Anda di halaman 1dari 17

TERAPI LOGO DAN SUPORTIF KELOMPOK MENURUNKAN ANSIETAS

REMAJA BINAAN RUTAN DAN LAPAS


Efri Widianti1,*, Mustikasari2, Agung Waluyo2 1Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran,
Jalan. Raya Jatinangor-Sumedang KM. 21 Jatinangor, Sumedang, 45363, Indonesia 2Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia Jalan Prof. Dr. Bahder Djohan, Kampus UI Depok,16424,
Indonesia *) E-mail: efri.widianti@unpad.ac.id

Diterima: Maret 2017, diterbitkan: Desember 2017

Abstrak
Latar belakang: Remaja yang harus menjalani masa masa hukuman akibat tindak kriminal yang pernah dilakukannya
sangat rentan mengalami ansietas. Ansietas sebagai salah satu masalah psikososial dapat diatasi dengan beberapa
psikoterapi diantaranya terapi logo dan terapi suportif. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi
logo dan terapi suportif terhadap ansietas remaja di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan wilayah Jawa Barat.
Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment pre-post test with control group dengan
78 responden yang merupakan hasil screening berdasarkan kriteria inklusi, terdiri dari 39 responden untuk kelompok
intervensi dan 39 responden untuk kelompok kontrol. Terapi ini diberikan dalam 8 sesi yang terdiri dari terapi logo 4
sesi dan terapi suportif 4 sesi. Penelitian ini dilakukan selama 5 minggu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah State Trait Anxiety Scale-Trait yang telah dilakukan uji validitas dengan nilai r=0,313-0,574 dan nilai
reliabilitas=0,770 pada 30 orang remaja di lapas yang terdapat di Kabupaten Garut. Data yang didapatkan dianalisis
menggunakan uji independent t test, chi–square dan marginal homogenity. Hasil Penelitian: Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh terapi logo dan terapi suportif terhadap penurunan tingkat ansietas remaja yang
ditunjukkan dengan p Value=0.000 (α=0.05). Kesimpulan: Terapi logo dan suportif kelompok dapat menurunkan
ansietas pada remaja. Rekomendasi penelitian ini ditujukan kepada Kanwil Hukum dan HAM Provinsi Jawa Barat
selaku pemegang kebijakan untuk memberikan perhatian terhadap permasalahan psikologis pada warga binaan dengan
mengembangkan kegiatan kegiatan kelompok serta bekerja sama dengan pihak akademik dan layanan kesehatan jiwa
dalam upaya untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan jiwa pada warga binaan.
Kata kunci: ansietas remaja, terapi logo, terapi suportif

GROUP LOGO AND SUPORTIVE THERAPIES REDUCE ANXIETY IN ADOLESCENTS AT STATE


DETENSION HOUSE AND PRISON
Abstract
Background: Adolescents who have to receive a sentence due to crimes they committed are very susceptible to anxiety. A
psychosocial problem, anxiety can be overcome with several psychotherapies, including logo therapy and supportive therapy.
Objective: This study aims to identify the effect of logo therapy and supportive therapy on anxiety in adolescents at state
detention house and prison in West Java. Methods: This study used a quasi-experiment pre-posttest with control group design
with 78 respondents who were screened based on the inclusion criteria, consisting of 39 respondents for the intervention
group and 39 respondents for the control group. This therapy was given in 8 sessions, consisting of 4 sessions for logo
therapy and 4 sessions for supportive therapy. This study was conducted for 5 weeks. It used State Trait Anxiety Scale-Trait of
which validity and reliability had been tested with r value=0.313-0.574 and reliability=0.770 in 30 adolescents at a prison in
Garut Regency. The data obtained were analyzed using independent t test, chi-square test and
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

marginal homogeneity. Results: The results showed the effect of logo therapy and supportive therapy on the reduction in the
levels of anxiety in adolescents as shown by p value=0.000 (α=0.05). Conclusion: The group logo and supportive therapy
can reduce anxiety in adolescents. This research recommends the Regional Office of Law and Human Rights of West Java
Province as the policy maker give attention to psychological problems in prisoners by developing group activities and
collaborating with academics and mental health services to prevent and overcome mental health problems in
prisoners. Keywords: anxiety in adolescents, logo therapy, supportive therapy

Latar Belakang
Remaja adalah masa ketika seorang Perubahan–perubahan yang terjadi pada
individu rentan terhadap terjadinya masalah masa remaja tersebut membuat remaja
psikososial, dimana individu tersebut menjadi pribadi yang penuh gejolak emosi
mengalami suatu masa peralihan dari masa serta dipenuhi ketidakseimbangan sehingga
kanak-kanak ke dewasa (Steinberg, 2005). mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Hurlock (1999) dalam Goulet & Baltes (2013) Keingintahuan yang besar pada remaja,
memberi batasan usia kronologis remaja yaitu pengaruh negatif media dan lingkungan
antara 13 hingga 18 tahun. Remaja sering bermain, kondisi keluarga yang kurang
dihubungkan dengan penyimpangan dan kondusif (kesibukan orangtua, pola asuh
ketidakwajaran, karena adanya perubahan yang kurang tepat, dan kondisi keluarga
yang terjadi pada masa remaja meliputi yang kurang harmonis) menjadi faktor yang
perubahan biologis, kognitif dan sosial berpengaruh terhadap penyimpangan pada
emosional (Santrock, 2015). masa remaja (Masngudin, 2004).
Perubahan biologis ditandai dengan Salah satu bentuk penyimpangan pada
perubahan seluruh ukuran badan remaja. masa remaja adalah kasus kriminal yang
Pada remaja perempuan pinggang menjadi dilakukan oleh remaja antara lain melanggar
kecil, pinggul membesar, payudara membesar, ketertiban, kejahatan susila, penganiayaan,
terjadi menstruasi sedangkan pada anak pencurian, perampokan, kejahatan narkotika,
lali-laki bahu melebar, ukuran muka juga penggunaan senjata tajam, dan kekerasan
berubah, hidung dan rahang menjadi lebih terhadap anak. Kasus–kasus tersebut
menonjol dan kening menjadi lebih tinggi membawa remaja berurusan dengan
dan mengalami mimpi basah. Perubahan lembaga hukum dan beberapa remaja yang
kognitif pada remaja ditandai dengan divonis bersalah kemudian menjalani masa
remaja mulai berfikir secara independen dan masa berada di rumah tahanan (rutan)
mengambil keputusan sendiri, merasa perlu sebagai narapidana.
mengumpulkan pengalaman baru kemudian Setiap tahunnya terdapat lebih dari
mengujinya meskipun berisiko, intelektual 4.000 perkara pelanggaran hukum yang
lebih berkembang, dan mampu berfikir dilakukan anak-anak di bawah usia 16 tahun.
abstrak. Perubahan sosial emosional ditandai Dari seluruh anak yang ditangkap sekitar
dengan mulai membutuhkan lebih banyak separuhnya diajukan ke pengadilan dan 83
teman dan setiakawan, mulai menyukai lawan persen dari mereka kemudian dipenjarakan.
jenis, perilaku memberontakan melawan, Hingga tahun 2002, terdapat 3,722 “anak
menyatakan kebebasan dan merasa sebagai didik” di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS)
seorang individu, tidak hanya sebagai Anak (Departemen Kehakiman dan HAM,
seorang anggota keluarga (Departemen Agustus 2002 dalam Irawan, 2011). Kasus
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). terbanyak anak-anak yang berhadapan

