Anda di halaman 1dari 40

KESETIMBANGAN KIMIA

1. Pengertian Kesetimbangan
Pada reaksi yang berlangsung bolak balik, ada saat dimana laju terbentuknya produk
sama dengan laju terurainya kembali produk menjadi reaktan. Pada keadaan ini,
biasanya tidak terlihat lagi ada perubahan. Keadaan reaksi dengan laju reaksi maju (ke
kanan) sama dengan laju reaksi baliknya (ke kiri) dinamakan keadaan setimbang.
Reaksi yang berada dalam keadaan setimbang disebut Sistem Kesetimbangan.
Perhatikan reaksi berikut.

Laju reaksi kekanan

CuSO4. 5H2O                     CuSO4+ 5H2O      Laju reaksi ke kanan = laju reaksi ke


kiri
Laju reaksi kekiri

Reaktan                                       produk

Ciri-Ciri Kesetimbangan kimia

 Hanya terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap
 Reaksinya berlangsung terus-menerus (dinamis) dalam dua arah yang
berlawanan
 Laju reaksi maju (ke kanan) sama dengan laju reaksi balik (ke kiri)
 Semua komponen yang terlibat dalam reaksi tetap ada
 Tidak terjadi perubahan yang sifatnya dapat diukur maupun diamati.
 

1. Kesetimbangan Kimia Bersifat Dinamis


Reaksi yang berlangsung setimbang bersifat dinamis, artinya reaksinya berlangsung
terus-menerus dalam dua arah yang berlawanan dan dengan laju reaksi yang sama.
Contoh kesetimbangan dinamis dalam kehidupan sehari-hari dapat digambarkan
pada proses penguapan air. Bila air dipanaskan dalam wadah tertutup rapat, airnya
lama kelamaan akan habis berubah menjadi uap air. Tetapi belum sempat habis, uap
air yangnaik ke atas mengalami kejenuhan sehingga akan jatuh kembali menjadi
embun. Apabila dibiarkan terus-menerus, kecepatan menguapnya air akan sama
dengan kecepatan mengembunnya uap air menjadi air. Pada saat itu, tercapai keadaan
setimbang dimana tidak nampak lagi adanya perubahan ketinggian air dalam wadah
tertutup tersebut.

Karena kesetimbangan bersifat dinamis, maka suatu reaksi yang berada dalam
keadaan setimbang dapat mengalami gangguan oleh faktor-faktor tertentu yang
mengakibatkan terjadi pergeseran kesetimbangan.

1. Pergeseran Kesetimbangan
Suatu sistem dalam keadaan setimbang cendrung mempertahankan
kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut akan
berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi.

Seorang kimiawan berkebangsaan Perancis, Henri Le Chatelier, menemukan


bahwa jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahaan keadaan (menerima
aksi dari luar), reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu
pergeseran tertentu untuk mengatasi perubahan yang diterima (melakukan
reaksi sebagai respon terhadap perubahan yang diterima). Hal ini disebut Prinsip Le
Chatelier.
Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :
1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan
Perhatikan reaksi pembentukan gas amonia berikut :

N2(g)+ 3H2(g)    2NH3(g)  H = -92 kJ

Aksi yang diberikan Arah pergeseran

Ke kanan(produk bertambah)
N2ditambah Ke kiri(produk berubah menjadi
N2dikurangi reaktan)

Ke kanan(produk bertambah)
H2ditambah Ke kiri(produk berubah menjadi
H2dikurangi reaktan

NH3ditambah Ke kiri(produk berubah menjadi


reaktan)
NH3dikurangi Ke kanan(produk bertambah)

Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat
tersebut.

Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat
tersebut.

1. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Kesetimbangan


Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung dengan
jenis reaksi eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis adalah reaksi bersifat
spontan, tidak memerlukan energi melainkan justru menghasilkan energi(H reaksi
negatif), sedangkan Reaksi endothermis adalah reaksi yang membutuhkan energi/ kalor
untuk  bisa bereaksi(H positif). Sistem kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke
arah kanan dan endothermis ke arah kiri.

Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang
bersifatendothermis. Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser
ke kanan yaitu reaksiyang bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama artinya kita
meningkatkan kalor atau menambah energi ke dalam sistem, kondisi ini memaksa kalor
yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh sebab itu reaksi semakin bergerak
menuju arah reaksi endoterm. Begitu juga sebaliknya.

1. Pengaruh Perubahan Tekanan atau Volume Terhadap Kesetimbangan


Pada proses Haber Reaksi terjadi dalam ruangan tertutup dan semua spesi adalah
gas. Sehingga Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada sistem
kesetimbangan antara fasa gas dengan gas. Sedang sistem kesetimbangan yang
melibatkan fasa cair atau padat, perubahan tekanan dan volum dianggap tidak ada.
Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan
berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka jumlah mol juga
bertambah, dan  volume akan mengecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah
reaksi yang jumlah molnya lebih kecil. Begitu juga sebaliknya jika tekanan diperkecil
maka jumlah mol juga akan kecil, dan  volume akan besar maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah reaksi yang jumlah molnya lebih besar.

Perhatikan reaksi berikut :

N2(g)+ 3H2(g)      2NH3(g)      H = -92 kJ

 Jika tekanan diperbesar (volume mengecil) maka kesetimbangan akan bergeser


ke arahkanan, sebab jumlah molnya lebih kecil yaitu 2 mol.
 Jika tekanan dikurangi (volume bertambah) , maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri,karena jumlah molnya lebih besar yaitu 4 mol
Dengan demikian, dengan meningkatkan tekanan akan (mengurangi volume
ruangan)pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi
yang mengandung jumlah molekul gas yang paling
sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan(memperbesar volume ruangan) pada
campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang
mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang
tidak mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor
tekanan dan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.
KATALISATOR
Untuk mempercepat proses kesetimbangan kimia,sering dipergunakan zat tambahan
lain yaitu katalisator. Dalam sistem kesetimbangan, katalisator tidak mempengaruhi
letak kesetimbangan, katalisator hanya berperan mempercepat reaksi yang
berlangsung, mempercepat terjadinya keadaan setimbang,  pada akhir reaksi
katalisator akan terbentuk kembali. Katalis tidak dapat menggeser kesetimbangan
kimia.
Perhatikan reaksi dibawah ini :

N2(g) + 3H2(g)  2 NH3(g)

Apakah pengaruhnya jika suatu reaksi yang sudah dalam keadaan stimbang
ditambahkan katalus ke dalamnya. Katalis akan mempercepat laju pembentukan NH3,
tetapi juga akan sekaligus mempercepat laju penguraian menjadi gas N2 dan gas H2.
Pengaruh ini sama kuatnya. Katalisator dalam dunia industri umumnya logam, namun
dalam makhluk hidup katalisator didapat dari dalam tubuhnya yang dikenal dengan
dengan biokatalisator atau enzim.

