Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam
kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa, proses
penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada bayi yang
baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin, genetik,
gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada retina mata dan
pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal bebas, diabetes
mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan bola mata yang
tinggi), dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.

Etiologi
Etiologi katarak adalah :
a. degeneratif (usia)
b. kongenital
c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. trauma
f. bahan toksik (kimia & fisik)
g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih
dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85

1
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati,
katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.

Gejala
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :


1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

Jenis-jenis katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
• Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif
• Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.
• Katarak komplikata
• Katarak traumatik

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :


• Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
• Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di bawah 40 tahun.
• Katarak presenil, katarak sesudah usia30 - 40 tahun
• Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

2
KATARAK SENIL
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen, matur,
hipermatur dan morgagni.

Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :


Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak
kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan
mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan
poliopia oleh karena indeks refaksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang
degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikdn miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat
vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang

3
normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak dengan kandungan
air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan tekanan bola mata meningkat
(glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata
depan dan menyebabkan reaksi radang. Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan
akhirnya juga dapat meningkatkan tekanan bola mata (glaucoma). Bila tekan bola mata yang
tinggi ini tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding belakang
bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel-sel syaraf
tersebut, yang mengakibatkan kebutaan.

Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul
lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering, Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga
hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukieus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.

KATARAK KOMPLIKATA
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor fisik atau
kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
iridosikiitis, miopia tinggi, ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sisternik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu
mata.
1. Katarak akibat kelainan sistemik
Diabetes melitus, akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan bentuk yang khusus
seperti terdapatnya tebaran kapas atau saiju di dalam bahan lensa. Kekeruhan lensa dapat

4
berjalan progresif sehingga terjadi gangguan penglihatan yang berat. Katarak diabetes
merupakan katarak yang dapat terjadi pada orang muda akibat terjadinya gangguan
keseimbangan cairan di dalam kaca atau tubuh secara akut.
Patofisiologi. Diabetes Mellitus adalah kelainan yang bersifat khronik, yang oleh gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diikuti oleh komplikasi makro dan mikrovaskuler.
Kelainan metabolik ini erat berkaitan dengan faktor genetik dengan jalan utama adalah
intoleransi glukosa.
Patogenesa terjadi katarak pada Diabetes Mellitus sesuai dengan uji coba pada binatang dapat
diterangkan sebagai berikut:
Masuknya glukosa ke dalam lensa mata tidak memerlukan adanya insulin. Dalam keadaan
normal glukosa ini direduksi menjadi sorbitol dalam jumlah terbatas dan oleh enzim sorbitol
dehidrogenase dirubah menjadi fruktosa. Pada Diabetes Mellitus dimana terjadi hiperglikemia
yang diikuti kadar glukosa dalam lensa tinggi sehingga pembentukan sorbitol meningkat yang
akan berubah menjadi fruktosa yang relatif lambat. Sorbitol akan menaikan tekanan osmose
intraseluler dengan akibat penarikan air ke dalam lensa. Disamping itu terjadi pula metabolisme
mioinositol dimana kedua peristiwa ini menyebabkan katarak.

TERAPI
Bedah katarak senil
Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan ekstraksi tensa
ekstrakapsular.

Ekstraksi lensa intrakapsular


Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senil. Lensa
dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula Zinnyang telah pula
mengalami degenerasi.
Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut:
1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12
2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau
3. Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat
4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah

5
5. Dibuat jahitankorneosklera
6. Lensa dikeluarkan dengan krio
7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah
8. Flep konjungtiva dijahit.

Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah :


1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.
Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul
posterior akan tertinggal
2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.

Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi rendah
karena :
1. Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu
penglihatan
2. Teknik dengan ongkos rendah.

Ekstraksi lensa ekstrakapsular


Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam
2. 10 sampai jam 2
3. Dibuat pungsi bilik mata depan
4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2
6. Nukieus lensa dikeluarkan
7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja
8. uka komea dijahit
9. Flep konjungtiva dijahit

Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat katarak sekunder.

6
Fakoemulsifikasi
Untuk mencegah astigmat pasa bedah EKEK, maka luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah
fakoemulsifikasi. Pada tindakan fako ini lensa yang katarak di fragmentasi dan diaspirasi.