128
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

dengan hukum adalah pencurian (60 persen) remaja yang menjalani masa hukuman
dan perkelahian (13 persen). Anak yang mengalami ansietas.
berkonflik dengan hukum meliputi juga Anak Upaya untuk menangani ansietas antara
Nakal yaitu anak yang melakukan tindak lain dengan penggunaan psikofarmaka dan
pidana atau anak yang melakukan perbuatan psikoterapi. Townsend (2009) menyebutkan
yang dinyatakan terlarang bagi anak. Hingga bahwa penggunaan obat-obatan anti ansietas
tahun 2002, jumlah Anak Nakal yang dapat menyebabkan depresi susunan syaraf
dikategorikan sebagai penyandang masalah pusat secara menyeluruh sehingga apabila
kesejahteraan sosial mencapai sekitar digunakan secara terus menerus dapat
193.155 orang (Departemen Sosial Republik berpotensi menyebabkan ketergantungan
Indonesia, 2002). fisik atau psikologis. Penggunaan obat obatan
Remaja yang menjalani pidana penjara anti ansietas tidak di anjurkan diberikan
dituntut untuk mampu beradaptasi dan dalam jangka panjang. Selain pendekatan
bersosialisasi dengan peraturan penjara yang psikofarmaka, penanganan ansietas dapat
sangat menekan, rutinitas kehidupan penjara dilakukan dengan pendekatan psikoterapi.
yang sangat membosankan, dan kehidupan Salah satu psikoterapi yang dapat
sosial bersama narapidana lain yang sering diterapkan sebagai solusi masalah ansietas
terjadi keributan, pemerasan, dan tindakan adalah terapi logo. Terapi logo dapat
kekerasan yang dirasakan sebagai suatu dilakukan pada kasus psikososial seperti
penderitaan lain disamping hukuman pidana cemas, insomnia, migrain, rasa kehilangan
sendiri (Van der Laan & Eichelsheim, 2013). karena penyakit atau kematian, disorientasi,
Hal tersebut menyebabkan remaja merasa anak-anak yang resisten, anoreksia nervosa,
tidak berharga di bandingkan dengan anak pobia neurosis, dan pada kasus psikotik
seusianya, mendapat celaan dari orang lain, seperti pikiran dan perilaku obsesif kompulsif,
merasa tidak punya harapan, merasa gagal multiple personality disorder, conversion
sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan disorder (Hage, 2006). Menurut Canadian
depresi (Manik, 2007). Psychiatric Association (2006) penggunaan
Beberapa masalah yang sering menjadi terapi logo pada klien yang mengalami
konflik pribadi para narapidana anak yang ansietas dilakukan untuk membentuk nilai-
merupakan stressor kecemasan antara lain: nilai. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
1) takut tidak diterima oleh lingkungannya; disampaikan oleh Bastaman (2007) bahwa
2) rasa malu bergaul untuk kembali pada inti dari terapi logo adalah hasrat untuk hidup
lingkungannya; 3) gangguan harga diri; dan lebih bermakna (the will to meaning),
4) masyarakat condong untuk menjauhi menemukan makna hidup (the meaning of
mereka (Van der Laan & Eichelsheim, 2013). life) dan mengembangkan hidup bermakna
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (the meaningfull life) sehingga dengan motto
Zhou et al. (2014) disebutkan bahwa terdapat ”meaning in suffering” dan bersifat ”future
hubungan yang negatif antara konsep diri oriented” diharapkan optimisme dalam
dengan tingkat kecemasan narapidana menghadapi masa depan mampu bangkit.
remaja, dimana semakin rendah konsep diri Terapi logo dilaksanakan dalam bentuk
remaja maka semakin tinggi tingkat ansietas konseling dan beorientasi pada pencarian
yang dirasakan. Hal ini diperkuat oleh makna hidup individu. Tujuan terapi logo
penelitian yang dilakukan oleh Collins et al. meningkatkan makna pengalaman hidup
(2010) yang menyebutkan bahwa 20,3% individu yang diarahkan kepada

129
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

pengambilan keputusan yang bertanggung Oleh karena itulah berdasarkan penjelasan


jawab (Bastaman, 2007). Pada terapi logo, di atas maka peneliti akan menerapkan terapi
individu diajarkan tetap bersikap positif, dan logo dengan teknik paradoxical intention dan
mengambil makna dalam kondisi yang paling dereflection dengan penambahan psikoterapi
sulit, untuk dapat hidup lebih baik. Narapidana lain yang diperlukan untuk mengatasi
remaja yang mengalami perubahan sosial masalah ansietas.
dan kehilangan kasih sayang dari orang tua Psikoterapi lain yang dipergunakan untuk
karena pemisahan akibat hukuman pidana mengatasi ansietas adalah terapi suportif.
yang harus dijalani menyebabkan terjadinya Terapi suportif adalah suatu bagian dari
krisis makna yang akhirnya menurunkan psikoterapi yang digunakan pada komunitas
motivasi untuk hidup, sehingga dalam kondisi berbasis psikatrik. Berbeda dari model yang
semacam ini penggunaan terapi logo menjadi lain, terapi suportif tidak tergantung pada
penting (Blair, 2004). konsep atau teori yang spesifik. Terapi suportif
Sutejo (2009) mengungkapkan dalam umumnya menggunakan psikodinamik untuk
penelitiannya tentang pengaruh terapi logo memahami bagaimana seseorang dapat
dengan menggunakan teknik paradoxical berubah (Viederman, 2008). Terapi suportif
intension terhadap kecemasan pada sangat efektif dalam mengatasi ansietas
penduduk pasca gempa di Klaten bahwa (Viederman, 2008; Lipsitz et al., 2008 ). Pada
terapi logo dengan teknik paradoxical remaja di rumah tahanan dengan ansietas,
intension mempunyai pengaruh yang terapi suportif membantu menjelaskan
bermakna dalam mengatasi ansietas kepada remaja tentang respon koping
penduduk pasca gempa akan tetapi apabila biopsikososial, mengenal sumber koping
dilihat pada masing-masing subvariabel dan menggunakan sumber-sumber koping
(fisiologis, afektif, kognitif, dan perilaku) yang telah diidentifikasi untuk mengatasi
diketahui bahwa pada subvariabel afektif ansietas yang dialami sehingga ansietas
tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan, dapat dicegah atau dikurangi (Lipsitz, 2008).
hanya terjadi peningkatan nilai saja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Hal ini kemudian dijadikan dasar oleh Oliva, Jiménez, & Parra (2009) diketahui
Wijayanti (2010) yang melakukan penelitian bahwa remaja sangat membutuhkan
tentang pengaruh terapi logo terhadap dukungan dari orang yang ada di sekitarnya
ansietas pada narapidana perempuaan terutama keluarga dalam menghadapi
di Lapas Semarang. Pada penelitian ini stressor yang mengikuti tugas perkembangan
Wijayanti menambahkan satu teknik lagi yang mereka hadapi sehingga pengenalan
dalam terapi logo untuk mengatasi ansietas terhadap sumber pendukung yang dimiliki
yaitu teknik derefleksion dan hasil dari oleh remaja sangat diperlukan. Pengenalan
penelitian Wijayanti menunjukkan hal yang terhadap sumber koping yang dimilki oleh
sama dengan penelitian Sutejo dimana remaja dan bagaimana penggunaannya
secara komposit nilai penggunaan terapi didapatkan dari terapi suportif (Viederman,
logo dengan teknik paradoxical intension 2008).
dan derefleksi mempunyai pengaruh yang Sadock & Sadock (2011) menjelaskan
signifikan terhadap ansietas pada narapidana bahwa kombinasi 2 psikoterapi dalam
perempuan tapi untuk subvariabel afektif mengatasi masalah mental emosional lebih
hanya terjadi perubahan nilai, dan tidak efektif dibandingkan hanya penggunaan
menunjukkan pengaruh yang signifikan. salah satu terapi. Dua terapi yang

