib sampai mati atau dibunuh setelah
beberapa waktu dia tergantung, dipotong tangan dan kakinya secara silang, dan
dibuang dari bumi.

Kata kunci: sanksi pidana, perampokan, kitab undang-undang hukum pidana, hukum
pidana Islam menurut Mustafa Abdullah dan Ruben Ahmad adalah hukum mengenai
delik yang diancam dengan sanksi pidana.2 Begitu juga hukum pidana Islam yang
merupakan terjemahan dari kata Fikih Jinayah. Menurut Zainuddin Ali, fikih jinayah
adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana, 3 berfungsi untuk melarang
melakukan perbuatan perampokan, menjamin harta, mem berikan sanksi yang berat
terhadap pelaku ke- jahatan perampokan tersebut.

Hukum pidana Islam merupakan syari’at Allah yang mengandung ke- maslahatan bagi
kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Perbuatan merampok tergolong
dalam jinayah/ pidana atau yang disebut juga dengan istilah jarîmah. Di dalam ilmu
fikih, bahwa jarîmah perampokan termasuk dengan jarîmah hudud, yakni jarîmah yang 2
Mustafa Abdullah, Ruben Achmad, Intisari Hukum Pidana , (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1993), h. 9. 3 H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 1.

146 hukumannya langsung ditetapkan dalam Alquran, maupun dalam Hadis. Jarîmah
hudud menurut H. Zainuddin Ali adalah tindak kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
atau lebih seorang yang menjadikan pelakunya dikenakan sanksi had4. Salah satu
perbuatan jarîmah yang termasuk dosa besar adalah perbuatan perampokan.

Karena itu Alquran memutlakkan orang yang melakukan perampokan atau hirâbah
sebagai orang yang menyerang Allah, Rasul- Nya, dan orang yang berusaha membuat
kerusakan di atas bumi 5. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP), tidak
dikenl istilah tindak pidana perampokan, akan tetapi dikenal dengan istilah pencurian
dengan kekerasan, dan termasuk tindak pidana yang hukumannya juga sangat berat.

Undang- Undang Hukum Pidana ( KUHP) mupun hukum pidana Islam masing-masing
mempunyai sanksi yang berbeda terhadap pelaku tindak pidana perampokan
(pencurian dengan kekerasan). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas,
maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
sanksi tindak pidana perampokan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan
hukum pidana Islam? Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan di mana penelitian ini dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, bahwa data yang
diperoleh dari bahan- bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder. 6 Bahan
hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan masalah penelitian, seperti Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, buku hukum pidana, buku hukum pidana Islam, kitab-kitab
fikih, Alqur’an dan terjemahnya, hasil-hasil penelitian dan jurnal.

Data dianalisis dengan metode kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Tindak Pidana
Perampokan dalam KUHP Tindak pidana perampokan di dalam Kitab Undang- Undang
Hukum Pidana tidak dikenal, akan tetapi dikenal dengan istilah pencurian dengan
kekerasan. 4 H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam,, h. 10.

5 5 Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam , (Fiqih Jinayah),
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 290. 6 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji, Penelitan
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , Cetakan ke -13, (Jkarta: RajaGrafindo Persada,
2011), h. 12. Pencurian dengan kekerasan ( perampokan) diatur di dalam Pasal 365
KUHP pada Bab XXII tentang pencurian.

Pasal 365 KUHP ini disebut pencurian dengan penggunaan kekerasan, yakni pencurian
dalam bentuk pokok (pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan. Dengan
demikian penerapan Pasal 365 KUHP ini harus memenuhi unsur-unsur Pasal 362 KUHP
tentang pencurian biasa dan kemudian dilengkapi dengan keadaan yang memberatkan
yang ditentukan di Pasal 365 KUHP tersebut. Adapun pengertian pencurian dengan
kekerasan menurut M.

Sudradjat Bassar adalah pencurian khusus atau pencurian dengan perkosaan (geweld)
unsur khusus atau istimewa yang ditambahkan pada pencurian biasa adalah
mempergunakan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan dua macam maksud, ialah:
(1) Maksud untuk mempersiapkan pencurian, yaitu perbuatan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang mendahului pengambilan barang.

Misalnya mengikat penjaga rumah, memukul dan lain-lain; (2) Maksud untuk
mempermudah pencurian, yaitu pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan. Misalnya menodong agar diam, tidak bergerak, sedangkan si
pencuri lain mengambil barang- barang dalam rumah.7 Kekerasan atau ancaman
kekerasan tersebut justru harus dilakukan pada orang dan bukan pada barang, dan
dapat dikerjakan sebelumnya bersama-sama atau setelah pencurian itu dilakukan,
maksudnya untuk mempersiapkan melakukan pencurian tersebut, atau untuk
mempermudah pengambilan barang yang dicuri itu, sehingga hukumannya diperberat.

Kekerasan atau tindakan kekerasan pada dasarnya melakukan suatu tindakan badaniah
yang cukup berat sehingga men jadikan orang yang dikerasi itu kesakitan, atau tidak
berdaya. Tindak Pidana Perampokan dalam Hukum Pidana Islam Di dalam hukum
pidana Islam tindak pidana perampokan diatur dalam Fikih Jinayah pada Bab hudud
pada urutan keempat, yakni kejahatan hirâbah atau qath’ al-thâriq. Para fukaha sepakat
bahwa hirâbah adalah mengangkat senjata dan mengganggu lalu lintas di luar kota 8.

