BAB I
PENDAHULUAN
Ruang lingkup pekerjaan yang diikuti selama masa PKL (Praktek Kerja
Lapangan) adalah pekerjaan perkerasan aspal. Dalam pembuatan laporan ini,
penulis membahas tentang pelaksanaan pekerjaan AC-BC (Asphalt Concrete-
Binder Course).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah dan/air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
perkerasannya (dengan atau tanpa tulangan). Perkerasan kaku ini dapat kita
temui di bandara, misalnya di runway maupun taxiway bandara. Beban lalu
lintas sebagian besar dipikul oleh plat beton. Perkerasan kaku ini dikenal juga
di masyarakat dengan nama 'Jalan Beton'.
3. Perkerasan Komposit (composite pavement) yaitu perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau
sebaliknya. Perkerasan komposit merupakan jenis perkerasan yang merupakan
gabungan dari perkerasan lentur dan perkerasan kaku, perkerasan lentur di atas
perkerasan kaku, ataupun sebaliknya.
Menurut Sukirman (2010), lapis permukaan yaitu lapis paling atas dari
struktur perkerasan jalan, yang fungsi utamanya sebagai:
- Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
- Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapis aus).
- Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
- Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan di bawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup atau lapis aus
(wearing course) diatas lapis permukaan tersebut. Fungsi lapis aus ini adalah
sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air
dan untuk memberikan kekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Lapis aus
tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Lapisan pondasi bawah (sub base course) terletak diantara lapisan pondasi
atas dan lapisan tanah dasar, dan fungsi lapisan pondasi bawah ini antara lain :
1. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
2. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak terkumpul dipondasi.
3. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar
dari pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan
roda-roda alat besar.
4. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik
ke pondasi atas. Untuk itu lapisan pondasi bawah haruslah memenuhi
syarat filter.
9
Menyebarkan beban roda ketanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat.
6. Efisiensi penggunaan material-material pondasi bawah relative murah.
2.4 Aspal
11
pengikat yang disetujui. Aspal emulsi jenis kationik harus digunakan pada
permukaan yang berbasis acidic (dominan Silika), sedangkan jenis anionik
harus digunakan pada permukaan yang berbasis basaltic (dominan
Karbonat).
b. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi ASTM D946/ 946M-
15 diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah
yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kecuali diperintah lain oleh Pengawas Pekerjaan, perbandingan
pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 - 85
bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 - 85 pph) kurang lebih
ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).
c. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis fondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis fondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif)
dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis fondasi adalah
agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal
emulsi anionik sulit didapatkan, Pengawas Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
d. Bilamana lalu lintas diizinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka
harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan
kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau
lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen
harus lolos ayakan ASTM / ” (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus
lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).
1. Aspal emulsi yang mengikat cepat (rapid setting) yang digunakan harus
memenuhi ketentuan SNI 4798:2011 untuk jenis kationik atau SNI
14
ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa. (Spesifikasi Umum
Bina Marga, 2018)
e. Pelaksanaan Penyemprotan
1) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan
penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap
Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat
atau benang.
2) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah
praktis untuk lokasi yang sempit, Pengawas Pekeijaan dapat menyetujui
pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
3) Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan
yang telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan,
ketinggian batang semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai
ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama pelaksanaan
penyemprotan.
4) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus
satu lajur atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang
tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang
bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan
19
terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan
penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan.
Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar daripada
lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang
ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti
permukaan yang lain.
5) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan
yang cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai
seluruh batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh
nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan
disemprot.
6) Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum
daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat
dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan
pelindung tersebut dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai
melalui titik akhir.
7) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari
10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang
terperangkap (masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
8) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan
harus segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran
tongkat celup.
9) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan
penyemprotan, harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah
dipakai dibagi luas bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan
didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan
jumlah nosel yang digunakan dan jarak antara nosel. Takaran
pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan menurut Spesifikasi ini, dalam
toleransi berikut.