130
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

digabungkan akan saling melengkapi satu ada narapidana anak yang dihukum seumur
sama lain dan memperbesar efektivitas yang hidup dan sebagian hakim lebih memilih
lain. Pada penelitian ini penggabungan dua memberikan putusan hukuman penjara dari
psikoterapi yang telah dijelaskan di atas pada hukuman tahanan atau denda.
diharapkan dapat membantu meningkatkan Suasana penjara yang tak ramah dan
kemampuan narapidana remaja mengatasi adanya banyak masalah seperti kelebihan
ansietas dimana narapidana akan diajak penghuni, terbatasnya sarana dan prasarana,
untuk menemukan makna hidup dengan tidak ada fasilitas khusus untuk anak, dan
mengambil hikmah atas setiap kejadian yang gaya komunikasi pegawai lapas/rutan dapat
telah dialami untuk kemudian dilanjutkan menyebabkan anak merasa mempersalahkan
dengan memfasilitasi narapidana remaja diri dan inferioritas, tak layak kembali ke
menemukan sumber-sumber yang dapat di lingkungan, serta ketakutan menghadapi
gunakan untuk mengatasi ansietas yang stigma masyarakat (Supeno, 2009).
sering mereka rasakan. Dibandingkan dengan Itu berarti pula bahwa akan semakin
penggunaan salah satu terapi diharapkan besar kemungkinan narapidana untuk gagal
pula penggabungan kedua terapi ini secara dalam memaknai keberadaan mereka
bertahap dapat memberikan hasil yang lebih sebagai narapidana sehingga banyak
optimal dalam mengatasi masalah ansietas diantara mereka akhirnya menjadi residivis.
pada remaja di rumah tahanan dimana remaja Mereka akan kehilangan kemampuan untuk
tidak hanya mengalami penurunan ansietas berpikir secara jernih bahwa sesungguhnya
pada saat dilakukan terapi tapi remaja juga mereka masih memiliki tanggung jawab sosial
mampu mempraktekkan terapi yang telah sebagai manusia. Ketidakmampuan mereka
dilatihkan jika di kemudian hari ansietas yang untuk berpikir demikian pada gilirannya akan
dialami muncul kembali. membentuk mereka menjadi pribadi yang
Berdasarkan studi pendahuluan yang neurosis yang akan berujung pada hadirnya
dilakukan di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 kecemasan yang berlebihan, hingga dapat
Bandung diketahui bahwa jumlah total melumpuhkan kemampuan mereka untuk
narapidana dan tahanan penghuni rutan per 1 bertindak sewajarnya, dan membuat
Februari 2011 adalah 756 orang. Dari 756 kepribadiannya menjadi panik (Maya, 2008).
orang tersebut diantaranya terdapat remaja Berdasarkan studi dokumentasi pada
40 orang dengan status tahanan 22 orang bulan Januari 2011 di rumah tahanan kelas
dan 18 orang dengan status narapidana yang I Bandung tentang masalah psikososial
usianya berkisar antara 13 sampai dengan 18 yang sering muncul dan dialami oleh anak
tahun dengan keseluruhan berjenis kelamin didik laki laki diketahui dari 33 anak didik 16
laki-laki. Kasus yang menyebabkan mereka orang diantaranya mengalami masalah
harus dipenjara bervariasi, yaitu kejahatan ansietas dan dari 16 orang tersebut 80%
terhadap ketertiban, kejahatan susila, mengalami ansietas sedang, 5%
penganiayaan, pencurian, perampokan, mengalami ansietas berat dan sisanya
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan mengalami ansietas ringan (Program
Zat Adiktif (NAPZA), membawa senjata tajam Profesi Ners Universitas Padjajaran, 2011).
dan kekerasan terhadap anak. Masa Banyaknya jumlah remaja yang mengalami
hukuman pun bervariasi tergantung pada ansietas di rumah tahanan belum menjadi
kasus. Sebagian besar dari narapidana anak perhatian khusus bagi pihak rutan. Hal ini
dijatuhi hukuman kurang dari 1 tahun. Tidak disebabkan oleh keterbatasan jumlah tenaga

131
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

ahli yang berfokus pada masalah panik jika skornya 66-80. Kuesioner ini telah
psikososial yang terjadi pada narapidana dilakukan uji validitas dengan nilai r hitung
khususnya remaja. Kondisi ini ditambah 0.313–0.574 dan reliabilitas dengan nilai
dengan belum adanya kebijakan khusus di 0.770 pada 30 orang di rumah tahanan di
wilayah Jawa Barat terkait dengan wilayah Kabupaten Garut.
penanganan remaja yang menjadi anak Penelitian dilakukan untuk menganalisis
didik di rumah tahanan dan lembaga perubahan tingkat ansietas remaja sebelum
pemasyarakatan sehingga pembinaan dan sesudah terapi logo dan terapi suportif
remaja disamakan dengan orang dewasa. kelompok pada remaja di rutan dan lapas
Berdasarkan data dari studi pendahuluanwilayah Jawa Barat dan membandingkan
di atas dan belum adanya penelitian tentang antara kelompok yang mendapatkan terapi
terapi logo dan terapi suportif pada remaja logo dan terapi suportif kelompok dengan
dengan ansietas di rumah tahanan atau kelompok yang tidak mendapatkan terapi
lembaga pemasyarakatan maka peneliti logo dan terapi suportif kelompok.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pada penelitian ini kelompok perlakukan
pengaruh terapi logo dan terapi ansietas di terdiri dari 4 kelompok dan kelompok kontrol
rumah tahanan dan lembagaterdiri dari 4 kelompok. Pada kelompok
pemasyarakatan wilayah Jawa Barat. perlakuan, terapi logo dilakukan dalam 4 sesi
pada masing masing kelompok dan terapi
METODE supportif dilakukan dalam 4 sesi pada masing
Penelitian ini adalah penelitian quasi masing kelompok. Setiap sesi berlangsung
experimental dengan metode kuantitatif selama 45 menit/hari. Terapi logo dan terapi
menggunakan desain ”Quasi experimental suportif ini dilakukan oleh peneliti. Proses
pre-post test with control group” dengan pelaksanaan penelitian ini membutuhkan
intervensi terapi logo dan terapi suportif waktu 5 minggu. Sebelum pelaksanaan
kelompok pada remaja pada tanggal 2 Mei pengambilan data peneliti memberikan
sampai dengan 8 Juni 2011 di suatu rutan penjelasan terlebih dahulu kepada responden
di wilayah Kota Bandung dan Kabupaten dan setelah responden memahami dan
Bandung. Teknik pengambilan sampel menyetujui untuk ikut dalam kegiatan
dengan cara consecutive sampling. penelitian ini responden menandatangani
Berdasarkan hasil screening dan kriteria lembar persetujuan/ kesediaan menjadi
inklusi didapatkan kelompok intervensi responden. Analisis statistik yang
berjumlah 39 responden dan kelompok dipergunakan yaitu univariat dan bivariat
kontrol berjumlah 39 responden. dengan analisis t-test, chi-square, serta
Tingkat ansietas diukur dengan marginal homogenity dengan tampilan dalam
menggunakan kuesioner State Trate bentuk tabel dan distribusi frekuensi.
Anxiety for Children-Trait (STAIC-T) yang
terdiri dari 20 pernyataan yang seluruhnya
bersifat unfavorable, dengan skor jawaban
4=selalu, 3=sering, 2=kadang kadang, dan
1=tidak pernah. Seorang remaja dikatakan
mengalami ansietas ringan jika skornya 20-
35, ansietas sedang jika skornya 36– 50,
ansietas berat jika skornya 51–65, dan

