Tugas DR - Krisni
Tugas DR - Krisni
Patogenesis ISK
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti
faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urin dapat berasal dari
ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi ISK adalah obstruksi
urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks atau konstipasi yang lama. Bakteri
uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot
polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai anti
bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi bakteri seperti pelepasan toksin dapat
menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk
menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke
ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid), apalagi bila ada refluks
vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinaria yang terinfeksi, dapat
mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya rasa ingin miksi terus
menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frequency), dan sakit waktu miksi (dysuri).
Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan (hematuria). Infeksi ginjal
dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal dapat rusak, baik akibat infeksi
maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal. Pada pielonefritis akut dapat
ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat membengkak, infiltrasi lekosit
polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu. Pada
pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk bakteri atau zat mediator toksik yang
dihasilkan oleh sel yang rusak, mengakibatkan parut ginjal (renal scarring). (Hanson, 1999).
Pada ISK bawah, walaupun tidak ada penyebaran bakteri ke aliran darah sistemik, masih
pada penyebabnya, dimediasi oleh efek endotoksin misalnya lipopolisakarida (LPS) pada
membran luar bakteri Gram negatif dan atau LPS yang merangsang sitokin proinflamasi seperti
TNF-alpha dan berbagai interleukin. Telah diketahui bahwa sitokin proinflamasi adalah inhibitor
yang poten untuk ekspresi gen transporter hepatobilier yang me- nyebabkan gangguan fungsi
transport empedu dan menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia (ko- lestasis). Pada keadaan
infeksi baik yang masuk ke dalam hati maupun di luar hati, bakteri dapat menghasilkan
endotoksin dan endotoksin ini dapat masuk dalam sirkulasi walaupun bakteri yang menginfeksi
tidak masuk dalam peredaran darah. Oleh sebab itu mungkin saja ditemukan kolestasis walaupun
tidak ada bakteriemia. Endotoksin dapat merangsang sintesis sitokin oleh makrofag (di hati
misalnya sel Kuppfer). Sel Kupffer dan sel imuno- kompeten lainnya dalam hati mensintesis
sitokin intrahepatik seperti TNF-alpha, IL-1, IL-6, dan IL-8, sehingga sitokin intrahepatik
meningkat jumlahnya, mengganggu fungsi hepatosit dan menyebabkan kolestasis. Selain itu
sitokin juga dilepaskan oleh sel epitel duktus biliaris (kolangiosit) yaitu TNF-alpha dan IL-6.
Hepatosit dan kolangiosit ternyata berkontribusi aktif pada respons sitokin proinflamasi.
Spesimen urine pagi pertama (First morning urine)
1. Urine pagi
Baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan (Strasinger
dan Lorenzo, 2016). Urine pagi pertama lebih pekat bila dibandingkan dengan urine yang
dikeluarkan siang hari, jadi urine ini baik untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis,
protein, dan lain-lain, serta baik juga untuk tes kehamilan berdasarkan adanya human
kumpulkan adalah urine porsi tengah atau midstream urine (Sacher dan McPherson,
2004).
Spesimen urine ini dikumpulkan 2 – 4 jam setelah urine pagi pertama. Spesimen ini
dipengaruhi oleh makanan dan minuman, dan aktivitas tubuh. Spesimen ini lebih praktis
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ada prosedur khusus
atau pembatasan diet untuk pengumpulan spesimen (Sacher dan McPherson, 2004).
jam terus-menerus dan kemudian dikumpulkan dalam satu wadah (Strasinger dan
Lorenzo, 2016). Urine ini kadang kala ditampung secara terpisah-pisah dengan maksud
Urine yang pertama kali dikeluaran 1,5 – 3 jam setelah makan. Spesimen ini baik