Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN BAYI BERAT LAHIR

SANGAT RENDAH (BBLSR) DI BAGIAN PERINATOLOGI RSUD DR. H. ABDUL


MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

Aspri Sulanto1, Zulhafis Mandala1, Surya Doriska2

ABSTRAK

Latar Belakang: Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan penting di negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
karena angka kejadian, kesakitan dan kematiannya masih cukup tinggi. Selain faktor
berat lahir yang telah digunakan sebagai indikator yang kuat atas resiko kematian
BBLSR, terdapat juga faktor lain yang nantinya dapat meningkatkan kematian pada
BBLSR seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskular, hematologis, saluran
pencernaan, metabolik-endokrin, sistem saraf pusat, ginjal dan faktor infeksi. Tujuan:
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kematian BBLSR. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua BBLSR yang dirawat di bagian
perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014 dengan jumlah
130 bayi dan sampel penelitian ini adalah semua BBLSR yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Pengambilan sampel mengunakan teknik total sampling. Data yang
digunakan berupa data sekunder. Analisis data dilakukan dengan regresi logistik untuk
mengetahui pengaruh faktor prognosis terhadap kematian BBLSR. Hasil: Selama periode
penelitian terdapat 130 BBLSR yang diikutsertakan ke dalam penelitian, 16 bayi
dikeluarkan karena 10 bayi dengan kelainan kongenital, 4 bayi pulang atas permintaan
sendiri (APS) dan 2 bayi memiliki data rekam medik tidak lengkap. Angka kematian
BBLSR 64,9%. Dari hasil analisis multivariat didapatkan variabel yang dapat menjadi
faktor prognostik kematian BBLSR adalah RDS (OR: 5,456 ; 95% CI: 1,898-15,686) dan
sepsis (OR: 2,987 ; 95% CI: 1,073-8,316). Kesimpulan: RDS dan sepsis merupakan
faktor prognostik yang secara bermakna meningkatkan kematian BBLSR.