132
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

1. Hasil
Tabel 1 Analisis Kesetaraan Karakteristik Usia dan Penghasilan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di
Rutan dan Lapas Wilayah Jawa Barat
Bulan Mei-Juni 2011 (n1=39, n2=39)
Variabel Kelompok n Mean SD SE T p value
Usia Intervensi 39 16,74 0,785 0,126 1,090 0,305
(dalam tahun) Kontrol 39 16,97 1,063 0,170
Penghasilan Intervensi 39 725,64 819,81 131,27 1,404 0,217
(dalam Kontrol 39 1016,67 1001,47 160,36
ratusan ribu)
α=0,05

Tabel 2 analisis kesetaraan tingkat ansietas, tingkat pendidikan dan pola asuh orangtua remaja di
Rumah Tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan Sebelum Pelaksanaan Terapi Logo dan Terapi
Suportif di Wilayah Jawa Barat
Mei-Juni 2011 (n1=39, n2=39)

Karakteristik Kelompok Kelompok p


Intervensi Kontrol Value
(n=39) (n=39)
n % N %
1. Tingkat Ansietas
a. Ansietas sedang 3 23,1 10 76,9
b. Ansietas berat 36 55,4 29 44,6 0,68

2. Pendidikan
a. Tidak tamat SD 4 50 4 50
b. Tamat SD 17 58,6 12 41,4 0,906
c. Tamat SMP 18 43,9 23 56,1

1. Pola Asuh Orangtua


a. Protective 35 50,7 34 49,3 1,000
b. Democratic 4 44,4 5 55,6

Karakteristik remaja dalam penelitian ini tamat SMP, dan orangtua remaja
menunjukkan bahwa remaja pada kelompok menerapkan pola asuh protective dalam
intervensi dan kontrol rata–rata berusia 16,74 perspektif remaja (Tabel 2). Karakteristik
tahun dan remaja pada kelompok kontrol rata– pada kelompok control dan kelompok
rata berusia 16,97. Rata–rata penghasilan intervensi yang ditunjukkan pada tabel diatas
orangtua remaja pada kelompok intervensi setara. Hal ini dapat terlihat dari nilai p value
sebesar Rp. 725.640 dan penghasilan orangtua antara kedua kelompok menunjukkan > 0,05.
remaja pada kelompok kontrol sebesar Rp.
1.016.670 (Tabel 1). Sebagian besar remaja
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
berpendidikan terakhir

133
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Tabel 3. Analisis Tingkat Ansietas Remaja Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kelompok Kontrol di Rutan dan Lapas Wilayah Jawa Barat Bulan Mei-Juni 2011 (n=39)

Ansietas sedang Ansietas berat TOTAL p value


n % n % n %
Pre test 10 25,6 29 74,4 39 100 1,000
Post test 10 25,6 29 74,4 39 100
α=0,05

Hasil analisis statistik untuk kelompok alpha (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan
kontrol (Tabel 3) menunjukkan bahwa tidak bahwa pemberian terapi generalis berupa
terjadi perubahan tingkat ansietas remaja pendidikan kesehatan tentang ansietas belum
sebelum dan setelah diberikan intervensi mampu mengubah tingkat ansietas remaja
berupa pendidikan kesehatan dengan tema yang mengalami masa–masa hukuman di
cara mengatasi ansietas. Hal ini ditunjukkan rutan dan lapas, sehingga dibutuhkan terapi
berdasarkan uji statistik, dengan nilai p spesialis sebagai terapi lanjutan.
value sebesar 1,000 berada di atas nilai

Tabel 4. Analisis Tingkat Ansietas Remaja


Sebelum dan Sesudah Terapi Generalis, Terapi Logo, dan Terapi Logo + Terapi Suportif pada
Kelompok Intervensi di Rutan dan Lapas Wilayah Jawa Barat Bulan Mei-Juni 2011 (n=39)

Ansietas sedang Ansietas berat TOTAL p value


n % n % n %
Terapi generalis Pre test 3 7,7 36 92,3 39 100 0,157
Post test 4 10,3 35 89,7 39 100
Terapi logo Pre test 3 7,7 36 92,3 39 100 0,001
Post test 13 33,3 26 66,7 39 100
Terapi logo Pre test 3 7,7 36 92,3 39 100 <0,001
+suportif Post test 33 84,6 6 15,4 39 100

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel terapi logo. Hal ini ditandai dengan nilai p
4 di atas diketahui pada kelompok intervensi value (0.001) < 0.05. Kemudian setelah
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pengukuran ansietas sesudah pelaksanaan
pada tingkat ansietas sebelum dan setelah terapi logo dilakukan terapi suportif baru
terapi generalis ditandai dengan p value kemudian diakhiri dengan pengukuran tingkat
(0,157) > 0,05. setelah dilakukan terapi ansietas akhir (post test) kemudian dianalisa
generalis dan diukur tingkat ansietas remaja dan didapatkan hasil nilai p value (<0,001) <
dilakukan terapi logo. Setelah terapi logo 0,05, artinya bahwa terdapat perbedaan yang
dilakukan pengukuran ansietas kembali dan signifikan pada tingkat ansietas sebelum
di analisa dengan menggunakan uji marginal dilaksanakan terapi dan setelah dilaksanakan
homogenity dan hasil uji tersebut didapatkan terapi logo dan terapi suportif.
terdapat perbedaan tingkat ansietas sebelum
dilakukan terapi dan sesudah dilakukan

134
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

Tabel 5. Analisis Tingkat Ansietas Remaja


Setelah Dilakukan Terapi Logo dan Terapi Suportif pada Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol
di Rutan dan Lapas Wilayah Jawa Barat Bulan Mei-Juni 2011 (n 1=39, n2=39)

Karakteristik Kelompok Intervensi (n=39) Kelompok Kontrol (n=39) Jumlah p


(n=78) Value

n % N % n %
Tingkat <0,001
ansietas
Ansietas 33 84,6 10 25,6 43 55,1
sedang

Ansietas 6 15,4 29 74,4 35 44,9


berat

TOTAL 39 100 39 100 78 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada sebelum dan setelah diberikan pendidikan


kelompok intervensi diketahui proporsi remaja keehatan tentang ansietas. Hal ini sejalan
dengan tingkat ansietas sedang sebesar dengan penelitian yang dilakukan oleh
84.6%, dan ansietas berat sebesar 15.4%. Fergusson, Boden, & Horwood (2007) yang
Sedangkan pada kelompok kontrol diketahui menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan
proporsi remaja dengan tingkat ansietas tentang ansietas dan cara mengatasinya tidak
sedang 25.6%, dan ansietas berat 74.4%. berpengaruh terhadap penurunan tingkat
Pada kelompok kontrol dan kelompok ansietas remaja. Anak-anak dapat belajar
intervensi tidak ditemukan ansietas ringan, tentang sikap dan perilaku untuk memelihara
sebagian besar responden pada kelompok dan meningkatkan kesehatan mereka melalui
kontrol setelah menjalani terapi generalis pendidikan kesehatan, tetapi mereka juga
ansietas masih mengalami ansietas berat. membutuhkan bimbingan dan model peran
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa sehingga mereka bisa menggunakannya
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat ketika sewaktu–waktu mereka merasa cemas
ansietas remaja antara kelompok intervensi dan perlu untuk mengatasinya. Model dan
dan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,000 peran yang dibutuhkan anak–anak ini sangat
(p<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sulit ditemukan karena mayoritas orang
pemberian terapi logo dan terapi suportif dewasa tidak bertindak sebagai model peran
mampu menimbulkan perbedaan tingkat yang tepat bagi anak-anak (Omizo & Omizo,
ansietas remaja antara kelompok intervensi 1992 dalam Santrock 2015).
yang memperoleh terapi logo dan terapi Namun demikian, hasil penelitian ini
suportif dengan kelompok kontrol yang hanya bertentangan dengan penelitian yang
memperoleh terapi generalis. dilakukan oleh Bektas & Ozturk (2008) yang
menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan
DISKUSI
mempunyai pengaruh yang signifikan
Pada kelompok kontrol diketahui bahwa terhadap tingkat ansietas. Penelitian lain
tidak terdapat perbedaan ansietas remaja menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan

