Anda di halaman 1dari 7

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal.

24-30

Hubungan Self-Efficacy Siswa SMP dengan


Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis

Muhammad Gilar Jatisunda


Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka
email djatisunda11243@gmail.com

Abstrak—Penelitian ini mengkaji hubungan antaraself-efficacy


matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri
di Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun untuk
sampel penelitiannya adalah siswa SMP kelas VIII A, menggunakan
teknikpurposive random sampling. Pengumpulan data
menggunakaninstrumen kuesioner.Data di analisis secara kuantitatif
dengan menggunakan rumus korelasi pearson. Hasil penelitian yaitu,
terdapat hubungan yang positif antara kemampuan pemecahan
masalah matematis dan self-efficacy matematis siswa

Kata kunci: Self-Efficacy, Pemecahan Masalah Matematis


1. PENDAHULUAN secara logis, rasional, kritis, cermat,
Salah satu keterampilan (doing jujur, efisien dan efektif. Sehingga dari
math) yang sangat erat kaitannya proses itu, siswa diharapkan dapat
dengan karakteristik matematika menggunakan kemampuan pemecahan
adalah belajar untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
masalah (mathematical problem dan dalam mempelajari berbagai ilmu
solving). Kemampuan pemecahan pengetahuan yang penekanannya pada
masalah tersebut berkaitan dengan kegiatan bernalar, keterampilan dalam
karakteristik yang dimiliki matematika penerapan matematika, dan
yang digolongkan dalam berpikir pembentukan sikap percaya diri siswa.
tingkat tinggi. Hal itu di perkuat Menurut pendapat Didi (2005: 2)
dengan pendapat Yamin (2012: 171) bahwa untuk mengembangkan
higher order cognition adalah kemampuan pemecahan masalah
komponen-komponen yang terletak seseorang, latihan berpikir secara
pada urutan akhir yang lebih tinggi matematis tidaklah cukup, melainkan
dari keseluruhan proses kognitif perlu dibarengi pengembangan rasa
manusia misalnya berpikir, pembuatan percaya diri melalui proses pemecahan
konsep, penalaran, bahasa, pembuatan masalah sehingga memiliki kesiapan
keputusan, pengambilan keputusan, memadai menghadapi berbagai
dan pemecahan masalah. tantangan dalam kehidupan nyata.
Proses untuk mengembangkan Adapun proses pemecahan masalah
kemampuan pemecahan masalah menurut Bransford dan Stein (Slavin,
tersebut dapat dilakukan melalui
latihan membuat keputusan dan
kesimpulan dari suatu permasalahan-
permasalahan berdasarkan pemikiran
1
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 24-30