Hirâbah atau perampokan dapat digolongkan kepada tindak pidana pencurian dalam 7
M. Sudradjat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana , Cet. I, (Bandung: Remadja Karya, 1984), h. 71. 8 Ibnu Rusyd, Bidayatul
Mujtahid , diterjemahkan oleh Imam Ghazali Said, dan Achmad Zaidun, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2002), h. 663.

147 arti majazi, bukan dalam arti hakiki. Secara hakiki pencurian adalah pengambilan
harta milik orang lain secara diam-diam. Sedangkan perampokan adalah pengambilan
harta secara terang- terangan dan kekerasan, 9 sehingga dengan demikian hirâbah (
perampokan) dapat disebut dengan istilah siraqah kubrâ (pencurian berat).

Hirâbah (perampokan) dinamakan dengan pencurian besar/berat, karena dampak


mudharatnya, tidak hanya menimpa para pemilik harta yang dirampas saja, akan tetapi
juga me nimpa semua masyarakat secara umum. Dengan demikian, ancaman
hukuman/sanksi hadd-nya diper- berat. Perbedaan yang asasi antara pencurian dengan
perampokan terletak pada cara pengambilan harta, yaitu pada jarîmah pencurian
mengambil barang secara diam-diam, sedangkan jarîmah perampokan meng- ambil
barang itu dengan cara terang-terangan dan disertai dengan kekerasan. Adapun teknis
operasional perampokan menurut A.
Djazuli terdapat empat kemungkinan. Pertama, se seorang pergi dengan niat untuk
mengambil harta secara terang-terangan dan mengadakan intimidasi, namun orang
tersebut tidak jadi mengambil harta dan tidak membunuh. Kedua, seseorang berangkat
dengan niat untuk mengambil harta dengan terang- terangan dan kemudian menganbil
harta tersebut, tetapi tidak membunuh.

Ketiga, seseorang berangkat dengan niat merampok, kemudian membunuh, tapi tidak
mengambil karta korban. Keempat, seseorang berangkat untuk merampok kemudian
orang tersebut mengambil harta dan membunuh pemiliknya10. Keempat penjelasan
tersebut di atas semuanya termasuk perbuatan perampokan selama yang pelakunya itu
berniat untuk mengambil harta dengan terang-terangan.

Keempat penjelasan tersebut di atas, maka para ulama terdapat beberapa perbedaan
memberikan redaksi definisi tentang perampokan tersebut. Namun sebenarnya inti
persoalannya adalah sama. Hal ini dapat dilihat di bawah ini, di antaranya, pertama,
Ulama Hanafiyah, sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Audah, memberikan definisi
hirâbah adalah: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??
? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? 9 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana
Islam , (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 93.

10 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), h. 97. Hirâbah...
adalah ke luar untuk mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya
menakut- nakuti orang yang lewat di jalan, atau mengambil harta, atau membunuh
orang.11 Kedua, ulama Sy âfi’iyah memberikan definisi hirâbah adalah sebagai berikut: ?
? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ? ?
? ?...

? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ??? ? ? ? ? ? ?
? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Hirâbah... adalah ke luar untuk mengambil harta, atau
membunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara ke- kerasan, dengan berpegang kepada
kekuatan, dan jauh dari pertolongan (bantuan)12. Ketiga, Ulama Malikiyah menjelaskan
bahwa, hirâbah adalah: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Mengambil harta dengan tipuan (taktik), baik
meng- gunakan kekuatan atau tidak13.

Keempat, ulama Zh âhiriyyah memberikan definisi yang lebih umum, dengan menyebut
pelaku pe- rampokan sebagai berikut, yaitu perampok adalah orang yang melakukan
tindak kekerasan dan meng- intimidasi orang yang lewat, serta melakukan pe- rusakan
di muka bumi 14. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ulama
di atas, maka dapat dijelaskan bahwa inti persoalan jarîmah hirâbah, yakni keluarnya
sekelompok orang dengan maksud untuk mengambil harta dengan terang-terangan
dan kekerasan, baik mengambil barang atau tidak.

Antara definisi Imam Malik dengan Zhâhiriyyah terdapat sedikit perbedaan saja. Imam
Malik mem- berikan definisi perampokan lebih mementingkan kekuatan otak, taktik dan
strategi jika dibandingkan dengan kekuatan fisik. Sedangkan Zhâhiriyyah mem- berikan
definisi perampokan itu sangat umum, sehingga pencurian pun dapat dikategorikan ke
dalam tindak pidana perampokan.

Meskipun demikian, me- nurut Zhâhiriyyah jika tindak pidana pencurian itu dilakukan
dengan sembunyi-sembunyi, atau kemudian melakukan zina, atau membunuh, maka
hukumannya tidak termasuk sebagai perampokan, akan tetapi di- hukum sebagai
pencuri, berzina, dan pembunuh. 11 ‘ Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî,
Juz II, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Arabî, t.th), h. 639.

