3 Roha
3 Roha
Abstract. The aim of this study was to examine the validity of Supportive Expressive
Group Therapy modules to reduce depression in infertility women. Twelve people
participated in this research. Validation encompassed two processes, which were content
validity and empirical validity tests. The results of validity content through professional
judgments showed that the coefficient of validity Aiken's V moved from 0.58 to 0.92 with
reliability coefficient of 0.972 which indicated that the module had good content validity.
While empirical validity testing was done using quasi experiment method. Analysis
method used nonparametric Mann Whitney U-test. The result of the analysis showed that
Z-score = -2.756 with p = 0.006 (p < 0.05). This suggested that there was a significant
difference between the level of depression in the control group and the experimental group
after receiving supportive expressive therapy.
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas modul Terapi Kelompok
Suportif Ekspresif (TKSE) yang disusun oleh peneliti dalam menurunkan depresi pada
wanita yang mengalami infertilitas primer. Subjek pada penelitian ini berjumlah 12
orang. Validasi meliputi dua proses, yaitu uji validitas konten dan validitas empiris
Berdasarkan hasil pengujian validitas isi melalui professional judgement, didapatkan
koefisien validitas Aiken’s V bergerak dari 0,58 sampai 0,92 dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,972. Hal ini menunjukkan bahwa modul yang disusun memiliki
validitas isi baik. Sedangkan pengujian validitas empirik dilakukan dengan metode
eksperimen kuasi. Analisis statistik menggunakan nonparametrik Mann Whitney U-test
menunjukkan besarnya Z-score = -2,756 dengan p = 0,006 (p < 0,05). Hal tersebut
menunjukkan modul TKSE yang disusun peneliti mampu menurunkan depresi pada
wanita yang mengalami infertilitas primer.
Tabel 1.
Rekapitulasi Data Demografis Partisipan
Karakteristik Total Kelompok Kelompok
n(%) eksperimen kontrol
n = 6 (%) n = 6 (%)
Usia 26-30 7 (58,3%) 2 (33,33%) 3 (50%)
31-35 3 (25%) 2 (33,33%) 1 (16,67%)
36-40 2 (16,67%) 2 (33,33%) 0 (0%)
Pekerjaan IRT 3 (25%) 1 (16,67%) 2 (33,33%)
Swasta 2 (16,67%) 1 (16,67%) 1 (16,67%)
Guru 5 (41,67%) 3 (50%) 2 (33,33%)
PNS 1 (8,33%) 0 (0%) 1 (16,67%)
Wiraswasta 1 (8,33%) 1 (16,67%) 0 (0%)
Pendidikan SMA 1 (8,33%) 0 (0%) 1 (16,67%)
Sarjana 11 (91,67%) 6 (100%) 5 (83,33%)
Usia pernikahan 3-5 tahun 7 (58,33%) 3 (50%) 4(66,67%)
6-9 tahun 5 (41,67%) 3 (50%) 3 (50%)
Tabel 3.
Hasil Uji Mann-Whitney U Gain Score Pretes dan Postes Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Test Statisticsa
GainScore
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 22,000
Z -2,756
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,004b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Tabel 4.
Hasil Uji Wilcoxon pada Pengukuran Pretes dan Postes Kelompok
Eksperimen
Test Statisticsa
PostEksp - PreEksp
Z -2,232b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,026
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
pada seluruh partisipan. Pada sesi mereka dan mulai menerapkan respons
identifikasi diri, seluruh partisipan interpersonal yang lebih adaptif.
berupaya untuk mengidentifikasi Cara lain yang dilakukan oleh
perubahan yang dialami berkaitan dengan terapis adalah dengan menghadirkan
kondisi infertilitasnya, baik secara emosi, kembali pengalaman-pengalaman trau-
sosial, spiritual dan ekonomi. Selain itu, matis yang memunculkan depresi. Proses
melalui sesi ini partisipan berusaha menghadirkan kembali peristiwa
mengidentifikasi sumber kekuatan yang menyakitkan dan memaknainya kembali
dimiliki, sehingga akan membantu terbukti mampu menurunkan simptom
partisipan mengubah pandangan negatif stres dan depresi. Salah satu pendekatan
mengenai dirinya sendiri dan kondisi yang terapeutik pada individu yang mengalami
dialami. Beck & Alford (2009) stress dan depresi adalah dengan
mengungkapkan bahwa individu yang menghadirkan kembali peristiwa
mengalami depresi lebih memfokuskan traumatik yang pernah dialami. Individu
pada penilaian diri negatif. Seperti halnya dipandu untuk menghadirkan kembali
yang dialami oleh partisipan sebelum peristiwa tersebut sambil merasakan
menjalani terapi, terfokus pada rasa kembali emosi-emosi terkait. Termasuk di
bersalah dan tidak berharga karena belum dalamnya adalah menemukan hikmah
bisa melahirkan anak. Partisipan yang dari peristiwa tersebut dan memasukkan
berhasil mengidentifikasi perubahan yang emosi-emosi positif di dalamnya sehingga
dialami, akan mampu memetakan individu mampu mengatasi rasa sakitnya
permasalahan dan merumuskan dan melanjutkan hidup (Durand &
pemecahan yang tepat. Barlow, 2006).