2006: 262) “develoved and evaluated a akan berhasil jika ditunjang oleh aspek
five- step strategy called IDEAL, (Identity psikologis yang berhubungan dengan
problems and opportunities, Define goals attitude siswa dalam proses
and represent the problems, Explore pembelajaran lebih spesifik lagi dalam
posible strategies, Anticipate outcomes hal mengerjakan tugas-tugas berupa
and act, Look back and learn)”. soal pemecahan masalah yang
Polya dalam (Herman, 2000: 7) membutuhkan ketekunan dan keuletan
bahwa secara umum terdapat empat dalam menyelesaikannya. Hal ini
fase pembentukan kemampuan sesuai dengan tujuan pembelajran
pemecahan masalah, yaitu: proses matemtika dalam KTSP, yaitu siswa
pemahaman masalah (understanding the memiliki sikap menghargai kegunaan
problem). Perencanaan solusi masalah matematika dalam kehidupan, yaitu
(making a plan), penyelesaian masalah memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
(solving the problem), dan memeriksa dan minat dalam mempelajari
kembali hasil penyelesaian masalah matematika, serta sikap ulet dan
(looking back). Jadi dalam proses percaya diri dalam pemecahan
penyelesaian pemecahan masalah masalah. Jadi dikatakan berhasil suatu
siswa diharapkan mampu menerapkan proses pembelajaran di kelas jika terjadi
aturan-aturan matematika yang telah perubahan perilaku positif siswa dalam
dipelajari sebelumnya dan digunakan kehidupannya.
untuk memecahkan masalah dengan Self-efficacy merupakan aspek
memperhatikan langkah-langkah yang psikologis yang memberikan pengaruh
telah ditentukan. signifikan terhadap keberhasilan siswa
Proses pembelajaran disekolah dalam menyelesaikan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan pemecahan dengan hal tersebut Bandura (Isnaini,
masalah dengan baik. Secara umum 2011: 6) penilaian kemampuan diri
self-efficacy memiliki pengertian yanga kurat merupakan hal yang
menurut Ormrod (2008: 20) adalah sangat penting, karena perasaan positif
penilaian seseorang tentang yang tepat tentang self-efficacy dapat
kemampuannya sendiri untuk mempertinggi prestasi, meyakini
menjalankan perilaku tertentu atau kemampuan, mengembangkan
mencapai tujuan tertentu. Lebih motivasi internal, dan memungkinkan
sederhana menurut Somakim (2010: 49) siswa untuk meraih tujuan yang
self-efficacy sinonim dengan menantang. Self-efficacy dapat
“Kepercayaan Diri” atau “Keyakinan mempengaruhi prestasi matematika hal
Diri”. Kemudian pendapat Bandura tersebut diperkuat oleh pendapat
(2006: 307) Self-efficacy is concerned with Bandura, Barbaranelli, Caprara, &
people’s beliefs in their capabilities to Pastorelli, 1996; Fast et al.; Pajares, 2005
produce given attainment. (Lusbi: 1) Self-efficacy, a person’s belief of
Kemampuan menilai dirinya their capabilities, has been shown to
secara akurat merupakan hal yang influence students’ mathematical
sangat penting dalam mengerjakan achievement.
tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang Kaitannya dengan pemecahan
di ajukan oleh guru,dengan masalah self-efficacy memiliki fungsi
kepercayaan diri atau keyakinan sebagai alat untuk menilai keberhasilan
dirinya dapat memudahkan siswa siswa dalam menyelesaiakan soal-soal
dalam menyelesaikan tugas tersebut, pemecahan masalah. Betz & Hacket
bahkan lebih dari itu mampu
meningkatkan prestasinya. Sesuai