12 ‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h. 640. 13 ‘Abd al-Qâdir
Awdah, Al-Tasyrî al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h. 641. 14 ‘Abd al-Qâdir Awdah, Al-Tasyrî
al-Jinâ’î al-Islâmî, Juz II, h.641. 148 Sanksi Tindak Pidana Perampokan dalam KUHP
Tindak pidana pencurian dengan kekerasan se- bagai mana dirumuskan pada Pasal 365
KUHP, yaitu pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa) di tambah dengan unsur
kekerasan. Di kalangan masyarakat pencurian dengan kekerasan ini disebut dengan
istilah perampokan.

Sanksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan (perampokan) sebagaimana


dirumuskan di dalam Pasal 365 KUHP sanksinya bermacam-macam, tergantung akibat
yang dilakukan oleh pelaku pencurian itu. Sanksinya dapat berupa: sembilan tahun, dua
belas tahun, lima belas tahun, dan hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup
atau penjara selama- lamanya dua puluh tahun.

Penjatuhan hukuman atau sanksi pidana sembilan tahun diancamkan bagi pelaku
perampokan, jika perbuatan pencurian itu dilakukan dengan cara didahului, disertai atau
diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan 1515 terhadap orang tersebut.
Kekerasan di sini diartikan sebagai perbuatan yang menggunakan tenaga badan yang
tidak ringan, yakni kekuatan fisik.

Penggunaan kekerasan terwujud dalam memkul dengan saja, memukul dengan senjata,
me- nyekap, mengikat, dan menahan.16 Penjatuhan sanksi 12 (dua belas) tahun
dijatuhkan terhadap pelaku perampokan atau pencurian dengan kekerasan, jika
perbuatan pencurian itu dilakukan pada waktu malam di dalam rumah atau pekarangan
yang tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan.

Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan dilakukan dengan
membongkar, memanjat, memakai pakai an palsu, perintah palsu, dan pakaian jabatan
palsu, perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada orang yang mendapat luka
berat. Hal ini juga djelaskan 15 Didahului, disertai, dan diikuti dengan kekerasan,
maksudnya adalah untuk mempersiapkan atau mempermudah, atau dalam hal
tertangkap tangan memungkinkan melarikan diri sendiri, atau memungkinkan peserta
lainnya melarikan diri agar tetap menguasai barang yang dicuri itu. SR.

Sianturi Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, (Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1983),
h. 609-610. Didahului kekerasan atau ancaman kekerasan dipergunakan sebelum
dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dimaksudkan
untuk mempersiapkan ( unsur subyektif) pencuriannya. Disertai kekerasan atau ancaman
kekerasan, maksudnya untuk mempermudah dilaksanakannya pencurian.

Diikut kekerasan atau ancaman kekerasan, maksudnya untuk memberi kesempatan bagi
diri sendiri atau peserta lain untuk melarikan diri, menjamin pemilikan atas barang hasil
pencuriannya, jika tertangkap tangan. H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian
Khusus ( KUHP Buku II) , Jilid I, (Bandung: Alumni, 1986), h. 26. 16 H.A.K. Moch. Anwar,
Hukum Pidana Bagian Khusus ( KUHP Buku II), Jilid I,h. 25. oleh R.

Soesilo, bahwa ancaman hukuman diperberat, jika pencurian dengan kekerasan ini
dilakukan disertai dengan salah satu dari syarat-syarat tersebut, seperti membongkar,
memanjat, perintah palsu, dan pakaian palsu.17 Pengancaman hukuman lima belas
tahun penjara terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan, jika perbuatan pencurian
itu mengakibatkan matinya orang.

Sanksi pidana mati, hukuman penjara seumur hidup, atau penjara dua puluh tahun
apabila perbuatan pencurian itu menyebabkan ada orang yang mendapat luka berat
atau mati, dan dilakukan oleh dua orang secara bersama-sama atau lebih. Hal ini juga
dijelaskan oleh Wirjono Prodjodikoro bahwa: Pencurian yang disertai kekerasan ini
diancam hukuman berat (sembilan tahun penjara).

Hukuman ini diperberat lagi menjadi dua belas tahun penjara, apabila menurut ayat 2
dari Pasal 365 pencurian khusus disertai lagi dengan hal-hal yang sebagaimana dengan
hal-hal yang memberatkan hukuman dari pencurian biasa (Pasal 363 KUHP).18 Lebih
lanjut dijelaskan bahwa salah satu kejahatan yang dirumuskan di dalam Pasal 365 pada
ayat (3) KUHP tersebut adalah melakukan pencurian yang didahului, disertai, diikuti
dengan kekerasan terhadap orang, dan pencurian ini mengakibatkan matinya orang.

Jika perbuatan ini dibandingkan dengan salah satu perbuatan menurut Pasal 339 KUHP ,
yakni melakukan pembunuhan yang diikuti, disertai, didahului, yang dapat dihukum dan
yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan, memudahkan perbuatan itu, maka
kedua Pasal tersebut yakni Pasal 365 KUHP dengan Pasal 339 KUHP terdapat dua fakta
yang sama, yaitu terjadinya pencurian, dan adanya orang yang meninggal.