Kata Kunci: Bayi berat lahir sangat rendah, kematian, RDS, sepsis

1. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


2. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 198
PENDAHULUAN dan 2014 (10,8%) dari jumlah sasaran
Berat badan lahir merupakan BBLR.9
salah satu indikator kesehatan bayi baru Angka kejadian bayi berat lahir
lahir (BBL). Secara umum, bayi berat sangat rendah (BBLSR) di negara maju
lahir rendah (BBLR) lebih besar dan berkembang sangat bervariasi, di
resikonya untuk mengalami masalah negara maju jauh lebih rendah seperti di
atau komplikasi pada saat lahir.1 Amerika Serikat 3-4% dari kejadian
Masalah bayi dengan berat lahir rendah BBLR, di negara-negara Eropa kejadian
(kurang dari 2500 gram) sampai saat ini BBLSR 2% dari kelahiran hidup,
masih merupakan penyebab utama sedangkan di negara berkembang masih
morbiditas dan mortalitas neonatal dan tinggi yaitu 7,3% dari seluruh BBLR.10
menjadi salah satu masalah kesehatan BBLR khusunya BBLSR dan BBLER
penting di negara-negara sedang merupakan salah satu faktor risiko yang
berkembang. Hal ini disebabkan karena mempunyai kontribusi pada angka
angka kejadian, kesakitan dan kematian bayi terutama pada masa
kematiannya masih cukup tinggi.2,3 neonatal.11,12 Angka Kematiaan BBLSR
Selain itu dampak jangka panjangnya bervariasi antara 57% di negara
berupa hambatan tumbuh kembang, berkembang dan 10% di negara maju.13
baik fisik, psikomotor, emosional, Tercatat BBLSR mencakup lebih dari
intelektual dan kecacatan, sehingga 50% kematian neonatus dan 50% bayi
akan menurunkan kualitas sumber daya yang menggalami kecacatan. Ketahanan
manusia dan akan menjadi beban bagi hidupnya terkait langsung dengan
keluarga.4 beratnya,selain faktor berat lahir yang
Setiap tahun di dunia telah digunakan sebagai indikator yang
diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi kuat atas resiko kematian BBLSR.
berat lahir rendah (BBLR).5 Kelahiran Terdapat juga faktor lain yang nantinya
BBLR sebagian disebabkan oleh lahir dapat meningkatkan kematian pada
sebelum waktunya (prematur) dan BBLSR seperti gangguan pada sistem
sebagian oleh karena mengalami pernapasan, kardiovaskular,
gangguan pertumbuhan selama masih hematologis, saluran pencernaan,
dalam kandungan.6,7Di Indonesia metabolik-endokrin, sistem saraf pusat,
prevalensi bayi berat lahir rendah ginjal dan faktor infeksi.14Menurut
(BBLR) berdasarkan data dari Rikesda penelitian yang dilakukan Yoga Putra di
tahun 2013 adalah 10,2%. Prevalensi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2009
BBLR tertinggi terdapat di Provinsi mendapatkan persentase kematian
Sulawesi Tengah 16,9% dan terendah di BBLSR adalah 37,4% dengan kematian
Sumatera Utara 7,2%, sementara di terbanyak terjadi pada periode neonatal
Provinsi Lampung8,1%.8Berdasarkan dini (70,8%). Penyebab kematian
data dari Dinas Kesehatan Provinsi terbanyak yang ditemukan adalah
Lampung, jumlah kasus BBLR di Provinsi penyakit membran hialin (50%) dan
Lampung tahun 2013 adalah 3222 kasus sepsis (41,6%).15Sehubungan dengan
(1,9%) sedangkan tahun 2014 sebesar masalah tersebut, maka dilakukan
2901 kasus (1,73%) dari jumlah bayi. penelitian ini dengan tujuanuntuk
Angka ini tidak berarti menunjukkan mengetahui faktor-faktoryang
kasus BBLR di Provinsi Lampung sangat mempengaruhi kematian BBLSR
rendah karena jumlah tersebut sebagian dibagian perinatologi RSUD Dr. H. Abdul
kecil dari kasus BBLR yang terdeteksi Moeloek Provinsi Lampung tahun 2014.
oleh tenaga kesehatan dimana tahun
2013 (17,3%) dan tahun 2014 (15,7%) METODE PENELITIAN
dari jumlah sasaran BBLR.Sedangkan di Penelitian ini merupakan
Kota Bandar Lampung kasus BBLR tahun penelitian observasional analitik dengan
2013 sebesar 156 kasus (0,86%) dan rancangan penelitian cross sectional.
tahun 2014 sebesar 215 kasus (1,39%) Penelitian ini dilakukan pada bulan
dari jumlah bayi, kasus ini juga sangat Januari 2015 sampai Mei 2015.
rendah dibandingkan dengan jumlah Pengumpulan data dilakukan di bagian
kasus BBLR yang terdeteksi oleh tenaga perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
kesehatan dimana tahun 2013 (7,87%) Provinsi Lampung pada bulan Maret