Toleransi takaran pemakaian:
20
10) Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan
penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan
penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.
11) Penyemprotan harus segera dihentikan jika temyata ada
ketidaksempumaan peralatan semprot pada saat beroperasi.
12) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat,
bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang
telah disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat
roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
13) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang
menun-jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan
bahan penyerap (blotter material) yang memenuhi Spesifikasi ini
sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter
material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis
Resap Pengikat.
14) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal
pada lokasi yang disemprot dengan distributor aspal harus dilabur
kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan kadar
yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
2. Keawetan (durability)
Keawetan adalah kemampuan beton aspal untuk menerima repetisi beban
lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,
seperti udara, air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal
dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam
campuran, kepampatan dan kedap airnya campuran. Semakin tebal film
aspal akan mengakibatkan mudah terjadi bleeding yang akan
menyebabkan jalan semakin licin.
3. Kelenturan (flexibility)
Kelenturan adalah kemampuan dari beton aspal untuk menyesuaikan diri
akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi
atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat repetisi
beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan
yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan
mempergunakan agregat yang bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang
tinggi.
4. Ketahanan terhadap kelelehan (fatigue resistance)
Ketahanan terhadap kelelehan adalah suatu kemampuan dari beton aspal
untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelelehan berupa alur dan retak.
5. Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance)
Kekesatan atau tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal
terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan
sehingga roda kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip. Selain itu agregat
yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi
juga harus mempunyai daya tahan untuk permukaannya tidak mudah
menjadi licin akibat repetisi kendaraan.
6. Kedap air (impermeable)
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki oleh
air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat
24
lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu base dan sub grade
(tanah dasar). Karakteristik yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas.
Laston sebagai lapis permukaan antara (Asphalt Concrete-Binder Course) adalah :
a) beton aspal sebagai lapis pondasi dan pengikat (binder)
b) lapis ini lebih kaya aspal (sekitar 5-6%) dibanding dengan lapis
di bawahnya .
c) berfungsi secara struktural sebagai bagian dari lapis perkerasan jalan
d) umumnya bersifat tahan beban 6
e) mampu menyebarkan beban roda kendaraan ke lapisan di bawahnya
f) diusahakan agar kedap air untuk mempersulit air permukaan yang tembus
lewat retak-retak atau lubang-lubang permukaan yang tidak segera
ditambal, hingga air tidak mudah dapat mencapai tanah dasar.
Menurut Sukirman (2010), untuk mendapatkan campuran AC-BC yang
baik, perlu dilakukan perencanaan campuran.Oleh karena itu, diperlukan data
perencanaan yaitu :
a) Mutu agregat,
b) Gradasi agregat,
c) Jenis aspal keras, data
d) Lalu lintas
2) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan.
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu
atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7619;2012.
Tabel 2.6 Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran
Beraspal
1) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.4 (4,75 mm ).
2) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
3) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok
ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung
dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan
presentase pasir di dalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
4) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 15% terhadap berat total campuran .
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus
diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu.
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
a. bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara mekanis
sebelum dimasukkan ke dalam mesin pemecah batu, atau
b. digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :
- fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap
pertama (primary crusher) tidak boleh langsung digunakan .
- agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) harus dipisahkan dengan vibro scalping screen
yang dipasang diantara primary crusher dan secondary crusher.
28
Agregat Lolos Ayakan No. 200 SNI ASTM C117: 2012 Maks. 10%
terhadap berat total agregat. Khusus untuk SMA tidak dibatasi kadarnya
tetapi tidak boleh menggunakan semen.
ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan
disetujui.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan aspal keras.