Perbedaannya adalah bahwa untuk menerapkan Pasal 339 KUHP , kematian itu adalah
kehendak dari si pelaku, sedangkan untuk penerapan Pasal 365 KUHP , bahwa kematian
seseorang itu bukan yang dikehendaki oleh pelaku, akan tetapi suatu akibat dari
tindakan kekeras- an tersebut. Dan karenanya ditentukan maksimum ancaman
pidananya yang berbeda.

Sanksi Tindak Pidana Perampokan dalam Hukum Pidana Islam Istilah perampok dalam
bahasa arab dinamakan dengan istilah Qutthâ’ al- thâriq ( ?????? ? ??? ) yakni orang 17
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal , (Bogor :Politeia, t.th), h. 254. 18 Wirjono Prodjodikoro,
Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cet. III, (Jakarta-Bandung: Eresco, 1980), h.
25.

149 yang memutuskan jalan, 19 disebut dengan demikian karena terputusnya manusia
berjalan di jalan karena takut kepada orang tersebut. Dalam hukum pidana Islam
perilaku kriminal perampok diistilahkan dalam kitab-kitab fikih klasik, yakni muhârib.
Istilah hirâbah diambil dari kata harb artinya perang. Hirâbah atau perampokan dapat
dilakukan baik secara berkelompok, maupun secara perorangan atau individu yang
mempunyai kemampuan untuk melakukannya.

Para fukaha mengategorikan perampokan itu dengan pencurian besar.20 Akan tetapi
pengertian muhârib saat ini di Indonesia biasa disebut pelaku teroris. Pelaku teroris
(muhârib) dimaksud harus memenuhi dua syarat pokok, yaitu: jâmi’ dan mâni’. Jâmi’
yakni segala tindakan kejahatan perilaku manusia, sedangkan mâni’ adalah segala
tindakan pencegahan perilaku manusia untuk berperilaku hirâbah.21 Dengan demikian
hirâbah termasuk dosa besar.

Oleh karena itu, Alquran memutlakkan orang yang me- lakukan hirâbah sebagai orang
yang menyerang Allah, Rasulnya, dan orang yang berusaha membuat kerusakan di atas
bumi. Allah Swt. telah menetapkan hukuman atau sanksi yang bisa menjadikan
pelakunya jera dan menghilangkan rintangan tersebut dan menghilangkan hal-hal yang
menyakitkan dari tengah jalan. Hal ini Allah Swt. memberikan sanksi terhadap pelaku
hirâbah itu di dalam Surah al-M â’idah (5) ayat 33.

Adapun maksud dengan “orang-orang yang me- merangi Allah dan Rasul-Nya dan
membuat kerusakan dimuka bumi pada ayat tersebut di atas adalah para begal atau
para penyamun. Mereka adalah orang yang menghadang manusia di tengah-tengah
padang pasir atau di lorong pergedungan, lalu melakukan perampasan harta dengan
terang-terangan, bukan dengan sembunyi-sembunyi.22 Kemudian M.

Quraish Shihab menjelaskan, bahwa: Kalimat “sesungguhnya pembelasan terhadap


orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya ”, yakni melanggar dengan angkuh
terhadap ketentuan-ketentuan Rasul SAW, dan kalimat “membuat kerusakan di muka
bumi ”, yakni melakukan pembunuhan, perampokan, pencurian dengan menakut-nakuti
masyarakat hanyalah mereka di bunuh tanpa ampun jika mereka membunuh, tanpa
mengambil harta, atau disalib setelah dibunuh jika 19 Imam Taqiyuddin Abubakar Bin
Muhammad Alhusaini, Kifayatul Akhyar, penerjemah K.H. Syarifuddin Anwar, K.H.
Mishbah Musthafa, (Surabaya: Bina Ilmu, t.th), h. 400.

20 Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), h. 121. 21 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam , (Jakarta: Sinar Grafika,
2007), h. 69-70. 22 Syaikh Shalih bin Fauzan, Ringkasan Fikih Lengkap, Jilid 1 dan 2,
penerjemah Asmuni, (Jakarta : Darul Falah, 2005), h. 1076.

mereka merampok dan membunuh, untuk menjadi pelajaran bagi yang lain sekaligus
menentramkan masyarakat umum bahwa penjahat telah tiada, atau dipotong tangan
kanan mereka karena merampas harta tanpa membunuh, dan juga dipotong kaki kiri
mereka dengan timbal balik, karena ia telah menimbulkan rasa takut dalam masyarakat
atau dibuang dari negeri tempat kediamannya, yakni dipenjarakan agar tidak me-
nakutkan masyarakat.23 Di pangkal ayat 33 pada surah al-Maidah (5) ter- sebut,
menurut Hamka, terdapat dua pelanggaran besar, yang kedua berhubungan dengan
yang pertama.