Energi bebas (Gibbs) dapat dituliskan menggunakan persamaan: 


(Delta G) = (Delta H) - [(Temperatur) x (Delta S)] 

Delta G = perubahan energi Gibbs 


Temperatur = Suhu 
Delta S = perubahan entropi 

Jika diperhatikan, maka jika. 


Delta G < 0 (bernilai negatif), maka reaksi dapat terjadi sendiri (spontan) 
Delta G > 0 (bernilai positif), maka reaksi tidak dapat terjadi tanpa ada energi dari luar. 

sedangkan jika G = 0, maka terbentuk kesetimbangan kimia.. 

Contoh reaksi G < 0 adalah mencairnya es.. 


Delta G > 0, jika membakar sesuatu, maka diperlukan api..
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu
disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kimia,
sehingga membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan. Untuk molekul
kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk
atom-atom bebas disebut energi atomisasi. 

Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul
tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H2, 02, N2 atau HI
yang mempunyai satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan energi ikatan Energi
atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan cara pertolongan entalpi
pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis hal tersebut dapat dijabarkan
dengan persamaan : 
DH reaksi = S energi pemutusan ikatan - S energi pembentukan ikatan 
= S energi ikatan di kiri - S energi ikatan di kanan

TERMODINAMIKA

Termodinamika Kimia
—  Cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kalor, kerja dan bentuk lain dengan
kesetimbangan dalam reqksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
erat hubungannya dengan
—  Termokimia : pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi
kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
Definisi :
—  Termokimia dapat didefinisikan sebagai bagian ilmu kimia yang mempelajari
dinamika atau perubahan reaksi kimia dengan mengamati panas/termal nya saja.
—  Salah satu terapan ilmu ini dalam kehidupan sehari-hari ialah reaksi kimia dalam
tubuh kita dimana produksi dari energi-energi yang dibutuhkan atau dikeluarkan untuk
semua tugas yang kita lakukan.
Hukum Termodinamika I (Hkm Kekekalan Energi) :
—  Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, manusia hanya mampu mengubah
bentuk energi satu menjadi bentuk energi lain.
∆U   =  q   +  w
—  ∆U = perubahan energi dalam reaksi …….(joule)
—  q    = kalor ………………………………(joule)
—  w   =  kerja yang dilakukan sistem  ……..(joule)
                                Joule dapat disimbolkan dengan J
—  Kerja dapat dituliskan sebagai kerja volume dengan rumus :

—  w = kerja …………………….(J)
—  p  = tekanan ………………..(atm)
—  V = volume ………………….(liter)
Tanda minus diberikan agar sesuai dengan aturan  bahwa kerja akan diberi notasi
positif jika dikenal pada sistem, dan diberi notasi negatif, jika sistem melakukan kerja.
—  Satuan internasional standar untuk energi yaitu Joule (J) diturunkan dari energi
kinetik.
—  Satu joule = 1 kgm2/s2. Setara dengan jumlah energi yang dipunyai suatu benda
dengan massa 2 kg dan kecepatan 1 m/detik (bila dalam satuan Inggris, benda dengan
massa
4,4 lb dan kecepatan 197 ft/menit atau 2,2 mile/jam).
1 J = 1 kg m2/s2
—  Dengan diterimanya SI, sekarang juga joule (atau kilojoule) lebih disukai dan kalori
didefinisi ulang dalam satuan SI.
—  Sekarang kalori dan kilokalori didefinisikan secara eksak sebagai berikut :
1 kal = 4,184 J
1 kkal = 4,184 kJ
Contoh :
—  Pembakaran dari bahan bakar seperti minyak dan batu bara dipakai untuk
pembangkit listrik.
—  Bensin yang dibakar dalam mesin mobil akan menghasilkan kekuatan yang
menyebabkan mobil berjalan.
—  Bila kita mempunyai kompor gas berarti kita membakar gas metan (komponen
utama dari gas alam) yang menghasilkan panas untuk memasak.
—  Dan melalui urutan reaksi yang disebut metabolisme, makanan yang dimakan akan
menghasilkan energi yang kita perlukan untuk tubuh agar berfungsi.
—  Hampir semua reaksi kimia selalu ada energi yang diambil atau dikeluarkan.
—  Mari kita periksa terjadinya hal ini dan bagaimana kita mengetahui adanya
perubahan energi.
—  Misalkan akan melakukan reaksi kimia dalam suatu tempat tertutup sehingga tak
ada panas yang dapat keluar atau masuk kedalam campuran reaksi tersebut.
—  Atau reaksi dilakukan sedemikian rupa sehingga energi total tetap sama.
—  Juga misalkan energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi potensial
pereaksi sehingga waktu reaksi terjadi ada penurunan energi potensial.

Sistem dan lingkungan

Klasifikasi sistem berdasarkan pertukaran energi:


—  Sistem terisolasi, bila dengan lingkungan tidak dapat mempertukarkan materi/energi
—  Sistem tertutup, bila hanya dapat mempertukarkan energi saja dengan lingkungan.
—  Sistem terbuka, bila dengan lingkungan dapat bertukar energi maupun materi.
Panas reaksi dan termokimia
—  Pelajaran mengenai panas reaksi dinamakan termokimia yang merupakan bagian
dari cabang ilmu pengetahuan yang lebih besar yaitu termodinamika.
—  Sistim adalah sebagian dari alam semesta yang sedang kita pelajari.
—  Mungkin saja misalnya suatu reaksi kimia yang terjadi dalam suatu gelas kimia.
—  Di luar sistim adalah lingkungan.
Reaksi eksoterm dan endoterm
—  Perubahan panas atau kalor dalam suatu sistem dapat ditandai dengan berkurang
atau bertambahnya suhu lingkungan.
—  Reaksi eksoterm merupakan reaksibyang mengeluarkan panas ke lingkungan,
dengan demikian suhu        lingkungan mengalami kenaikan.
—  Reaksi endoterm merupakan reaksi yang membutuhkan panas.
—  Pada reaksi endoterm sistem menyerap panas sehingga suhu lingkungan menjadi
dingin.

