Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

PERUBAHAN KONDISI TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA


PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH PROVINSI SUMATERA BARAT

OLEH:

HARI MULYADI

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
PERUBAHAN KONDISI TERUMBU KARANG DI TAMAN WISATA
PERAIRAN (TWP) PULAU PIEH PROVINSI SUMATERA BARAT
Oleh :
Hari Mulyadi 1), Joko Samiaji 2), Elizal2)
(Email : mulyadihary@gmail.com)

ABSRTAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 di Pulau Pieh Kawasan
Konservasi Taman Wisata Perairan Pieh Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang di perairan Pulau Pieh dan
untuk mengetahui perubahan kondisi terumbu karang di Pulau Pieh. Metode yang
digunakan adalah metode survei dengan menggunakan Underwater Photograph
Transect (UPT), terdiri atas 3 stasiun dimana masing-masing stasiun dibagi atas 2
kedalaman yakni pada kedalaman 5 meter dan 10 meter.
Tipe terumbu karang yang ada di Pulau Pieh adalah tipe terumbu karang
tepi (fringing reef). Bentuk pertumbuhan terumbu karang yang dijumpai pada
daerah penelitian adalah Acropora branching (ACB), Acropora digitate (ACD),
Acropora encrusting (ACE), Acropora submssive (ACS), Acropora tabulate
(ACT), Coral encrusting (CE), Coral massive (CM), Coral foliose (CF) dan Coral
submassive (CS). Kondisi terumbu karang di Pulau Pieh pada kedalaman 5 meter
adalah buruk dengan persentase 22,80%, Persentase tutupan karang pada
kedalaman 10 meter adalah 58,67% yang dikategorikan tutupan karang baik.

Kata kunci : Pulau Pieh, Terumbu Karang, Underwater Photograph Transect

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau
CHANGE OF CORAL REEFS CONDITION IN PARK TOURISM (TWP)
PIEH ISLAND WEST SUMATERA PROVINCE
By :
Hari Mulyadi ), Joko Samiaji 2), Elizal2)
1

(Email : mulyadihary@gmail.com)

ABSTRACT

This research was conducted in July 2017 at Pieh Island Conservation


Area of Pieh Water Park of West Sumatera Province. This study aims to
determine the condition of coral reefs in the waters of Pieh Island and to
determine the changes in the condition of coral reefs in Pieh Island. The method
used was survey method using Underwater Photograph Transect (UPT),
consisting of 3 stations where each station was divided into 2 depth ie at depth of
5 meter and 10 meter.
The type of coral reefs on Pieh Island was in the group of fringing reef.
The forms of coral growth found in the study area were Acropora branching
(ACB), Acropora digitate (ACD), Acropora encrusting (ACE), Acropora
submssive (ACS), Acropora tabulate (ACT), Coral encrusting (CE), Coral
massive (CM ) Coral Foliose (CF) and Coral Submassive (CS). Condition of coral
reefs at Pieh Island at 5 meter depth was heavily devastated with the percentage of
22.80%, while percentage of coral cover at 10 meter depth was 58.67%
categorized coral cover good.