Pertama mereka telah memerangi Allah dan Rasul, sebab peraturan Allah telah secara
jelas mereka telah melanggar dengan kekerasan. Lalu dengan sebab yang demikian
mereka telah melakukan tindakan kedua yang lebih jauh, yaitu mengusahakan
kerusakan di bumi. Dengan yang pertama, memerangi Allah dan Rasul, artinya mereka
telah terang-terangan menentang Allah, Allah menghendaki keamanan.24 Oleh karena
itu perbuatan perampok yang mem- buat kerusuhan atau kekacauan di bumi, yakni me-
lakukan sesuatu yang biasa merusak kehidupan, seperti membunuh manusia, merampas
harta, maupun me- nimbulkan ketakutan dan keresahan dalam ma syarakat, maka patut
mendapat hukuman yang berat seperti yang dijelaskan di dalam Alquran surah al-M
â’idah (5) ayat 33, yaitu sebagai berikut: (1) Hukum bunuh dengan secara hebat dan
berwibawa; (2) Hukum salib, yaitu dibuat kayu palang, lalu dinaikkan ke kayu palang itu,
dan dibiarkan di sana sampai mati.

Atau dibunuh setelah beberapa waktu tergantung itu; (3) Dipotong tangannya, dan
kakinya berselang seling; dan (4) Dibuang dari bumi. 25 Hukuman bagi pelaku kejahatan
perampokan se bagai mana disebutkan dalam Alquran surah al- Mâ’idah (5) ayat 33
tersebut di atas para ulama berbeda pendapat, seperti ulama Hanafiyah, ulama Sy
âfi’iyah dan ulama Hanabilah, tingkatan hukuman had perampok adalah sesuai dengan
urutan yang disebutkan pada ayat muhârabah ter sebut.

Karena hukuman harus sesuai dengan kadar tingkatan kejahatan.26 Lebih lanjut
Wahbah al-Zuhaylî me ngemukakan sebagai berikut: Ulama Hanafiyah mengatakan,
apabila para pelaku hanya merampas hartanya saja, maka dipotong tangan dan kakinya
secara bersilang. Apabila hanya membunuh saja, maka dijatuhi hukuman mati. Apabila
membunuh dan merampas hartanya, imam bisa memilih, antara 23 M.

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 83-84. 24 Hamka, Tafsir Al-Azhar , Juz VI, (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 2005), h. 291. 25 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz VI, h. 295-296. 26 Wahbah
al-Zuhaylî, Al-Fiqh al-Islâmî wa’adillatuh , Juz 7, (Damsyik: Dâr al-Fikr, 2005), h.
5470-5471.

150 memotong tangan dan kakinya secara bersilang kemudian menghukum mati atau
menyalibnya, atau tidak memotong tangan dan kaki, akan tetapi langsung dihukum
mati atau disalib. Apabila hanya menakut- nakuti saja tanpa membunuh dan mengambil
hartanya, maka dibuang dan diasingkan, yakni dipenjara dan dihukum takzir. Ulama
Syâfi’iyah, ulama Hanabilah mengatakan, apabila para pelaku hanya merampas hartanya
saja, hukumannya dipotong tangan dan kakinya secara bersilang.

Apabila membunuh saja tanpa disertai dengan perampasan dan pengambilan harta,
maka dihukum mati tanpa harus disalib. Apabila membunuh disertai dengan
perampasan harta, maka dihukum mati dan disalib. Apabila hanya menakut-nakuti,
maka hukumannya dibuang dan diasingkan. Sementara Imam Malik mengatakan,
penentuan mana bentuk hukuman had yang dijatuhkan kepada pelaku pembegalan
adalah dikembalikan kepada ijtihad dan pertimbangan imam serta meminta
pertimbangan dan pendapat para fuqaha, mana bentuk hukuman had yang menurutnya
lebih tepat dan efektif, serta hal itu tidak boleh berdasarkan pada ego pribadi sang
imam.27 Adanya perbedaan pendapat para ulama dalam menentukan jenis hukuman
atau sanksi bagi pelaku jarîmah hirâbah ini, disebabkan perbedaan memahami kata “au”
( ?? ) pada ayat 33 surah al-Maidah (5) tersebut, yakni ada yang mengartikannya dengan
“atau” .

Dalam bahasa Arab, kata “ au” bisa dartikan sebagai pejelasan dan uraian atau dalam
istilah Arab bayân wa al-tafshil. Menurut Imam Sy âfi’i dan kawan-kawan, kata “ aw”
merupakan penjelasan dan rincian, dalam kaitannya dengan ayat 33 surah al-M â’idah
(5) (ayat hirâbah) bahwa jumlah hukuman tersebut adalah empat dengan rincian seperti
yang telah disebutkan di muka.

Menurut versi Imam Malik, bahwa kata “ aw” yang berarti atau yang bermakna li
al-taksyir untuk memilih. Jadi Imam Malik memilih arti yang kedua sehingga
mengartikan jumlah hukuman yang empat macam tersebut, sebagai alternatif dan
penguasa akan menjatuhkan hukuman sesuai kemaslahatan.

Analisis Perbandingan Jika dibandingkan pengaturan tindak pidana pe- rampokan


menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan hukum pidana Islam terdapat
perbedaan siknifikan. Tindak pidana perampokan menurut KUHP telah diatur di dalam
Pasal 365 KUHP pada Bab XXII tentang pencurian. Pasal 365 KUHP ini disebut pencurian
dengan penggunaan kekerasan, yakni pencurian dalam bentuk pokok (pencurian biasa)
di tambah dengan unsur kekerasan, sehingga dengan 27 Wahbah al-Zuhaylî, Al-Fiqh
al-Islâmî wa’adillatuh , Juz 7, h. 5471-5472.

demikian tindak pidana perampokan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


dikenal dengan istilah pencurian dengan kekerasan. Sedangkan pengaturan tindak
pidana (jarîmah) pe rampokan dalam hukum pidana Islam terdapat di dalam Bab Hudûd
pada urutan keempat, yakni kejahatan hirâbah atau qath’ al-thâriq. Hirâbah adalah
mengangkat senjata dan mengganggu lalu lintas di luar kota.

