Anda di halaman 1dari 15

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY (GAMAJPP)

VOLUME 4, NO. 2, 2018: 102-115


ISSN: 2407-7801
DOI: 10.22146/gamajpp.46320

Validasi Modul: Terapi Kelompok Suportif Ekspresif untuk


Menurunkan Depresi pada Wanita yang Mengalami Infertilitas
Primer

Khabibah Solikhah1 & Noor Rachman Hadjam2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. The aim of this study was to examine the validity of Supportive Expressive
Group Therapy modules to reduce depression in infertility women. Twelve people
participated in this research. Validation encompassed two processes, which were content
validity and empirical validity tests. The results of validity content through professional
judgments showed that the coefficient of validity Aiken's V moved from 0.58 to 0.92 with
reliability coefficient of 0.972 which indicated that the module had good content validity.
While empirical validity testing was done using quasi experiment method. Analysis
method used nonparametric Mann Whitney U-test. The result of the analysis showed that
Z-score = -2.756 with p = 0.006 (p < 0.05). This suggested that there was a significant
difference between the level of depression in the control group and the experimental group
after receiving supportive expressive therapy.

Keywords: depression; infertility; module of supportive expressive group therapy

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas modul Terapi Kelompok
Suportif Ekspresif (TKSE) yang disusun oleh peneliti dalam menurunkan depresi pada
wanita yang mengalami infertilitas primer. Subjek pada penelitian ini berjumlah 12
orang. Validasi meliputi dua proses, yaitu uji validitas konten dan validitas empiris
Berdasarkan hasil pengujian validitas isi melalui professional judgement, didapatkan
koefisien validitas Aiken’s V bergerak dari 0,58 sampai 0,92 dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,972. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang disusun memiliki
validitas isi baik. Sedangkan pengujian validitas empirik dilakukan dengan metode
eksperimen kuasi. Analisis statistik menggunakan nonparametrik Mann Whitney U-test
menunjukkan besarnya Z-score = -2,756 dengan p = 0,006 (p < 0,05). Hal tersebut
menunjukkan modul TKSE yang disusun peneliti mampu menurunkan depresi pada
wanita yang mengalami infertilitas primer.

Kata kunci : depresi; infertilitas; modul terapi kelompok suportif ekspresif

Pernikahan merupakan suatu peristiwa kahan, pasangan suami istri memiliki


yang dianggap sakral bagi setiap orang. harapan untuk bisa saling mencintai,
Whalstrom, William, dan Sawyer (2006) harapan untuk bahagia dan keinginan
menyatakan bahwa melalui sebuah perni- untuk bisa menjadi orang tua. Kehadiran
anak dalam keluarga akan meningkatkan
1
Korespondensi dapat dilakukan melalui: kualitas hidup pasangan suami istri. Oleh
khabibah.solikhah@gmail.com karena itu, pasangan suami istri akan
2Atau melalui nrochman@ugm.ac.id
merasa “kurang lengkap” ketika belum

102 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

juga dikaruniai anak meskipun telah dikaruniai anak, sehingga kesalahan


membangun rumah tangga bertahun- dilimpahkan pada pasangannya.
tahun. Dunia medis menyebut kondisi ini Infertilitas memang bukan sebuah
dengan istilah, infertilitas. kondisi penyakit yang mengancam
Infertilitas merupakan kegagalan kehidupan, tapi dampak psikologisnya
pasangan suami istri untuk mendapatkan sangat mempengaruhi individu, bahkan
kehamilan, sekurang-kurangnya dalam 12 sebanding dengan dampak psikologis
bulan berhubungan seksual secara teratur dari penyakit kronik (Anggraeni, 2009).
tanpa alat kontrasepsi. Infertilitas dibagi Wanita, sebagai pihak yang selalu
dalam dua kategori, yakni infertilitas disalahkan, rentan mengalami berbagai
primer dan infertilitas sekunder. tekanan psikologis yang dapat berkembang
Infertilitas primer terjadi apabila wanita menjadi depresi. Selain itu, wanita yang
sama sekali belum pernah mencapai mengalami infertilitas juga cenderung
pembuahan atau kehamilan. Sedangkan merasa kurang feminim, harga diri rendah,
infertilitas sekunder adalah lebih sensitif, mengalami stres psikologi,
ketidakmampuan wanita untuk dsyphoria, serta penurunan fungsi seksual
mempertahankan kehamilannya. Selain (Burt & Hendrick, 2005). Lebih lanjut,
itu dikenal juga infertilitas idiopatik yang penelitian yang dilakukan oleh Karaca &
mengacu pada kondisi dimana pasangan Unsal (2015) menemukan
suami istri telah menjalani pemeriksaan terdapat sembilan permasalahan
standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, psikososial yang dialami oleh wanita
dan analisis semen dengan hasil normal infertil, yaitu makna menjadi wanita
(Himpunan Endokrinologi Reproduksi infertil, konsep diri negatif, adanya
dan Fertilitas Indonesia [HIFERI], 2013). tekanan sosial, adanya dukungan sosial,
Pihak wanita paling sering simtom psikis, menarik diri dari
disudutkan dan disalahkan bila dalam pergaulan, coping spiritual, menyusun
suatu pernikahan belum juga dikaruniai kembali tujuan hidup, dan permasalahan
anak. Hal tersebut disebabkan adanya terkait pengobatan atau program hamil.
anggapan bahwa mengandung, Depresi merupakan suatu kondisi
melahirkan, mengasuh dan mendidik yang ditandai dengan munculnya
anak adalah tanggung jawab yang harus perasaan tidak puas, menurunnya
dipenuhi oleh seorang wanita untuk bisa aktivitas, serta perasaan pesimis
mengangkat harkat dan martabatnya menghadapi masa depan (Chaplin, 2011).
(Dariyo, 2004). Pernyataan ini sejalan Pedoman Penggolongan dan Diagnosa
dengan hasil penelitian yang dilakukan Gangguan Jiwa (Maslim, 2003),
oleh Demartoto (2008) terhadap menyebutkan gejala utama depresi yaitu
masyarakat Jawa yang mengalami afek depresif, kehilangan minat dan
infertilitas di Surakarta. Pada masyarakat kegembiraan, serta berkurangnya energi
patriakal Jawa, laki-laki diidentikkan menuju meningkatnya keadaan mudah
dengan individu yang kuat, sedangkan lelah. Selain itu ada juga gejala lain yang
anak dianggap sebagai sumber menyertai antara lain berkurangnya
kejantanan, kekuatan, serta kapasitas konsentrasi dan perhatian, harga diri
seksual laki-laki. Persepsi tersebut menurun, gagasan tentang rasa bersalah,
membuat laki-laki merasa rendah diri pesimis menghadapi masa depan, gagasan
ketika pernikahannya tidak juga bunuh diri, gangguan tidur, serta