Keywords: Pieh Island, Coral Reef, Underwater Photograph Transect


1) Student Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau
2) Lecturer Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau
PENDAHULUAN bahkan banyak dengan cara-cara yang
merusak kelestarian lingkungan.
Latar Belakang
Berdasarkan kajian yang telah disajikan
Terumbu karang merupakan
ditambah dengan masih belum banyaknya
ekosistem khas perairan tropis yang
kajian tentang kondisi terumbu karang di
memiliki keanekaragaman yang tinggi,
Pulau Pieh penulis tertarik untuk
jumlah individu yang melimpah, biomassa
melakukan penelitian Perubahan Kondisi
yang besar serta bentuk morfologi yang
Terumbu Karang di Taman Wisata Pantai
bervariasi. Fungsi utama ekosistem
Pulau Pieh Provinsi Sumatera Barat.
terumbu karang yang penting adalah
menciptakan kesinambungan antara Perumusan Masalah
daratan dan lautan. Terumbu karang juga Ekosistem terumbu karang
memiliki fungsi penting baik fisik, biologi merupakan ekosistem yang memiliki
maupun kimia (DKTNL, 2006). keanekaragaman hayati yang tinggidi laut
Sumatera Barat mempunyai luas tropis dan memiliki kaitan yang erat
perairan lebih kurang 138.500 km2 dengan dengan manusia. Keberadaan terumbu
panjang garis pantai 2.420.388 km. Di karang saat ini banyak mengalami
perairan tersebut terdapat sumberdaya degradasi diakibatkan oleh aktivitas
hayati perikanan dan kelautan serta 186 manusia. Ekosistem terumbu karang ini
pulau yang berjajar dari utara ke selatan rentan mengalami perubahan oleh berbagai
Sumatera Barat (Dinas Kelautan dan faktor, baik faktor alam maupun aktivitas
Perikanan Provinsi Sumatera Barat, 2008). manusia. Terumbu karang membutuhkan
Kerusakan terumbu karang di perairan waktu yang lama untuk dapat kembali
Sumatera Barat hingga kini mencapai 90%. pulih menjadi suatu koloni yang besar.
Dari jumlah tersebut, 75 % diantaranya Semua itu dipengaruhi oleh faktor fisika,
berada dalam kondisi sangat kimia dan biologi perairan tersebut.
mengkhawatirkan dan 15 % lagi masih Sehubungan dengan itu, terumbu karang
bisa ditanggulangi. yang terdapat di Pulau Pieh perlu diteliti
Penyebab utama rusaknya terumbu kondisi terumbu karangnya.
karang tersebut adalah karena tingginya
Tujuan Penelitian
ketergantungan masyarakat terhadap
Tujuan penelitian ini adalah :
ekosistem terumbu karang, baik sebagai
1. Untuk mengetahui kondisi ekosistem
penyedia berbagai jenis sumber bahan
terumbu karang di Perairan Pulau Pieh.
pangan maupun untuk keperluan bahan-
2. Untuk mengetahui perubahan
bahan bangunan. Pengambilan sumberdaya
persentase tutupan terumbu karang
alam ini dilakukan secara berlebihan
hidup di Pulau Pieh sebagai objek Penelitian ini mengumpulkan dua bentuk
wisata bahari. data yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer didapat dari hasil pengamatan
Manfaat Penelitian
langsung dilapangan. Data sekunder
Manfaat dari penelitian ini
didapat dari studi literatur berupa buku,
diharapkan mampu menjadi informasi dan
jurnal, makalah, artikel dan dari pihak
rujukan terhadap terhadap pihak-pihak atau
terkait. Pengambilan data kondisi terumbu
instansi yang terlibat dalam pengembangan
karang dilakukan pada tiga stasiun, setiap
sektor perikanan dan kelautan terutama
stasiun terdiri dari dua kedalaman yaitu
dalam pertimbangan dan penetapan
kedalaman 5 meter dan kedalaman 10
kebijakan baik yang berhubungan langsung
meter dengan menggunakan metode
maupun tidak langsung khususnya dalam
Underwater Photograph Transect (UPT).
kegiatan ekowisata bahari serta
Penelitian ini melakukan
sumbangsih pemikiran terhadap
pengamatan pada tiga stasiun untuk
pembangunan kelautan dimasa yang akan
menentukan kondisi terumbu karang, yang
datang.
mana setiap lokasi stasiun terdiri dari dua
METODE PENELITIAN kedalaman yaitu kedalaman 5 meter dan 10
Penelitian ini telah dilaksanakan meter. Setiap stasiun pengamatan adalah
pada bulan Juli 2017 di Pulau Pieh stasiun permanen yang telah ditetapkan
Kawasan Konservasi Taman Wisata oleh Loka KKPN Pekanbaru Satker TWP
Perairan Pieh Provinsi Sumatera Barat. Pieh. Stasiun I berada pada zona
Alat yang digunakan dalam penelitian di pemanfaatan dan Stasiun II dan stasiu III
lapangan adalah peralatan berada pada zona inti.
snorkeling/SCUBA, GPS (Global Pemotretan foto karang dimulai
Positioning System),Underwater Camera, dari meter ke-1 sampai ke transek meter ke
meteran, frame ukuran 58 cm x 44 cm,dan 50, dengan interval jarak 1 meter
alat tulis. Pengukuran kualitas perairan disepanjang garis transek. Untuk