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 199
2015.Populasi dalam penelitian ini darah tumbuh mikroorganisme, sepsis
adalah semua bayi berat lahir sangat dibagi menjadi dua kemompok: (1)
rendah (BBLSR) yang dirawat di bagian Sepsis, (2) Tidak sepsis. Anemia diukur
perinatologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek berdasarkan hasil pemeriksaan
Provinsi Lampung periode 1 Januari laboratorium dengan kadar Hb < 17
2014 sampai 31 Desember 2014 yaitu mg/dl. Anemia dibagi menjadi dua
sebanyak 130 bayi. Bayi dengan kemompok: (1) Anemia, (2) Tidak
kelainan kongenital, pulang atas anemia.
permintaan sendiri (APS) dan rekam Data yang sudah dikumpulkan
medik tidak lengkap tidak diikutsertakan disimpan dalam komputer, pengecekan
pada penelitian. Sampel dalam data dilakukan secara berkala untuk
penelitian ini adalah semua bayi berat menjamin validitas data yang
lahir sangat rendah (BBLSR) yang dikumpulkan. Analisis dilakukan dengan
dirawat di bagian perinatologi RSUD Dr. menggunakan program statistik. Uji chi
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung square dilakukan untuk menghitung
periode 1 Januari 2014 sampai 31 perbedaan proporsi. Analisis multivariat
Desember 2014 dan sesuai dengan dilakukan dengan uji regresi logistik
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu untuk mengontrol variabel penggangu
sebanyak 114 bayi. Data dalam dan odds ratio (OR) dengan interval
penelitian ini diambil dari rekam medis kepercayaan (IK) 95% dihitung untuk
pasien di bagian perinatologi RSUD Dr. mengetahuipengaruh faktor prognosis
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung terhadap kematian BBLSR.
tahun 2014, data yang dikumpulkan
adalah data faktor-faktor yang HASIL PENELITIAN
mempengaruhi kematian BBLSR yang Jumlah bayi yang dirawat di
meliputi asfiksia, respiratory distress bagian perinatologi RSUD Dr. H. Abdul
syndrome (RDS), hiperbilirubinemia, Moeloek Provinsi Lampung pada tahun
sepsis dan anemia. Kematian BBLSR 2014 adalah 1223 bayi dan didapatkan
adalah kematian bayi lahir hidup yang 130 adalah BBLSR. Dari 130 BBLSR
berat badan lahirnya pada saat kelahiran terdapat 10 BBLSR dengan kelainan
1000-1499, kematian dibagi menjadi kongenital, 4 BBLSR pulang atas
dua kelompok: (1) Meninggal, (2) Hidup. permintaan sendiri (APS) dan 2 BBLSR
Asfiksia dinilai berdasarkan skor apgar memiliki data rekam medik tidak
dengan melihat Appearance (warna lengkap sehingga di keluarkan dari
kulit), Pulse (frekuensi jantung), penelitian. BBLSR yang memenuhi
Grimace (kemampuan refleks), Activity kreteria inklusi untuk dijadikan sampel
(tonus otot), Respiration (usaha penelitan sebanyak 114 BBLSR.
bernapas), asfiksia dibagi menjadi dua Berdasarkan tabel 4.1
kelompok: (1) Asfiksia, (2) Tidak menunjukkan karakteristik subyek
asfiksia. Diagnosis respiratory distress penelitian pada BBLSR yang meliputi
syndrome (RDS) ditegakkan berat badan lahir, jenis kelamin, lama
berdasarkan gambaran retikulogranular rawat, jumlah kematian, asfiksia,
dan air bronchogrampada foto thoraks, respiratory distress syndrome (RDS),
RDS dibagi menjadi dua kelompok: (1) hiperbilirubinemia, sepsis dan anemia.
RDS, (2) Tidak RDS. Hiperbilirubinemia Angka kematian BBLSR 64,9%
diukur berdasarkan hasil pemeriksaan (74 bayi) dan 35,1% (40 bayi) mampu
laboratorium dangan kadar bilirubin total bertahan hidup sampai pulang. Rerata
serum > 8 mg/dl, hiperbiliubinemia berat badan bayi yang bertahan hidup
dibagi menjadi dua kemompok: (1) adalah 1253 gram, lebih tinggi
Hiperbilirubinemia, (2) Tidak dibandingkan dengan rerata berat badan
hiperbilirubinemia. Bayi didiagnosis bayi yang meninggal, yaitu 1194 gram
menderita sepsis apabila pada biakan (Tabel 4.1).

