Oleh :
SALATIGA
2011
9–1 Bab 8 telah membahas kedelapan bagian tahap perencanaan audit. Bagian mana yang
mengevaluasi materialitas dan risiko?
Dengan cara :
Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta risiko
inheren.
Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan.
9–2 Definisikan arti istilah materialitas sebagaimana yang digunakan dalam akuntansi dan
auditing. Apa hubungan antara materialitas dan frasa memperoleh kepastian yang layak
yang digunakan dalam laporan auditor?
9–3 Jelaskan mengapa materialitas penting tetapi sulit diterapkan dalam praktik.
Karena meskipun didalam definisi FASB menekankan pada pemakai yang bijaksana
yang mengandalkan laporan keuangan untuk membuat keputusan, auditor harus memiliki
pengetahuan mengenai siapa saja pemakai laporan keuangan klien serta keputusan apa
yang akan dibuat. Sehingga didalam praktik, para auditor mungkin tidak mengetahui siapa
saja pemakai laporan atau keputusan apa yang akan mereka ambil berdasarkan laporan
keuangan itu.
9–6 Asumsikan bahwa Rosanne Madden; CPA, menggunakan 5 persen laba bersih sebelum
pajak, aktiva lancar, atau kewajiban lancar sebagai pedoman utamanya dalam
mengevaluasi materialitas. Faktor-faktor kualitatif apa yang juga harus dia
pertimbangkan dalam menentukan apakah salah saji mungkin material?
Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang
mungkin timbul dari kewajiban kontraktual.
Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika
mempengaruhi tren laba.
9 – 7 Bedakan antara istilah salah saji yang dapat ditoleransi dan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas. Bagaimana hubungan antara kedua istilah itu?
Akun Jumlah
Kas $10.000
$70.000
Anda hanya mengkhawatirkan lebih saji ekuitas pemilik. Tetapkan salah saji yang dapat
ditoleransi untuk ketiga akun yang relevan sehingga pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas tidak melampaui $5.000. Jelaskan jawaban Anda.
Tidak mungkin bahwa semua skun mengandung salah saji sebesar jumlah saji
yang dapat ditoleransi.
Beberapa akun mungkin saja dilebih sajikan, sementara akun lainnya mungkin
kurang saji, sehingga menghasilkan sejumlah bersih yang mungkin lebih kecil dari
pertimbangan pendahuluan
9 – 9 Jelaskan apa yang dimaksud dengan membuat estimasi atas total salah saji dalam suatu
segmen dan dalam laporan keuangan secara keseluruhan. Mengapa estimasi ini penting
dibuat? Akan digunakan untuk apa estimasi itu?
Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Sebagai contoh, asumsikan auditor menemukan enam salah saji yang dilakukan oleh klien
dalam sampel yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan. Auditor
menggunakan salah saji tersebut untuk mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam
persediaan. Total ini disebut estimasi atau “proyeksi” atau “ekstrapolasi” karena hanya
sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi. Estimasi salah saji yang diproyeksikan
untuk setiap akun digabungkan dalam kertas kerja, dan kemudian gabungan salah saji
yang mungkin ini dibandingkan dengan materialitas. Hal ini berguna untuk mencatat
semua salah saji yang ditemukan.
9 – 11 Definisikan model risiko audit dan jelaskan setiap istilah dalam model. Juga uraikan
dua faktor apa dalam model itu yang jika digabungkan mencerminkan risiko salah saji
yang material.
Resiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk) adalah resiko bahwa
bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah
saji yang dapat ditoleransi.
Resiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain dalam model
resiko audit. Resiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah salah satu dari
faktor- faktor model resiko. Resiko deteksi yang direncanakan menentukan jumlah bukti
substantif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan
dengan resiko deteksi yang direncanakan. Jika resiko deteksi yang direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana
pengurangan resiko itu.
Resiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
(kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan
keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal, auditor akan
menyimpulkan bahwa resiko inheren adalah tinggi. Pengendalian internal diabaikan
dalam penetapan resiko inheren karena pengendalian internal ini diperhitungkan secara
terpisah dalam model resiko audit sebgai resiko pengendalian.
Resiko inheren berbanding terbalik dengan resiko deteksi yang direncanakan dan
bersifat langsung dengan bukti. Resiko inheren untuk persediaan dan pergudangan
adalah tinggi, sehingga menghasilkan resiko deteksi yang direncanakan yang lebih
rendah serta lebih banyak bukti yang direncanakan ketimbang jika resiko inheren lebih
rendah.
Selain meningkatkan bukti audit untuk resiko inheren yang lebih tinggi dalam
bidang audit tertentu, auditor biasanya juga menugaskan staf yang lebih berpengalaman
pada bidang itu serta mereview pengujian audit yang telah selesai secara lebih
menyeluruh.
Resiko pengendalian (control risk) mengukur penilaian auditor mengenai apakah
salah saji yang melebihi jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan
dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. SAS 107
(AU 312) menyebut kombinasi resiko inheren dan resiko pengendalian ini resiko salah
saji yang material (risk of material misstatement). Auditor dapat menggabungkan
penilaian atas resiko salah saji yang material atau dapat juga menilai resiko inheren dan
resiko pengendalian secara terpisah.
Sebelum dapat menetapkan resiko pengendalian yang lebih kecil dari 100
persen, auditor harus memahami pengendalian internal yang ada, mengevaluasi
seberapa baik pengendalian tersebut berfungsi, serta menguji keefektifannya.