E-JOURNAL GAMA JPP 103


SOLIKHAH & HADJAM

berkurangnya nafsu makan. Banyak Terapi kelompok suportif ekspresif


faktor yang dapat menjadi penyebab memiliki dua elemen utama, yakni
terjadinya depresi, antara lain faktor supportive technique dan expressive technique
biologis, psikologi dan sosial budaya (Luborsky, 1984). TKSE merupakan salah
(Mufson, Bufka, & Wright, 2016). Kondisi satu terapi yang dianggap mampu
depresi yang dialami oleh wanita infertil mengatasi gangguan psikologis, antara
tidak bisa diabaikan, melainkan harus lain gangguan kecemasan, ketergantungan
ditangani dengan baik. Wanita yang obat, penyalahgunaan obat, serta depresi.
mengalami infertilitas tidak hanya perlu Tujuan dari TKSE adalah membantu
penanganan medis, tapi juga partisipan untuk mengerti dan memahami
pendampingan secara psikologis. Kondisi pola hubungan yang menyebabkan konflik
psikologis yang tidak seimbang dalam konteks hubungan yang mendukung
berpotensi memperburuk masalah fisik melalui adanya support system dalam
(gangguan tuba, gangguan uterus, infeksi kelompok (Connoly, Cristoph, Shappell,
saluran urogenital dll). Kondisi psikologis Barber, & Luborsky, 1998). Tujuan ini akan
tidak seimbang menyebabkan tercapai dengan teknik CCRT (Core Conflict
neurotransmitter terganggu akibatnya Relation Theme). CCRT adalah metode
hormon kesuburan ikut terganggu hingga interpretasi untuk mengetahui pola
akhirnya memperburuk kondisi fisik. hubungan klien dengan orang lain,
Sehubungan dengan hal tersebut, termasuk dengan terapis. Pola konflik ini
perlu adaya intervensi psikologis bagi akan didapatkan terapis dari pengulangan
wanita yang mengalami infertilitas. tema di seluruh narasi dalam tiap sesi
Penelitian yang dilakukan Watson dan terapi. Teknik interpretasi CCRT
Kissane (2011) terhadap pasien kanker, merupakan metode yang mudah dilakuka,
menemukan terdapat terapi kelompok valid, dan dapat diterapkan pada jenis
yang dapat digunakan untuk terapi singkat (Hersen & Sledge, 2002;
menurunkan depresi, yakni supportive Connolly, Crits-Christoph, Barber, &
expressive group therapy (terapi kelompok Luborsky, 2000).
suportif ekspresif). Terapi kelompok CCRT dilakukan terapis untuk
suportif ekspresif (TKSE) merupakan membantu partisipan menemukan inti
terapi yang dimaknai dengan permasalahan (core conflict) yang dialami
keterbukaan dalam memaknai emosi, selama ini, melalui identifikasi masalah
pikiran dan perilaku (Fobair, Koopman, yang selama ini dimiliki oleh partisipan.
DiMiceli, O’Hanlan, Butler & Classen, Luborsky (1984) mengungkapkan bahwa
2002). TKSE merupakan bagian dari brief CCRT memiliki tiga elemen yakni Wish
psychodinamic dan merupakan kombinasi (apa yang diingkan partisipan dari orang
dari terapi suportif, existensial, cognitive lain), Respons of others (reaksi lingkungan
behavioral, dan interpersonal (Hersen & terhadap partisipan), dan respons of self
Sledge, 2002; Kissane, 2004; SAMHSA, (bagaimana respon partisipan terhadap
2012). Ciri khas psikodinamik dari TKSE reaksi lingkungan). TKSE untuk depresi
terletak pada adanya proses katarsis, didasarkan pada keyakinan bahwa gejala
penekanan pada tumbuhnya transference, depresi akan mereda saat partisipan mulai
adanya proses klarifikasi, konfrontasi, memahami pola hubungan maladaptif
dan interpretasi dengan teknik CCRT. mereka dan mulai menerapkan respons