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 200
Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian pada BBLSR
Frekuensi
Karakteristik Persentase (%)
n (114)
Berat Badan Lahir
1000 gram 19 16,7
1050 gram 1 0,9
1100 gram 15 13,2
1150 gram 2 1,8
1170 gram 1 0,9
1200 gram 28 24,6
1250 gram 1 0,9
1300 gram 23 20,2
1350 gram 1 0,9
1400 gram 19 16,7
1450 gram 3 2,6
1489 gram 1 0,9
Jenis Kelamin
Laki-Laki 56 49,1
Perempuan 58 50,9
Lama Rawat
< 8 Hari 66 57,9
8-28 Hari 40 35,1
> 28 Hari 8 7
Kematian
Ya 74 64,9
Tidak 40 35,1
Asfiksia
Ya 39 34,2
Tidak 75 65,8
RDS
Ya 77 67,5
Tidak 37 32,5
Hiperbilirubinemia
Ya 54 47,4
Tidak 60 52,6
Sepsis
Ya 83 72,8
Tidak 31 27,2
Anemia
Ya 28 24,6
Tidak 86 75,4

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 201
Tabel 4.2 Pengaruh Faktor Asfiksia, RDS, Hiperbilirubinemia, Sepsis dan
Anemia Terhadap Kematian BBLSR
Kematian
Karakteristik Meninggal Hidup p-
n (74) % n (40) % value
Asfiksia
-Ya 29 74,4 10 25,6
0,130
-Tidak 45 60 30 40
RDS
-Ya 56 72,7 21 27,3
0,013
-Tidak 18 48,6 19 51,4
Hiperbilirubinemia
-Ya 26 48,1 28 51,9
0,001
-Tidak 48 80 12 20
Sepsis
-Ya 59 71,1 24 28,9
0,026
-Tidak 15 48,4 16 51,6
Anemia
-Ya 12 42,9 16 57,1
0,006
-Tidak 62 72,1 24 27,9

Berdasarkan hasil analisis regresi BBLSR adalah respiratory distress


logistik bivariat yang tercantum pada syndrome (RDS) dan sepsis.
tabel 4.2, faktor yang berpengaruh
terhadap kematian BBLSR adalah PEMBAHASAN
respiratory distress syndrome (RDS), Kematian pada masa neonatus
hiperbilirubinemia, sepsis dan anemia. merupakan masalah yang paling sering
Berdasarkan tabel 4.3 mendapat perhatian khusus baik pada
menunjukkan variabel yang dimasukan negara berkembang maupun
dalam model analisis multivariat adalah negaramaju.15 Angka kematian bayi di
asfiksia, respiratory distress syndrome dunia sudah dapat diturunkan jauh lebih
(RDS), hiperbilirubinemia, sepsis dan cepat dari angka kematian neonatus.
anemia. Setelah dimasukan dalam Salah satu penyebab kematian neonatus
model analisis multivariat, variabel yang yang sulit
berpengaruh meningkatkan kematian

Tabel 4.3 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Meningkatkan Kematian


BBLSR
Analisis Bivariat Analisis Multivariat
Karakteristik
OR CI 95% OR CI 95%
Asfiksia
-Ya 0,823-
1,933 1,989 0,707-5,595
-Tidak 4,543
RDS
-Ya 1,244- 1,898-
2,815 5,456
-Tidak 6,370 15,686
Hiperbilirubinemia
-Ya 0,101-
0,232 0,175 0,064-0,476
-Tidak 0,531
Sepsis
-Ya 1,122-
2,622 2,987 1,073-8,316
-Tidak 6,131
Anemia
-Ya 0,120-
0,290 0,222 0,077-0,642
-Tidak 0,703