Pemahaman atas pengendalian internal ini dibutuhkan pada semua audit. Dua hal yang
terakhir adalah langkah- langkah dalam penilaian resiko pengendalian yang hanya
diharuskan jika auditor menilai resiko pengendalian di bawah maksimum.
Resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran
kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung
salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian
telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan resiko audit yang dapat diterima yang
lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak disalahsajikan
secara material. Resiko nol berarti yakin sekali, dan resiko sebesar 100 persen berarti
sama sekali tidak yakin. Keyakinan penuh (resiko nol) mengenai keakuratan laporan
keuangan sacarar ekonomi tidak praktis. Untuk klien dengan resiko audit yang dapat
diterima yang lebih rendah, auditor seringkali juga menugaskan staf yang lebih
berpengalaman atau mereview file audit dengan lebih cermat.
9 – 12 Apa yang dimaksud dengan risiko deteksi yang direncanakan? Apakah pengaruhnya
terhadap jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor jika risiko deteksi yang
direncanakan itu ditingkatkan dari sedang menjadi tinggi?
Resiko deteksi yang direncanakan (planned detection risk) adalah resiko bahwa
bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah
saji yang dapat ditoleransi. Jika resiko deteksi yang direncanakan ditingkatkan dari
sedang menjadi tinggi jumlah bukti yang direncanakan akan berkurang.
9 – 13 Jelaskan penyebab ditingkatkan atau diturunkannya risiko deteksi yang
direncanakan.Resiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor lain
dalam model resiko audit. Resiko ini akan berubah hanya jika auditor mengubah
salah satu dari faktor- faktor model resiko. Resiko deteksi yang direncanakan
menentukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan auditor,
yang besarnya berlawanan dengan resiko deteksi yang direncanakan. Jika resiko
deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak
bukti untuk mencapai rencana pengurangan resiko itu.
9 – 14 Definisikan apa yang dimaksud dengan risiko inheren. Identifikasi empat faktor yang
menyebabkan tingginya risiko inheren dalam audit.
Resiko inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
(kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan
keefektifan pengendalian internal.
Faktor- faktor yang menyebabkan tingginya resiko inheren dalam audit:
Sifat bisnis klien
Hasil audit sebelumnya
Penugasan awal versus penugasan berulang
Pihak- pihak yang terkait
9 – 15 Jelaskan mengapa risiko inheren ditetapkan untuk segmen-segmen dan bukan untuk
audit secara keseluruhan. Apa pengaruhnya terhadap jumlah bukti yang harus
dikumpulkan auditor bila risiko inheren untuk suatu segmen ditingkatkan dari sedang
menjadi tinggi? Bandingkan jawaban Anda dengan jawaban pertanyaan 9 – 12.
Karena auditor sebelumnya harus berupaya memprediksi di mana salah saji yang
paling besar dan paling kecil mungkin terjadi dalam segmen- segmen laporan keuangan.
Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor,
penugasan staff, dan review atas dokumentasi audit.
9 – 16 Jelaskan pengaruh salah saji yang ekstensif yang ditemukan dalam audit tahun
sebelumnya pada risiko inheren, risiko deteksi terencana, dan bukti yang
direncanakan.
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat saja terjadi lagi
dalam audit tahun berjalan karena banyak jenis salah saji yang bersifat sistematis, dan
organisasi sering kali lamban dalam mengadakan perubahan untuk menghhilangkan
salah saji tersebut
9 – 17 Jelaskan apa yang dimaksud dengan istilah risiko audit yang dapat diterima. Apa
relevansinya dengan pengumpulan audit?
Resiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material
setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.
Relevansinya dengan pengumpulan audit adalah resiko penugasan terhadap resiko audit
yang dapat diterima berhubungan erat dangan resiko bisnis klien sehingga mereka yang
mendukung bahwa tepat jika auditor mengumpulkan bukti tambahan, penugasan
personil yang lebih berpengalaman.
9 – 18 Jelaskan hubungan antara risiko audit yang dapat diterima dan kewajiban hukum
auditor.
9 – 19 Sebutkan tiga kategori faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima dan
sebutkan faktor-faktor yang dapat digunakan auditor untuk mengindikasikan sejauh
mana setiap kategori tersebut ada.
a) Ukuran Klien
b) Distribbusi kepemilikan
c) Sifat dan jumlah kewajiban
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan
audit dikeluarkan
a) Posisi likuiditas
b) Laba (rugi) tahun-tahun sebelumnya
c) Metode pembiayaan pertumbuhan
d) Sifat operasi klien
e) Kompetensi manajemen
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen
9 – 20 Para auditor sejauh ini belum berhasil mengukur komponen model risiko audit.
Bagaimana mungkin menggunakan model ini dengan cara yang bermanfaat jika tidak
ada cara yang tepat untuk mengukur risiko?
Dengan cara memakai istilah pengukuran yang umum dan subjektif, seperti rendah,
sedang, dan tinggi
9 – 21 Jelaskan situasi kapan auditor harus merevisi komponen model risiko audit dan
pengaruh revisi tersebut terhadap risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang
direncanakan.
Ketika penilaian awal atas resiko pengendalian atau resiko inheren ditetapkan
terlalu rendah atau resiko audit yang dapat diterima ditetapkan terlalu tinggi.
Pengaruhnya adalah
1. Auditor harus merevisi penilaian awal atas tingkat resiko yang tepat
2. Auditor harus mempertimbangkan dampak revisi tersebut terhadap
kebutuhan bukti, tanpa menggunakan resiko audit