Reaksi eksoterm
—  Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem kelingkungan atau pada
reaksi tersebut dikeluarkan panas.
—  Pada reaksi eksoterm harga ∆ H = negatif ( – )
Contoh :
—  C(s) + O2(g) à  CO2(g) + 393.5 kJ ;
∆ H = -393.5 kJ
Reaksi Eksoterm
—  Reaksi Pebakaran
1. PembakarMan gas dapur
C3H8(g) + 3O2(g) à 3CO2(g) + 4H2O(l)
2. Pembakaran kawat magnesium (Mg)
2 Mg(s) + O2(g) à 2MgO(s)
—  Reaksi Penetralan
1.   Netralisasi asam klorida dengan natrium         hidroksida
HCl(aq) + NaOH(aq) à NaCl(aq) + H2O(l)
2.   Netralisasi  asam sulfat dengan kalium             hidroksida
H2SO4(aq) + 2KOH(aq) à K2SO4(aq) + 2H2O(l)
—  Pelarutan garam alkali dalam air
1.  NaOH(s) + H2O(l) à  NaOH(aq)
2.  CaO(s) +  H2O(l) à Ca(OH)2(aq)
—  Pengenceran asam pekat
1.  H2SO4(pekat)  + H2O(l) à  H2SO4(aq)
2.  HNO3(pekat) + H2O(l) à  HNO3(aq)
—  Reaksi Logam alkali dengan air
1.  2Na(s) + H2O(l) à 2NaOH(aq) + H2(g)
2.  2K(s) + 2H2O(l) à 2KOH(aq)  +  H2(g)
Reaksi Endoterm
1. Penguraian garam karbonat
CaCO3 à  CaO(s)  +  CO2(g)
1. Pelarutan garam nitrat
KNO3(s)  +  H2O(l)  à  KNO3(aq)
1. Pelarutan garam ammonium nitrat
NH4NO3(s)  + H2O(l)  à  NH4NO3(aq)
Reaksi Endoterm
—  Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada
reaksi tersebut dibutuhkan panas.
—  Pada reaksi endoterm harga ∆ H = positif ( + )
Contoh :
—  CaCO3(s) à CaO(s) + CO2(g) – 178.5 kJ ; ∆ H = +178.5 kJ

Proses eksoterm dan proses endoterm


Entalpi (H) dan perubahan entalpi (∆ H)
Kalorimeter Bomb

Kalorimeter Bomb
—  Reaksi yang terjadi dalam ”kalorimeter bomb” berada pada volume yang tetap
karena bejana bomb tak dapat membesar atau mengecil. Berarti bila gas terbentuk
pada reaksi di sini, tekanan akan membesar maka tekanan pada sistim dapat berubah.
—  Karena pada keadaan volume yang tetap maka panas reaksi yang diukur dengan
kalorimeter bomb disebut panas reaksi pada volume tetap.
—  Panas reaksi pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi dan reaksi dan
diberikan dengan simbol ∆H.
Definisinya :
                     ∆H = Hakhir – Hmula-mula
—  ∆H, keadaan entalpi H, mula-mula dan akhir (yang sebenarnya berhubungan
dengan jumlah energi yang ada pada keadaan ini) tak dapat diukur. Ini disebabkan
karena jumlah energi dari sistem termasuk jumlah dari semua energi kinetik dan energi
potensialnya.
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :
1. Entalpi Pembentukan Standar (∆Hf◦):
—  ∆H untuk membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsurunsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
—  Contoh : H2(g) + 1/2 O2(g) àH2O (l) ;
                                                ∆Hf ◦ = -285.85 kJ
2. Entalpi Penguraian Standar (∆Hd ◦): :
—  ∆H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi
unsur-unsurnya (= Kebalikan dari ∆H pembentukan).
—  Contoh : H2O(l) à H2(g) + 1/2 O2(g) ;  ∆Hd◦ = +285.85 kJ.
3. Entalpi Pembakaran Standar  (∆Hc◦ )
—  ∆H untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm. Satuan  ∆Hc◦ adalah kj/mol.
1.  Karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2
2.   Hidrogen (H) terbakar sempurna menjadi H2O
               
Contoh:
                CH4(g) + 2O2(g) à CO2(g) + 2H2O(l) ; ∆Hc◦ = – 802 kJ.
4. Entalpi Reaksi:
—  ∆H dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan
reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat
sederhana.
                Contoh: 2Al + 3H2SO4 à Al2(SO4)3 + 3H2 ; ∆H = -1468 kJ
5. Entalpi Netralisasi:
—  ∆H  yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.
                Contoh:
                NaOH(aq) + HCl(aq) à NaCl(aq) + H2O(l)  ; ∆H = -890.4 kJ/mol
6. Hukum Lavoisier-Laplace
—  “Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya
sama dengan jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi
unsur-unsur pembentuknya.“  Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang
terbentuk  juga dibalik dari positif menjadi negatif atau sebaliknya.
                Contoh:
—  N2(g) + 3H2 à 2NH3    ∆H = – 112 kJ
—  2NH3(g)  à N2(g) + 3H2(g) ;     ∆H = + 112 kJ
HUKUM HESS
—  Menghitung ∆H reaksi menggunakan Hukum Hess.
“Jika suatu reaksi berlangsung dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan
enthalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah perubahan entalpi dari semua
tahapan.”
—  Hukum Hess juga berbunyi :
“Entalpi reaksi tidak tergantung pada jalan reaksi melainkan tergantung pada hasil akhir
reaksi”
1. Hukum Hess mengenai jumlah panas
1. Contoh Soal :
Diketahui diagram siklus sebagai berikut :

Maka reaksinya bisa digambarkan sebagai berikut :


2S(s) + 2O2(g)  à  2SO2(g) ; ∆H1
                2SO2(g) + O2(g)  à 2SO3(g) ; ∆H2
                2S(s) + 3O2(g)  à 2SO3(g) ; ∆H3
                Jadi ∆H3  = ∆H1  + ∆H2
SIKLUS HESS

