3 Toksisitas
Analisis toksisitas dari proses penyulingan minyak atsiri jahe merah
diantaranya yaitu adanya senyawa-senyawa yang ditemukan akibat proses
penyulingan, diantaranya:
1. Karbon Dioksida CO₂
Kadar emisi karbon dioksida (CO₂) pada kayu karet sebesar 7,56%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat CO₂ yang dihasilkan dapat menyesakkan
manusia karena memiliki kadar > 5%. (Nukman, 2009)
2. Karbon Monoksida CO
Kayu karet mengandung senyawa karbon monoksida (CO) sebesar 0,18%.
Pengaruh gas buang karbon monoksida (CO) adalah tidak berbau, tetapi beracun
karena akibat pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. (Nukman, 2009)
3. Hidrokarbon (HC)
Gas hidrokarbon adalah senyawa karbon dan hidrogen hasil pemecahan
bahan organik batubara yang belum mengalami oksida oksigen lebih lanjut.
Pembentukan asap dan gas hidrokarbon menyebabkan rendahnya efisiensi
pembakaran. Kayu karet mengandung 29 ppm. Jumlah senyawa hidrokarbon
dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu, dan jumlah zat terbang yang terkandung
pada kayu karet. (Nukman, 2009)
4. Nitrogen Oksida (NOx)
Kayu karet mengandung senyawa NO sebesar 52 ppm. Pengaruh gas
buang Nitrogen oksida (NOx) terhadap lingkungan adalah gas yang tidak berbau,
tidak berwarna, tetapi beracun yang dihasilkan dari proses pembakaran. NO dapat
bereaksi di atmosfer dan membentuk partikel yang berbahaya bagi lapisan ozon
dan dapat menyebabkan hujan asam. (Nukman, 2009)
Hidrosol merupakan air sisa penyulingan yang terlah terpisah dari minyak.
Berdasarkan tabel diatas, pada CV. ADB masih mengandung minyak atsiri
sebesar 0,02%. Diketahui ekstrak air rimpang jahe merah mengandung homolog
fenolik keton atau dapat dikenal dengan gingerol, yang merupakan senyawa
turunan fenol (Haryani et al, 2016). Adanya biomolekul seperti fenolik terpenoid,
seskuiterpen dan flavonoid yang ada pada ekstrak tanaman berperan sebagai agen
pereduksi nanopartikel perak. Selain itu adanya aroma khas jahe pada hidrosol
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk air spa pada usaha salon
kecantikan.
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas dengan jumlah 140,37 kg.
berdasarkan tabel diatas, ampas jahe merah mengandung 72,5% kadar air dan
0,1% minyak atsiri. CV. ADB memanfaatkan ampas jahe merah ini sebagai bahan
campuran pupuk kandang dan pakan ternak sapi warga sekitar. Ampas jahe merah
memiliki kandungan senyawa gingerol, shagaol, dan zingerone yang memiliki
efek farmakologi seperti antioksidan, antiinflammasi, analgesik dan
atikarsinogenik (Febriani et al, 2018). Oleh karena itu ampas jahe merah dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat analgetik. Menurut Rusmiland dan Putra
(2017) menyatakan bahwa ampas jahe dapat dijadikan bahan campuran untuk
pembuatan pupuk organik. Ampas jahe merah ini dapat pula dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan kertas aktif terhadap kualitas buah stoberi karena adanya
senyawa aktif pada pembuatan oleoresin gingerol dan zingeron.
Sumber Referensi
Febriani Y., H. Riasari. W. Winingsih. D.L. Aulifa dan A. Permatasari. 2018.
Potensi Pemanfaatan Ampas Jahe Merah (Zingiber offcinale Roscoe)
Sebagai Obat Analgetik. IJPST-SUPP 1(1):57-64.
Guenther, E. 1952. The Essential Oil Vol. 2 The Constituents of Essential Oils.
Van Nostrand Reinhold Company, New York.
Haryani, Y. 2016. Pemanfaatan Ekstrak Air Rimpang Jahe Merah (Zingiber
offcinale Linn. Var. Rubrum) Pada Biosisntesis Sederhana Nanopartikel
Perak. Chimica et Natura Acta 4(3):51-155.