Hirâbah atau perampokan dapat digolongkan kepada tindak pidana pencurian dalam
arti majazi, karena perampokan pengambilan harta secara terang- terangan dan
kekerasan, sehingga dengan demikian hirâbah ( perampokan) dapat disebut dengan
istilah sirâqah kubrâ (pencurian berat). Jika dibandingkan dari segi definisinya,
perampokan menurut hukum pidana Indonesia adalah pencurian yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang.

Sedangkan definisi perampokan di dalam hukum pidana Islam adalah ke luar untuk
mengambil harta, atau mem- bunuh, atau menakut-nakuti, dengan cara kekerasan,
dengan berpegang kepada kekuatan, dan jauh dari pertolongan (bantuan). Adapun
persamaannya adalah sama-sama mengambil harta dengan cara melakukan dengan
kekerasan. Adapun sanksi tindak pidana pencurian dengan ke kerasan ( perampokan)
dalam hukum pidana Indonesia dalam Pasal 365 KUHP dengan sanksi jarîmah pe
rampokan dalam hukum pidana Islam yang tercantum di dalam Alquran Surah al-M
â’idah (5) ayat 33, maka dapat dibedakan, seperti di bawah ini, pertama, menurut Pasal
365 KUHP menetapkan ancaman sanksi pidana bermacam-macam, tergantung akibat
yang dilaku kan oleh pelaku pencurian itu.

Sanksinya dapat berupa: Pertama, sembilan tahun ancaman hukumannya, jika perbuatan
pencurian itu dilakukan dengan cara di dahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan terhadap orang tersebut. Kedua, dua belas tahun, jika
perbuatan pencurian itu di lakukan pada waktu malam di dalam rumah atau pekarangan
yang tertutup, yang ada rumahnya atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan.

Dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih, dan dilakukan dengan
membongkar, memanjat, memakai pakaian palsu, perintah palsu, dan pakaian jabatan
palsu, perbuatan pencurian tersebut mengakibatkan ada orang yang mendapat luka
berat. Ketiga, lima belas tahun, jika perbuatan pencurian itu mengakibat- kan matinya
orang. Keempat, hukuman mati, atau 151 hukuman penjara seumur hidup atau penjara
selama- lamanya dua puluh (20) tahun, apabila per buatan pencurian itu menyebabkan
ada orang yang men dapat luka berat atau mati, dan dilakukan oleh dua orang secara
bersama-sama atau lebih.

Kedua, dalam hukum pidana Islam, bahwa pelaku hirâbah itu di dalam surah al-M â’idah
(5) ayat 33, yaitu: (1) Hukum bunuh dengan secara hebat dan berwibawa; jika pelakunya
membunuh, tetapi tidak mengambil harta. (2) Hukum salib, yaitu dibuat kayu palang,
lalu dinaikkan dia ke kayu palang itu, dan dibiarkan di sana sampai mati.

Atau dibunuh setelah beberapa waktu dia tergantung itu; jika pelakunya membunuh
dan mengambil harta. (3) Dipotong tangannya, dan kakinya berselang seling, jika
pelakunya mengambil harta dan tidak membunuh. (4) Dibuang dari bumi, yakni
dipenjara atau takzir, jika pelakunya hanya menakut-nakuti orang yang lewat dan tidak
mengambil harta Sedangkan persamaan antara hukum pidana Indonesia dengan hukum
pidana Islam terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan ( perampokan) adalah
termasuk perbuatan kejahatan dan sama-sama dihukum.

Penutup Tindak pidana perampokan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


dikenal dengan istilah pencurian dengan kekerasan. Pencurian dengan kekerasan (
perampokan) diatur di dalam Pasal 365 KUHP pada Bab XXII tentang pencurian. Pasal
365 KUHP ini disebut pencurian dengan penggunaan kekerasan, yakni pencurian dalam
bentuk pokok (pencurian biasa) ditambah dengan unsur kekerasan.
Adapun sanksi pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan ( perampokan) di
dalam Pasal 365 KUHP sanksinya bermacam-macam, tergantung akibat yang dilakukan
oleh pelaku pencurian itu, yaitu: sembilan tahun, dua belas tahun, lima belas tahun, dan
hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua
puluh tahun.

Di dalam hukum pidana Islam tindak pidana perampokan diatur didalam Fikih Jinayah
pada Bab hudud pada urutan keempat, yakni kejahatan hira bah atau qath’uth thariq.
Perampokan adalah pengambilan harta secara terang-terangan dan kekerasan, sehingga
dengan demikian hirâbah ( perampokan) dapat disebut dengan istilah sirâqah kubrâ
(pencurian berat).