—  Karena entalpi adalah fungsi keadaan, maka besaran ∆H dari reaksi kimia tak
tergantung dari lintasan yang dijalani pereaksi untuk membentuk hasil reaksi.
—  Untuk melihat pentingnya pelajaran mengenai panas dari reaksi ini, kita lihat
perubahan yang sudah dikenal yaitu penguapan dari air pada titik didihnya.
—  Khususnya, kita perhatikan perubahan 1 mol cairan air, H2O(l) menjadi 1 mol air
berupa gas, H2O(g) pada 1000C dan tekanan 1 atm.
Contoh :
Diketahui reaksi :
C(s) + O2(g)  à  CO2(g)          ∆H  = – 94 kJ (reaksi 1)
2H2(g) + O2(g) à  2H2O(g)    ∆H = – 136 kJ (Reaksi 2)
3C(s)  +  4H2(g) à  C3H8 (g)  ∆H  = – 24 kJ  (reaksi 3)
Tentukan ∆H pada reaksi  :
C3H8(g)  +  5O2 (g) à 3CO2(g)  + 4H2O(g)
Jawab :
—  Menyesuaikan masing-masing reaksi (1),(2), dan (3) dengan pertanyaan.
—  Lihatlah C3H8(g)  +  5O2 (g) à 3CO2(g) + 4H2O(g)
—  Reaksi (1) dikalikan 3 (agar CO2 menjadi 3CO2)
—  Reaksi (2) dikalikan 2 (agar  2H2O menjadi 4H2O)
—  Reaksi (3) dibalik, maka tanda H menjadi + (agar C3H8 menjadi disebelah kiri )
—  Jadi ;
3C(s) + 3O2 à 3CO2(g)     ∆H  = – 282 kJ
4H2(g) + 2O2 –> 4H2O(g) ∆H  = – 272 kJ
C3H8(g)  à 3C(s) + 4H2(g) ∆H  =    24 kJ       +
C3H8(g)+5O2(g)à3CO2(g)+4H2O(g) ∆H= – 530 kJ
1. Berdasarkan Tabel entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi juga dapat ditentukan dari data entalpi pembentukan (∆Hf◦) zat-zat
pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
∆H reaksi  = ∑ ∆Hf◦produk  - ∑ ∆Hf◦reaktan
Misalnya :
mAB + nCD à pAD + qCB   ∆H = ?
 ∆H reaksi   = (p. ∆Hf◦ AD + q ∆Hf◦  CB)- (m ∆Hf◦ AB + n . ∆Hf◦ CD)
1. Energi Ikatan
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan, proses ini selalu
disertai perubahan energi.
Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia dalam suatu molekul gas
menjadi atom-atomnya dalam fase gas disebut  energi ikatan  atau energi disosiasi (D).
Untuk molekul kompleks, energi yang dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga
membentuk atom-atom bebas disebut energi atomisasi.
1. Kalor Pembakaran Bahan Bakar
Reaksi kimia yang digunakan untuk menghasilkan energi adalah Reaksi Pembakaran,
yaitu reaksi yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen disertai terjadinya api.
Jenis bahan bakar : bahan bakar fosil (gas alam), minyak bumi, batu bara.

TERMOKIMIA

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas


dan energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang
dikandung setiap unsur atau senyawa. Energi kimia yang terkandung dalam
suatu zat adalah semacam energi potensial zat tersebut. Energi potensial
kimia yang terkandung dalam suatu zat disebut panas dalam atau entalpi
dan dinyatakan dengan simbol H. Selisih antara entalpi reaktan dan entalpi
hasil pada suatu reaksi disebut perubahan entalpi reaksi. Perubahan entalpi
reaksi diberi simbol ΔH.
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan kalor atau panas suatu
zat yang menyertai suatu reaksi atau proses kimia dan fisika disebut
termokimia. Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran
dan pernafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan
keadaan, dan pembentukan larutan.
Fokus bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat
dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor
reaksi. Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai
reaksi kimia.

     B. Termodinamika I
Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan
kesetimbangan dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan.
Termokimia erat kaitannya dengan termodinamika, karena termokimia
menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang menyertai
reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan. Termodinamika
merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja.
Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan
bahan kajian dari termokimia.” Energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain,
atau energi alam semesta adalah konstan.” hukum termodinamika 1
Perubahan kalor pada tekanan konstan:
∆H = ∆E + P∆V
W= P∆V
∆E = energi dalam
Hukum pertama termodinamika dapat dirumuskan sbg
∆U = Q – W
∆U = perubahan tenaga dalam sistem
Q = panas yang masuk/keluar dari sistem
W = Usaha yang dilakukan thp sistem

     C. Kalor Reaksi
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas,
sebab itu lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi.
Ada beberapa macam jenis perubahan pada suatu sistem. Salah satunya
adalah sistim terbuka, yaitu ketika massa, panas, dan kerja, dapat berubah-
ubah. Ada juga sistim tertutup, dimana tidak ada perubahan massa, tetapi
hanya panas dan kerja saja. Sementara, perubahan adiabatis merupakan
suatu keadaan dimana sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tidak ada
panas yang dapat mengalir. Kemudian, ada pula perubahan yang terjadi
pada temperature tetap, yang dinamakan perubahan isotermik.
Pada perubahan suhu, ditandai dengan ∆t (t menunjukkan temperatur),
dihitung dengan cara mengurangi temperatur akhir dengan temperatur
mula-mula.
∆t = takhir – tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial;
∆(E.P) = (E.P)akhir – (E.P)mula-mula
Kalor reaksi (∆H) adalah kalor yang diserap (diperlukan) atau dilepaskan
(dihasilkan) dalam reaksi, disebut juga perubahan entalpi.  Pada beberapa
reaksi kimia jumlah kalor reaksi dapat diukur melallui suatu percobaan di
dalam laboratorium. Pengukuran kalor reaksi tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter.  Kalorimeter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
diberikan atau diambil dalam suatu proses tertentu. Sebuah termometer
sederhana terdiri dari bejana terisolasi, alat pengaduk, dan termometer.

     D. Kerja
Istilah kerja merupakan konsep yang telah didefinisikan oleh ilmu utama
mekanika. Dalam termodinamika, kerja secara umum didefinisikan sebagai
gaya kali jarak. Jika perpindahan jarak akibat gaya F adalah sebesar ds
(ds=distance/jarak), maka kerja yang dilakukan.
∆W= F ds
Simbol ∆W digunakan untuk jumlah kecil dari kerja dan merupakan fungsi
yang tidak pasti karena kerja yang dilakukan tergantung pada jalannya
reaksi.
Tanda yang akan digunakan selanjutnya adalah:
a.   Kerja adalah positif jika sistem melakukan kerja terhadap sekeliling.
b.   Kerja adalah negatif jika kerja dilakukan terhadap sistem oleh sekeliling.
Kerja total yang dilakukan sistem dapat diperoleh dengan mengintegrasikan
persamaan di atas. Sebagai contoh, kerja ekspansi diberikan sebagai
W = ʃ p dV
Dalam termokimia ada dua hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut
perpindahan energi, yaitu sistem dan lingkungan. Segala sesuatu yang
menjadi pusat perhatian dalam mempelajari perubahan energi disebut
sistem, sedangkan hal-hal yang membatasi sistem dan dapat mempengaruhi
sistem disebut lingkungan.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
1.         Sistem Terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang memungkinkan terjadi
perpindahan energi dan zat (materi) antara lingkungan dengan sistem.
Pertukaran materi artinya ada hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem
(wadah reaksi), misalnya gas, atau ada sesuatu dari lingkungan yang dapat
memasuki sistem.
2.       Sistem Tertutup
Suatu sistem yang antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan
energi, tetapi tidak dapat terjadi pertukaran materi disebut sistem tertutup.
3.       Sistem Terisolasi
Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya
perpindahan energi dan materi antara sistem dengan lingkungan.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan
panas (kalor=q). Pertukaran energi antara sistem dan lingkungan dapat
berupa kalor (q) atau bentuk energi lainnya yang secara kolektif kita sebut
kerja (w). Energi yang dipindahkan dalam bentuk kerja atau dalam bentuk
kalor yang memengaruhi jumlah total energi yang terdapat dalam sistem
disebut energi dalam (internal energy). Kerja adalah suatu bentuk
pertukaran energi antara sistem dan lingkungan di luar kalor. Salah satu
bentuk kerja yang sering menyertai reaksi kimia adalah kerja tekanan-
volum, yaitu kerja yang berkaitan dengan pertambahan atau pengurangan
volum sistem.