2
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 24-30

(Pajares & Miller, 1994: 194) merupakan hal yang sulit untuk
matematika self-efficacy baru-baru ini dikerjakan maka peranan self-efficacy
lebih menilai setiap individu dalam bisa membuat siswa untuk lebih tekun
penghakiman atas kemampuan dan memiliki motivasi yang tinggi
mereka untuk untuk dapat mengerjakannya, Bandura
memecahkan et al. (1996) (Lusbi, 2009: 1) contend that
masalah matematika self-efficacy can affect many parts of one’s
tertentu dan melakukan tugas-tugas life such as “level of motivation and
matematika. Kemudian menurut perseverance in the face of difficulties and
pendapat Liu & Koirala (2009: setbacks, resilience to adversity, quality of
1) siswa yang mempunyai sikap analytical thinking”(p. 1206).
percaya diri, bahwa matematika Sehingga self-efficacy merupakan
adalah penting untuk kehidupan salah satu faktor penting dalam
mereka dan membantu meraka dalam menentukan prestasi matematika
memecahkan masalah seseorang khususnya dalam
matematika melaksanakan tugas-tugas yang
dengan menyenangkan, berbentuk soal-soal pemecahan
meskipun masalah dan terlihat bahwa antara
merekapercaya bahwa matematika kemampuan pemecahan masalah dan
adalah penting bagi mereka, tetapi self-efficacy memiliki hubungan yang
mereka tidak percaya diri bahwa positif yang saling mendukung. Jika
mereka dapat memecahkan masalah seorang siswa memiliki kemampuan
matematika, itu berarti siswa tersebut pemecahan masalah matematis yang
memiliki self-efficacy rendah. baik maka seorang siswa tersebut pun
Dengan siswa memiliki self-efficacy memiliki self-efficacy yang baik pula.
yang tinggi dan pemecahan masalah Sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Betz dan Hacket pada tahun untuk menyelesaikannya, terlepas
1983 (Pajares, 2002:11) melaporkan apakah ia sampai atau tidak kepada
bahwa dengan self-efficacy yang tinggi, jawaban masalah itu.
maka pada umumnya seorang siswa Masalah yang dimaksud adalah
akan lebih mudah dan berhasil berupa pertanyaan-pertanyaan yang di
melampaui latihan-latihan matematika ajukan oleh guru. Untuk
yang di berikan kepadanya, sehingga menyelesaikannya, siswa dituntut untuk
hasil akhir dari pembelajaran tersebut menggunakan pengetahuan yang telah
yang tercermin dalam prestasi dimiliki dan dikuasai sebelumnya.
akademiknya juga cenderung akan Masalah tersebut bisa soal cerita atau
lebih tinggi di bandingkan siswa yang bukan soal cerita, tetapi bentuk soal
memiliki 7 rendah. tersebut merupakan soal yang tidak
rutin.Artinya penyelesaian masalah dari
2. KAJIAN LITERATUR soal yang tidak rutin bukan tujuan akhir
a. Pemecahan Masalah dari penyelesaian soal-soal pemecahan
Masalah adalah kesenjangan antara masalah tetapi menjadi awal untuk
suatu keadaan yang diharapkan mengembangkan pengetahuannya yang
dengan kenyataan yang sebenarnya. baru dan keperibadiannya.
Ruseffendi (Isnaini, 2011: 17) Pendapat Turmudi (2009: 30) bahwa
mengemukakan bahwa suatu persoalan pemecahan masalah
merupakan masalah bagi seseorang bila mengenalkan siswa untuk dapat
persoalan itu tidak dikenalnya, dan mengenal bagaimana cara berpikir,
orang tersebut mempunyai keinginan kebiasaan untuk tekun dan
3
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 24-30

keingintahuan yang tinggi serta percaya diri pada situasi yang tidak
biasa, yang akan melayani mereka
(para siswa) secara baik di luar kelas
matematika.
Kemudian menurut Turmudi (2009:
29) problem solving atau pemecahan
masalah dalam matematika melibatkan
metode dan cara penyelesainnya yang
tidak standar dan tidak diketahui
terlebih dahulu. Sehingga pemecahan
masalah merupakan suatu proses
kegiatan yang lebih mengutamakan
prosedur-prosedur yang harus
ditempuh dan langkah-langkah strategi
yang harus ditempuh oleh siswa dalam
menyelesaikan masalah, dan pada
akhirnya siswa mengerti tujuan
utamanya bukan hanya menemukan
jawaban dari soal, tetapi lebih dari itu
yaitu terdapat proses yang harus
dijalankan.
Menurut pendapat Gagne (Israini &
Dewi, 2012: 95) cara terbaik yang dapat
membantu siswa dalam pemecahan
masalah adalah memecahkan masalah
selangkah demi selangkah dengan
menggunakan aturan tertentu.
Sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari
pemecahannya dengan baik dan
dijadikan sebagai materi guna
memperoleh pengertian serta bisa
dijadikan pedoman dan tujuan belajar
siswa.
b. Self-Efficacy Matematis
Teori self-efficacy didasarkan atas
teori sosial-kognitif Bandura dengan
dalil bahwa prestasi atau kinerja
seseorang tergantung kepada interaksi
antara tingkah laku, faktor pribadi
(misalnya: pemikiran, keyakinan) dan
kondisi lingkungan seseorang, Sudrajat
(Isnaini, 2009: 25).
Menurut Ormrod (2008: 20) secara
umum, self-efficacy adalah penilaian
seseorang tentang kemampuan dirinya
untuk menjalankan perilaku tertentu
atau mencapai tujuan tertentu.
Selanjutnya pendapat Somakin (2010: 49) dari berbagai pendapat para ahli
4
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 24-30

