UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA III & IV : BIOSTATIGRAFI & PREPARASI SAMPEL
LAPORAN
OLEH :
M. ZIDANE ALFATIH HASAN
D061191066
GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi
mewakili periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian
lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali
bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih
bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa,
kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama.
Untuk itulah diadakan praktikum kali ini untuk dapat memahami lebih lanjut
Adapun maksud dari praktikum acara III & IV : pereparasi sampel dan
cara melakukan preparasi sampel, serta dapam membuat kolom biostatigrafi suatu
daerah penelitian. Sedangkan tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
geologi
linngkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Dalam korelasi :
Untuk membantu korelasi penampang satu daerah dengan daerah lain baik
2. Menetukan umur :
Misalnya umur suatu lensa batupasir yang terletak didalam lapisan serpih
melingkupi.
1. Fosil index :
Yaitu fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya fosil
ini mempunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta
mudah dikenal.
Yaitu fosil yang mencirikan suatu kekhasan yang terdapat pada lapisan
yang bersangkutan.
4. Fosil lingkungan
sedimentasi.
5. Fosil iklim
Yaitu fosil yang dapat deperfunakan sebagai penunjuk iklim pada saat itu.
1. Sampling
Sampling adalah proses pengambilan sampel dari lapangan. Jika untuk fosil
mikro maka yang diambil adalah contoh batuan. Batuan yang diambil
haruslah batuan yang masih dalam keadan insitu, yaitu batuan yang masih
ditempatnya.
Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya dengan memperhatikan
tujuan yang akan dicapai. Untuk mendapatkan sampel yang baik diperhatikan
a. Jenis Batuan
Fosil mikro pada umumnya dapat dijumpai pada batuan berfraksi halus.
Namun perlu diingat bahwa jenis-jenis fosil tertentu hanya dapat dijumpai
tidak dijumpai fosil yang diinginkan. Fosil foraminifera kecil dapat dijumpai
b. Metode Sampling
Splot sampling
untuk penampang yang tebal dengan jenis litologi yang seragam, seperti
pada lapisan serpih tebal, batu gamping dan batulanau. Pada metoda ini
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m) pada suatu
litologi yang seragam. Atau pada perselingan batuan yang cepat, channel
sample dilakukan pada setiap perubahan unit litologi. Splot Sampling juga
dilakukan pada lapisan serpih yang tipis atau sisipan lempung pada
batupasir atau batu gamping, juga pada serpih dengan lensa tipis
batugamping.
1) Memilih sampel batuan insitu dan bukan berasal dari talus, karena
fosil, karena batuan yang berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil.
kondisi normal.
5) Jenis Sampel
singkapan yang lain, namun terkadang pada pengambilan sampel yang acak
2. Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor
lainnya. Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang. Proses ini pada
optimum.
3. Penyajian Mikrofosil
yaitu:
a. Observasi
hasilnya yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas objek
pada jenis preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat
c. Deskripsi
d. Ilustrasi
Pada tahap ilustrasi, gambar dan ilustrasi yang baik harus dapat
menjelaskan berbagai sifat khas tertentu dari mikrofosil itu. Juga, setiap
perbesarannya.
e. Penamaan
sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspecies terdiri
dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang
menemukannya.
2.2. Statigrafi
atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut
tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas. Berdasarkan hasil
pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu sistem yang
berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada
stratigrafi.
kata, yaitu kata “strati“ berasal dari kata “stratos“, yang artinya perlapisan
dan kata “grafi” yang berasal dari kata “graphic/graphos”, yang artinya
batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan
tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah
atau Hadal)
para ahli geologi yang bekerja mempunyai persepsi yang sama dalam cara
tertentu tidak harus berimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain,
resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun
diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan resmi dan tak
yang resmi.
7. Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka bumi atau
horison fosil dan sebagainya. Istilah istilah seperti : datum, marker, lapisan
8. Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau
biologinya.
a. Azas Tujuan:
Pembagian litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di
sedangkan satuan litostratigrafi tak resmmi ialah satuan yang tidak seluruhnya
tersebut.
persyaratan Sandi.
satuan.
geografi.
tingkat Kelompok, Formasi dan Anggota dipakai istilah tingkatnya dan diikuti
nama geografinya.
a. Azas Tujuan
beku, metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan
bernama yang bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusun satuan
tektonik.