diperlukan thermometer untuk mengukur pengambilan foto pada frame bernomor
suhu perairan, pH meter untuk mengukur ganjil (foto pada meter ganjil) yang
pH air, hand refractometer untuk diambil adalah pada bagian sebelah kiri
mengukur salinitas, current drouge untuk transek dan pada frame bernomor genap
mengukur kecepatan arus, dan Secchi disk (foto pada meter genap) yang diambil
untuk mengukur kecerahan perairan. adalah pada bagian sebelah kanan transek.
Metode yang digunakan pada Pemotretan dilakukan tegak lurus dari
penelitian ini adalah metode survey. substrat karang dengan jarak ± 60 cm
dengan luas bidang pemotretan 25,52 cm 2  Baik Sekali : 75% - 100%
(Giyanto et al., 2010).  Baik : 50% - 74,9%
 Sedang : 25% - 49,9%
Data kualitas perairan sangat  Buruk : 0% - 24,9%
dibutuhkan untuk melihat kondisi terumbu
Asumsi
karang. Pengukuran kualitas air dilakukan
Asumsi yang diajukan dalam
pada setiap stasiun pada saat dilakuannya
penelitian ini adalah sebagai berikut :
pengamatan terumbu karang. Parameter
1. Stasiun pengamatan dianggap
yang diukur yaitu :
mewakili lokasi penelitian yang
1. Suhu
2. Kecerahan mempunyai karakteristik lingkungan
3. Salinitas yang berbeda.
4. Kedalaman
5. Arus 2. Faktor-faktor yang tidak diukur dalam
6. pH penelitian ini dianggap memberikan
Analisis Data pengaruh yang sama.
Foto-foto hasil pemotretan bawah
HASIL DAN PEMBAHASAN
air di setiap garis transek selanjutnya
dianalisis untuk mendapatkan data-data Kondisi Umum Lokasi Penelitian
yang kuantitatif seperti persentase tutupan Taman wisata perairan Pulau Pieh
masing-masing biota atau substrat, analisis dan laut sekitarnya adalah salah satu dari
foto pada penelitian ini menggunakan taman wisata perairan yang ditetapkan oleh
software CPCe. Jumlah titik acak yang Kementrian Kelautan dan Perikanan
digunakan adalah sebanyak 30 buah untuk Indonesia. Taman wisata perairan Pulau
setiap framenya dan ini sudah representatif Pieh berlokasi di Provinsi Sumatera Barat
untuk menduga persentase tutupan kategori khsusunya daerah kota Padang yang
dan substrat karang (Giyanto et al., 2010). dikelola langsung oleh Loka KKPN-
Gambar ilustrasi dari masing-masing Pekanbaru. Taman wisata perairan Pulau
kelompok biota dan substrat berdasarkan Pieh ini terdiri dari 5 pulau yaitu: Pulau
English et al. (1997). Setelah seluruh foto Air, Pulau Pandan, Pulau Toran, Pulau
dianalisis, maka selanjutnya menampilkan Pieh dan Pulau Bando.
analisis foto dengan menggunakan Ekosistem yang ada di daratan
Microsof Excel. Pulau Pieh didominasi oleh vegetasi
Kondisi terumbu karang berupa kelapa dan nipah. Tanaman kelapa
berdasarkan persentase tutupan terumbu ini dikelola oleh penduduk (pemilik pulau),
karang hidup mengacu pada Keputusan sedangkan tanaman nipah tumbuh di rawa
MENLH No. 4 tahun 2001 sebagai berikut: pasang surut yang ada di tengah pulau.
Vegetasi lain yang ditemukan adalah
bintang laut, sukun, paku, mengkudu, Pertumbuhan karang sangat
waru, tapak kudo, sago, ketapang, dan lain- dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
lain (Loka KKPN-Pekanbaru, 2010). Pada perairan. Kondisi lingkungan pada
kawasan ini memiliki pantai yang berpasir kenyataannya tidak selalu tetap, akan tetapi
dan berkarang pada sekeliling pulau dan sering kali berubah karena adanya
air laut yang biru, hal ini membuat gangguan, baik yang berasal dari alam atau
kawasan ini terlihat pantas untuk dijadikan aktivitas manusia (Oktarina et al., 2014).
destinasi untuk berwisata seperti: Suhu merupakan faktor pembatas yang
snorkling, diving, memancing serta memberikan pengaruh besar terhadap
berkemah. kehidupan karang sehingga juga akan
Kawasan taman wisata perairan berdampak pada kehidupan hewan lain
Pulau Pieh ini memiliki tipe pantai yang yang ikut berasosiasi bersama ekosistem
pada tubirnya diteruskan langsung ke dasar terumbu karang. Suhu paling optimal bagi
laut yang kedalamannya >30 meter. pertumbuhan karang berkisar antara 23 o -
Kondisi pantai yang seperti ini membuat 32o C. Suhu di bawah 18 oC, dapat
para penyelam terlihat seperti bergantung menghambat pertumbuhan karang bahkan
pada sebuah tebing. Selain itu arus pada kematian. Suhu di atas 33 oC dapat
Pulau Pieh ini termasuk arus yang deras, menyebabkan gejala pemutihan (Romeo,
pada saat pasang naik ombak yang 2017). Merujuk pada Kepmen LH No 51
mengehempas pantai memiliki ketinggian Tahun 2004, kondisi suhu terbaik untuk
berkisar 1,5 meter lebih, yang paling tinggi pertumbuhan karang adalah 28-300C.Suhu
terdapat pada bagian sebelah barat pulau. pada stasiun penelitian berkisar antara 29 0 -