104 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

interpersonal yang lebih adaptif peneliti. Penyusunan modul melalui


(Luborsky, 1984). tahapan yang diungkapkan oleh Russell
Sejauh ini, penelitian yang pernah (1974) yang meliputi identifikasi tujuan
dilakukan menunjukkan bahwa TKSE pembuatan modul, penyusunan alat
mampu menurunkan tingkat depresi pada ukur, penetapan target perilaku, ujicoba
penderita kanker payudara (Yunitri, 2012), modul, dan evaluasi. Modul disusun
mampu meningkatkan harapan dan dengan berpedoman pada modul Terapi
kualitas hidup pasien multiple sclerosis Kelompok Suportif Ekspresif yang
(Abolghasemi et al., 2016), mampu disusun oleh Maldonado (1996) serta
mengurangi gejala depresi pada pasien HIV berdasarkan hasil penelitian Karaca &
(Heckman et al., 2013; Cahyamita, 2015), Unsal (2015) tentang permasalahan
menurunkan stres pada pasien metastase psikososial yang dialami oleh wanita
kanker payudara (O’Brien Harris, King, & infertil yakni konsep diri negatif, makna
O’Brien, 2008), mampu menurunkan menjadi wanita infertil, adanya tekanan
kesedihan dan perasaan kesepian yang sosial, kurangnya dukungan sosial,
dialami oleh korban menyusun tujuan hidup kembali,
genosida di Rwanda (Gishoma, Brackelaire, menarik diri dari pergaulan, coping
Munyandamutsa, Muja-weyazu, Mohand & spiritual, menyusun kembali tujuan
Kayiteshonga, 2014), serta mampu hidup, dan permasalahan terkait
menurunkan konsumsi obat-obatan pengobatan atau program hamil. Setelah
terlarang pada cocaine dependence (Crits- modul selesai disusun, selanjutnya
Christoph et al., 2008). Namun, sejauh ini dilakukan pengujian validitas.
belum ada penelitian mengenai dampak Pengujian dilakukan terhadap
TKSE pada wanita yang mengalami validitas isi modul, melalui professional
infertilitas, sehingga peneliti tertarik untuk judgment, dan terhadap validitas empirik,
menyusun modul terapi kelompok suportif dengan kuasi eksperimen. Pengujian
ekspresif untuk wanita menikah yang validitas isi dilakukan dengan meminta
mengalami infertilitas primer. Penelitan ini penilaian dari tiga orang rater yang
bertujuan untuk melakukan validasi merupakan psikolog praktisi dalam
terhadap modul terapi kelompok suportif bidangnya masing-masing. Hasil
ekspresif terhadap penurunan depresi pada penilaian kemudian dianalisis dengan
wanita yang mengalami infertilitas. Aiken’s V untuk mendapatkan koefisien
Hipotesis dalam penelitian ini ada dua, validitas modul.
pertama modul TKSE yang disusun peneliti Pengujian validitas empirik
memiliki validitas isi yang baik. Kedua, dilakukan melalui eksperimen semu
modul TKSE yang disusun peneliti mampu dengan rancangan Untreated control group
menurunkan depresi pada wanita yang design with pretest and posttest design.
mengalami infertilitas primer. Partisipan dalam penelitian berjumlah 12
orang yang terbagi dalam kelompok
eksperimen (6 orang) dan kelompok
Metode kontrol (6 orang). Pengukuran depresi
pada partisipan penelitian menggunakan
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan PHQ-9. Analisis data dalam pengujian
validasi terhadap modul Terapi Kelompok empirik menggunakan analisis
Suportif Ekspresif yang disusun oleh

E-JOURNAL GAMA JPP 105


SOLIKHAH & HADJAM

Tabel 1.
Rekapitulasi Data Demografis Partisipan
Karakteristik Total Kelompok Kelompok
n(%) eksperimen kontrol
n = 6 (%) n = 6 (%)
Usia 26-30 7 (58,3%) 2 (33,33%) 3 (50%)
31-35 3 (25%) 2 (33,33%) 1 (16,67%)
36-40 2 (16,67%) 2 (33,33%) 0 (0%)
Pekerjaan IRT 3 (25%) 1 (16,67%) 2 (33,33%)
Swasta 2 (16,67%) 1 (16,67%) 1 (16,67%)
Guru 5 (41,67%) 3 (50%) 2 (33,33%)
PNS 1 (8,33%) 0 (0%) 1 (16,67%)
Wiraswasta 1 (8,33%) 1 (16,67%) 0 (0%)
Pendidikan SMA 1 (8,33%) 0 (0%) 1 (16,67%)
Sarjana 11 (91,67%) 6 (100%) 5 (83,33%)
Usia pernikahan 3-5 tahun 7 (58,33%) 3 (50%) 4(66,67%)
6-9 tahun 5 (41,67%) 3 (50%) 3 (50%)

nonparametrik. Teknik analisis psikodinamik, sudah menikah dan


nonparametrik yang digunakan yaitu memiliki anak, emiliki pengalaman
Mann-Whitney U test. Adapun kriketria dalam memberikan dukungan psikososial
inklusi partisipan yaitu wanita yang bagi wanita menikah, memiliki
mengalami infertilitas primer (wanita kemampuan dan pengalaman dalam
menikah yang sekurang-kurangnya memandu terapi kelompok, dan memiliki
selama 12 bulan berhubungan seksual pemahaman mengenai infertilitas.
tanpa kontrasepsi, tapi belum pernah
mengalami kehamilan), berusia 25 tahun Hasil
– 40 tahun, usia pernikahan minimal 3 Berdasarkan perhitungan dengan Aiken’s
tahun, memiliki tingkat depresi ringan V, hasil koefisien validitas bergerak dari
atau depresi sedang yang diukur dengan 0,58 sampai 0,92, dengan rerata 0,84 dan
PHQ9, pendidikan minimal SMA, koefisien reliabilitas sebesar 0,972. Azwar
mampu membaca dan berkomunikasi (2014) menyatakan bahwa nilai koefisien
dengan baik (tidak mengalami gangguan validitas yang berkisar 0,50 sudah dapat
pendengaran atau bicara), terapis dianggap memuaskan. Hal tersebut
memegang peranan penting dalam proses menunjukkan bahwa modul TKSE yang
terapi. Oleh karena itu, terdapat beberapa disusun oleh peneliti sudah dianggap
kriteria yang harus dipenuhi oleh terapis memuaskan.
yang akan memandu terapi kelompok Proses pengujian validitas empirik
suportif ekspresif. Adapun kriteria terapis dilakukan melalui desain Untreated
yaitu memiliki Surat Izin Praktik Psikolog control group design with pretest and posttest
(SIPP) yang masih berlaku, memiliki design. Adapun partisipan penelitian
pemahaman mengenai brief therapy, sejumlah 12 orang, dengan data
khususnya dengan pendekatan demografis pada Tabel 1.