135
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

untuk mengatasi ansietas pada remaja yang dilakukan terhadap remaja akan lebih
diarahkan pada berbagai tema seperti punya manfaat terhadap perubahan perilaku
managemen stress, pengembangan diri dan pada remaja jika tidak hanya di lakukan pada
relaksaasi terpimpin. Selain Bektas & Ozturk remaja sebagai subyek tapi juga kepada
(2008), beberapa penelitian lain telah orangtua remaja yang akan menjadi model
membuktikan adanya pengaruh pemberian buat remaja. Green et al., 1980, dalam
terapi generalis terhadap penurunan ansietas. Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fiandini pendidikan kesehatan adalah suatu
(2010) menemukan bahwa relaksasi nafas pengalaman pembelajaran yang dirancang
dalam mampu secara efektif menurunkan untuk memotivasi pelaksanaan tindakan
tingkat ansietas pasien pre operasi di ruang seseorang terkait masalah kesehatan
bedah. Hasil tersebut sesuai dengan sehingga ia dapat merawat dirinya sendiri
pernyataan Prawitasari (1998, dalam Asrori, secara individu atau secara bersama-sama.
2016) yang mengungkapkan bahwa teknik Pada kelompok intervensi diketahui
relaksasi juga dapat digunakan sebagai terjadi penurunan ansietas pada remaja
keterampilan koping yang aktif dalam kondisi setelah dilakukan terapi logo dan terapi
ansietas. Penelitian tentang teknik reduksi suportif kelompok. Ansietas merupakan suatu
ansietas lainnya, diungkapkan pula oleh respon normal individu terhadap
Mu`afiro (2004). Hasil dari penelitian tersebut pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru,
membuktikan bahwa teknik hipnotik lima jari penemuan identitas dan makna hidup (Kaplan
cukup efektif untuk menurunkan tingkat & Sadock, 2005). Ansietas dapat terjadi pada
ansietas pasien kanker leher rahim di ruang semua tingkat usia, termasuk pada masa
kandungan RSU Dr Soetomo Surabaya. remaja. Hal ini disebabkan pada masa
Pada penelitian ini, tidak adanya remaja, seorang individu mengalami masa
pengaruh yang signifikan pada pendidikan transisi dari anak-anak menjadi dewasa dan
kesehatan yang dilakukan disebabkan oleh mengalami perubahan baik fisik, sosial
tingkat ansietas remaja pada variabel maupun psikologis (Cameron, 2004 dalam
perancu kelompok kontrol sebagian besar Santrock, 2003/2007; Dahl, 2004 dalam
adalah ansietas berat dimana pada tingkat Videbeck, 2008). Ansietas pada remaja
ansietas berat, remaja mengalami kesulitan didefinisikan sebagai perasaan gelisah yang
dalam berkonsentrasi dan tidak bisa fokus dihubungkan dengan suatu antisipasi
pada satu hal tertentu (Videbeck, 2008). terhadap bahaya yang sering terjadi pada
Selain hal tersebut, faktor lain yang bisa saat proses perkembangan. Kecemasan yang
menyebabkan tidak adanya pengaruh yang terjadi pada masa remaja terjadi sepanjang
signifikan pada pendidikan kesehatan adalah masa perkembangan pada remaja sehingga
pendidikan kesehatan dilakukan dalam satu mengganggu aktivitas sehari hari remaja
ruang dengan jumlah responden yang cukup (Verhulst et al., 1997; Ollendick & Hirshfeld-
besar (pada lapas Sukabumi=28 responden) Becker, 2002 dalam Santrock, 2003/2007).
sehingga tidak semua responden bisa Remaja yang rentan terhadap terjadinya
diperhatikan oleh terapis. ansietas salah satunya adalah remaja yang
Pendidikan kesehatan merupakan suatu menjalani masa hukuman atas tindak kriminal
metode yang cukup baik untuk meningkatkan yang telah dilakukan di rumah tahanan dan
pengetahuan remaja terhadap masalah yang lembaga pemasyarakatan. Gosden et al.
di alaminya. Pada pendidikan kesehatan (2003) menyebutkan bahwa pada remaja

136
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

yang menjalani masa hukuman karena tindak 2007). Terapi logo dapat diterapkan pada
kriminal yang dialaminya 69,1% mengalami remaja dengan memperhatikan hubungan
masalah gangguan mental termasuk terapeutik, meningkatkan pemahaman
ansietas. Hal tersebut dijelaskan pula pada tentang nilai, identitas dan tujuan, menjelaskan
beberapa penelitian yang menjelaskan tentang kerangka permasalahan yang
bahwa gejala ansietas sering terlihat dihadapi, membantu menemukan makna dari
sepanjang rentang usia pada masa remaja masalah yang dihadapi (Corey, 2001 dalam
(Ferdinand & Verhulst, 1995; Pine et al., Blair, 2004).
1998 dalam Santrock, 2003/2007; Bittner et Teknik terapi logo yang digunakan dalam
al., 2007; Brückl et al., 2007; Lewinsohn et penelitian ini adalah teknik paradoksikal
al., 2008). Hal tersebut dibuktikan juga dalam intension dan derefleksi. Teknik paradoxical
penelitian ini yang menunjukkan bahwa pada intention secara komposit nilai mempunyai
kelompok intervensi sebagian besar remaja pengaruh yang bermakna dalam mengatasi
mengalami ansietas berat yaitu sejumlah 36 ansietas penduduk pasca gempa akan
remaja dari 39 remaja kelompok intervensi tetapi apabila dilihat pada masing-masing
atau berkisar (92,3%). Dan pada kelompok subvariabel (fisiologis, afektif, kognitif, dan
kontrol sebagian besar remaja yang ada di perilaku) diketahui bahwa pada subvariabel
rutan dan lapas mengalami ansietas berat afektif tidak menunjukkan pengaruh yang
juga yaitu sebesar 74,4% dari data tersebut. significant, hanya terjadi peningkatan nilai
Cara mengatasi ansietas ada beberapa saja (Sutejo, 2009). Wijayanti (2010) yang
terapi spesialis yang dapat diterapkan, melakukan penelitian tentang pengaruh terapi
antara lain terapi logo dan terapi suportif. logo terhadap ansietas pada Narapidana
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan perempuaan di Lapas Semarang tidak hanya
bahwa tidak terdapat perbedaan yang menggunakan teknik paradoksikal intension
signifikan antara tingkat ansietas remaja tapi ditambah dengan teknik derefleksi. Hasil
sebelum dan setelah terapi generalis. Hal ini penelitian Wijayanti (2010) menunjukkan hal
terlihat dari nilai p value >0,05 yaitu 0,157. yang sama dengan penelitian Sutejo (2009)
Berbeda dengan tingkat ansietas remaja dimana secara komposit nilai penggunaan
setelah dilakukan terapi logo. Berdasarkan terapi logo dengan teknik paradoxical
hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat intention dan dereflection mempunyai
perbedaan yang signifikan antara tingkat pengaruh yang signifikan terhadap ansietas
ansietas sebelum terapi dan setelah terapi pada napi perempuan.
logo. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value Remaja membutuhkan system
perbedaan tingkat ansietas sebelum dan pendukung yang kuat dalam menjalani
setelah terapi logo yaitu 0,001 artinya, bahwa tugas perkembangannya. Support sistem
p value < 0,05. yang kuat pada remaja akan membuat
Hasil penelitian di atas sesuai dengan remaja mempunyai ketahanan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Routledge kondisi yang tidak menyenangkan (Ge et
& Juhl (2010) yang menyebutkan bahwa al., 1994; Mastern et al., 1994; Masten &
seorang individu yang kehilangan makna Hubbard, 1995 dalam Santrock, 2003/2007).
terhadap kejadian dalam hidupnya akan Gamezy dan Masten (1993) dalam Santrock
lebih mudah mengalami ansietas. Pencarian (2003/2007) telah mempelajari ketahanan
makna terhadap kejadian dalam hidup dapat remaja di tengah–tengah kesengsaraan
dilakukan dengan terapi logo (Bastaman, dan ketidakberuntungan selama beberapa