300C.
Parameter Kualitas Perairan
Derajat keasaman (pH) merupakan
Hasil dari pengukuran parameter
ukuran konsentrasi hidrogen dan ion
kualitas perairan pada Pulau Pieh dapat
hidroksida dalam larutan. pH seluruh
dilihat pada Tabel berikut.
stasiun penelitian masih dalam kisaran
Parameter Stasiun I Stasiun Stasiun Satuan
yang normal yaitu 8. Merujuk pada
II III
Kepmen LH No 51 tahun 2004, pH
0C
Suhu 29 29 30
Salinitas 32 32 31 0/
00
terbaik air laut untuk biota laut termasuk
Kecerahan 12 13 13 M terumbu karang adalah antara 7-8,5. Pada
Kecepatan 1,3 1,5 1,7 m/det
arus umumnya pH air laut tidak banyak
pH 7,1 7,1 7,2 - bervariasi, karena adanya sistem
karbondioksida dalam air laut mempunyai
kapasitas penyangga (buffering capacity)
yang kuat. Ini berarti bahwa pH air laut menggerakkan arus sedikit lemah. Selain
tidak mudah mengalami perubahan. Salah itu posisi stasiun I berada pada zona
satu tanda bahwa nilai pH terlalu pemanfaatan dimana lokasi ini dijadikan
tinggiatau terlalu rendah adalah nelayan sebagai tempat berlabuh. Arus
banyaknya kerang yang membuka diperlukan untuk mendatangkan makanan
cangkangnya lebar-lebar (Mismail 2010). berupa plankton, disamping itu juga
Salinitas lokasi penelitian berkisar membersihkan dari endapan-endapan
antara 31-32‰. Merujuk pada Kepmen material dan untuk mensuplai oksigen dari
LH No 51 tahun 2004 baku mutu air untuk laut bebas oleh karena itu pertumbuhan
pertumbuhan karang adalah 33-34 ‰ karang di tempat yang airnya selalu
namun salinitas pada ketiga stasiun teraduk oleh arus dan ombak, seharusnya
penelitian tergolong salintas yang baik lebih baik dari pada perairan yang tenang
untuk pertumbuhan terumbu karang. dan terlindung.
Menurut Sadarun et al (2006), bahwa Kecerahan yang baik untuk
salinitas optimum bagi kehidupan karang pertumbuhan karang menurut Kepmen LH
berkisar antara 30-35‰ oleh karena itu no 51 tahun 2004 besar dari 5 meter.
karang jarang ditemukan hidup pada Seluruh stasiun penelitian memiliki
muara-muara sungai besar, bercurah hujan kecerahan yang baik, dimana penetrasi
tinggi dan perairan dengan kadar garam cahaya vertikal yaitu sampai pada
yang tinggi. kedalaman 12-13 meter . Hal ini
Kecepatan arus disetiap stasiun menunjukkan kecerahan di stasiun
berbeda, pada saat pengambilan data penelitian baik untuk pertumbuhan
kecepatan arus paling kuat berada pada karang, karena cahaya adalah salah satu
stasiun I dan arus paling lemah berada faktor yang paling penting yang
pada stasiun II. Perbedaan kondisi ini membatasi pertumbuhan terumbu karang
dikarenakan pada saat pengambilan data sehubungan dengan laju fotosintesis oleh
di stasiun III kecepatan angin sangat zooxanthellae simbiotik dalam jaringan
tinggi karena semakin cepat kecepatan karang. Supriharyono (2007) menyatakan
angin, semakin besar gaya gesekan yang bahwa tanpa cahaya yang cukup yang
bekerja pada permukaan laut dan semakin masuk dalam badan air laju fotosintesis
besar arus permukaan. Nontji (1993) akan berkurang. Selain itu apabila laju
menyatakan bahwa keberadaan arus dan proses fotosintesis berkurang, bersamaan
gelombang di perairan sangat penting dengan kemampuan karang untuk
untuk kelangsungan hidup terumbu menghasilkan kalsium karbonat dan
karang. Pada stasiun I angin untuk
membentuk terumbu akan berkurang juga Pulau Pieh dalam melakukan monitoring.
(Nyabakken, 1992). Pengambilan data kondisi tutupan karang
dilakukan dengan menggunakan Metode
Kondisi Terumbu Karang
Underwater Photograph Transect (UPT).
Kondisi terumbu karang di Perairan
Pengambilan data pada tiga titik
Pulau Pieh dikategorikan berada dalam
pengamatan diambil pada dua kedalaman
kondisi rusak hingga baik. Hasil
berbeda yaitu pada kedalaman dasar
pengukuran persentase tutupan karang
perairan 5 meter dan 10 meter.
hidup di tiga stasiun dengan dua
Dilihat pada tabeldiatas,
kedalaman yang berbeda di dasar perairan
perbandingan tutupan karang sehat zona
Pulau Pieh kawasan Taman Wisata
inti tahun 2016 dan tahun 2017 di atas
Perairan (TWP) Pulau Pieh dan Laut
menunjukkan rerata tutupan karang di zona
sekitarnya tahun 2016 dan 2017 dapat
inti mengalami penurunan. Hanya ada 1
dilihat pada tabel berikut.
stasiun yang mengalami kenaikan yaitu
Stasiun Kedalaman Persentase
pada stasiun 2 di zona inti kedalaman 10
(m) (%)
2016 2017 meter. Penurunan tutupan karang sehat di
Pemanfaatan 5 74,47 58,67 zona inti ini terjadi erat kaitannya dengan
(I) 10 29,60 25,33 terjadinya pemutihan karang. Pemutihan
Zona Inti 5 52,60 32,60 karang dalam kawasan terpantau pertama

