T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan Masalah .......................................................................................................1
BAB II ............................................................................................................................2
PEMBAHASAN .............................................................................................................2
1. Pengertian Ijtihad, Taqlid dan Talfiq dalam Fikih:Studi kritis dan historis ................2
2. Pengertian Ijtihad Bayaniy, Burhani dan Irfani ........................................................6
3. Pendapat Penulis dan Argumentasinya .....................................................................8
BAB III ......................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fiqih kontemporer merupakan metode dalam menggali dan
menetapkan hukum. Ilmu ini sangat berguna untuk membimbing para mujtahid
dalam mengistibatkan hukum syara’ secara benar dan dapat di pertanggung
jawabkan hasilnya. Melalui fiqih kontemporer atau ushul fiqh dapat di temukan
jalan keluar dalam menyelesaikan dalil-dalil yang bertentangan dengan dalil
lainnya.
Dalam fiqih kontemporer juga dibahas masalah ijtihad, taqlid, dan talfiq.
Ke tiga - tiganya memiliki arti yang berbeda beda dan maksudnya juga berbeda.
Tetapi ke tiga-tiganya sangat jelas diatur dalam islam. Jangan sampai perbedaan
pendapat di antara kita menjadikan jalan untuk saling bercerai di dalam
memperkokoh kuatnya agama islam, maka dari itu sudah seharusnya kita
memahami dan mengetahui tentang ijtihad, taqlid, dan talfiq. Maka pada
kesempatan ini makalah ini akan membahas tentang ijtihad, taqlid, dan talfiq.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijtihad, Taqlid dan Talfiq dalam fikih : Studi kritis dan
historis?
2. Apa pengertian Ijtihad Bayaniy, Burhani dan Irfani?
3. Apa saja pendapat penulis dan argumentasinya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Ijtihad, Taqlid dan Talfiq dalam fikih : Studi
kritis dan historis
2. Untuk mengetahui pengertian Ijtihad Bayaniy, Burhani dan Irfani
3. Untuk mengetahui pendapat penulis dan argumentasinya
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ijtihad, Taqlid dan Talfiq dalam Fikih:Studi kritis dan
historis
Ijtihad dapat dipandang sebagai salah satu metode untuk menggali sumber
hukum Islam, yang menjadi landasan dilakukannya ijtihad, firman Allah surat
An-Nisa ayat 105:
1
Gibtiah, fiqih kontemporer, (Jakarta: kencana, 2016), hal. 12.
2
http://massukron.blogspot.com/2014/04/ijtihad-taklid-talfiq-dan-ittiba.html?m=1
2
b) Tujuan Ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia
akan pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu
tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.
c) Jenis – Jenis Ijtihad :
Ijma' Ijma' artinya sepakat yakni sepakat para ulama dalam
menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-
Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah
sepakat bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara
ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari
ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli
agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
Qiyâs, Qiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya
menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu
sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
Pengertian Taqlid
Hukum Taqlid adalah haram bagi mujtahid dan wajib bagi selain
mujtahid. As Suyuthi mengatakan, "Manusia itu ada yang mujtahid dan ada yang
tidak. Yang tidak mujtahid wajib baginya bertaqlid, baik dia orang awam maupun
orang alim/pandai. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT "Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"
Jadi kewajiban bertaqlid tidak hanya berlaku bagi orang awam saja, tetapi
juga bagi orang alim yang mengetahui dalil, selama dia belum mencapai tingkat
3
Al Lamadzhabiyah Akhthar Bid'ah Tuhaddid Asy Syari'ah Al Islamiyah, hal. 69
3
mujtahid, karena kemampuannya masih sebatas mengetahui dalil dan tidak sampai
mengaplikasikan metodologi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggalian hukum. Jadi orang alimpun selama belum mencapai tingkat berijtihad
sama saja dengan orang awam dalam kewajiban bertaqlid.
Tidak semua taqlid itu tercela, Jadi. Dan itu lebih baik daripada terus
berijtihad padahal dirinya sendiri tidak mampu. Taqlid adalah hal pasti dan tak
terhindarkan dilakukan oleh setiap umat Islam, setidaknya ketika mulai
mengamalkan ajaran-ajaran Islam, misalnya meletakkan kedua tangan di dada
pada waktu shalat dan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul Ihram. Dia
tetap melakukan hal itu meskipun belum mengetahui benar-salah dalil yang
mendasarinya. Lalu ketika dia mengetahui argumentasi dan dalil pada waktu
kemudian maka saat itu berarti dia telah keluar dari lingkaran taqlid buta.
Meskipun demikian tetap saja dia seorang yang bertaqlid karena masih belum
mengetahui dalil secara rinci, paling tidak bagaimana cara menggali hukum.
Masih saja dia mengikuti metode dari seorang imam mujtahid.
4
https://www. /kamilmohammed/ijtihad-taqlid-dan-talfiq
5
Hosen, Taqlid dan Ijtihad, hlm. 11.
4
Pengertian Talfiq, Menurut bahasa Talfiq artinya melipat atau
merangkap. Sedangkan menurut syari'at, Talfiq adalah melakukan suatu ibadah
atau muamalah secara rangkap yaitu dengan menyomot pendapat-pendapat dari
madzhab yang berlainan sehingga muncul suatu praktik yang keluar dari
madzhab-madzhab itu.