137
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

tahun. Ia menyimpulkan terdapat tiga faktor persahabatan dengan orang lain. Setelah
yang seringkali muncul membantu anak-anak pemberian terapi selama 15 minggu,
dan remaja agar dapat memiliki ketahanan beberapa responden menyatakan manfaat
terhadapa stress: (1) keterampilan kognitif dari pemberian terapi, karena memperoleh
(perhatian dan pemikiran reflektif), (2) kesempatan untuk mengungkapkan
keluarga, termasuk mereka yang hidup dalam perasaan dan berbagi pengalaman yang
kemiskinan ditandai dengan adanya tidak menyenangkan dengan responden
kehangatan, keterikatan satu sama lain, ada lainnya dalam satu kelompok.
orang dewasa yang memperhatikan seperti Hal ini sesuai dengan hasil uji statistik
kakek dan nenek yang bertanggung jawab penelitian yang memperlihatkan bahwa nilai
meskipun tidak ada orangtua yang p value pengaruh terapi logo terhadap
responsive karena adanya perselisihan hebat ansietas remaja > p value pengaruh terapi
dalam pernikahan orangtua remaja tersebut, logo dan terapi suportif. Hal tersebut berarti
dan dengan penggabungan 2 psikoterapi lebih
(3) ketersediaan sumber dukungan memberikan hasil yang optimal
eksternal, seperti ketika adanya kebutuhan dibandingkan dengan hanya menggunakan
yang kuat akan tokoh ibu dapat dipenuhi salah satu terapi saja (Porter, 1993 dalam
oleh tokoh guru, tetangga, orangtua teman Kaplan dan Saddock, 1993).
atau bahkan tokoh institusional seperti Berbeda dengan apa yang telah peneliti
tokoh agama atau pegawai yang ada di ungkapkan sebelumnya, penelitian lain
lembaga tempat remaja tinggal. menyebutkan bahwa ansietas pada remaja
Sampaio, Sequeira & Lluch Canut (2015) lebih tepat diatasi dengan menggunakan
menjelaskan bahwa salah satu psikoterapi yang terapi perilaku (desensitisasi, flooding,
dapat dipergunakan untuk mengatsi ansietas prosedur operan, modeling, dan terapi
terutama pada masalah emosional dan pikiran perilaku/CBT), terapi psikodinamik,
berfokus pada bagaimana memfasilitasi remaja terapi farmakologi (Berecz, 1968; Graziano
untuk mengenal dan mempergunakan support et al., 1979; Carlson, Figueroa, & Lahey,
sistem yang mampu dijangkau adalah terapi 1986; Gittelman, & Koplewicz, 1986; Lewis,
suportif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian 1986; Morris & Kratochwill, 1985 dalam
yang telah dilakukan oleh Banowati (1989). Strauss, 1990), teknik penghentian pikiran
Banowati (1989) menyatakan bahwa psikoterapi (Cohen et al., 2000), psikoedukasi keluarga
suportif yang dilakukan pada pasien (Stuart & Laraia, 2005), dan penggunaan
hemiparase mampu menurunkan derajat mekanisme koping (Moskowitz dalam
depresi dan ansietas serta meningkatkan Bonanno & Mayne, 2001; Townsend, 2009).
semangat hidup. Penelitian serupa yang Berdasarkan hasil penelitian tentang
dilakukan oleh Hasmilasari (2010) membuktikan pengaruh terapi logo dan terapi suportif
juga bahwa dengan terapi suportif tingkat terhadap ansietas remaja dan banyaknya
ansietas pada ibu hamil mengalami penurunan. psikoterapi yang dapat dipergunakan untuk
Sedangkan penelitian lainnya yang pernah mengatasi ansietas, maka hal ini bisa menjadi
dilakukan oleh Shechtman & Katz (2007) rekomendasi pada peneliti berikutnya untuk
membuktikan bahwa terapi kelompok suportif melihat perbandingan pengaruh antara terapi
cukup efektif untuk menurunkan tingkat logo supportif dengan psikoterapi lain dalam
ansietas sekelompok remaja yang mengalami mengatasi ansietas terutama ansietas pada
gangguan belajar dalam membangun hubungan remaja di rutan dan lapas.
sosial dan

138
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

Hal ini sejalan dengan penelitian yang data penelitian dan adanya potensi
telah dilakukan oleh Bellino, Rinaldi & terjadinya bias dalam penelitian. Untuk
Bogetto (2010) yang menjelaskan tentang penelitan selanjutnya disarankan intervensi
perbandingan pengaruh kombinasi dapat dilakukan oleh tenaga profesional
psikoterapi dan farmakologi dengan yang tidak mengetahui terapi yang
pengaruh farmakologi pada klien dengan diberikan apakah pada kelompok intervensi
gangguan kepribadian. Pada penelitian ini ataukah pada kelompok kontrol.
kombinasi psikoterapi dan farmakologi lebih
berpengaruh terhadap tingkat ansietas klien SIMPULAN
dengan gangguan kepribadian. Karakteristik remaja pada kelompok
Selain hal tersebut di atas psikoterapi lain intervensi yang terlibat dalam penelitian di
yang juga mempunyai pengaruh terhadap Rutan dan Lapas Wilayah Jawa Barat rata–rata
ansietas adalah tindakan untuk mengatasi berusia 16,74 tahun, penghasilan orangtua rata
ansietas dapat dilakukan melalui penggunaan rata Rp. 725.740, pendidikan tamat SMP, pola
mekanisme koping (Moskowitz dalam asuh orangtua protective, mayoritas mengalami
Bonanno & Mayne, 2001; Townsend, 2009; ansietas berat. Sedangkan karakteristik remaja
Lazarus & Abramovitz, 2004 dalam Safaria, pada kelompok kontrol yang terlibat dalam
Safaria & Saputra, 2009; Sarafino, 1998; penelitian di Rutan dan Lapas Wilayah Jawa
Smer,1994 dalam Safaria, Safaria & Saputra, Barat rata–rata berusia 16,97 tahun,
2009), psikofarmaka (Copel, 2000, dan Penghasilan orangtua rata rata Rp. 1.1016.670,
Videbeck, 2008) dan terapi keperawatan pendidikan tamat SMP, pola asuh orangtua
(Bulechek et al., 2008). Terapi spesialis yang protective dan mayoritas mengalami ansietas
dapat dilakukan untuk mengatasi ansietas berat. Terapi logo dan terapi suportif
diantaranya adalah terapi kognitif (Varcarolis, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
2006), terapi perilaku (Videbeck, 2008), teknik penurunan ansietas remaja di rutan dan lapas
relaksasi (Stuart & Laraia, 2005), modeling wilayah Jawa Barat yang ditandai dengan
dan desensitisasi sistematik (Isaacs, 2005), adanya perbedaan tingkat ansietas sebelum
flooding dan pencegahan respon (Varcarolis, dan setelah di berikan terapi logo dan terapi
2006), thought stopping (Routledge & Juhl, suportif pada remaja di rutan dan lapas pada
2010), CBT (Zimmerman, McDermut & kelompok intervensi. Tingkat ansietas remaja
Mattia, 2000), psikoedukasi keluarga (Stuart setelah diberikan terapi logo dan terapi suportif
& Laraia, 2005), ACT (Mauro & Murray, 2000), pada kelompok intervensi berbeda secara
terapi logo (Johnson, Lavoie, & Mahoney, 2001; signifikan dengan tingkat ansietas remaja
Isaacs, 2005; Frangkl, 1973/2008) serta terapi setelah diberikan terapi logo dan terapi suportif
suportif (Banowati, 1989; Viederman, 2008; pada kelompok kontrol.
Lipsitz et al., 2008). Psikoterapi– psikoterapi
tersebut telah terbukti mampu lebih Saran dari penelitian ini ditujukan bagi
berpengaruh terhadap tingkat ansietas remaja Aplikasi Keperawatan, keilmuan dan
di bandingkan dengan hanya dengan terapi pendidikan serta metodologi. Pada aplikasi
generalis (Kaplan & Saddock, 2005). keperawatan, Kanwil hukum dan HAM
Kelemahan penelitian ini adalah intervensi Provinsi Jawa Barat diharapkan
yang diberikan pada responden dilakukan menyampaikan kepada seluruh Kalapas
sendiri oleh peneliti sehingga membutuhkan dan Karutan di wilayah Provinsi Jawa Barat
waktu yang cukup lama dalam pengambilan untuk meningkatkan perhatian terhadap