(II) 10 17,27 22,80 kali terjadi menjelang pertengahan tahun,

Zona Inti 5 47,33 43,80 yaitu di bulan Mei 2016.

10 Kondisi tutupan terumbu karang


(III) 46,20 44,40
dalam kondisi baik dan dari tahun 2010

Ekosistem terumbu karang hingga tahun 2015 mengalami

merupakan ekosistem yang khas peningkatan. Peningkatan tertinggi berada

khususnya di daerah beriklim tropis. pada tahun 2012 sebesar 41,37% dengan

Terumbu karang di sekitar perairan Pulau kategori rusak sedang. Hal ini dikarenakan

Pieh telah dimonitor oleh Loka KKPN dilakukannya pemantauan dan

Pekanbaru Satker Padang sejak tahun pengawasan kawasan TWP Pulau Pieh

2010 sampai tahun 2015. Pada tahun 2015 terhadap nelayan-nelayan yang beroperasi

dilakkukan monitoring berdasarkan zona, di sekitar TWP Pulau Pieh. Persentase

yaitu 2 stasiun mewakili zona inti dan 1 tutupan karang hidup di perairan Pulau

stasiun mewakili zona pemanfaatan. Pieh tahun 2010-2015 dapat dilihat pada

Transek permanen ini dijadikan titik tabel berikut.