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 202
dikendalikan adalah berat lahir rendah oleh karena dalam data rekam medik
dan prematuritas.13Kelahiran prematur banyak tidak didapatkannya nilai apgar
dan BBLSR memberikan kontribusi skor menit pertama dan menit kelima,
terbanyak terhadap angka kematian dan sehingga peneliti tidak dapat
kesakitan pada masa neonatus.15Hasil menentukan kategori asfiksia ringan,
penelitian menunjukkan angka kematian sedang atau berat. Peneliti menentukan
BBLSR 64,9% (74 bayi) sedangkan yang asfiksia berdasarkan diagnosis akhir.
mampu bertahan hidup 35,1% (40 Hiperbilirubinemia terbukti bukan
bayi). Beberapa penelitian sebelumnya sebagai faktor yang berpengaruh
seperti yang dilakukan Tunjung Wibowo, meningkatkan kematian BBLSR. Hasil
Ekawaty Lutfia Haksari dan Setya penelitian didapatkan nilai (OR: 0,175 ;
Wandita di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 95% CI: 0,64-0,476). Hal ini disebabkan
tahun 2012 menunjukkan angka oleh karena dalam data rekam medik
kematian BBLSR 30,1% sedangkan yang banyak tidak didapatkannya hasil
bertahan hidup 69,9%.13 Penelitian yang pemeriksaan laboratorium, sehingga
dilakukan Yoga Putra di RSUP Sanglah peneliti tidak dapat menentukan kadar
Denpasar tahun 2009 mendapatkan bilirubin total serum. Peneliti
persentase kematian BBLSR adalah menentukan hiperbilirubinemia
37,4% dengan kematian terbanyak berdasarkan diagnosis akhir. Penelitian
terjadi pada periode neonatal dini M. Sholeh Kosim, Lisa Adhia Garina,
(70,8%).15 Tony Chandra dan M. Sakundarno Adi di
Angka kematian BBLSR bervariasi bangsal NICU RSUP Dr. Kariadi
antara 57% di negara berkembang dan Semarang tahun 2007 yang menyatakan
10% di negara maju.13 Kematian bayi bahwa tidak ada hubungan antara
berat lahir sangat rendah pada negara- hiperbilirubinemia dengan kejadian
negara berkembang seperti Jamaica kematian pasien yang dirawat di NICU
57%, India 37%, Thailand 24%, RSUP Dr. Kariadi Semarang dengan nilai
sedangkan pada negara-negara maju p-value = 0,85.24
seperti Belanda 10%, Amerika Serikat Hiperbilirubinemia merupakan
15%. Penelitian di Iran tahun 2008 salah satu fenomena klinis yang paling
mendapatkan angka kematian BBLSR sering ditemukan pada bayi baru lahir.
sebesar 50%, sedangkan penelitian di Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi
Jepang pada 37 rumah sakit tahun 2006 terlihat berwarna kuning, keadaan ini
mendapatkan kematian BBLSR sebesar timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin
11-40%. Menurut Saigal perbedaan (4 Z, 15 Z bilirubin IX alpha) yang
angka kematian pada BBLSR berwarna ikterus pada sklera dan
dipengaruhi juga oleh tingkat perawatan kulit.1Pada umumnya, peningkatan
neonatus, dimana kematian neonatus < kadar bilirubin tidak berbahaya dan tidak
1500 gram tertinggi didapatkan pada memerlukan pengobatan. Namun pada
rumah sakit tanpa fasilitas NICU dan beberapa kasus dapat berhubungan
perawatan neonatus yang kurang.15 dengan beberapa penyakit, seperti
Asfiksia terbukti bukan sebagai penyakit hemolitik, kelainan metabolik
faktor yang berpengaruh meningkatkan dan endokrin, kelainan hati dan
kematian BBLSR. Hasil penelitian infeksi.Pada kadar lebih dari 20 mg/dl,
didapatkan nilai (OR: 1,933 ; 95% CI: bilirubin dapat menembus sawar darah
0,823-4,543). Penelitian ini tidak sesuai otak (blood brain barrier) sehingga
dengan penelitian Tunjung Wibowo, bersifat toksik terhadap sel otak.
Ekawaty Lutfia Haksari dan Setya Peningkatan bilirubin serum akan
Wandita di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menyebabkan bilirubin yang belum
tahun 2012 yang menyatakan bahwa dikonjugasi di hati atau
nilai apgar skor menit pertama kurang unconjugatedbilirubin masuk ke dalam
dari 4 (asfiksia berat) sebagai prediktor sel saraf dan merusaknya, disebut
yang cukup kuat untuk kematian BBLSR kernikterus. Pada kernikterus fungsi otak
dengan nilai (OR: 6 ; 95% CI: 3,1-12).13 terganggu sehingga menimbulkan