106 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

Berdasarkan hasil pengukuran (baseline dan pretest) dan setelah intervensi


dengan PHQ-9 sebelum intervensi (postest) didapatkan hasil pada tabel 2.
Tabel 2.

Statistik Deskriptif Skor PHQ-9


Baseline Pretes Postes
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Minimum 7 7 8 9 2 9
Maximum 10 12 11 13 8 15
Mean 7,67 8,67 9,33 10,33 4,67 10,83
Std. 1,211 1,966 1,211 1,751 2,066 2,137
Deviation

Tabel 3.
Hasil Uji Mann-Whitney U Gain Score Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Test Statisticsa
GainScore
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 22,000
Z -2,756
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,004b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata- runan, sedangkan pada kelompok kontrol


rata (mean) skor PHQ-9 postes pada justru mengalami peningkatan.
kelompok eksperimen mengalami Perubahan rata-rata skor depresi
penurunan dibandingkan rata-rata skor (diukur dengan PHQ-9) pada kelompok
pada pengukuran baseline maupun pretes. eksperimen dan kelompok kontrol di
Yakni dari rata-rata baseline 7,67 tunjukkan pada gambar 4. Adapun hasil
kemudian rata-rata meningkat pada saat uji Mann Whitney U-test dapat dilihat
pretes menjadi 9,33 dan pada saat postes pada tabel 4. Adapun hasil uji Mann
menurun menjadi 4,67. Sedangkan rata- Whitney U-test dapat dilihat pada tabel 3.
rata postes pada kelompok kontrol justru Hasil yang didapatkan
mengalami peningkatan dibanding rata- menunjukkan besarnya Z-score = -2,756
rata pada saat baseline maupun pretes, dengan p = 0,006. Karena nilai p < 0,05,
yakni dari 8,67 menjadi 10,33 dan maka dapat dijelaskan bahwa ada
semakin meningkat menjadi 10,83. Hal ini perbedaan yang signifikan tingkat
menunjukkan bahwa setelah depresi pada kelompok kontrol dengan
mendapatkan TKSE, tingkat depresi kelompok eksperimen setelah
kelompok eksperimen mengalami penu- mendapatkan terapi suportif ekspresif.

E-JOURNAL GAMA JPP 107


SOLIKHAH & HADJAM

Tabel 4.
Hasil Uji Wilcoxon pada Pengukuran Pretes dan Postes Kelompok
Eksperimen
Test Statisticsa
PostEksp - PreEksp
Z -2,232b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,026
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.

Selanjutnya, peneliti juga melakukan wanita yang mengalami infertilitas


analisis terhadap nilai pretes kelompok primer. Pengujian dilakukan terhadap
ekperimen dengan nilai postes kelompok validasi isi modul dan validasi empirik.
eksperimen dengan menggunakan sign- Berdasar pengujian validasi isi dengan
rank Wilcoxon. Analisis ini bertujuan proffessional judgment didapatkan hasil
untuk mengetahui apakah pemberian koefisien validitas bergerak dari 0,58
terapi kelompok suportif ekspresif dapat sampai 0,92 dengan koefisien reliabilitas
menurunkan depresi pada wanita sebesar 0,972. Hasil ini menunjukkan
menikah dengan gangguan infertilitas. bahwa modul TKSE yang disusun peneliti
Adapun hasil analisis ditunjukkan pada memiliki validasi isi yang memuaskan.
Tabel 4. Selanjutnya pengujian validitas
Hasil yang didapatkan yakni nilai empirik dilakukan dengan menggunakan
signifikansi sebesar 0,026 (p<0,05). Hal analisis nonparametrik. Berdasarkan hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat uji hipotesis dengan Mann-Whitney U-test
perubahan signifikan antara skor pretes terbukti bahwa terdapat perbedaan yang
dengan skor postes kelompok ekperimen. signifikan antara tingkat depresi kelompok
Artinya terjadi perubahan yang signifikan kontrol dengan kelompok eksperimen
pada skor depresi pada partisipan setelah diberikan TKSE. Hal ini dapat
kelompok eksperimen antara sebelum dilihat dari z hitung sebesar - 2,756 dengan
dengan sesudah diberikan terapi nilai probabilitas (p) sebesar 0,006
kelompok suportif ekspresif. Berdasarkan (0,006<0,05). Partisipan kelompok
analisis uji hipotesis dapat disimpulkan eksperimen yang mendapatkan perlakuan
bahwa modul terapi kelompok suportif berupa terapi kelompok suportif ekspresif
ekspresif yang disusun oleh peneliti cenderung mengalami penurunan skor
dapat menurunkan tingkat depresi pada depresi, sedangkan partisipan kelompok
wanita menikah yang mengalami kontrol menunjukkan skor depresi yang
gangguan infertilitas. tetap, bahkan tiga partisipan mengalami
kenaikan skor depresi. Selain itu, hasil uji
Diskusi analisis dengan Wilcoxon menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan skor depresi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk yang signifikan antara sebelum diberikan
melakukan validasi terhadap modul terapi dengan sesudah diberikan terapi. Hal
Terapi Kelompok Suportif Ekspresif ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
(TKSE) untuk menurunkan depresi pada sebesar 0,026 (p<0,05) dan z