139
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

masalah kesehatan mental remaja yang Banowati, L. (1989) . Psikoterapi suportif


menjalani masa hukuman di rutan dan lapas sebagai teknik untuk menurunkan
terutama pada remaja yang masih mengalami derajat depresi dan ansietas serta
ansietas berat dengan melakukan meningkatkan semangat hidup pasien
pemeriksaan berkala terhadap status mental hemiparese. Supportive Psychotherapy
remaja dan memberikan penanganan secara as a technique to decrease levels of
medis maupun non medis serta melakukan depression and anxiety and increasing
pembinaan yang intensif tidak hanya pada patient’s life spirit following hemiparesis
remaja yang menjalani masa hukuman di (tesis). Fakultas Psikologi, Universitas
Rutan dan Lapas tapi juga memberikan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
pendidikan kesehatan secara berkala kepada Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi:
orangtua remaja yang melakukan kunjungan Psikologi untuk menemukan makna
terhadap remaja sehingga orangtua hidup dan meraih hidup bermakna.
memahami perkembangan remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
kemungkinan masalah yang dihadapi oleh Bektas, M., & Ozturk, C. (2008). Effect of
remaja dan tindakan yang bisa dilakukan health promotion education on
orangtua untuk mengantisipasi hal tersebut. presence of positive health behaviors,
Perawat spesialis keperawatan jiwa level of anxiety and self-concept.
hendaknya menjadikan terapi logo dan terapi Social Behavior and Personality: An
suportif sebagai salah satu kompetensi yang international journal, 36(5): 681-690.
dapat dilakukan pada pelayanan kesehatan Bellino, S., Rinaldi, C., & Bogetto, F. (2010).
jiwa khususnya masalah ansietas pada Adaptation of interpersonal
remaja akhir di masyarakat (berbasis psychotherapy to borderline personality
komunitas). Saran peneliti yang ditujukan disorder: a comparison of combined
untuk keilmuan dan pendidikan keperawatan therapy and single pharmacotherapy.
yaitu pihak pendidikan tinggi keperawatan The Canadian Journal of Psychiatry,
hendaknya dapat menggunakan hasil 55(2): 74-81.
penelitian ini sebagai evidence based dengan Bittner, A., Egger, H. L., Erkanli, A., Costello,
lebih mengeksplorasi konsep dan teori E. J., Foley, D. L., & Angold, A. (2007).
keperawatan jiwa dalam mengembangkan What do childhood anxiety disorders
teknik penerapan penggabungan terapi logo predict?. Journal of Child Psychology
dan terapi suportif bagi masalah keperawatan and psychiatry, 48(12): 1174-1183.
jiwa, pihak pendidikan tinggi keperawatan Blair, R. G. (2004). Helping older
hendaknya dapat bekerja sama dengan pihak adolescents search for meaning in
Rutan dan Lapas untuk melakukan intervensi depression. Journal of Mental Health
keperawatan baik pemberian terapi generalis Counseling, 26(4): 333-347.
maupun terapi spesialis terhadap remaja Bonanno, G. A. & Mayne, T. J. (2001). The
yang berada di rutan dan lapas. future of emotion research. Emotions:
Current issues and future directions,
DAFTAR PUSTAKA 398-410.
Asrori, A. (2016). Terapi kognitif perilaku Brückl, T. M., Wittchen, H. U., Höfler, M., Pfister,
untuk mengatasi gangguan kecemasan H., Schneider, S., & Lieb, R. (2007).
sosial. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Childhood separation anxiety and the risk of
3(1): 89-107. subsequent psychopathology: Results

140
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

from a community study. Psychotherapy in adolescence and early adulthood,


and Psychosomatics, 76(1): 47-56. and later mental health, educational
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., and economic outcomes. The British
Dochterman, J. M., & Wagner, C. Journal of Psychiatry, 191(4): 335-342.
(2008). Nursing interventions Fiandini, S. P. (2011). Pengaruh pemberian
classifications (NIC). St. Louis: Mosby. teknik relaksasi nafas dalam terhadap
Canadian Psychiatric Association. (2006). tingkat kecemasan pasien pre–operasi
Clinical practice guidelines. Management di ruang bedah RSD dr. Soebandi
of anxiety disorders. Canadian journal of Jember (Skripsi). Program Studi Ilmu
psychiatry. Revue canadienne de Keperawatan, Universitas Jember,
psychiatrie, 51(8 Suppl 2): 9S. Jawa Timur, Indonesia.
Cohen, J. A., Mannarino, A. P., Berliner, L., & Frangkl, V. E. (2008). Optimisme di tengah
Deblinger, E. (2000) . Trauma-focused tragedi: Analisis logoterapi. (Alih Bahasa:
cognitive behavioral therapy for children Lala Herawati Dharma). Bandung:
and adolescents: An empirical update. Nuansa. (Buku asli diterbitkan1973).
Journal of Interpersonal Violence, Ge, X., Lorenz, F. O., Conger, R. D., Elder, G.
15(11): 1202-1223. H., & Simons, R. L. (1994). Trajectories
Colins, O., Vermeiren, R., Vreugdenhil, C., of stressful life events and depressive
van den Brink, W., Doreleijers, T., symptoms during adolescence.
& Broekaert, E. (2010). Psychiatric Developmental psychology, 30(4): 467.
disorders in detained male Gosden, N. P., Kramp, P., Gabrielsen, G., &
adolescents: A systematic literature Sestoft, D. (2003). Prevalence of
review. The Canadian Journal of mental disorders among 15–17‐ yearold
Psychiatry, 55(4): 255-263. male adolescent remand prisoners in
Departemen Kesehatan Republik Denmark. Acta Psychiatrica
Indonesia. (2016). Situasi Kesehatan Scandinavica, 107(2): 102-110.
reproduksi remaja. Retrieved from Goulet, L. R. & Baltes, P. B. (Eds.). (2013).
http://www. Life-span developmental psychology:
depkes.go.id/resources/download/ Research and theory. New York:
pusdatin/infodatin/infodatin%20 Academic Press.
reproduksi%20remaja-ed.pdf. Hage, S. M. (2006). A closer look at the role
Departemen Sosial Republik Indonesia. of spirituality in psychology training
(2002). Program nasional bagi anak programs. Professional Psychology:
indonesia kelompok perlindungan anak Research and Practice, 37(3): 303.
terhadap abuse, kekerasan, eksploitasi Hasmilasari. (2010) . Pengaruh terapi
dan diskriminasi. Retrieved from kelompok suportif terhadap ansietas
www.bappenas.go.id/get-file-server/ ibu hamil primipara di Kelurahan
node/330/ Balumbang Jaya, Bogor (tesis).
Ferdinand, R. F., & Verhulst, F. C. (1995). Program Studi Magister Keperawatan,
Psychopathology from adolescence Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
into young adulthood: an 8-year follow- Indonesia, Depok, Indonesia.
up study. The American journal of Irawan, A. (2011). Resosialisasi narapidana
psychiatry, 152(11): 1586. anak berkaitan dengan efektifitas pola
Fergusson, D. M., Boden, J. M., & Horwood, L. pembinaan narapidana di Lembaga
J. (2007). Recurrence of major depression