Perbedaan hasil penelitian disebabkan sekuele neurologis atau kecacatan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 203
jangka panjang jika bayi tersebut RDS adalah suatu keadaan
bertahan hidup dan mengakibatkan meningkatnya kerja pernapasan yang
kematian.1 ditandai dengan takipnea, retraksi,
Anemia terbukti bukan sebagai pernapasan cuping hidung, merintih atau
faktor yang berpengaruh meningkatkan grunting, sianosis dan apnu atau henti
kematian BBLSR. Hasil penelitian napas. RDS atau penyakit membran
didapatkan nilai (OR: 0,222 ; 95% CI: hialin hampir sebagian besar terjadi
0,77-0,642). Hal ini disebabkan oleh pada BBLSR dan BKB. Insidens dan
karena dalam data rekam medik banyak derajat penyakit ini berhubungan erat
tidak didapatkannya hasil pemeriksaan dengan umur kehamilan.Pada bayi
laboratorium, sehingga peneliti tidak dengan BBLSR dan BKB umumnya
dapat menentukan kadar hemoglobin. mengalami kesulitan untuk bernapas
Peneliti menentukan anemia segera setelah lahir oleh karena jumlah
berdasarkan diagnosis akhir. Penelitian alveoli yang berfungsi masih sedikit,
Simiyu DE di Kenyatta National Hospital lumen sistem pernapasan yang kecil,
(KNH) tahun 2004 yang menyatakan pembuluh darah paru yang imatur dan
bahwa anemia menyumbang 17% angka defisiensi surfaktan yang mengakibatkan
kematian pada BBL dengan berat badan kurangnya kemampuan alveoli untuk
< 2500 gram pada tahun 2000.25 mengembang atau inflasi sehingga tidak
Anemia adalah berkurangnya sel dapat mempertahankan agar alveoli
darah merah atau konsentrasi tidak mengempis. Konsekuensinya akan
hemoglobin akibat gangguan terjadi penurunan elastic recoil,
keseimbangan antara kehilangan sel sehingga paru mudah kempes dan
darah merah dan gangguan produksi, menjadi atelektasis. Hal ini yang sering
anemia dapat terjadi pada bayi prematur mengakibatkan gawat napas (distress
dan BBLSR. Hal ini akibat dari pernapasan) dan menyebabkan
menurunnya produksi sel darah merah, kematian.1
meningkatnya penghancuran sel darah Sepsis terbukti merupakan salah
merah dan kehilangan darah satu faktor yang berpengaruh
iatrogenik.26 Anemia pada BCB meningkatkan kematian pada BBLSR.
merupakan hal yang normal dan tidak Hasil penelitian didapatkan nilai (OR:
memberikan dampak klinis yang buruk, 2,987 ; 95% CI: 1,073-8,316) yang
pada BKB anemia yang terjadi lebih berarti bahwa BBLSR yang mengalami
berat dan timbul lebih dini. Anemia pada sepsis mempunyai kemungkinan
BBL yang tidak ditatalaksana dengan sebanyak 2,987 kali untuk meninggal
tepat dan adekuat akan memberikan dibandingkan BBLSR yang tidak
komplikasi terhadap BBL. Pada BBL mengalami sepsis. Penelitian ini sesuai
dengan anemia akut dapat terjadi dengan penelitian Tunjung Wibowo,
kollaps kardiovaskuler, sampai dengan Ekawaty Lutfia Haksari dan Setya
gagal napas.1 Wandita di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Respiratory distress syndrome tahun 2012 yang menyatakan bahwa
(RDS) terbukti merupakan faktor yang sepsis merupakan salah satu faktor
berpengaruh meningkatkan kematian prediktor kematian BBLSR dengan nilai
BBLSR. Hasil penelitian didapatkan nilai (OR: 12 ; 95% CI: 3,8-37,9).13
(OR: 5,456 ; 95% CI: 1,898-15,686) Sepsis pada BBL (sepsis
yang berarti bahwa BBLSR yang neonatal) adalah infeksi aliran darah
mengalami RDS mempunyai yang bersifat invasif dan ditandai
kemungkinan sebanyak 5,456 kali untuk dengan ditemukannya bakteri dalam
meninggal dibandingkan BBLSR yang cairan tubuh seperti darah, cairan sum-
tidak mengalami RDS. Penelitian ini sum tulang atau air kemih. Keadaan ini
sesuai dengan penelitian Tunjung sering terjadi pada bayi berisiko
Wibowo, Ekawaty Lutfia Haksari dan misalnya pada BKB, BBLSR, bayi dengan
Setya Wandita di RSUP Dr. Sardjito sindrom gangguan napas atau bayi yang
Yogyakarta tahun 2012 yang lahir dari ibu berisiko.Kontaminasi
menyatakan bahwa RDS merupakan kuman dapat timbul melalui berbagai
faktor prediktor kematian BBLSR dengan jalan yaitu infeksi kuman, parasit atau
nilai (OR: 2,8 ; 95% CI: 1,8-4,4).13 virus yang diderita ibu dapat mencapai