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang
a. Azas Tujuan:
sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya
c. Kelanjutan Satuan
2) Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu
a) Zona Kumpulan
kumpulan alamiah fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
2) Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan
4) Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang
b) Zona Kisaran:
4) Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis atau lebih yang menjadi ciri
utama Zona.
c) Zona Puncak:
obyektif
d) Zona Selang:
3) Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan
e) Zona Rombakan:
banyaknya fosil rombakan, berbeda jauh dari pada tubuh lapisan batuan di atas
dan di bawahnya.
f) Zona Padat
Zona Padat ialah tubuh lapisan batuan yang ditandai oleh melimpahnya
fosil dengan kepadatan populasi jauh lebih banyak dari pada tubuh batuan di
a) Azas Tujuan:
1. Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan batuan di
dalam satuan waktu tertentu pada satu siklus perubahan relatif muka laut.
b) Batas Satuan:
Sandi sedangkan satuan tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya
tingkat sikuen atau yang lebih tinggi, dipakai istilah tingkatnya dan diikuti
a) Azas Tujuan:
kerangka untuk menyusun urutan penafsiran geologi secara lokal, regional dan
global.
pertimbangan obyektif.
sampai kecil ialah: Eonotem, Sistem, Seri, dan Jenjang. Satuan ini
dapat diberi awalan “Super” bila tingkatnya dianggap lebih tinggi
daripada satuan tertentu, tetapi lebih rendah dari satuan lebih besar
“Sub”,
karena itu satu lapisan yang menerus, cirinya mudah dikenal serta
waktu dan dinamakan lapisan pandu. Selang antara dua lapisan pandu
disebut Selang Antara.
h) Pembagian Geokronologi:
Pembagian waktu geologi ialah pembagian waktu menjadi interval-
2.4.6.Satuan Tektonostratigrafi
a) Azas Tujuan:
Jalur (Belt).
tektonostratigrafi.
BAB III
METODOLOGI
1.1. Metodologi
Tahapan
Persiapan
Studi Pustaka
Praktikum
Penyusunan
Laporan
Selesai
1. Tahapan Pendahuluan
Pada tahapan ini kami melakukan asistensi acara dimana kami diberikan
2. Tahapan Praktikum
3. Analisis Data
Pada tahapan ini kami melakukan analisis data yang telah kami ambil
4. Pembuatan Laporan
Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan dari analisis data
2. Sampel fosil.
3. Chusman
4. Postuma
5. Range chart
6. Table lingkungan pengedapan
7. Kertas HVS.
8. Lap kasar.
9. Lap halus.
13. Cutter
bersifat calcareous, berbutir halus, misal lempung, napal. Pada jenis batuan ini
fosil yang didapatkan pada umumnya dalam keadaan baik, namun dalam keadaan
tertentu dapat juga dipilih batupasir berbutir halus. Pada jenis batuan yang
demikian, fosil pada umumnya tampak kusam, namun belum rusak. Jangan sekali-
kali mengmbil sampel batuan jenis batupasir berbutir kasar, konglomerate, breksi,
karena untuk mendapatkan fosil yang baik tidak dapat diharapkan. Pada batuan
pyroklastik berbutir halus, misal tuff, seringkali didapatkan fosil mikro dalam
jumlah yang sangat sedikit. Sifat asam batuan akan memungkinkan bersama
tali pengaman, dikhawatirkan dapat lupa diambil kembali pada saat anda sibuk
Sebagai langkah awal, teteskan HCl pada batuan yang akan diambil contohnya,
batuan yang akan diambil sebagai sampel, dari kontaminan organik ataupun tanah
lapukannya. Ambil contoh batuan yang kering, paling sedikit sebesar genggam
tangan (hand specimen) sebanyak 2 (dua) bongkah (satu bongkah untuk diproses
lebih lanjut, sedang bongkah yang lain disimpan untuk koleksi laboratorium).
Sampel yang diperoleh masukkan dalam kantong yang sudah disediakan, dan
Untuk mengekstrak fosil dari batuan, lakukan dengan hati-hati. Kekeliruhan atau
diekstrak fosilnya, disarankan mempunyai berat yang sama. Hal ini perlu
batuan.
4. Rendam sampel tersebut dengan air bersih selama 24 jam. Pada umumnya
aduk dengan kuas nomor 161. Kuas ini dapat diperoleh di toko bahan
9. Lakukan proses ini berkali-kali, residu yang tertampung pada sieve 100
mesh hingga bersih dari lumpur, lakukan hal yang serupa pada residu yang
250 mesh.
mesh.
12. Fosil-fosil yang terdapat pada washed residu ini siap untuk dipisahkan dari
4.2. Satuan
4.2.1.Satuan Napal
mengenai dasar penamaan penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
karakteristik batuan pada pengamatan secara mega skopis, umur dan lingkungan
pengendapan
dari penyebaran fosil yang ada pada daerah penelitian secara literal serta dapat
secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan komposisi mineral yang bisa
diamati oleh mata. Dasar penamaan secara megaskopis adalah sifat fisik dari
batuan tersebut
4.2.1.2. Ciri litologi
Litologi yang menyusun satuan ini salah satunya yaitu Napal. Napal
lapuk cokelat, tekstur klastik, struktur berlapis, ukuran butir pasir halus,
adalah Napal.
penelitian Satuan ini tersebar secara lateral yang berada pada bagian timur daerah
terdasarkar pada ciri ciri fisik litologi dan posisi straigrafi yang bersendikan pada
relatif maka satuan napal pada daerah penelitian ini berumur Miosen Atas.