108 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

hitung -2,232. Berdasarkan uji hipotesis yang hilang. Individu terus


tersebut dapat disimpulkan bahwa modul berusaha
TKSE yang disusun oleh peneliti mampu mendapatkan objek tersebut
menurunkan tingkat depresi pada wanita bagaimanapun caranya (Nevid, Rathus,
menikah yang mengalami gangguan Greene, 2005). Hal ini sesuai dengan
infertilitas. Hasil penelitian ini sesuai kondisi seluruh partisipan, dimana
dengan hasil penelitian yang dilakukan mereka terpaku pada sesuatu yang
oleh Cahyamita (2015) dan Heckman et al. dianggap penting tapi belum juga
(2013) yang menemukan bahwa TKSE didapatkan, yakni anak. Di satu sisi,
dapat menurunkan depresi pada kondisi ini membuat partisipan
penderita HIV/AIDS, serta hasil mengerahkan seluruh usahanya untuk
penelitian yang dilakukan oleh Yunitri bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
(2012) yang menemukan bahwa TKSE Namun, disisi lain, kondisi ini menjadi
mampu menurunkan depresi pada stressor bagi partisipan. Terutama jika
penderita kanker. upaya yang mereka lakukan tidak
Salah satu tujuan individu menikah kunjung membuahkan hasil.
adalah untuk mendapatkan anak dan Berdasarkan hasil wawancara
melestarikan keturunan. Anak dianggap diketahui bahwa seluruh partisipan
sebagai simbol kebahagiaan dalam rumah mengalami permasalahan dengan organ
tangga. Oleh karena itu, ketika dalam reproduksinya. Kondisi ini kemudian
rumah tangga tidak juga dikarunia anak, memunculkan simptom rasa bersalah pada
kondisi tersebut akan menjadi stresor diri partisipan, karena meyakini bahwa
bagi pasangan suami istri. Kondisi yang belum hadirnya anak disebabkan oleh
sama juga dialami oleh seluruh partisipan mereka. Perasaan tersebut diperkuat
penelitian. Bertahun-tahun membina dengan adanya stigma masyarakat bahwa
rumah tangga tapi tidak juga dikaruniai mengandung, melahirkan, mengasuh dan
anak. Tuntutan dari lingkungan mulai mendidik anak adalah tanggung jawab
muncul. yang harus dipenuhi oleh seorang wanita
Model psikodinamika terbaru untuk bisa mengangkat harkat dan
lebih fokus pada perasaan individu martabatnya (Dariyo, 2004). Sehingga
terhadap self worth atau self esteem. Pada ketika dalam keluarga belum juga
model self focussing , mempertimbangkan dikaruniai anak, maka yang patut
bagaimana mengalokasikan proses atensi disalahkan adalah pihak wanita. Teori
individu setelah peristiwa kehilangan psikodinamika meyakini bahwa depresi
(kematian orang yang dicintai, kegagalan mewakili kemarahan yang diarahkan ke
mendapatkan sesuatu, dan lain sebagainya). dalam diri sendiri (Nevid et al., 2005). Hal
Menurut model ini individu yang mudah ini sesuai dengan yang dialami oleh
mengalami depresi adalah individu yang seluruh partisipan, dimana mereka
mengalami periode self examination (self cenderung menyalahkan diri sendiri atas
focussing) yang intens setelah terjadinya situasi yang dihadapi. Emosi marah bisa
kekecewaan yang besar. Individu menjadi jadi merupakan manifestasi dari kesedihan
terpaku pada pikiran-pikiran mengenai yang dialami oleh partisipan.
objek atau sesuatu penting yang gagal Berdasarkan pengukuran dengan
diraih dan individu tersebut tidak dapat PHQ-9 dan wawancara, diketahui bahwa
merelakan harapan proses terapi kelompok suportif ekspresif
mampu menurunkan simptom depresi

E-JOURNAL GAMA JPP 109


SOLIKHAH & HADJAM

pada seluruh partisipan. Pada sesi mereka dan mulai menerapkan respons
identifikasi diri, seluruh partisipan interpersonal yang lebih adaptif.
berupaya untuk mengidentifikasi Cara lain yang dilakukan oleh
perubahan yang dialami berkaitan dengan terapis adalah dengan menghadirkan
kondisi infertilitasnya, baik secara emosi, kembali pengalaman-pengalaman trau-
sosial, spiritual dan ekonomi. Selain itu, matis yang memunculkan depresi. Proses
melalui sesi ini partisipan berusaha menghadirkan kembali peristiwa
mengidentifikasi sumber kekuatan yang menyakitkan dan memaknainya kembali
dimiliki, sehingga akan membantu terbukti mampu menurunkan simptom
partisipan mengubah pandangan negatif stres dan depresi. Salah satu pendekatan
mengenai dirinya sendiri dan kondisi yang terapeutik pada individu yang mengalami
dialami. Beck & Alford (2009) stress dan depresi adalah dengan
mengungkapkan bahwa individu yang menghadirkan kembali peristiwa
mengalami depresi lebih memfokuskan traumatik yang pernah dialami. Individu
pada penilaian diri negatif. Seperti halnya dipandu untuk menghadirkan kembali
yang dialami oleh partisipan sebelum peristiwa tersebut sambil merasakan
menjalani terapi, terfokus pada rasa kembali emosi-emosi terkait. Termasuk di
bersalah dan tidak berharga karena belum dalamnya adalah menemukan hikmah
bisa melahirkan anak. Partisipan yang dari peristiwa tersebut dan memasukkan
berhasil mengidentifikasi perubahan yang emosi-emosi positif di dalamnya sehingga
dialami, akan mampu memetakan individu mampu mengatasi rasa sakitnya
permasalahan dan merumuskan dan melanjutkan hidup (Durand &
pemecahan yang tepat. Barlow, 2006).
Selanjutnya pada sesi kedua, Pada sesi ketiga, partisipan
partisipan dipandu untuk dipandu untuk mengidentifikasi dampak
mengidentifikasi dampak infertilitas dari promil yang dijalani. Tidak dapat
terhadap hubungannya dan interaksinya dipungkiri bahwa serangkaian program
dengan lingkungan. Tujuan sesi ini untuk hamil yang dijalani, memberikan dampak
membantu partisipan mengetahui pola psikologis bagi pasangan infertil (HIFERI,
hubungannya dengan lingkungan. 2013). Besarnya biaya yang dikeluarkan,
Terapis, dengan teknik CCRT, mampu serta ketidakpastian keberhasilan
memandu partisipan merumuskan harapan program menjadi stressor. Hal tersebut
(wish), respons from others, dan respon of self. sangat dirasakan oleh seluruh partisipan,
Melalui teknik ini, partisipan lebih terutama Aster. Terapi kelompok SE
memahami apa yang diharapkan dari membantu partisipan untuk
lingkungan dan respon apa yang harus mengidentifikasi problem solving yang
ditunjukkan untuk mendapatkan reaksi dilakukan untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang diinginkan, sehingga tersebut. Terjadi proses saling menguatkan
partisipan mampu menerapkan koping yng antar partisipan. Hal ini akan
lebih adaptif. Luborsky (1984) menyatakan membuat partisipan lebih siap
bahwa TKSE untuk depresi didasarkan menghadapi kondisi yang tidak
pada keyakinan bahwa gejala depresi akan diharapkan.
mereda saat partisipan mulai memahami Pada sesi keempat memaknai
pola hubungan maladaptif hikmah, partisipan dipandu untuk
memaknai kondisi infertilitasnya dengan