141
JPPNI Vol.02/No.03/Desember2017-Maret 2018

Pemasyarakatan Anak: Studi kasus Manik, C. G. (2007). Analisa faktor-faktor


Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas yang mempengaruhi konsep diri
II-B Tanjung Pati Sumatera Barat (tesis). pada narapidana remaja di Lembaga
Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum, Pemasyarakatan Kelas II A Anak Tanjung
Universitas Andalas, Padang, Indonesia. Gusta Medan (Skripsi). Program Studi
Isaacs, A. (2005). Panduan belajar keperawatan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
kesehatan jiwa dan psikiatrik (Lippincot’s Universitas Sumatera Utara, Medan,
review series: Mental health and psychiatric Indonesia.
nursing) (Edisi 3). Alih Bahasa: Dean Patry Masngudin, H. M. S. (2004). Kenakalan
Rahayuningsih). Jakarta: EGC. remaja bebagai perilaku menyimpang
Johnson, H. D., Lavoie, J. C., & Mahoney, M. hubungannya dengan keberfungsian
(2001). Interparental conflict and family sosial keluarga: Kasus di Pondok Pinang
cohesion: Predictors of loneliness, Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta.
social anxiety, and social avoidance in Retrieved from http://www.depsos.go.id/
late adolescence. Journal of Adolescent Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/
Research, 16(3): 304-318. Masngudin.htm
Kaplan, H. I., & Sadock, B. J. Mauro, M. V & Murray, S. B. (2000). Quality
(1993). Comprehensive group of life in individual with anxiety. Journal
psychotherapy. (3rd Ed). Maryland: Psychitric from American Psychiatric
Williams & Wilkins Co. Association, 157(1): 669-682.
Kaplan, S. & Sadock, B. J. (2005). Mu’afiro, A. (2004). Pengaruh hypnosis lima
Comprehensive handbook of psychiatry. jari terhadap penurunan kecemasan
Maryland: Wiliam & Wilkins. pasien kanker leher rahim di ruang
Program Profesi Ners Universitas Padjajaran. kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya
(2011). Laporan Praktek Profesi (tesis). Universitas Gadjah Mada,
Ners Universitas Padjadjaran. Tidak Yogyakarta, Indonesia.
dipublikasikan. Notoatmojo, S. (2007). Pendidikan dan
Lazarus, A. A. & Abramovitz, A. (2004). A perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
multimodal behavioral approach to Cipta.
performance anxiety. Journal of clinical Oliva, A., Jiménez, J. M., & Parra, A.
psychology, 60(8): 831-840. (2009). Protective effect of supportive
Lewinsohn, P. M., Holm-Denoma, J. M., family relationships and the influence
Small, J. W., Seeley, J. R., & Joiner Jr, of stressful life events on adolescent
T. E. (2008). Separation anxiety disorder adjustment. Anxiety, Stress, &
in childhood as a risk factor for future Coping, 22(2): 137-152.
mental illness. Journal of the American Routledge, C., & Juhl, J. (2010). When death
Academy of Child & Adolescent thoughts lead to death fears: Mortality
Psychiatry, 47(5): 548-555. salience increases death anxiety
Lipsitz, J. D., Gur, M., Vermes, D., Petkova, for individuals who lack meaning in
E., Cheng, J., Miller, N., ... & Fyer, A. J. life. Cognition and Emotion, 24(5): 848-
(2008). A randomized trial of interpersonal 854.
therapy versus supportive therapy for Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2011). Kaplan
social anxiety disorder. Depression and and Sadock’s synopsis of psychiatry:
Anxiety, 25(6): 542-553. Behavioral sciences/clinical psychiatry.

142
Terapi Logo dan Suportif Kelompok Menurunkan Ansietas

Lippincott Williams & Wilkins. di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa


Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2009). Tengah (Tesis). Program Studi
Concise textbook of child and adolescent Magister Keperawatan, Universitas
psychiatry. Philadelphia: Lippincott Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Williams & Wilkins. Townsend, M. C. (2009) . Psychiatric
Safaria, Safaria, T. & Saputra, N. E. (2009). mental health nursing (6th Ed).
Manajemen emosi–Sebuah panduan Philadhelpia: Davis Company.
cerdas bagaimana mengelola emosi Van der Laan, A., & Eichelsheim, V. (2013).
positif dalam hidup Anda (Cetakan Juvenile adaptation to imprisonment:
Pertama). Jakarta: PT Bumi Aksara. Feelings of safety, autonomy and well-
Sampaio, F. M. C., Sequeira, C. A. D. C., being, and behaviour in prison. European
& Lluch Canut, M. T. (2015). Nursing Journal of Criminology, 10(4): 424-443.
psychotherapeutic interventions: A Varcarolis, E. M. (2006). Psychiatric nursing
review of clinical studies. Journal of clinical guide: Assesment tools and
clinical nursing, 24(15-16): 2096-2105. diagnosis. Philadelphia: W.B Saunders
Santrock, J.W. (2007). Adolesence Co.
(Remaja). (Edisi ke-11). (Alih Bahasa: Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric mental
Soedjarwo). Jakarta: Penerbit health nursing (4rd Ed). Philadhelpia:
Erlangga. (Buku asli terbit 2003). Lippincott Williams & Wilkins.
Santrock, J. (2015) . Essentials of life-span Viederman, M. (2008). A model for
development. London: McGraw-Hill interpretative supportive dynamic
Higher Education. psychotherapy. Psychiatry, 71(4): 349-
Shechtman, Z. & Katz, E. (2007). Therapeutic 358.
bonding in group as an explanatory
variable of progress in the social Wijayanti, D. Y. (2010). Pengaruh logo
competence of students with learning therapy kelompok terhadap Kecemasan
disabilities. Group Dynamics: Theory, pada narapidana di LAPAS perempuan
Research, and Practice, 11(2): 117. Semarang Jawa Tengah Tahun 2010
Steinberg, L. (2005). Cognitive and affective (tesis). Program Studi Magister
development in adolescence. Trends in Keperawatan, Universitas Indonesia,
cognitive sciences, 9(2): 69-74. Jakarta, Indonesia.
Strauss, C. C. (1990). Anxiety disorders of Zhou, J., Witt, K., Zhang, Y., Chen, C., Qiu,
childhood and adolescence. School C., Cao, L., & Wang, X. (2014).
Psychology Review, 19(2): 142. Anxiety, depression, impulsivity and
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2005). substance misuse in violent and non-
Principles and practice of psyhiatric violent adolescent boys in detention in
nursing. (8th ed.). St. Louis: Mosby China. Psychiatry research, 216(3):
Year B. 379-384.
Supeno, H. (2009). Perlindungan hukum Zimmerman, M., McDermut, W., & Mattia, J.
anak. Retrieved from I. (2000). Frequency of anxiety disorders
http://hadisupeno. com/wawancara/65- in psychiatric outpatients with major
perlindungan-hukum-anak.html depressive disorder. American Journal
Sutejo. (2009). Pengaruh logoterapi terhadap of Psychiatry, 157(8): 1337-1340.
ansietas pada penduduk pasca gempa

143

Anda mungkin juga menyukai