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 204
janin melalui aliran darah menembus and academic outcomes in
barier plasenta atau masuk sirkulasi adolescent born with very low birth
janin, prosedur obstetri yang kurang weight. Pediatrics. 2006;118:449-
memperhatikan faktor aseptik atau 59.
antiseptik misalnya saat pengambilan 4. Zwicker, G.J., Harris, R.S. Quality of
contoh darah janin, bahan villi khorion life of formerly preterm and very low
atau amniosentesis dan pada saat birth weight infant from preschool
ketuban pecah paparan kuman yang age to adulthood: a systematic
berasal dari vagina masuk ke dalam review. Pediatrics. 2008;121:366-
rongga uterus sehingga bayi dapat 76.
terkontaminasi kuman melalui saluran 5. Department of Reproductive Health
pernapasan ataupun saluran and Research, World Health
cerna.Setelah lahir kontaminasi kuman Organization. Kangaroo mother
terjadi dari lingkungan bayi baik karena care. A practical guide. 1st ed.
infeksi silang ataupun karena alat-alat Geneva : WHO; 2003.
yang digunakan bayi, bayi yang 6. World Health Organization. Low birth
mendapatkan prosedur neonatal invasif weight A tabulation of available
seperti kateterisasi umbilikus, bayi information. Geneva: WHO; 1992
dengan ventilator, kurang (WHO/MCH/92.2).
memperhatikan tindakan anti sepsis, 7. De Onis, M., Blossner, M., Villar, J.
rawat inap yang terlalu lama dan hunian Levels and patterns of intrauterine
terlalu padat.Short MA mengemukakan growth retardation in developing
bahwa patofisiologi dan tingkat beratnya countries. European Journal of
sepsis tampaknya tidak banyak berbeda Clinical Nutrition.
antara pasien dewasa dan bayi. Sepsis 1998;52(Suppl.1):S5-S15.
biasanya akan dimulai dengan adanya 8. Badan Penelitian dan
respons sistemik tubuh dengan Pengembangan Kesehatan. Riset
gambaran proses inflamasi, koagulopati, Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013).
gangguan fibrinolisis yang selanjutnya Jakarta: Departemen Kesehatan
menimbulkan gangguan sirkulasi dan Republik Indonesia. 2013. Diakses
perfusi jaringan yang berakhir dengan 17 Januari 2015 pukul 14:39 WIB.
gangguan fungsi organ dan bila tidak Diunduh dari: URL:
teratasi akan mengakibatkan kematian http:/WWW.depkes.org
pasien.1 9. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.
Profil Data BBLR Tahun 2013 dan
KESIMPULAN 2014. Bandar Lampung. 2015.
Angka kematian BBLSR 10. CDC. Pediatric and pregnancy
64,9%.RDS dan sepsis terbukti nutrition surveillance system.
merupakan faktor prognostik yang CDC.2009. Diakses 17 Januari 2015
secara bermakna meningkatkan puku 14:56 WIB. Diunduh dari:
kematian bayi berat lahir sangat rendah URL: http:/WWW.cdc.gov
(BBLSR) di bagian perinatologi RSUD Dr. 11. Goldenberg, R.L., Culhane, J.F. Low
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung birth weight in The United States.