Selanjutnya pada sesi kedua, Pada sesi ketiga, partisipan
partisipan dipandu untuk dipandu untuk mengidentifikasi dampak
mengidentifikasi dampak infertilitas dari promil yang dijalani. Tidak dapat
terhadap hubungannya dan interaksinya dipungkiri bahwa serangkaian program
dengan lingkungan. Tujuan sesi ini untuk hamil yang dijalani, memberikan dampak
membantu partisipan mengetahui pola psikologis bagi pasangan infertil (HIFERI,
hubungannya dengan lingkungan. 2013). Besarnya biaya yang dikeluarkan,
Terapis, dengan teknik CCRT, mampu serta ketidakpastian keberhasilan
memandu partisipan merumuskan harapan program menjadi stressor. Hal tersebut
(wish), respons from others, dan respon of self. sangat dirasakan oleh seluruh partisipan,
Melalui teknik ini, partisipan lebih terutama Aster. Terapi kelompok SE
memahami apa yang diharapkan dari membantu partisipan untuk
lingkungan dan respon apa yang harus mengidentifikasi problem solving yang
ditunjukkan untuk mendapatkan reaksi dilakukan untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang diinginkan, sehingga tersebut. Terjadi proses saling menguatkan
partisipan mampu menerapkan koping yng antar partisipan. Hal ini akan
lebih adaptif. Luborsky (1984) menyatakan membuat partisipan lebih siap
bahwa TKSE untuk depresi didasarkan menghadapi kondisi yang tidak
pada keyakinan bahwa gejala depresi akan diharapkan.
mereda saat partisipan mulai memahami Pada sesi keempat memaknai
pola hubungan maladaptif hikmah, partisipan dipandu untuk
memaknai kondisi infertilitasnya dengan
menurunkan depresi adalah adanya social partisipan yang tidak sesuai dengan
support (dukungan sosial). Semakin tinggi kriteria yang ditetapkan (infertilitas
dukungan sosial yang dimiliki maka akan sekunder). Keterbatasan selanjutnya
menunjang proses kesembuhan gangguan mengenai jumlah partisipan. Modul
depresi (Durand & Barlow, 2006). terapi yang disusun, penelitian akan lebih
Dukungan ini didapatkan melalui tepat jika menggunakan N-small group,
interaksi antar partisipan. Kohesivitas yakni grup terapi dengan jumlah anggota
diperlukan untuk membangun interaksi sedikit. Jumlah partisipan tujuh orang,
dalam kelompok. Berdasarkan observasi, ternyata kurang efektif karena waktu
kohesivitas kelompok sangat tinggi. yang dibutuhkan dalam proses terapi
Kohesivitas ini yang membuat fungsi semakin panjang. Waktu yang kurang
dalam kelompok menjadi semakin positif efektif menyebabkan tidak semua
(Berg, Landreth, & Fall, 2006). partisipan dapat terfasilitasi dengan baik.
Melalui proses terapi kelompok Keterbatasan teknis berkaitan
suportif ekspresif ini, seluruh partisipan dengan tempat pelaksanaan terapi.
dapat saling bertukar pengalaman dan Pelaksanaan terapi akan lebih baik jika
informasi mengenai kondisi yang dialami. menggunakan ruang yang kedap suara.
Selain itu partisipan juga memiliki ruang Hal tersebut dilakukan dengan
yang nyaman untuk bisa pertimbangan permasalahan yang
mengekspresikan emosinya, baik marah, diangkat adalah isu yang sensitif. Selain
sedih, kecewa, dan lain sebagainya. itu, selama proses terapi berlangsung
Mengekspresikan perasaan dalam akan lebih baik jika yang hadir dalam
kelompok merupakan mekanisme koping proses hanya pihak terkait, yakni
yang konstruktif untuk meningkatkan partisipan, terapis dan peneliti.
pengetahuan dan menciptakan hubungan
sosial yang baik (Kissane, 2004). Selain itu, Kesimpulan
hal ini mampu menumbuhkan
pengalaman positif pada seluruh Modul Terapi Kelompok Suportif
partisipan, hingga partisipan menyadari Ekspresif (TKSE) yang disusun peneliti
bahwa apa yang dirasakan juga dialami memiliki validitas isi yang baik serta
oleh partisipan lain. Hal ini diperkuat terbukti mampu menurunkan depresi
dengan pernyataan Edelweis, Lily dan pada partisipan penelitian, yakni wanita
Aster yag mengungkapkan bahwa menikah yang mengalami infertilitas
dukungan sosial yang diharapkan, primer. Hipotesis dalam penelitian ini
berhasil didapat melalui proses terapi. diterima.