Sedangkan sanksi pelaku perampokan menurut hukum pidana Islam, sebagaimana


dijelaskan di dalam Alquran surah al-Mâ’idah (5) ayat 33, yaitu: (a) hukum bunuh
dengan secara hebat dan berwibawa; (b) hukum salib, yaitu dibuat kayu palang, lalu
dinaikkan ke kayu palang, dan dibiarkan sampai mati. Atau dibunuh setelah beberapa
waktu dia tergantung; (c) dipotong tangannya, dan kakinya berselang seling; dan (d)
dibuang dari bumi.[] Pustaka Acuan Abdullah, Mustafa, Ruben Achmad, Intisari Hukum
Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam , Jakarta : Sinar Grafika, 2007. _____, Hukum Islam
Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Anwar, H.A.K.
Moch, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Bandung: Alumni, 1986. Awdah,
Abd. Al-Qadir, At-Tasyriy Al-Jinaiy Al-Islamiy , Beirut : Dar-Al-Kitab. Al-‘Arabi, t.th. Bassar,
M. Sudradjat, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana , Bandung : Remadja Karya, 1984.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya , Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penterjemah Alquran, 1981/1982. Fauzan, Syaikh Shalih bin, Ringkasan Fikih Lengkap ,
penerjemah Asmuni, Jakarta: Darul Falah, 2005. Hamka, Tafsir Al-Azhar , Jakarta: Pustaka
Panjimas, 2005. Hiariej, Eddy O.S., Prinsip-Prinsip Hukum Pidana , Yogyakarta: Cahaya
Atma Pustaka, 2014.

Husaynî, al-, Imam Taqiyuddin Abubakar bin Muhammad, Kifâyah Akhy âr, penerjemah
K.H. Syarifuddin Anwar, K.H. Mishbah Musthafa, Surabaya: Bina Ilmu, t.th. Muslich,
Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005. Djazuli, A., Fiqh Jinayah
, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Mustofa Hasan, Bni Ahmad Saebani, Hukum
Pidana Islam, (Fiqih Jinayah) , Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta–Bandung:
Eresco, 1980. Rusyd, Ibn, Bidâyah al-Mujtahid , terj. Imam Ghazali Said, dan Achmad
Zaidun, Jakarta: Pustaka Amani, 2002. 152 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan,
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002. Sianturi, S.R.,

Tindak Pidana Di KUHP Berikut Uraiannya, Jakarta: Alumni AHM-PTHM, 1983. Soekanto,
Soerjono, dan Sri Mamuji, Penelitan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2011. Soeslo, R., Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia, t.th.