110 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

lebih positif. Partisipan diajak untuk mengungkapkan recananya untuk


menilai kondisinya dari sudut pandang mendirikan rumah tahfidz bagi anak
yang berbeda. Seluruh partisipan yatim. Sedangkan Azallea dan Lily
menyatakan bahwa salah satu hikmah mengungkapkan bahwa mereka akan
dari kondisinya saat ini adalah semakin fokus untuk bisa bermanfaat, lewat ilmu.
meningkatnya keterbukaan dan Krisan, di antara enam partisipan
komunikasi dengan suami. Selanjutnya, yang lain, menunjukkan penurunan skor
pada sesi kelima, terapis memandu depresi paling sedikit, yakni 1 poin.
partisipan untuk menyusun kembali Berdasarkan analisa selama proses terapi,
tujuan hidup yang lebih realistis, dengan hal ini disebabkan karena Krisan terus
mempertimbangkan kondisi infertilitas melakukan penyangkalan (denial)
yang dialami. Partisipan diminta untuk terhadap simptom depresi yang muncul.
menuliskan peran yang dijalani dalam Saat mulai muncul rasa sedih karena
hidup, perilaku yang ditunjukkan oleh memikirkan kondisinya, Krisan akan
masing-masing peran, kompetensi yang langsung menyangkal rasa sedihnya
dimiliki saat ini, tujuan tertinggi yang dengan pikiran “aku tidak boleh sedih”.
ingin dicapai, kompetensi baru yang Selain itu, Krisan juga menunjukkan
dibutuhkan, serta perilaku baru yang mekanisme pertahananan diri disosiasi,
dibutuhkan untuk mencapai tujuan dimana setiap kali ada pihak yang
tersebut. Melalui sesi ini, partisipan menyinggung mengenai kondisinya,
merasa memiliki tujuan yang lebih Krisan memilih untuk memikirkan hal
konkrit untuk dicapai, sehingga lain yang lebih menyenangkan. Freud
partisipan merasa mampu menjalani mengungkapkan bahwa mekanisme
hidup dengan lebih optimis. pertahanan diri berfungsi untuk
Pada sesi kelima, terapis juga melindungi diri dari kecemasan. Namun,
memadu partisipan untuk menghadirkan jika mekanisme dipergunakan secara
situasi yang tidak diinginkan, yakni jika berlebihan, dapat memunculkan
sampai akhir hayat tidak dikaruniai anak. gangguan psikologis (Halgin &
Seluruh partisipan mengakui bahwa Whitbourne, 2010).
mereka memiki kekhawatiran, jika sampai Partisipan dalam terapi kelompok
tidak memiliki anak. Garfield (dalam Karen, masih cenderung didominasi oleh emosi
Hafe, Smith, & Fradsen, 2002) negatif karena kondisinya, baik itu rasa
mengungkapkan bahwa kekhawatiran marah, kecewa, sedih, maupun rasa
merupakan suatu upaya untuk keluar dari bersalah. Oleh karena itu peneliti
ketakutan. Kekhawatiran tidak selalu memberikan ketrampilan relaksasi di setiap
bermakna negatif, melainkan bisa menjadi akhir sesi. Penelitian yang dilakukan oleh
kekuatan yang mampu menggerakkan Rachmawati (2015) menyimpulkan bahwa
individu untuk mengambil langkah positif. relaksasi dapat menurunkan ketegangan,
Melalui sesi ini, partisipan diminta menurunkan kecemasan, serta membangun
mengidentifikasi langkah apa yang akan emosi positif. Seluruh partisipan mengaku
dilakukan jika pada akhirnya Tuhan tidak bahwa setiap kali selesai relaksasi, perasaan
menganugerahkan anak hingga akhir hayat. menjadi lebih tenang dan damai.
Tulip, Aster dan Edelweis mengungkapkan
keinginannya untuk Lebih lanjut, salah satu faktor
mengasuh anak yatim, Krisan terapeutik dalam terapi yang mampu