Berikut ini akan ditampilkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan aspal keras. Untuk lebih ringkas dan jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.10. Antara lain:
Tabel 2.10 Ketentuan Untuk Aspal Keras
Tipe I Tipe II Aspal
Jenis Pengujian Metoda Pengujian Aspal Modifikasi
Pen.60-70 Elastomer Sintetis
PG70 PG76
Penetrasi pada 25°C (0,1 mm) SNI 2456:2011 60-70 D ilaporkan (1)
Temperatur yang menghasilkan Geser SNI 06-6442-2000 - 70 76
Dinamis (G*/sinS) pada osilasi 10
rad/detik > 1,0 kPa, (°C)
Viskositas Kinematis 135°C (cSt) (3) A STM D 2170-10 ≥ 300 ≤ 3000
Titik L embek (°C) SNI 2434:2011 ≥ ≤ 48 D ilaporkan (2)
Daktilitas pada 25 °C, (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 -
Titik Nyala (°C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 230
Kelarutan dalam Trichloroethylene % AASHTO T44-14 ≥ 99 ≥ 99
Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1,0 -
Stabilitas Penyimpanan: Perbedaan ASTM D 5976-00
Titik L embek (°C) P art 6.1 dan - ≤ 2,2
SNI 2434:2011
Kadar Parafin Lilin (% ) SNI 03-3639-2002 <2
Pengujian residu hasil TFO T (SNI-06-2440-1991) Ru RTFO T (SNI-03-6835-2001):
Berat yang Hilang (% ) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8
Temperatur yang menghasilkan Geser
Dinamis (G*/sinS) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 70 76
rad/detik > 2,2 kPa, (°C)
Penetrasi pada 25°C (% semula) SNI 2456:2011 > 54 > 54 > 54
Daktilitas pada 25 °C (cm) SNI 2432:2011 > 50 > 50 > 25
Temperatur yang menghasilkan Geser
Dinamis (G*sinS) pada osilasi 10 SNI 06-6442-2000 - 31 34
rad/detik < 5000 kPa, (°C)
Sumber : Speksifikasi Umum Bina Marga, 2018
32
Catatan :
1. Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang disyaratkan
pada Pasal 6.3.2.6).a). Sedangkan untuk pengendalian mutu di lapangan,
ketentuan untuk aspal dengan penetrasi > 50 adalah } 4 (0,1 mm) dan untuk
aspal dengan penetrasi < 50 adalah } 2 (0,1 mm), masing-masing dari nilai
penetrasi yang dilaporkan pada saat pengujian semua sifat-sifat aspal keras.
2. Pengujian semua sifat-sifat harus dilaksanakan sebagaimana yang disyaratkan .
Sedangkan untuk pengendalian mutu di lapangan, ketentuan titik lembek
diterima adalah } 1°C dari nilai titik lembek yang dilaporkan pada saat
pengujian semua sifat-sifat aspal keras.
3. Viskositas diuji juga pada temperatur 100°C dan 160°C untuk tipe I, untuk tipe
II pada temperatur 100 °C dan 170 °C untuk menetapkan temperatur yang akan
diterapkan.
4. Jika untuk pengujian viskositas tidak.
diatas titik leleh aspal yang digunakan dengan lintasan sebanyak 12 dengan
kecepatan 6-8 km/jam.
d. Pekerjaan pemadatan selesai setelah kepadatannya mencapai 95% dari
kepadatan laboratorium.
Pada saat pemadatan ada beberapa tipe jalan yang akan dihadapi, sehingga
diperlukan cara pemadatan yang baik. Antara lain:
1. Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan as jalan menuju
kebagian tengah.
2. Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as
jalan menuju kebagian tengah.
3. Pada bagian tanjakan dan turunan, pemadatan dimulai dari bagian yang
rendah sejajar as jalan menuju kebagian yang tinggi.
4. Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditembatkan dimuka.
5. Pada waktu pemadatan, roda mesin gilas harus dibasahi dengan air agar
aspal tidak lengket atau menempel pada roda mesin gilas.
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga, 2010)
39
BAB III
TINJAUAN UMUM PROYEK
5. Direktur Utama
Tugas dan kewajiban direktur utama adalah sebagai berikut:
- Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan – kegiatan dibidang administrasi keuangan, kepegawaian dan
kesekretariatan.
- Mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengadaan dan peralatan perlengkapan.
- Merencanakan dan mengembangkan sumber
– sumber pendapatan serta pembelajaran dan lekayaan perusahaan.
- Memimpin rapat umum dalam hal untuk
memastikan pelaksanaan tata tertip keadilan dan kesempatan bagi
semua untuk berkontrbusi secara tepat, menetukan urutan agenda,
mengarahkan diskusi kearah konsesnsus.
- Mewakili peseroan baik didalam maupun
diluar pengadilan.
- Bertangung jawab penuh dalam menjalankan
tugas untuk kepentingan perseroan sesuai ketentuan yang berlaku
- Menetapkan struktur organisasi dan uraian
tugasnya.
6. General Superintendent
Tugas general superintendent adalah sebagai berikut:
- Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
- Bertangung jawab atas seluruh pelaksanaan pekerjaan dilapangan.
- Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
- Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
7. Pengawas Lapangan
Tugas dan tanggung jawab pengawas lapangan antara lain:
- Memberi pengarahan kegiatan pada personil pelaksana di
lapangan.
45
yaitu tenaga kerja harus dilengakapi dengan K3 dan dilindungi dengan asuransi
ketenagakerjaan.
Tenaga kerja pada kegiatan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tenaga kerja tetap, Konsultan dan Kontraktor baik
dalam bidang teknis maupun dalam bidang administrasi.
2. Tenaga kerja tidak tetap, yaitu tenaga kerja harian.
Untuk lebih jelasnya secara umum tugas dan wewenang unsure-unsur
proyek dapat dilihat pada Gambar 3.2.
1 DIVISI I UMUM
Kode 1.2 Mobilisasi : 3 Minggu
Kode 1.20(1)a Pengeboran,termasuk STP dan Laporan : 1 Minggu
2 DIVISI II DRAINASE
Kode 2.1(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air : 5 Minggu
3 DIVISI III PEKERJAAN TANAH
Kode 3.1(1a) Galian Biasa : 5 Minggu
Kode 3.1(3) Galian struktur dengan ketebalan 0-2 m : 2 Minggu
Kode 3.2(1a) Timbunan biasa dari sumber galian : 14 Minggu
Kode 3.2(2a) Timbunan pilihan dari sumber pilihan : 10 Minggu
Kode 3.3(1) Penyiapan Badan Jalan : 7 Minggu
Kode 3.4(1) Pembersihan dan Pengupasana Lahan : 3 Minggu
Kode 3.4(5)Pemotongan Pohon Pilihan diameter >75 cm : 3 Minggu
Kode 3.5(2a) Geotekstil Seperator Kelas 1 (Non Woven) : 14 Minggu
Kode 3.5(3) Geotekstil Stabilisator Kelas 1 (Woven) : 14 Minggu
4 DIVISI V PERKERASAN BUTIR
Kode 5.1(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A : 5 Minggu
Kode 5.1(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B : 5 Minggu
5 DIVISI VI PERKERASAN ASPAL
Kode 6.1(1)(a) Lapis Resap Pengikat-Aspal Cair : 2 Minggu
Kode 6.1(2)(a) Lapis Perekat-Aspal Cair : 2 Minggu
Kode 6.3(5a) Laston Lapis Aus (AC-WC) : 2 Minggu
Kode 6.3(6a) Laston Antara (AC-BC) : 2 Minggu
6 DIVISI VII STRUKTUR
Kode 7.1(7)a Beton mutu sedang fc’20 Mpa (K-250) : 5 Minggu
Kode 7.1(8) Beton mutu rendah fc’15 Mpa : 1 Minggu
Kode 7.1(10) Beton mutu rendah fc’10 Mpa : 2 Minggu
48
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN ASPHALT CONCRETE
BINDER COURSE (AC-BC) PADA KEGIATAN
PENINGKATAN JALAN SIMPANG PRAMUKA-BATAS
KABUPATEN SIAK RUMBAI PESISIR
2. Asphalt Sprayer
Asphalt Sprayer adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan
penyemprotan lapis resap pengikat (Prime Coat) dan lapisan perekat
(Tack Coat). Asphalt Sprayer Gambar 4.3 yang digunakan sebanyak 1
unit, kapasitas Asphalt Sprayer yaitu 800 liter dan merupakan milik PT.