tahun 2014. Am J Clin Nutr. 2007;85:584-90.
12. Mohamed, M.A., Nada, A., Aly, H.
DAFTAR PUSTAKA Day-by-day postnatal survival in
1. Kosim, M.S. dkk. (editor). Buku Ajar very low birth weight infants.
Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Pediatrics. 2010;126:360-6.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 13. Wibowo, T., Haksari, E.L., Wandita,
2014. S. Faktor Prognostik Kematian Bayi
2. Pollack, M.M., Koch, M.A., Bartel, Berat Lahir Sangat Rendah di
D.A. dkk. A comparison of neonatal Rumah Sakit Rujukan Tingkat
mortality risk prediction models in Tersier. Bagian Ilmu Kesehatan
very low birth weight infants. Anak FK UGM/RSUP Dr. Sardjito
Pediatrics. 2000;105:1051-7. Yogyakarta. 2012.
3. Dahl, B.L., Tumby, J., Kaarsen, P.I. 14. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi
dkk. Emotional, behavioral, social, 15 Vol 1 dan 3. Jakarta: EGC. 2000.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 205
15. Putra, Y., Kardana, Artana, D. dkk. 23. Notoadmojdo, S. Metodologi
Karakteristik dan luaran bayi berat Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.
lahir sangat rendah yang lahir di Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
RSUP Sanglah Denpasar. Bagian 24. Kosim, M.S. dkk. Hubungan
Ilmu Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Hiperbilirubinemia Dan Kematian
Sanglah Denpasar. 2012. Pasien yang Dirawat di NICU RSUP
16. Pudjiadi, A., Hegar, B. Pedoman Dr Kariadi Semarang. Bagian Ilmu
Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta: Kesehatan Anak FK Universitas
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi
2010.h.23-29. Semarang. 2007.
17. Meadow, R., Newell, S. Lecture 25. Simiyu, D.E. Morbidity and mortality
Notes Pediatrika Edisi ketujuh. of low birth weight infants in the
Jakarta: Erlangga. 2005. new born unit of Kenyatta National
18. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Hospital Nairobi. Department of
Edisi 2. Jakarta: EGC. 1998. Paediatrics and Child Health Faculty
19. Hasan, R., Alatas, H. (Editor). Buku of Medicine College of Health
Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Sciences University of Nairobi.
Jakarta: FK UI. 1985.h.1051-1057. Nairobi Kenya. 2014.
20. Maryanti, D., Sujianti. Buku Ajar 26. Rahmawati, L., Lubis, B. Peran
Neonatus Bayi dan Belita. Jakata: Eritropoetin pada Anemia Bayi
Trans Info Media. 2011.h.167-176. Prematur. Bagian Ilmu Kesehatan
21. Dewi, V.N. Asuhan Neonatus Bayi Anak FK USU/RSUP H. Adam Malik
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medan. 2005.
Medika. 2010.h.9.
22. Wahab, S. Kardiologi Anak: penyakit
jantung kongenital yang tidak
sianotik. Jakarta: EGC. 2009.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 3, Juli 2017 206

Anda mungkin juga menyukai