4.2.1.5. Lingkungan pengendapan
4.2.2.Satuan Batupasir
mengenai dasar penamaan penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
pengendapan
dari penyebaran fosil yang ada pada daerah penelitian secara literal serta dapat
secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan komposisi mineral yang bisa
diamati oleh mata. Dasar penamaan secara megaskopis adalah sifat fisik dari
batuan tersebut
4.2.2.2. Ciri litologi
Litologi yang menyusun satuan ini salah satunya yaitu batupasir. Batu
pasir secara megaskopis dijumpai dalam kondisi segar abu- abu, warna lapuk
cokelat, tekstur klastik, struktur berlapis, ukuran butir pasir sedang, komposisi
kimia silicaan. Berdasarkan klasifikasi wentworth, nama batuan ini adalah batu
pasir
penelitian Satuan ini tersebar socara lateral yang berada pada dekat kompleks
batuan metamorf pada bagian barat pematang timur daerah penelitian yaitu daerah
terdasarkar pada ciri ciri fisik litologi dan posisi straigrafi yang bersendikan pada
relatif maka satuan batupasir pada daerah penelitian ini berumur Miosen Tengah.
yang ditemukan, satuan ini terbentuk pada lingkungan pengendapan laut dalam
4.2.3.Satuan Batugamping
mengenai dasar penamaan penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
karakteristik batuan pada pengamatan secara mega skopis, umur dan lingkungan
pengendapan
dari penyebaran fosil yang ada pada daerah penelitian secara literal serta dapat
secara langsung di lapangan terhadap sifat fisik dan komposisi mineral yang bisa
diamati oleh mata. Dasar penamaan secara megaskopis adalah sifat fisik dari
batuan tersebut
4.2.3.2. Ciri litologi
Batu gamping secara megaskopis dijumpai dalam kondisi segar kuning, warna
lapuk kuning kecoklatan, tekstur klastik, struktur berlapis, ukuran butir pasir
batuan ini adalah Batugamping. Selain itu ditemukan intrrusi dari batuan beku
dimana intrusi ini menerobos formasi batuan dari gamping dan tufa. Batuan yang
penelitian Satuan ini tersebar secara lateral yang berada pada bagian timur daerah
maka didapatkan ketebalan yang diperkirakan sekitar ±1125 meter. Dan dapat
terdasarkar pada ciri ciri fisik litologi dan posisi straigrafi yang bersendikan pada
dimana dengan penentuan umur relatif maka satuan batugamping pada daerah
4.2.4.Satuan Tufa
mengenai dasar penamaan penyebaran dan ketebalan, ciri litologi yang mencakup
karakteristik batuan pada pengamatan secara mega skopis, umur dan lingkungan
pengendapan
dari penyebarann fosil yang ada pada daerah penelitian secara literal serta dapat
diamati oleh mata. Dasar penamaan secara megaskopis adalah sifat fisik dari
batuan tersebut
Litologi yang menyusun satuan ini salah satunya yaitu Tufa. Tufa secara
kecoklatan, tekstur klastik, struktur berlapis, ukuran butir lanau, komposisi kimia
silicaan. Berdasarkan klasifikasi wentworth, nama batuan ini adalah Tufa. Selain
itu ditemukan intrusi dari batuan beku dimana intrusi ini menerobos formasi
batuan dari gamping dan tufa. Batuan yang mengintrusi adalah batuan beku diorit
penelitian Satuan ini tersebar secara lateral yang berada pada bagian selatan
terdasarkar pada ciri ciri fisik litologi dan posisi straigrafi yang bersendikan pada
penentuan umur relatif maka satuan tufa pada daerah penelitian ini berumur Eosen
Tengah.
terbentuknya satuan ini seperti bentonik yaitu Eponides anttilarium, Cibicides sp,
Satuan ini merupakan intrusi yang meneroobos 2 formasi batuan mulai dari
batuan tufa sampai batugamping. Intrusi ini agak sulit untuk menetukan umurnya
tapi kemungkinan besae umurnya tidak berbeda dengan batuan yang di intrusinya.
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari kala Eosen Bawah, yang
laut dangkal, sehingga membentuk satuan tufa. Proses ini berakhir di kala itu juga.
Pada kala Eosen Tengah terendapkan kembali material organik yang berasal
membentuk satuan batugamping. Proses ini berakhir pada kala Eosen Tengah.
ukuran butir pasir halus dalam lingkungan pengendapan laut dangkal, sehingga
terbentuk satuan batupasir. Proses ini berakhir pada kala Miosen Tengah.
Pada kala Miosen Atas terendapkan kembali material sedimen berbutir halus
4.1. Kesimpulan
1. Pada peta biostratigrafi terdapat lima satuan, yaitu satuan napal, satuan
2. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari kala Eosen Bawah, yang
berakhir di kala itu juga. Pada kala Eosen Tengah terendapkan kembali
berakhir pada kala Eosen Tengah. Pada kala Miosen Tengah terendapkan
kembali material sedimen dengan ukuran butir pasir halus dalam lingkungan
berakhir pada kala Miosen Tengah. Pada kala Miosen Atas terendapkan
transisi, sehingga membentuk satuan napal. Proses ini berakhir pada kala
Miosen atas.
5.2 Saran
Christian Joeben. Diakses pada tanggal 27 November 2020 Pukul 15:00. Analisis
Universitas Padjajaran