Riau Mas Bersaudara
(RMB).
54
5. Tandem Roller
Tandem Roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan aspal yang
telah dihamparkan. Tandem Roller yang digunakan sebanyak 1 unit, jenis
Tandem Roller Gambar 4.6 digunakan yaitu merek dengan berat statis 7,5
ton dan merupakan milik PT. Riau Mas Bersaudara (RMB).
56
6. Tire Roller
Tire Roller adalah alat yang digunakan untuk pemadatan aspal setelah
dipadatkan oleh Tandem Roller. Tire Roller yang digunakan sebanyak 1
unit, jenis Tire Roller Gambar 4.7 digunakan yaitu dengan berat statis 10
ton merek dan merupakan milik PT. Riau Mas Bersaudara (RMB).
4. Operator
Operator yang bekerja pada Pekerjaan Lapis Antara AC-BC ini
adalah sebanyak 4 orang.
5. Pekerja
Pekerja yang membantu selama Pekerjaan Lapis Antara AC-Bc ini
berjumlah
ditimbang untuk mengetahui muatannya dan dicatat pada tiket. Sampuran Hot
Mix dibawa dari AMP dengan suhu 155 oC dan pada saat perjalanan
mengalami kehilangan suhu 0,5oC per Km.
3. Penghamparan AC-BC
Sebelum penghamparan dengan Asphalt Finisher dilapangan melakukan
persiapan dengan membentuk permukaan memanjang dan melintangnsesuai
gambar rencana, pastikan permukaan bersih dan dalam keadaan kering,
barulah dimulai pekerjaan penghamparan sesuai ketebalan yang direncanakan
yaitu 6 cm. Langkah-langkah penghamparan dilapangan dapat dilihat pada
Gambar dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11. Kemudian Pada saat
penghamparan dilakukan pengecekan ketebalan aspal menggunakan stick
seperti pada gambar 4.12 dan pengecekan suhu seperti Gambar 4.13.
4. Pemadatan
Setelah pekerjaan penghamparan selesai, selanjutnya dilakukan
pemadatan.
Pekerjaan pemadatan dilakukan dalam tiga tahap :
1. Pemadatan tahap awal (break down roller) dilaksanakan dengan
menggunakan Tandem Roller kecepatan alat pada saat pemadatan yaitu
4 km/jam dengan banyak lintasan 2 atau 4 kali pulang-pergi (passing).
Gambar 4.14.
2. Pemadatan tahap antara (intermediate rolling) dilaksanakan dengan
menggunakan Tire Roller kecepatan alat pada saat pemadatan yaitu 10
km/jam, pemadatan tahap antara dilaksanakan sebanyak 9 kali passing
atau 18 kali penggilasan. Gambar 4.15.
3. Pemadatan tahap akhir (finishing rolling) dilaksanakan dengan
menggunakan Tandem Roller kecepatan alat pada saat pemadatan yaitu
4 km/jam, pemadatan tahap akhir dilaksanakan sebanyak 1 kali
passing atau 2 kali penggilasan. Gambar 4.16.
2. Pompa Air
3. Alat untuk menutup lobang bekas pengeboran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dalam pelaksanaan selama praktek kerja
64
5.2 Saran
Dalam laporan ini penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Saat melaksanakan pekerjaan perlengkapan K3 harus diperhatikan.
2. Pihak pengawas diharapkan lebih memperhatikan pekerja yang sedang
dilaksanakan dan disesuaikan dengan metode pelaksanaan pekerjaan yang
tertera pada kontrak.
DAFTAR PUSTAKA
Bina Marga Direktorat Jenderal. (2018). Spesifikasi Umum
Bina Marga, Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
66