Zuhaylî, al-, Wahbah, Al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuh , Damsyik: Dâr al-Fikr, 2005, Juz 7.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
18% - http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/download/2858/2247
<1% - http://hukumbelajar.blogspot.com/2015/
<1% -
https://wirahipatios.wordpress.com/2015/02/25/perlindungan-hukum-penegakan-huku
m-dan-pertanggungjawaban-hukum-dalam-hukum-administrasi-negara/
<1% -
http://www.academia.edu/35718571/PEMBAKARAN_ORANG_SEBAGAI_PERCOBAAN_PE
MBUNUHAN_BERENCANA_DITINJAU_DARI_KITAB_UNDANG_-UNDANG_HUKUM_PIDAN
A
<1% -
http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780195390155/obo-97801
95390155-0035.xml
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/299458687_SANKSI_PIDANA_PERAMPOKAN_
DALAM_KUHP_DAN_HUKUM_PIDANA_ISLAM
<1% - https://core.ac.uk/display/80573419
<1% -
https://anzdoc.com/sanksi-pidana-pungli-oleh-pihak-sekolah-suatu-tinjauan-hukum.ht
ml
1% - http://raypratama.blogspot.com/2012/02/tindak-pidana-kekerasan-dan-jenis.html
<1% - http://www.referensimakalah.com/2013/03/pembunuhan-menurut-kuhp.html
2% -
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=437513&val=328&title=Sanksi%2
0Pidana%20Perampokan%20dalam%20Kitab%20Undang-Undang%20Hukum%20Pidana
%20dan%20Hukum%20Pidana%20Islam
<1% -
http://www.academia.edu/32348210/SANKSI_HUKUM_QISHASH_TERHADAP_TINDAK_PI
DANA_PEMBUNUHAN_BERENCANA_SEBAGAI_ALTERNATIF_PEMBAHARUAN_HUKUM_PI
DANA_NASIONAL
1% - http://ukmsyariah.org/wp-content/uploads/2015/12/16-HS-Ishaq..pdf
<1% -
http://jaudi.blogspot.com/2014/08/pelaksanaan-politik-hukum-pidana-dalam.html
<1% - http://rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/artikel%20eko.pdf
<1% -
http://indeksprestasi.blogspot.com/2011/02/skripsi-analisis-terhadap-ketentuan.html
<1% -
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/18267/SKRIPSI%20LENGKAP-
PIDANA-DINA%20YUNITA%20SARI.pdf;sequence=1
<1% -
https://docplayer.info/31405279-Tindak-pidana-kelalaian-dokter-dalam-operasi-caesar-
ditinjau-dalam-hukum-positif-dan-hukum-islam-analisis-putusan-ptun-no-121-g-2013-
ptun-jakarta.html
1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1410/4/072211027_Bab2.pdf
5% - https://www.suduthukum.com/2018/07/sanksi-pidana-perampokan.html
<1% -
https://id.123dok.com/document/7qv1x2gq-kebijakan-polri-dalam-menanggulangi-tind
ak-pidana-pencurian-dengan-kekerasan-di-wilayah-hukum-polres-tulang-bawang.html
<1% - http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6421/1/Dian%20Lestari.pdf
<1% - http://nasimfauzi.blogspot.com/2013/04/negara-tanpa-penjara-03.html
<1% - http://ainunnajib1994.blogspot.com/2016/03/
<1% - http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/5/4
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/7216/8/daf.pustaka.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/11763/55/Bab%202.pdf
<1% -
http://azharnurfajaralam.blogspot.com/2013/11/makalah-tentang-pencurian-menurut-h
ukum.html
<1% -
https://es.scribd.com/doc/67431074/Kedudukan-Pidana-Seumur-Hidup-Dalam-Sistem-
Hukum-Pidana
<1% -
http://www.academia.edu/5357366/PEMBUNUHAN_TERHADAP_JIWA_Menurut_Hukum_
Islam_dan_Hukum_Positif_MAKALAH_Disusun_untuk_memenuhi_tugas_mata_kuliah_Fiqi
h_Jinayat_
<1% -
http://mazalahmakalah.blogspot.com/2016/04/hukum-pidana-analisis-kasus-tentang.ht
ml
<1% - http://denmohsaleh.blogspot.com/2016/12/contoh-surat-tuntutan.html
<1% - https://catalogue.nla.gov.au/Record/2767559
<1% - http://wwwqolbu27.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% -
https://mafiadoc.com/konsentrasi-perbandingan-madzhab-fiqih-program-_5a307cd917
23dde5e8dd04bb.html
<1% - http://dafit777-artikelhukum.blogspot.com/2009/
<1% -
https://parismanalush.blogspot.com/2014/08/contoh-putusan-perkara-pasal-363-ayat-1
.html
<1% -
https://www.academia.edu/34989887/LEGAL_OPINION_MENGENAI_KASUS_PEMBUNUH
AN_NENEK_ELIH
<1% - http://khotyb.blogspot.com/2014/06/blog-post_18.html
<1% -
https://parismanalush.blogspot.com/2014/08/pasal-406-kuhp-unsur-penafsiran-dan.ht
ml
<1% -
http://www.academia.edu/31524105/PERDEBATAN_HUKUMAN_MATI_DI_INDONESIA_S
uatu_Kajian_Perbandingan_Hukum_Islam_dengan_Hukum_Pidana_Indonesia
1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/13435/4/4_bab1.pdf
<1% - http://efriyandi33.blogspot.com/2013/08/keajaiban-air-zam-zam.html
2% -
http://leafmyallif.blogspot.com/2012/10/tafsir-ayat-ukum-pidana-islam-hirobah.html
<1% - https://issuu.com/e-jurnal-fh-unsri/docs/e-journal_bidang_kajian_pidana__edi
<1% -
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20078-ko
rupsi-menurut-hukum-islam
<1% -
https://asatir-revolusi.blogspot.com/2015/01/jarimah-hirabah-perampokan-dan.html
<1% -
https://edoc.site/jurnal-alwatzikhoebillah-vol-i-nomor-1-tahun-2014-pdf-free.html
<1% - https://anzdoc.com/kajian-tafsir-di-indonesia.html
<1% - https://tafsir1.wordpress.com/tag/tafsir-al-quran-indonesia/
<1% - http://tafsir.ayatalquran.net/2013/01/tafsir-ali-imran-ayat-133-143/
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1303/3/05221109_Bab3.pdf
<1% - https://nicofauzie.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - https://idtesis.com/contoh-proposal-skripsi-hukum-2/
<1% -
http://choe-roel.blogspot.com/2014/09/kitab-undang-undang-hukum-pidana.html
<1% -
http://reformasikuhp.org/data/wp-content/uploads/2018/07/RUU-HP-per-26-Juni-2018
-Buku-I-TP-KHUSUS-KetPeralihan-dan-Penutup.docx
<1% - http://starbrantas.blogspot.com/2013/01/pasal-438-479-kuhp.html
<1% -
https://docobook.com/ancaman-pidana-mati-bagi-pelaku-tindak-pidana-begal-sebagai
.html
<1% -
https://docplayer.info/109402287-Tinjauan-hukum-pidana-islam-terhadap-tindak-pidan
a-pencabulan-dengan-kekerasan-dan-tipu-muslihat-skripsi.html
<1% - http://www.readbag.com/satuportal-system-files-kejahatan-korporasi-tesis-ivan
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/572/7/082211022_Bibliografi.pdf
<1% -
https://www.scribd.com/document/344449773/Kajian-Al-Qur-an-Di-Tatar-Sunda-Jajang
-a-Rohmana
<1% -
http://www.hukumit.com/2018/03/apakah-hukum-pidana-dan-hukum-perdata.html
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/281/10/11220001%20Daftar%20Pustaka.pdf
<1% - https://anzdoc.com/sedekah-dalam-perspektif-hadis.html
<1% - https://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/view/112
<1% - https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fd00adb47f7c/pasal-352-kuhp

Anda mungkin juga menyukai