     E. Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu
zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat
yang jumlahnya tidak dapat diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada
energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat
ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran
yang disebut Entalpi ( H ).
Untuk reaksi kimia :
∆H = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr  = entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan tetap      : qp  = ∆H ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap       : qv  = ∆E ( perubahan energi dalam )
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau
pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga
entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat
ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem.
Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada
perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan,
entalpi air lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu
terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar
dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya.
Energi potensial berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi
kinetik ditimbulkan karena atom – atom dan molekul-molekul dalam zat
bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut
entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk
atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan
untuk es ditulis  H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk
energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor
atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es
menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) - H H20 (s)
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH
dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem.
Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada
perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan,
entalpi air lebih besar dari pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan
entalpi yang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi
perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan
selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga
ΔH positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi
lebih kecil, sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut
kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan
nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan, kalor penguraian, kalor
pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.
      1.  Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi
pembentukan standar diberi simbol (ΔH◦f), simbol f berasal dari kata
formation yang berarti pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada
keadaan standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan Hg.
Contoh:
H2(g) + 1/2 O2àH2O(l) ΔH=-286 kJ mol-1
C (grafit) + O2(g) à CO2(g) ΔH=-393 kJ mol-1
K(s) + Mn(s) + 2O2 à KMnO4(s) ΔH=-813 kJ mol-1
Catatan:
2. ΔHf elemen stabil adalah 0
3. ΔHf digunakan untuk memperkirakan stabilitas senyawa
dibanding penyusunnya
4. Semakin kecil ΔHf, semakin stabil energi senyawa itu
5. ΔHf tidak mencerminkan laju reaksi (akan dibahas pada bab
selanjutnya)
     2.  Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari
unsure-unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi
penguraian standar diberi simbol (ΔH◦d) simbol d berasal dari kata
decomposition yang berarti penguraian.
Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan
senyawa dari unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan
pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi
penguraian merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan senyawa yang
sama. Dengan demikian jumlah kalornya sama tetapi tandanya berlawanan
karena reaksinya berlawanan arah.
Contoh:
H2O(l) -> H2(g) + 1/2 O2(g) ΔH=+286 kJ mol-1 (bnd. contoh Hf no. 1)
     3. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari
unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian
standar diberi simbol (ΔH◦c) simbol d berasal dari kata combustion yang
berarti pembakaran.
Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran
selallu negatif (eksoterm)
Contoh :
1/2 C2H4(g) + 3/2 O2 -> CO2(g) + H2O(l) ΔH=-705.5 kJ mol-1
Catatan:
2. ΔHc selalu negatif, karena panas pasti dilibatkan
3. ΔHc bisa digunakan untuk menilai kandungan energi bahan
bakar atau makanan
     4. Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi
penguraian standar diberi simbol (ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation
yang berarti pelarutan.
Contoh:
2. NH3(g) + aq -> NH3(aq) ΔHs=-35.2 kJ mol-1
3. HCl(g) + aq -> H+(aq) + Cl-(aq) ΔHs=-72.4 kJ mol-1
4. NaCl(s) + aq -> Na+(aq) + Cl-(aq) ΔH=+4.0 kJ mol-1
Catatan:
2. Jika ΔHs sangat positif, zat itu tidak larut dalam air
3. Jika ΔH negatif, zat itu larut dalam air
     5. Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1
mol basa oleh asam pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan
pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ /
mol
     6. Entalpi Penguapan Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair
menjadi fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan
pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHvap. Satuannya = kJ /
mol.
     7. Entalpi Peleburan Standar
Adalah  entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam
fase padat menjadi zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika
pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan
dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
     8. Entalpi Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat
menjadi zat dalam fase gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak
dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHsub.
Satuannya = kJ / mol.

     F. Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan
kalorimeter. Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada
tekanan konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan
cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada
tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran
perubahan kalor dapat dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi
maupun energi dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi
menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua
buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi
akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima
kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x ∆T
qkalorimeter  = C x ∆T
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
∆T = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C   = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi
= kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi
tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan  + qkalorimeter )
Beberapa jenis kalorimeter :
    1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2
berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus
digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.
Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi
pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel  dan diisi dengan gas
oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah
yang kedap panas. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen
yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan
terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi
pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan
diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke
lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair  + qbom )
            Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair  = m x c x ∆T
dengan :
m   = massa air dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
∆T = perubahan suhu ( oC atau K )
            Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom   = Cbom x ∆T
dengan :
Cbom  = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
∆T    = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume


tetap (∆V = nol). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam
sistem = perubahan energi dalamnya.
∆E = q + w dimana  w  = - P. ∆V  ( jika ∆V = nol maka w  = nol )
maka  ∆E  = qv
Contoh kalorimeter bom adalah kalorimeter makanan.
    2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan
dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan
kalorimeter sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini
biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung
dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi,
pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan
larutan sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi          = - (qlarutan  + qkalorimeter )
qkalorimeter     = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter  = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT  = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan
sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan
suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi    = - qlarutan  

qlarutan   = m x c x DT
dengan :
m   = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol )
sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan
entalpinya.
DH = qp
Contoh kalorimeter sederhana adalah kalorimeter larutan.
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah
kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya,
kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan suhu pada
kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian
dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = - (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = - (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = - (m.c.∆T)

Keterangan :
m = massa zat     (kg)                                          
c = kalor jenis   (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)
           
Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan
entalpinya disebut persamaan termokimia.
H2 (g)  + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l)     ΔH = -286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi
sistem akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada
entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih
antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif.
Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem
akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi.
Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat
dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0
 