E-JOURNAL GAMA JPP 111


SOLIKHAH & HADJAM

menurunkan depresi adalah adanya social partisipan yang tidak sesuai dengan
support (dukungan sosial). Semakin tinggi kriteria yang ditetapkan (infertilitas
dukungan sosial yang dimiliki maka akan sekunder). Keterbatasan selanjutnya
menunjang proses kesembuhan gangguan mengenai jumlah partisipan. Modul
depresi (Durand & Barlow, 2006). terapi yang disusun, penelitian akan lebih
Dukungan ini didapatkan melalui tepat jika menggunakan N-small group,
interaksi antar partisipan. Kohesivitas yakni grup terapi dengan jumlah anggota
diperlukan untuk membangun interaksi sedikit. Jumlah partisipan tujuh orang,
dalam kelompok. Berdasarkan observasi, ternyata kurang efektif karena waktu
kohesivitas kelompok sangat tinggi. yang dibutuhkan dalam proses terapi
Kohesivitas ini yang membuat fungsi semakin panjang. Waktu yang kurang
dalam kelompok menjadi semakin positif efektif menyebabkan tidak semua
(Berg, Landreth, & Fall, 2006). partisipan dapat terfasilitasi dengan baik.
Melalui proses terapi kelompok Keterbatasan teknis berkaitan
suportif ekspresif ini, seluruh partisipan dengan tempat pelaksanaan terapi.
dapat saling bertukar pengalaman dan Pelaksanaan terapi akan lebih baik jika
informasi mengenai kondisi yang dialami. menggunakan ruang yang kedap suara.
Selain itu partisipan juga memiliki ruang Hal tersebut dilakukan dengan
yang nyaman untuk bisa pertimbangan permasalahan yang
mengekspresikan emosinya, baik marah, diangkat adalah isu yang sensitif. Selain
sedih, kecewa, dan lain sebagainya. itu, selama proses terapi berlangsung
Mengekspresikan perasaan dalam akan lebih baik jika yang hadir dalam
kelompok merupakan mekanisme koping proses hanya pihak terkait, yakni
yang konstruktif untuk meningkatkan partisipan, terapis dan peneliti.
pengetahuan dan menciptakan hubungan
sosial yang baik (Kissane, 2004). Selain itu, Kesimpulan
hal ini mampu menumbuhkan
pengalaman positif pada seluruh Modul Terapi Kelompok Suportif
partisipan, hingga partisipan menyadari Ekspresif (TKSE) yang disusun peneliti
bahwa apa yang dirasakan juga dialami memiliki validitas isi yang baik serta
oleh partisipan lain. Hal ini diperkuat terbukti mampu menurunkan depresi
dengan pernyataan Edelweis, Lily dan pada partisipan penelitian, yakni wanita
Aster yag mengungkapkan bahwa menikah yang mengalami infertilitas
dukungan sosial yang diharapkan, primer. Hipotesis dalam penelitian ini
berhasil didapat melalui proses terapi. diterima.
Kondisi yang dialami seluruh partisipan
ini sesuai dengan pernyataan Halgin dan Saran
Whitbourne (2010) yang menyatakan Peneliti selanjutnya disarankan
bahwa seringkali dukungan terbaik justru melakukan skrining lebih ketat mengenai
didapatkan dari individu yang riwayat kehamilan ataupun keguguran
mengalami permasalahan sama. yang dialami oleh partisipan untuk
Di sisi lain, penelitian ini masih meningkatkan homogenitas dalam
terdapat beberapa keterbatasan. Pertama, kelompok. Selain itu pada penelitian
skrining partisipan masih terlalu longgar. selanjutnya dengan menggunakan modul
Hal ini terbukti dengan adanya salah satu

112 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

TKSE ini, hendaknya dilakukan dengan Burt, V., & Hendrick, V. (2005). Clinical
jumlah partisipan sedikit (n-small group) manual of women’s mental health.
Psikolog praktisi, dapat U.S.A : American Psychiatric Pub.
menjadikan hasil penelitian ini sebagai Cahyamita, T. (2015). Efektivitas terapi
acuan dalam memberikan pendampingan kelompok suportif ekspresif dalam
psikologis untuk mengatasi permasalahan menurunkan depresi pada orang
depresi pada wanita menikah yang dengan
mengalami infertilitas primer. Sedangkan HIV/AIDS. (Tesis tidak
bagi partisipan penelitian diharapkan dipublikasikan). Surakarta: Fakultas
tetap menerapkan ketrampilan yang Psikologi Universitas
diberikan oleh terapis. Seluruh partisipan Muhammadiyah Surakarta.
juga diharapkan tetap membangun Chaplin, J. P. (2011). Kamus lengkap
komunikasi positif meskipun di luar psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
forum terapi. Hal ini dimaksudkan agar Persada.
support system yang telah terbangun lewat
proses terapi, dapat terus terjaga. Connolly, M. B., Crits-Cristoph, P.,
Shappell, S., Barber, J. P., &
Daftar Pustaka Luborsky, L. (1998). Therapist
interventions in early sessions of
Abolghasemi, A., Farhang, S., Taherifard, brief supportive expressive
M., Kiamarsi, A., & Arabani, A. psychotherapy for depression. The
(2016). The effect of supportive Journal of Psychotherapy Practice and
expressive therapy on hope and Research, 7, 290-300.
quality of life in patients with Connolly, M. B., Crits-Cristoph, P.,
multiple sclerosis (MS). Archives of Barber, J. P., & Luborsky, L. (2000).
Psychiatry and Psychotherapy, 4, 20- Transference patterns in the
27. doi: 10.12740/APP/64975 therapeutic relationship in
Anggraeni, M. D. (2009). Dukungan sosial supportive-expressive psycho-
yang diterima oleh perempuan yang therapy for depression.
belum berhasil dalam pengobatan Psychotherapy Research, 10(3), 356 –
infertilitas. Jurnal Keperawatan 372. doi: 10.1093/ptr/10.3.356
Soedirman (The Soedirman Journal of Crits-Christoph, P., Gibbons, M. B. C.,
Nursing), 4(3), 94-101. Gallop, R., Ring-Kurtz, S., Barber, J.
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala P., Worley, M, ... Hearon, B. (2008).
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Supportive expressive psycho-
Pelajar. dinamic therapy for cocain
Beck, A. T., & Alford, B. A. (2009). dependence: A closer look.
Depression: Causes and treatment. Psychoanalitic Psychology, 25(3), 483-
Philadelphia: University of 498. doi: 10.1037/0736-9735.25.3.483
Pennysylvania Press. Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan:
Berg, R. C., Landreth, G. L., & Fall, K. A. Dewasa muda. Jakarta: Grasindo.
(2006). Group counseling. New York: Demartoto, A. (2008). Dampak infertilitas
Routledge Taylor & Francis Group. terhadap perkawinan: Suatu
perspektif gender. Laporan
Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
(Tidak diterbitkan). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
E-JOURNAL GAMA JPP 113
SOLIKHAH & HADJAM