pada prakteknya self-efficacy sinonim Kabupaten Majalengka. Adapun untuk


dengan “Kepercayaan Diri” atau penelitian ini adalah kelas VIII A.
“Keyakinan Diri”.
Pengertian self-efficacy menurut 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bandura (Setiadi 2010: 20) Self-efficacy Untuk menguji kebenaran hipotesis
as “beliefs in one’s capability to organize penelitian yaitu: “Terdapat korelasi
and execute the courses of action required antara kemampuan pemecahan
to manage prospective situations”. masalah matematis dan self-
Kemudian menurut Alderman, efficacy matematis”. Maka
(2004: 69) A self-efficacy expectancy is a dilakukanlah uji statistika yaitu
person’s judgment of his or her capability uji asosiasi pearson
to perform the skills, actions, or persistence dengan bantuan program IBM SPSS 21.
required for the given outcome.
Uji ini dipilih karena untuk
Sedangkan menurut Feist & Feist
mengukur kekuatan hubungan linear
(Wiliwati, 2012: 20) menyatakan bahwa
antara dua variable kontinu dengan
self-efficacy adalah keyakinan individu
data berskala interval sebagaimana
bahwa mereka memiliki kemampuan
pendapat (Uyanto: 222).Pengujian
dalam mengadakan kontrol terhadap
hipotesis berdasarkan skor akhir
pekerjaan mereka terhadap lingkungan
kemampuan pemecahan masalah dan
mereka.
self-efficacy matematis pada kelas
Berdasarkan definisi-definisi di
eksperimen dan kelas kontrol. Skor
atas, self-efficacy merupakan keyakinan
akhir bersumber dari skor post-test
atau kepercayaan yang dimiliki oleh
kemampuan pemecahan masalah
setiap individu dalam melaksanakan
matematis dan self-efficacy matematis
dan penyelesaikan tugas-tugas yang di
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
hadapi, dalam situasi dan kondisi Adapun hipotesis nol dan
tertentu sehingga mampu mengatasi tandingannya:
rintangan dan mencapai tujuan yang : Tidak Terdapat korelasi antara
telah ditetapkan. kemampuan pemecahan masalah
matematis dan self-efficacy matematis
3. METODE PENELITIAN
siswa”
Desain penelitian korelasional pada
:“Terdapat korelasi antara
dasarnya adalah terdapat dua variabel
kemampuan pemecahan masalah
yakni variabel bebas dan variabel
matematis dan self-efficacy matematis
terikat. Variabel bebas (X) dalam
siswa”
penelitian ini adalah self-efficacy
Dengan taraf signifikansi 0,05,
matematis siswa, sedangkan variabel
kriteria pengambilan keputusannya
terikat (Y) adalah kemampuan
adalah:
pemecahan masalah matematis siswa.
i) Jika nilai signifikansi lebih kecil
Koefisien korelasi yang dihasilkan
dari 0,05, maka H0 ditolak.
mengindikasikan tingkatan/ derajat
hubungan antara self-efficacy matematis ii) Jika nilai signifikansi lebih besar
atau sama dengan 0,05, maka H0
dengan kemampuan pemecahan
diterima..
masalah matematis. Populasi dan
Berikut adalah uji statistik korelasi
sampel penelitian ini adalah seluruh
Pearson untuk mengetahui bagaimana
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Talaga
korelasi antara kemampuan pemecahan
masalah dan self-efficacy matematis.
Tabel 4.2 Data Uji Korelasi Pearson 0,645 0,000
Pearson Correlation Sig.