     G. Hukum Hess
Pengukuran perubahan entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat
ditentukan langsung dengan kalorimeter, misalnya penentuan perubahan
o
entalpi pembentukan standar ( DHf )CO.
Reaksi pembakaran karbon tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja
tanpa disertai terbentuknya gas CO 2. Jadi, bila dilakukan pengukuran
perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang terukur tidak hanya reaksi
pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan entalpi dari reaksi
pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi hal tersebut, Henry Hess  melakukan serangkaian
percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu reaksi
merupakan fungsi keadaan.
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal ( zat-zat pereaksi )   dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi ) dari
suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini
disebut Hukum Hess, rumus yang dapat dipakai yaitu ΔH reaksi = ΔH1 + ΔH2 +
….
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan
entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah
yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain,
hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan
entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung
sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan
melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang
perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut
diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan
menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi
dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga
harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan
entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH). Berdasarkan Hukum Hess,
penentuan ∆H dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari
perubahan entalpi beberapa reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi
o
pembentukan (∆Hf ) antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi (∆H ) suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi
ikatan.
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui
dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan.
Konsep dari hukum Hess juga dapat diperluas untuk menghitung perubahan
fungsi keadaan lainnya, seperti entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini
amat berguna karena besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur
secara langsung, sehingga perhitungan dengan hukum Hess digunakan
sebagai salah satu cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
2. ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSforeaktan)
3. ΔS = Σ(ΔSoproduk) - Σ(ΔSoreaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
2. ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGforeaktan)
3. ΔG = Σ(ΔGoproduk) - Σ(ΔGoreaktan).

     H. Penentuan ΔH Reaksi
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi tidak tergantung pada
berapa banyak tahapan reaksi, tetapi tergantung pada keadaan awal dan
akhir. Dengan kata lain, untuk suatu reaksi keseluruhan tertentu, perubahan
entalpi selalu sama, tak peduli apakah reaksi itu dilaksanakan secara
langsung ataukah secara tak langsung dan lewat tahap-tahap yang
berlainan. Rumus yang dapat dipakai yaitu:

1. Penentuan ∆H Reaksi berdasarkan Eksperimen (Kalorimeter)


Penentuan kalor reaksi secara kalorimetris merupakan penentuan yang
didasarkan atau diukur dari perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan
prinsip perpindahan kalor, yaitu jumlah kalor yang diberikan sama dengan
jumlah kalor yang diserap. Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi (tidak
ada pertukaran materi maupun energi dengan lingkungan di luar
kalorimeter).
Dengan demikian, semua kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi
dalam kalorimeter, kita dapat menentukan jumlah kalor yang diserap oleh
air serta perangkat kalorimeter berdasarkan rumus:
q.larutan = m c ∆T
q.kalorimeter = C ∆T
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam calorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam calorimeter
C = kapasitas kalor dari calorimeter
∆T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi
sama dengan kalor yang diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi
tandanya berbeda :
qreaksi = -(qlarutan + qkalorimeter)
Kalorimeter yang sering digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter
bom terdiri dari sebuah bom (wadah tempatberlangsungnya reaksi
pembakaran, biasanya terbuat dari berlangsungnya reaksi pembakaran,
biasanya terbuat dari bahan stainless steel) dan sejumlah air yang dibatasi
dengan wadah kedap panas. Jadi kalor reaksi sama dengan kalor yang
diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap atau
dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan
diabaikan.
qreaksi = -qlarutan

     2. Penentuan ∆H Reaksi dengan Hukum Hess


Hukum Hess : ” Kalor reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung
pada keadaan awal dan keadaan akhir”.
Untuk mengubah zat A menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi
sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu mengubah zat A menjadi zat B dengan
kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat C dengan kalor reaksi ∆H2 dan
zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi ∆H3 . Sehingga harga
perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 .
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ

     3. Penentuan ∆H Reaksi Berdasarkan Data Perubahan Entalpi


        Pembentukan Standar ( ∆Hof )
Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi pembentukan
standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Hof reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN BEBERAPA ZAT

Zat ∆Hof ( kJ/mol ) Zat ∆Hof ( kJ/mol )

H2(g) 0 C2H4(g) + 52,5

O2(g) 0 CCl4(g) - 96,0

C(s) 0 NH3(g) - 45,9

H2O(g) - 241,8 NO2(g) + 33,2

H2O(l) - 285,8 SO2(g) - 296,8

CO2(g) - 393,5 HCl(g) - 92,3

CO(g) -110,5 NO(g) + 90,3

Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. ∆H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
c. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)
∆H reaksi = ∆Hof hasil reaksi - ∆Hof pereaksi
= ( 2. ∆Hof CO2 + 2. .∆Hof H2O ) – ( 1. ∆HofC2H4 + 3. ∆Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
∆H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar 2612,2
Kj

4.       Penentuan ∆H Reaksi Dari Energi Ikatan


        Reaksi kimia antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap
yaitu :
a.        Pemutusan ikatan pada pereaksi
b.        Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen membentuk
gas hidrogen klorida dapat digambarkan sebagai berikut :
Sesuai dengan hukum Hess, ∆H reaksi total adalah ∆H tahap-I + ∆H
tahap-II.
∆H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk
yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan

TABEL ENERGI IKATAN


Ikatan E (kJ/mol) Ikatan E (kJ/mol)

H-H 436 O=O 498

H-C 415 C≡N 891

H-N 390 F-F 160

C-C 345 Cl-Cl 243

C≡C 837 H-Cl 432

C-O 350 C=C 611

C=O 741 I-I 150

C-Cl 330 N=N 418

O-H 450 C-F 485

Penyelesaian :
........H
.........l
H – C – O-H      +       1 ½ O=O →     O=C=O   +    2H-O-H
........l
.......H

∆H reaksi = ∑Epemutusan -∑Epembentukan


= { (3.Ec-H)+( 1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 ½ EO=O)} – {(2.EC=O)
+(4.EO-H)}
= {(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 ½.498)} –{(2.741)+(4.460)}
= 2802-3322
= -520 kJ/mol

Kinetika Kimia
Adalah ilmu yang mempelajari tentang laju reaksi dan mekanisme reaksi.

·        Laju atau Kecepatan :


Adalah suatu perubahan dengan satuan waktu terdapat pada penyebut.

·        Laju Reaksi (V):


Adalah perubahan konsentrasi terhadap waktu yg diperlukan untuk perubahan tsb,
atau
kecepatan berkurangnya pereaksi atau bertambahnya produk reaksi dinyatakan dlm
molar/detik (mol.L−1.s−1).

·        Persamaan Laju atau Hukum Laju


Adalah persamaan yg mengaitkan laju reaksi dengan konsentrasi molar pereaksi dgn
pangkat yang sesuai.
    
dX/dt =  V = k. [A]a.[B]b

Hukum laju:     - diperoleh dari hasil eksperimen.


- dapat dinyatakan dlm bentuk differensial   
  atau integral.

·        Orde Reaksi (n):


Adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk differensial.
n = umumnya bil. bulat kecil (1,2,3…) dalam hal tertentu bisa berupa pecahan atau
nol.
          