Durand, V. M. & Barlow, D. H. (2006). Science, 9, 243-250. doi:


Psikologi abnormal. Alih Bahasa: 10.1016/j.anr.2015.04.007
Linggawati Haryanto. Yogyakarta: Karren, K., Hafen, B., Smith, N., &
Pustaka Pelajar. Frandsen, K. (2002). Mind/body health:
Fobair, P., Koopman, C., DiMiceli, S., The effects of attitudes, emotions, and
O’Hanlan, K., Butler, L. D., Classen, relationships. San Francisco, CA:
C. (2002). Psychosocial intervention Benjamin Cummings.
for lesbians with primary breast Kissane, D. W., Grabsch, B., Clarke, D.M.,
cancer. Psycho-Oncology, 11(5), doi: Christie, G., Clifton, D., Gold, S ...
10.1002/ pon.624 Smith, G. C. (2004). Supportive
Gishoma, D., Brackelaire, J., expressive group therapy : The
Munyandamutsa, N., Mujaweyazu, transformation of existential
J., Mohand, A.A., & Kayiteshonga, ambivalence into creative living
Y. (2014). Supportive expressive while enchancing adherence to anti-
group therapy for people cancer therapies. Psycho Oncology,
experiencing collective traumatic 13, 755 – 768. doi: 10.1002/pon.798
crisis during the genocide Luborsky, L. (1984). Principles of
commemoration period in Rwanda: psychoanalytic psychotherapy. A
Impact and implications. Journal of manual for supportive expressive
Social and Political Psychology, 2(1), treatment. USA : Basic Books, Inc.
469-488. doi: 10.5964/jspp.v2i1.292 Maslim, R. (2003). Buku saku diagnosis
Halgin, R. P & Whitbourne, S. K. (2010). gangguan jiwa. Jakarta : PT Nuh Jaya.
Psikologi abnormal (Perspektif klinis Maldonado. (1996). Supportive expressive
pada gangguan psikologis). Jakarta : group therapy for people with HIV
Salemba Humanika. infection: A primer. California:
Heckman, T. G., Heckman, B. D., University School of Medicine.
Anderson, T., Lovejoy, T. I., Mohr, Mufson, L., Bufka, L., & Wright, V. (2016).
D., Sutton, M., Bianco, J. A., & Gau, Overcoming depression: How
J. (2013). Supportive expressive and psychologists help with depressive
coping group teletherapies for hiv- disorders. Diunduh dari
infected older adults: A randomized http://www.apa.org/helpcenter/dep
clinical trial. AIDS Behav, 17(9), 1-18. ression.aspx.
doi: 10.1007/s10461-013-0441-0 Nevid, J. S., Rathus, S. A. & Greene, B.
Hersen, M., & Sledge, W. (2002). (2005). Psikologi abnormal. Edisi
Encylopedia of psychotherapy. USA : Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Elsevier Science. O’Brien, M., Harris, J., King, R., & O’Brien,
HIFERI (Himpunan Endokrinologi T. (2008). Supportive expressive
Reproduksi dan Fertilitas group therapy for women with
Indonesia). (2013). Konsensus metastatic-breast cancer : Improving
penanganan infertilitas edisi revisi 9.1. access for Australian women through
Jakarta: HIFERI. use of teleconference.
Karaca, A. & Usal, G. (2015). Psychosocial CounselingandPsychotherapy
problems and coping strategies Research, 8, 28-35. doi:
among Turkish women with 10.1080/14733140801889071
infertility. Korean Society of Nursing

114 E-JOURNAL GAMAJPP


DEPRESI, INFERTILITAS, MODUL TERAPI KELOMPOK SUPORTIF EKSPRESIF

Rachmawati, D. H. (2015). Teknik relaksasi Wahlstrom, C. M., Williams, B. K., &


otot progresif untuk menurunkan Sawyer, S. C. (2006). Marriages,
kecemasan. (Skripsi tidak families, and intimate relationships: a
dipublikasikan). Semarang: practical introduction. USA: Pearson
Universitas Islam Sultan Agung. Education.
Russell, J. D. (1974). Modular instruction : Watson, M & Kissane, D. W. (2011).
A guide to the design, selection, Handbook of psychotherapy in cancer
utilization and evaluation of modular care (first edition). UK : A John Wiley
materials. Minnesota: Burgess & Sons, Ltd, Publication.
Publishing Company Yunitri, N. (2012). Pengaruh terapi
SAMHSA (Substance Abuse and Mental kelompok suportif ekspresif terhadap
Health Services Administration). depresi dan kemampuan mengatasi
(2012). Brief interventions and brief depresi pada
therapies for substance abuse. pasien kanker. (Tesis tidak
Rockville, MD : U. S Department of dipublikasikan). Fakultas Ilmu
Health and Human Services. Keperawatan: Universitas
Indonesia.

E-JOURNAL GAMA JPP 115

Anda mungkin juga menyukai