pengamatan terbaru oleh Satker TWP


menindaklanjuti berita kejadian pemutihan
karang di salah satu lokasi perairan di
Tahun Tutupan Kategori Indonesia sebagaimana coral bleaching
Karang (%) alert yang dikeluarkan NOAA, terlihat
2010 22,48 Rusak Berat
banyak koloni karang telah berubah warna
2011 31,20 Rusak Sedang
2012 41,37 Rusak Sedang menjadi pucat dan bahkan di antaranya
2013 50,82 Baik telah banyak yang memutih (LKKPN
2014 55,98 Baik
Pekanbaru, 2016).
2015 57,36 Baik
Pada kedalaman 1 – 5 meter

Dari hasil penelitian yang ditemukan banyak koloni karang dari

didapatkan, kondisi terumbu karang di genus Acropora yang mengalami

sekitar perairan Pulau Pieh mengalami bleaching. Sampai kedalaman 10 meter

penurunan tutupan yang drastis. Hal ini masih ditemukan adanya beberapa koloni

disebabkan pada tahun 2016 perairan karang yang mengalami bleaching. Suhu di

disekitar perairan Pulau Pieh mengalami permukaan dan di kedalaman berada pada

kenaikan suhu yang menyebabkan kisaran angka 300C. Lokasi yang diambil

terjadinya coral bleaching. LKKPN yaitu di perairan sebelah timur pulau

Pekanbaru mencatat kenaikan suhu di dengan melakukan penyelaman sampai

sekitar perairan Pulau Pieh di mulai dari dengan kedalaman 17 meter. Di lokasi ini

bulan April 2016 yaitu 32-33 °C dan juga ditemukan adanya kejadian coral

kembali normal pada akhir bulan Agustus bleaching. Sama dengan di lokasi

2016 di suhu 31 °C. Puncak bleaching sebelumnya, karang yang mengalami

diperkirakan terjadi pada bulan Juni bleaching adalah karang keras bercabang

dimana karang memutih di sekitar dari genus Acropora. Lokasi paling parah

perairan Pulau Pieh hampir mencapai tentu saja yang berada pada kedalaman 1 –

80%. 5 meter. Anggota tim yang lain bahkan ada

Pada pertengahan Maret 2016, ketika yang menjumpai kejadian coral bleaching

dilakukan pendampingan pengambilan data sampai dengan kedalaman 23 meter

di kawasan TWP Pulau Pieh untuk tugas (LKKPN Pekanbaru, 2016).

akhirnya, belum terpantau adanya Stasiun I yang terletak di zona

pemutihan karang. Suhu perairan pada saat pemanfaatan berada di sebelah timur Pulau

itu juga terpantau masih dalam batas-batas Pieh. Pantai berpasir putih. Vegetasi darat

ideal untuk kehidupan terumbu karang, pohon waru, semak dan kelapa. Jarak dari

yaitu pada angka 29 0C (Alhamra, 2016). pantai kira-kira 130 meter. Dasar perairan