7
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny Anis / Wanita/ 58 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : IRT
c. Alamat : Jl Aur Duri No : 25, Padang
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup , penghasilan pensiunan suami Rp.1.850.000
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 90m2
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah di angkut petugas
- Jumlah penghuni 2 orang, pasien dan suaminya.
- Kesan : higine dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga


- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Pasien tinggal bersama suami. Kedua orang anak laki-lakinya bekerja di Jakarta.
- Hubungan dengan keluarga baik

8
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada.
 Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.
 Riwayat trauma pada mata sebelumnya tidak ada.
 Riwayat Diabetes mellitus tidak ada.
 Riwayat pemakaian kortikosteroid jangka panjang tidak ada.
 Riwayat menderita katarak di keluarga tidak ada.

5. Keluhan Utama
 Penglihatan kabur sejak ± 5 tahun yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
 Penglihatannya kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak ±5 tahun yang lalu.
Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa
silau saat melihat cahaya.
 Penurunan ketajaman penglihatan secara beransur-ansur.
 Pasien kurang jelas melihat jauh dan dekat dengan kedua mata, kadang-kadang
timbul gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
 Penurunan kemampuan melihat dirasakan terutama malam hari sehingga pasien
membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca atau melakukan aktivitas
lain.
 Mata merah, berair, serta gatal tidak ada
 Nyeri pada kedua mata tidak ada
 Penglihatan ganda tidak ada.
 Belum pernah memakai kaca mata sebelumnya.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 78x/ menit
Nafas : 20x/menit
9
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,8 0C
BB : 60 Kg
TB : 167 cm
Mata : Status Oftalmologi
Kulit : Turgor kulit baik

Dada
Paru
Inspeksi : simetris ki=ka
Palpasi : fremitus ki=ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N

10
STATUS OFTALMOLOGI

No Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri


Visus Tanpa Koreksi 5/8 5/6
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang pandang Kabur di sebelah kanan Normal
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Palpebra superior
- -
 Edema
- -
 Hiperemi - -
- -
 Enteropion Normal Normal
 Silia - -
- -
 Pseudoptosis
 Sikatriks
Palpebra inferior
Normal Normal
 Silia
- -
 Trikiasis - -
- -
 Hiperemi
 Edema
Konjungtiva palpebra
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
 Superior
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
 Inferior
Konjungtiva bulbi
- -
 Injeksi konjungtiva
- -
 Injeksi silier
Kornea Bening, Bening,
Arkus senilis (+) Arkus senilis (+)
Bilik mata depan Kedalaman cukup Kedalaman cukup
Hifema (-) Hifema (-)
Hipopion (-) Hipopion (-)
Iris Warna coklat Warna coklat

Pupil
Bulat Bulat
 Bentuk
(+) (+)

11
 Refleks cahaya
Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian

TIO (palpasi) Normal Normal


Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8. Laboratorium : tidak dilakukan

9. Pemeriksaan anjuran :
 Pemeriksaan slitlamp
 Pemeriksaan visus dengan koreksi
 Pemeriksaan oftalmoskop
10. Diagnosis Kerja
 Katarak Senilis ODS stadium imatur

11. Diagnosis Banding :


12. Manajemen
a. Preventif
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama sayur hijau (bayam,
kangkung,brokoli) yang kaya akan anti oxidant.
- Menghindari faktor resiko yang dapat memicu progresifitas penyakit dan segera
mencari penatalaksanaan atas faktor resiko seperti penyakit mata, trauma mata,
pemakaian obat DM.
b. Promotif :
- Edukasi pasien tentang penyakit katarak, faktor resiko, upaya pencegahan
perburukan penyakit.
- Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul seiring dengan
peningkatan usia.Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit katarak senilis tidak
dapat disembuhkan, kecuali melalui operasi namun dapat memperlambat timbul
gejala –gejala penyakit ini melalui diet kaya anti oxidant.
c. Kuratif :
 Cendo Catarlens tetes mata

12
 Dianjurkan untuk di rujuk ke Bagian Mata RSUP Dr.MdJamil, Padang untuk

tindakan lanjut (operasi).

d. Rehabilitatif :
Kontrol teratur 1 kali/bulan untuk menilai perkembangan atau perjalanan penyakit.

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Seberang Padang

Dokter : Sangeetha Vijian


Tanggal : 17 Juni 2010

13
R/ Cendo catarlens
∫ 3 dd gtt1 ODS
_____________________________________£

Pro : Ny Anis
Umur : 58 tahun
Alamat : Jl Aur Duri no:25,Padang

14

Anda mungkin juga menyukai