5
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 24-30

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas Pemecahan Masalah Matematikdan


diperoleh nilaisignifikansi yaitu 0,000, Self-Efficacy Siswa Sekolah Dasar
sehingga ditolak. Hal ini (Studi Kuasi-Eksperimen pada Siswa
menunjukkan bahwa terdapat korelasi Salah Satu SD Negeri di Jakarta
yang signifikan antara kemampuan Utara)”. Tesis Jurusan Pendidikan
pemecahan masalah matematis dan Matematika UPI Bandung. Tidak
self- efficacy matematis. Nilai koefisien Dipublikasikan.
korelasi pearson menunjukkan besarnya Herman, Tatang. (2000). Strategi
koefisien antara kemampuan Pemecahan Masalah (Problem
pemecahan masalah matematis dan Solving) Dalam Pembelajaran
self- efficacy matematis yaitu 0,645. Matematika.Makalah. Tidak
Koefisien tersebut menunjukkan Diterbitkan.
hubungan yang positif dan kuat, Lusby, Blair.(2009). Increasing Student's
artinya semakin tinggi skor Self-efficacy in Mathematics.St.
kemampuan pemecahan masalah Mary’s College of Maryland.
matematis, semakin tinggi pula self- Liu &Koirala. (2009). The Effect of
efficacy matematis siswa. Mathematics Self-Efficacy on
Mathematics Achievement of
5. KESIMPULAN High School Students. NERA
Terdapathubunganpositifantara Conference Proceedings 2009.
kemampuan pemecahan masalah dan Paper 3
self-efficacy siswa.Hubungan tersebut Ormrod, J. E. (2008). PsikologiPendidikan.
masuk dalam kategori sedang, artinya Jakarta: Erlangga
hubungan antara kemampuan Pajares& Miller. (1994). Role of Self-
pemecahan masalah matematis dan Efficacy and Self-Concept Beliefs
self- efficacy berada ditengah, hubungan in mathematical Problem Solving:
ini menunjukkan hubungan yang tidak A Path Analysis. Journal of
begitu baik, juga tidak begitu jelek. Educational Psychology 1994,
Vol. 86, No. 2, 193-203.
Pajares, F. (2002). Overview of Social
6. REFERENSI Cognitive Theory and of Self-
Alderman, Kay. (2004). Motivation for Efficacy.[Online]. Tersedia:
Achievement :Posibilities for Teacing http://www.emory.edu/educati
and Learning. London: Lawrence on/mfp/eff.html.
Erlbaum Associates Publisher
Setiadi, Riswanda. (2010). Self-
Bandura, Albert. (2006). Guide for Efficacy.Bandung :Rizki Press
Constructing Self-Efficacy Scales. Suryadi, D. (2005). Pembelajaran
Information Age Publishing. Matematika Eksploratif di
Hasrdini dan Puspitasari.(2012). Sekolah Dasar. [online].
Strategi Pembelajaran Terpadu. Tersedia:http://file.upi.edu/Dire
Yogyakarta: Familia ktori/FPMIPA/JUR._PEND._MA
Hadayani, Isnaini. (2011). Penggunaan TEMATIKA/195802011984031-
Model Method Dalam Pembelajaran DIDI_SURYADI/DIDI-15.pdf
Pecahan Sebagai
Slavin, R. E. (2006). Educational
Upaya
Psycologi : Theory and Pratice.
Meningkatkan Kemampuan
London: Pearson Education
Turmudi. (2009).Landasan Filsafat dan
Teori Pembelajaran Matematika

6
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Berparadigma Eksploratif dan
Investigatif. Jakarta : PT. Leuseur
Cita Pustaka
Uyanto, Stanislaus S. (2009).
PedomanAnalisis Data dengan
SPSS. Yogyakarta: GrahaIlmu
Wiliwati, Beti. (2012). Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-
Efficacy Matematis Siswa SMA
dengan Menggunakan Pendekatan
Investigasi. Tesis Jurusana
Pendidikan Matematika UPI
Bandung.Tidak Dipublikasikan.
Yamin, Martinis. (2012). Desain Baru
Pembelajaran Konstruktivitik.
Jakarta: Referensi

Anda mungkin juga menyukai