Namun, kurang dari satu bulan kemudian, sampai kedalaman 6 meter berbentuk flat
sedangkan kemiringan pada kedalaman 10 mati. Pasir diduga berasal dari daratan
meter kira-kira 750 .Substrat dasar keras, Pulau Pieh yang terbawa oleh arus ketika
karang mati, patahan karang mati yang terjadi pasang. Pada kedalaman lebih dari
sudah ditumbuhi alga dan pasir. Karang 15 meter dasar perairan didominasi oleh
hidup banyak ditemukan sampai pasir.
kedalaman 15 meter. Dari hasil pengamatan tahun 2017
Dari hasil pengamatan tahun 2017 didapatkan kondisi tutupan karang hidup di
didapatkan kondisi tutupan karang hidup di stasiun II pada kedalaman 5 meter dan 10
stasiun I pada kedalaman 5 meter dan 10 meter yaitu 32,60% dan 22,80% yang
meter yaitu 58,67% dan 25,33% yang dapat digolongkan dalam kategori sedang
dapat digolongkan dalam kategori baik dan dan buruk. Persentase tutupan karang
sedang berdasarkan Keputusan MENLH hidup pada tahun 2016 pada kedalaman 5
No.4 tahun 2001. Persentase tutupan meter dan 10 meter yaitu 52,60% dan
karang hidup pada tahun 2016 pada 17,27% yang dapat digolongkan baik dan
kedalaman 5 meter dan 10 meter yaitu buruk. Jika dilihat perbandingan persentase
74,47% dan 29,60% yang dapat tutupan terumbu karang tahun 2016 hingga
digolongkan baik dan sedang. Jika dilihat 2017 terlihat telah terjadi penurunan
perbandingan persentase tutupan terumbu persentase tutupan karang pada kedalaman
karang tahun 2016 hingga 2017 terlihat 5 meter sekitar 20,00% sedangkan pada
telah terjadi penurunan persentase tutupan kedalaman 10 meter terjadi peningkatan
karang pada kedalaman 5 meter dan 10 sekitar 5,53%.
meter sekitar 15,80% dan 4,27%. Stasiun III yang terletak di zona inti
Stasiun II yang terletak di zona inti berada di sebelah barat daya Pulau Pieh.
berada di sebelah timur laut Pulau Pieh. Pantai berpasir putih, vegetasi darat pohon
Pantai berpasir putih, vegetasi darat kelapa, kelapa, ketapang, aru dan semak. Jarak dari
ketapang. Jarak dari pantai kira-kira 90 pantai kira-kira 65 meter. Kemiringan
meter. Lokasi ini berada sebelah kanan dasar perairan pada kedalaman 5 meter
dermaga kalau kita mengarah ke pulau. kira-kira 300 dan kedalaman 10 meter
Kemiringan dasar perairan pada kedalaman kemiringan kira-kira 750. Substrat dasar
5 meter kira-kira 300 dan kedalaman 10 pada kedalaman 5 meter keras, sedikit
meter kemiringan bervariasi antara 75 - patahan karang mati dan pasir. Sedangkan
900. Substrat dasar keras, patahan karang pada kedalaman 10 meter sustrat dasar
tapi banyak ditutupi oleh endapan pasir. keras tapi ditutupi oleh pasir dan patahan
Bahkan pasir juga menutupi karang yang karang mati.
masih hidup dan sebagian sudah mulai
Dari hasil pengamatan tahun 2017 meter yang berada pada zona pemanfaatan
didapatkan kondisi tutupan karang hidup di dengan kondisi tutupan karang hidup
stasiun III pada kedalaman 5 meter dan 10 58,67% yang termasuk kedalam kategori
meter yaitu 43,80% dan 44,40% yang baik.
dapat digolongkan dalam kategori sedang. Kondisi tutupan karang yang berada
Persentase tutupan karang hidup pada di Pulau Pieh pada tahun 2016 menurun
tahun 2016 pada kedalaman 5 meter dan 10 drastis dari pada monitoring tahun
meter yaitu 47,33% dan 46,20% yang sebelumnya. Pada zona inti Hanya ada 1
dapat digolongkan sedang. Jika dilihat stasiun yang mengalami kenaikan yaitu
perbandingan persentase tutupan terumbu pada zona inti kedalam 10 meter yang pada
karang tahun 2016 hingga 2017 terlihat tahun 2015 memiliki tutupan karang hidup
telah terjadi penurunan persentase tutupan 17,27% dan terjadi peningkatan pada tahun
karang sekitar 3,53% dan 1,80%. 2016 dengan tutupan karang hidup
Meskipun stasiun II dan III 22,80%. Kondisi terumbu karang di