5
mempunyai kemampuan untuk memilih. Karena itu mereka belum
boleh melakukan talfiq.
2) Pendapat kedua, membolehkan talfiq dengan syarat tidak akan
menimbulkan pendapat yang bertentangan dengan salah satu
madzhab yang ditalfiqan itu.
3) Pendapat ketiga, membolehkan talfiq tanpa syarat dengan maksud
mencari yang ringanringan sesuai dengan kehendak dirinya. Ruang
Lingkup Talfiq Talfiq sama seperti taqlid dalam hal ruang
lingkupnya, yaitu hanya pada perkaraperkara ijtihad yang bersifat
zhanniyah (perkara yang belum diketahui secara pasti dalam
agama).
Hukum Talfîq Ulama terbagi kepada dua kelompok tentang hukum talfîq.
Satu kelompok mengharamkan, dan satu kelompok lagi membolehkan. 6
1) Pendekatan Bayani7
2) Pendekatan Burhani.
Kata bayani berasal dari bahasa arab yaitu al- bayani yang secara harfiah
bermakna sesuatu yang jauh atau sesuatu yang terbuka. Namun secara
terminologi, ulama berbeda pendapat dalam mendefenisikan al-bayani. Ulama
ilmu Al-Bhalagoh misalnya mendefinisikan al-bayani sebagai sebuah ilmu yang
dapat mengetahui satu arti dengan melalui beberap cara atau metode seperti tasbih
(penyerupaan), majaz dan kinayah. Ulama kalam mengatakan bahwa bayani
6
http://ahmadfuadhasan.blogspot.com/2011/06/ijtihad-taqlid-talfiq-dan-ittiba_23.html
7
http://el-zhanzha.blogspot.com/2011/04/manhaj-ijtihad-bayani-burhani-irfani.html
6
adalah dalil yang dapat menjelaskan hukum. Sebagian yang lain mengatakan
bahwa al-bayani dalah ilmu baru yang dapat menjelaskan sesuatu atau ilmu yang
dapat mengeluarkan sesuatu dari kondisi samar kepada kondisi jelas.
8
A. Bachrun Rifai dkk, Filsafat Thasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 90
7
3) Pendekatan ‘Irfani
Irfani merupakan bahasa arab yang memiliki makna asli, yaitu sesuatu
yang berurutan yang sambung satu sama lain dan bermakna diam dan tenang.
Namun secara harfiyah al-irfan adalah mengetahui sesuatu dengan berfikir dan
mengkaji secara dalam. Secara terminologi, irfani adalah pengungkapan atas
pengetahuan yang diperoleh lewat penyinaran hakikat oleh Tuhan kepada
hambanya (al-kasy) setelah melalui riyadhoh.
9
Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan Pengantar Epistimologi Islam (Bandung:
Mizan Pustaka, 2003), h. 56
8
umum diartikan dengan pengerahan segala kemampuan dalam menetapkan hukum
syar’i yang digali dari dalil-dalinya yang terperinci (dalam pengetian tidak
mungkin dilakukan oleh sembarang orang). Definisi yang terakhir ini pada
gilirannya memberikan kesan bahwa kegiatan ijtihad tidaklah sederhana, ia harus
dilakukan oleh orang-orang yang betul-betul memiliki kemampuan untuk
berijtihad
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik ijtihad mapun taklid sudah diamalkan oleh ummat Islam sejak
masamasa awal (zaman Nabi dan Sahabat). Dapat disimpulkan bahwa dalam
prakteknya. Irfani adalah model atas pendekatan dan pengalaman langsung (direct
experience) atas realitas spiritual keagamaan metodologi berpikir yang
didasarkan. Metoodologi berpikir yang tidak didasarkan atas teks maupun
pengalaman, melainkan atas dasar keruntutan logika, Bayani adalah sebuah model
metodologi berpikir berdasarkan teks. Metode ini menurut Al-Jabiri lahir sejak
sebelum Islam datang. Burhani adalah model metodologi berpikir yang tidak
didasarkan atas teks maupun pengalaman, melainkan atas dasar keruntutan logika.
B. Saran
Kami membuat makalah Fiqh Kontemporer yang berjudul “Ijtihad, Taqlid,
dan Talfiq” ini untuk pembelajaran bersama dan kami berharap juga makalah ini
menjadi masukan dan tambahan dalam memahami Ijtihad, Taqlid, Talfiq. Apabila
dosen pengampuh dan teman-teman menemukan kesalahan dan kurangnya
sempurna makalah kami, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kami mengucapkan banyak terimah
kasih kepada seluruh teman-teman dan dosen pengampuh yang telah membaca
makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Hosen, Ibrahim. 2004. Taklid dan Ijtihad. t.th: Artikel Yayasan Paramadina.
http://ahmadfuadhasan.blogspot.com/2011/06/ijtihad-taqlid-talfiq-dan-ittiba_
http://massukron.blogspot.com/2014/04/ijtihad-taklid-talfiq-dan-ittiba.html?m=1
https://www.kompasiana.com/kamilmohammed/5cbf4c85cc528367bb0810f4/ijtih
ad-madzhab-taqlid-dan-talfiq
10