·        Tetapan Laju (k):
Adalah tetapan perbandingan antara laju reaksi dan hasil kali konsentrasi spesi yang
mempengaruhi laju reaksi.

Tetapan laju = koefisien laju = laju reaksi jenis.

·        Kemolekulan Reaksi:


Adalah jumlah spesi tahap penentu laju reaksi, yang merupakan suatu konsep
teoritis yang dapat digunakan jika sudah diketahui mekanisme reaksi.
·        Mekanisme Reaksi
Adalah deret tahap-tahap dalam suatu reaksi kimia yang merupakan perubahan
keseluruhan,
atau
seperangkat proses elementer yang menjelaskan kemolekulan reaksi.

·        Koordinat Reaksi


Adalah parameter yang terus bervariasi, dan setiap nilai sesuai dengan seperangkat
atom atau molekul sistem reaksi sepanjang jalannya reaksi.

·        Katalis
Zat yang mempengaruhi laju reaksi (mempercepat laju reaksi) dengan menurunkan
energi pengaktifan.
Zat yang memperlambat reaksi : Inhibitor

·        Kompleks Teraktivasi


Gabungan atom, molekul atau ion pereaksi (tidak stabil) yang menghasilkan produk
reaksi.  Bentuk ini disebut juga keadaan transisi.

 Energi Pengaktifan (Energi Aktivasi)


                        Energi minimum yang harus dimiliki peraksi untuk menghasilkan
produk reaksi. (Energi minimum yang harus dimiliki oleh molekul pereaksi agar
menghasilkan tabrakan yang efektif).

·        Waktu Paroh


Adalah waktu yang diperlukan agar setengah dari jumlah A bereaksi.

1.      LAJU REAKSI


1. 

1.1.      Konsep Laju Reaksi


1.1. 
Laju reaksi dapat dinyatakan sbb:
Laju reaksi =            Perubahan Konsentrasi……………
                     Waktu yg diperlukan untuk perubahan

Untuk reaksi :         A      +      B      →     C


Laju = - d[A]    atau Laju = - d[B]  atau Laju =  + d[C]
d[C]
       dt                           dt                               dt

                        (konsentrasi/waktu)

1.2.      Pengukuran Laju Reaksi


1.2. 
Laju suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara mengikuti perubahan sifat selama
terjadi reaksi.

a.      Analisis volumetri dan gravimetri


a. 
Untuk reaksi hidrolisis ester
CH3COOH2H5 + H2O    CH3COOH + C2H5OH

b.      Mengukur Perubahan Tekanan


b. 
Pada cara ini, reaksi yang menyangkut gas, perubahan tekanan dari sistem dapat
diukur. Pada reaksi
C6H5N2Cl + H2O    C2H5OH + HCl + N2

c.      Mengukur Perubahan Beberapa Sifat Fisik


c. 
-        mengukur indeks bias
-        mengukur intensitas warna
-        mengukur sifat optik aktif
-        mengukur daya hantar
-        mengukur viskositas

d.      Mengukur kalor yang dilepaskan pada reaksi eksoterm.


d. 
1.3.      Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1.3. 

a.     Keadaan Pereaksi dan Luas Permukaan


a. 
Pada umumnya, makin kecil partikel pereaksi makin besar permukaan pereaksi yang
bersentuhan dalam reaksi, sehingga reaksinya makin cepat.

b.     Konsentrasi ~ makin besar konsentrasi, laju reaksi makin cepat


b. 

c.      Suhu ~ umumnya suhu dinaikkan laju reaksi bertambah.


c. 

d.     Katalis ~ mempercepat laju reaksi


d. 

e.      Cahaya ~ Fotosintesis dan fotografi sangat berkaitan dengan reaksi yang peka
e. 
terhadap cahaya.

3. HUKUM LAJU DAN ORDE REAKSI

3.1 Hukum Laju


                Untuk Reaksi ;  A    +      B              Produk    
                Hukum laju ~ Laju (V)        = k[A]a[B]

 
3.3 Definisi Laju reaksi

                a A   +      b B           p P   +      q Q 

Laju (V)   = - 1  dA   = - 1  dB   = + 1  dP   = + 1  dQ  = k [A]x[B]y


                     a dt          b  dt         p  dt         q  dt

Dimana:  x = orde reaksi terhadap A


             Y = orde reaksi terhadap B
          x+y = orde total

Contoh:
Pada reaksi penguraian Nitrogen dioksida, NO 2, menjadi nitrogen oksida, NO, dan
oksigen, O2:
                                2NO2               2NO           +   O2
a.   Tulislah pernyataan laju rata-rata berkurangnya konsentrasi NO 2 dan laju rata-
a. 
rata bertambahnya konsentrasi NO dan O2!

b.   Jika diketahui laju berkurangnya konsentrasi NO2 adalah 4,0x10-13 mol.L-1s-1,
b. 
berapa laju bertambahnya konsentrasi NO dan O2?

Jawab:
a.   Laju berkurangnya konsentrasi NO2 =- d[NO 2]  = - Δ[NO2]
a. 
            dt        Δt
        Laju bertambahnya konsentrasi NO =+ d[NO]    = + Δ[NO]
                                                                            dt             Δt
        Laju bertambahnya konsentrasi O2 = + d[O2]   = + Δ[O2]
                                                                          dt            Δt
b.   Untuk tiap 2 molekul NO2 yang bereaksi, terbentuk 2 molekul NO. Jadi
b. 
berkurangnya konsentrasi NO2 dan bertambahnya konsentrasi NO berlangsung
dengan laju yang sama:

- 1 Δ[NO2]              = 1 Δ[NO]   = 4,0 x 10-13 mol L-1s-1


  2    Δt                    2    Δt

        Sedangkan O2 hanya satu molekul yang diperoleh, maka:

        - 1 Δ[NO2]      =        1 Δ[O2]          =      4,0 x 10-13 mol L-1s-1
          2    Δt                     1    Δt
Δ[O2]      = 4,0 x 10-13 mol L-1s-1  = 2,0 x 10-13 mol L-1s-1
                  Δt                    2  

3.4 Penetapan Hukum Laju atau Persamaan Laju

Perhatikan data:
1. 2N2O5          4NO2   +  O2            2. 2NO2           2NO        +  O2

[N2O5] Laju (mol L-1s- [NO2] Laju (mol L-1s-


1
) 1
)

0,020 0,70 x 10-6 0,020 0,75 x 10-13


0.040 1,40 x 10-6 0.040 3,00 x 10-13
0,080 2,80 x 10-6 0,080 12,00 x 10-13

Jadi ~ Laju (V) = k [N2O5]                              Laju (V) = k [NO2]2


           Reaksi orde 1                                        Reaksi orde 2

3. 2A          +     B2           2AB


       