Kondisi yang dialami seluruh partisipan
ini sesuai dengan pernyataan Halgin dan Saran
Whitbourne (2010) yang menyatakan Peneliti selanjutnya disarankan
bahwa seringkali dukungan terbaik justru melakukan skrining lebih ketat mengenai
didapatkan dari individu yang riwayat kehamilan ataupun keguguran
mengalami permasalahan sama. yang dialami oleh partisipan untuk
Di sisi lain, penelitian ini masih meningkatkan homogenitas dalam
terdapat beberapa keterbatasan. Pertama, kelompok. Selain itu pada penelitian
skrining partisipan masih terlalu longgar. selanjutnya dengan menggunakan modul
Hal ini terbukti dengan adanya salah satu
TKSE ini, hendaknya dilakukan dengan Burt, V., & Hendrick, V. (2005). Clinical
jumlah partisipan sedikit (n-small group) manual of women’s mental health.
Psikolog praktisi, dapat U.S.A : American Psychiatric Pub.
menjadikan hasil penelitian ini sebagai Cahyamita, T. (2015). Efektivitas terapi
acuan dalam memberikan pendampingan kelompok suportif ekspresif dalam
psikologis untuk mengatasi permasalahan menurunkan depresi pada orang
depresi pada wanita menikah yang dengan
mengalami infertilitas primer. Sedangkan HIV/AIDS. (Tesis tidak
bagi partisipan penelitian diharapkan dipublikasikan). Surakarta: Fakultas
tetap menerapkan ketrampilan yang Psikologi Universitas
diberikan oleh terapis. Seluruh partisipan Muhammadiyah Surakarta.
juga diharapkan tetap membangun Chaplin, J. P. (2011). Kamus lengkap
komunikasi positif meskipun di luar psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
forum terapi. Hal ini dimaksudkan agar Persada.
support system yang telah terbangun lewat
proses terapi, dapat terus terjaga. Connolly, M. B., Crits-Cristoph, P.,
Shappell, S., Barber, J. P., &
Daftar Pustaka Luborsky, L. (1998). Therapist
interventions in early sessions of
Abolghasemi, A., Farhang, S., Taherifard, brief supportive expressive
M., Kiamarsi, A., & Arabani, A. psychotherapy for depression. The
(2016). The effect of supportive Journal of Psychotherapy Practice and
expressive therapy on hope and Research, 7, 290-300.
quality of life in patients with Connolly, M. B., Crits-Cristoph, P.,
multiple sclerosis (MS). Archives of Barber, J. P., & Luborsky, L. (2000).
Psychiatry and Psychotherapy, 4, 20- Transference patterns in the
27. doi: 10.12740/APP/64975 therapeutic relationship in
Anggraeni, M. D. (2009). Dukungan sosial supportive-expressive psycho-
yang diterima oleh perempuan yang therapy for depression.
belum berhasil dalam pengobatan Psychotherapy Research, 10(3), 356 –
infertilitas. Jurnal Keperawatan 372. doi: 10.1093/ptr/10.3.356
Soedirman (The Soedirman Journal of Crits-Christoph, P., Gibbons, M. B. C.,
Nursing), 4(3), 94-101. Gallop, R., Ring-Kurtz, S., Barber, J.
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala P., Worley, M, ... Hearon, B. (2008).
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Supportive expressive psycho-
Pelajar. dinamic therapy for cocain
Beck, A. T., & Alford, B. A. (2009). dependence: A closer look.
Depression: Causes and treatment. Psychoanalitic Psychology, 25(3), 483-
Philadelphia: University of 498. doi: 10.1037/0736-9735.25.3.483
Pennysylvania Press. Dariyo, A. (2004). Psikologi perkembangan:
Berg, R. C., Landreth, G. L., & Fall, K. A. Dewasa muda. Jakarta: Grasindo.
(2006). Group counseling. New York: Demartoto, A. (2008). Dampak infertilitas
Routledge Taylor & Francis Group. terhadap perkawinan: Suatu
perspektif gender. Laporan
Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
(Tidak diterbitkan). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
E-JOURNAL GAMA JPP 113
SOLIKHAH & HADJAM