merupakan kawasan zona inti tetapi untuk perairan Pulau Pieh telah mengalami
persentase tutupan karangnya masih penurunan karena dampak peningkatan
rendah dikarenakan substrat dasar suhu air yang terjadi pada bulan April
perairannya rata-rata berpasir. Timotius hingga Agustus 2016. Hal ini
(2006) mengatakan bahwa jika substrat menyebabkan terjadinya bleaching coral di
dasar perairan adalah pasir, maka tingkat sekitar perairan Pulau Pieh dan perairan-
keberhasilan rekruitmen karang cenderung perairan sekitarnya.
rendah dibandingkan dengan substrat dasar
Saran
berupa karang mati.Jika substrat dasar
Penulis menyarankan agar tetap
berupa karang mati maka tingkat
dilakukan monitoring dan pengawasan
keberhasilan rekruitmen cenderung tinggi.
terhadap kondisi terumbu karang yang
Kesimpulan terdapat di perairan Pulau Pieh dan laut
Kondisi terumbu karang di sekitar sekitarnya agar proses pemulihan kondisi
perairan Pulau Pieh berkisar dari kondisi terumbu karang dapat berjalan dengan
buruk hingga kondisi baik. Kondisi tutupan baik.
karang terendah berada pada stasiun II DAFTAR PUSTAKA
kedalaman 10 meter yang berada pada Alhamra, A. J. 2016. Keragaan Potensi
zona inti dengan tutupan karang hidup Terumbu Karang dan Upaya
Pengelolaannya di pulau Pieh
22,80% yang tergolong kedalam kondisi
Kawasan Taman Wisata Perairan
buruk. Kondisi tutupan terumbu karang (TWP) Pulau Pieh dan Laut
tertinggi berada pada stasiun I kedalaman 5 Sekitarnya Kec. Ulakan Tapakis
Kab. Padang-Pariaman Sumatera Malang: Universitas Brawijaya
Barat. Karya Ilmiah Praktek Press (UB Press).
Akhir. Sekolah Tinggi Perikanan. Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.
Jakarta. Djambatan. Jakarta, 367 Hal.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nybakken. 1992. Biologi Laut. Suatu
Sumatera Barat. 2008. Pendekatan Ekologi. Terjemahan
Penyusunan Rencana Detail Tata M. Ediman, Koeshlono, D.G.
Ruang (RDTR) Laut, Pesisir dan Bengen, M. Hutomo dan S.
Pulau-pulau Kecil Kota Painan. Sukarjo. PT. Gramedia. Jakarta,
DKP.66 p. 481 Hal.
Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Oktarina, A., E. Kamal dan Soeparno.
Laut. 2006. Pedoman Pelaksanaan 2014. Kajian Kondisi Terumbu
Transplantasi Karang. DKP.36 p. Karang Dan Strategi
English, S. C. Wilkinson and Baker, V. Pengelolaannya di Pulau Panjang,
1997. Survey Manual For Marine Air Bangis, Kabupaten Pasaman
Resources. Asean. ASEAN- Barat. Program Pascasarjana
Australia Marine Science Project: Universitas Bung Hatta.
Living Coastal Resources. P.68- Romeo, Thamrin, D. Yoswaty. 2016.
80. Kondisi Terumbu Karang di
Giyanto, et al. 2017. Status Terumbu Pantai Tureloto Kabupaten Nias
Karang Indonesia 2017. Utara Provinsi Sumatera Utara.
COREMAP-CTI Pusat Penelitian Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Oseanografi – LIPI. Jakarta. Kelautan. Universitas Riau.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Pekanbaru.
Nomor 04 Tahun 2001. Kriteria Sadarun, B., E. Nezon, S. Wardono, Y.A.
Baku Kerusakan Terumbu Afandy dan L. Nuriadi. 2006.
Karang. 18 Hal. Petunjuk Pelaksanaan
Tranplantasi Karang. Departemen
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Kelautan dan Perikanan. Jakarta,
Nomor 51 Tahun 2004. Baku 36 Hal.
Mutu air Laut. 10 Hal. Supriharyono.2007. Konservasi Ekosistem
Loka KKPN Pekanbaru. 2016. Monitoring Sumberdaya Hayati di Kawasan
Biofisik Kawasan Taman Wisata Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka
Perairan (TWP)Pulau Pieh dan Pelajar. Yogyakarta.
Laut di Sekitarnya. Timotius, S. 2011. Biologi Terumbu
Mismail, B. 2010. Akuarium Terumbu Karang. Jurnal Penelitian
Karang. Cetakan Pertama. Oseanografi

Anda mungkin juga menyukai