Percobaan [A] [B] Laju, mol L-1s-1

1 0,50 0,50 1,6 x 10-4


2 0,50 1,00 3,2 x 10-4
3 1,00 1,00 3,2 x 10-4

Jadi Laju (V) = k [A]0[B2]       atau Laju (V) = k [B2]


        Orde 0 terhadap A
        Orde 1 terhadap B2
        Orde reaksi total = 0 + 1 = 1
Bentuk-bentuk Hukum Laju Berdasarkan jenis Orde Reaksi

Hukum Laju
N Jenis n Satuan k Waktu
Bentuk Diff Bentuk
o Reaksi Paro
integral

1 A  0 V = k [A]0 [A]0-[A]t = kt mol L-1s-1 t1/2 =


Produk [A]0/2k

2 A  1 V = k [A] ln[A]0-ln[A]t s-1 t1/2 = ln 2/k


Produk =kt

3 2A  2 V = k[A]2   1   -    1    = L mol-1s-1 t1/2 =


Produk kt 1/k[A]0
[A]t    [A]0

4 A+B 2 V=k[A][B]    1     ln L mol-1s-1 t1/2 =


Produk [B]0[A]t= kt 1/k[A]0
[A]0–[B]0  
[A]0[B]t

5 3A  3 V = k[A]3     1    -   1    = L2mol-2s-1 t1/2=    3  .


Produk kt        
2[A]    2[A]
t
2
0
2
2k[A]02
n = orde reaksi

Contoh Soal
6. Penguraian termal aseton, (CH3)2C=O, pada 600oC adalah reaksi orde pertama (1)
dengan waktu paro 80 detik (s).
Hitung tetapan laju (k)!
Berapa waktu yang diperlukan agar 25 % suatu contoh tertentu terurai?

Jawab :
4. Tetapan laju, k  = ln 2  = 0,693      = 8,7 x 10-3 s-1
      t1/2       80 s

5. Jika [A]0 = 100 %, terurai 25 %    ~       [A]t = 75 %, sehingga


kt     = ln [A]0 ,  8,7 x 10-3 s-1t = 100%           
              [A]t                                75%            
~ t = 33 s

4. Data di bawah ini diperoleh dari peluruhan radikal metil yang merupakan reaksi
orde 2 :
Waktu             [CH3●]
 0 x 10-6 s                12,5 x 10-7 mol L-1
10 x 10-6 s                10,0 x 10-7 mol L-1
a. Hitung tetapan laju (k)!
b. Hitung waktu paro peluruhan!

Jawab:
a. Untuk reaksi orde 2:     1   -    1    = kt
        [A]t    [A]0
                               1              -           1                 =k x10x 10-6 s
                10,0 x 10-7 mol L-1       12,5 x 10-7 mol L-1
               
2 x 10-5 mol-1L = 10 x 10-6s k
                k      = 2 x 1010 mol-1Ls-1
                                ====================
b. Waktu paro,  t1/2 =      1   .
                                   k[A]0
                                =                      1                                 .
                                  2 x 1010 mol-1Ls-1 x 12,5 x 10-7 mol L-1
                        t1/2   = 4 x 10-5 s
                        ===============

4. Data di bawah ini diperoleh untuk reaksi


A + B → Produk
        [A], M              [B], M              Laju, Ms-1
1.      4,32 x 10-2 
-2                     
1,07 x 10-2 
-2                      
1,32 x 10-4
2.        4,32 x 10-2 
-2                     
1,56 x 10-2 
-2                      
2,84 x 10-4
3.     1,07 x 10-1 
-1                      
1,56 x 10-2 
-2                      
6,99 x 10-4

a)       Tulis persamaan laju


a) 
b)       Hitung laju reaksi jika [A] = 8,42 x 10-2 M dan
b) 
      [B] = 4,52 x 10-2 M

JAWAB
a)       Perhatikan 1 & 2
a) 
       (1,46)y  = 2,15
                                        y log 1,46 = log 2,15                               
Jadi orde 2 terhadap B
Perhatikan 2 & 3 :
 
Jadi orde 1 terhadap A
Jadi hukum laju, V = k [A][B]2

b)       Untuk menghitung laju V1, k harus dicari terlebih dahulu :


b) 

V = 26,69 M-2S-1 p 8,42 x 10-2 M x (4,52 x 10-2M)2


   = 1,59 x 10-3MS-1

IV. TETAPAN LAJU, SUHU dan ENERGI AKTIFASI

Energi Aktifasi → Energi minimum yang dibutuhkan untuk


                             menghasilkan reaksi jika saling tumbukan.

Reaski kimia dapat terjadi karena adanya tumbukan untuk molekul-molekul yang
bereaksi, tumbukan yang terjadi harus tumbukan efektif.

Syarat tumbukan efektif :


4. Energinya harus cukup → Ea

2. Orientasi molekul selama tumbukan


Mis : 2AB → A2 + B2

        A    B                 A    B


        B    A                 B    A         (tidak menghasilkan Rx)

        A    A                  A    A        A2     (menghasilkan Rx)


                B    B                   B    B         B2
        R = tetapan gas = 8,314 J/mo

Pers Arrhenius : k = A e-Ea/RT


        k = tetapan laju
        A = faktor pra-eksponensial
        Ea = energi aktifasi
        T = suhu (ºK)
        e = 2,71828                                  

bila k1 adalah konstanta laju pada T1 dan


      k2 adalah konstanta laju pada T2

Dari persamaan Arrehensius :  k = A e-Ea/RT


Jadi :
1.       Ea bertambah, e-Ea/RT berkurang → makin banyak energi yang diperlukan,
1. 
molekul-molekul lebih sukar mencapai energi ini, sehingga laju berkurang.
2.       T bertambah, e-Ea/RT bertambah → k bertambah
2. 

Laju reaksi bergantung pada suhu :

        (V2/V1) = 2 (T2 − T1)                               


                      10

V2 = laju akhir
        V1 = laju awal
T2 = suhu akhir
T1 = suhu awal

CONTOH SOAL
Data di bawah ini diperoleh untuk suatu reaksi :
        Suhu                                Laju
        0ºC                                  3 x 10-3 mol L-1S-1
        20ºC                                1,5 x 10-2 mol L-1S-1
a)       hitung energi pengaktifan
a) 
b)       hitung laju reaksi pada suhu 50ºC
b) 

JAWAB
a) Ea = 53525,35 J mol-1
             = 53,53 kJ mol-1
b) Jadi laju (50ºC)      = 38,47 x 3 x 10-3mol.L-1s-1
                                        = 1,154 x 10-1mol.L-1s

Anda mungkin juga menyukai