Anda di halaman 1dari 7

PROFIL KESULITAN BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN

KELISTRIKAN SISWA SMA DI KOTA SEMARANG


Ani Rusilowati
Jurusan Fisika FMIPA UNNES
Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan kesulitan adalah Kemagnetan, Getaran-
profil kesulitan belajar Fisika, khususnya pokok bahasan Gelombang, dan Optik (Ani Rusilowati, 2007).
Kelistrikan yang dialami oleh siswa SMA di kota Pada penelitian ini, diagnosis kesulitan belajar
Semarang. Sampel penelitian adalah siswa SMA kelas Fisika difokuskan pada materi Kelistrikan.
X di kota Semarang, diambil secara cluster, dari SMA Kesulitan belajar didiagnosis dengan lima
negeri dan swasta peringkat I, II, dan III, sebanyak 214
pendekatan, yaitu tujuan pembelajaran,
siswa. Kesulitan belajar didiagnosis dengan lima
pendekatan, yaitu tujuan pembelajaran, pengetahuan
pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsi,
prasyarat, profil materi, miskonsepsi, dan pengetahuan dan pengetahuan terstruktur. Penyebab kesulitan
terstruktur. Kesulitan belajar Kelistrikan antara lain belajar Kelistrikan ditinjau dari penguasaan
disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep, konsep, kemampuan matematis, dan kemampuan
lemahnya kemampuan matematis, dan mengkonversi satuan. Penyebab kesulitan belajar
kekurangmampuan mengkonversi satuan. Penyebab dalam pengetahuan terstruktur ditinjau dari
kesulitan belajar dalam pengetahuan terstruktur adalah kemampuan: verbal, menggunakan skema,
rendahnya kemampuan: verbal, menggunakan skema, membuat strategi pemecahan masalah, dan
membuat strategi pemecahan masalah, dan membuat membuat algoritma.
algoritma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Permasalahan yang timbul berdasarkan latar
kesulitan belajar Kelistrikan rata-rata terjadi pada sub
pokok bahasan: Kuat Arus Listrik, Hukum Ohm,
belakang di atas adalah: Bagaimana profil
Hambatan Penghantar, Hukum Kirchof II, Energi & kesulitan belajar siswa SMA di kota Semarang
Daya Listrik, dan Transformator. Sebagian siswa masih dalam materi Kelistrikan?
mengalami miskonsepsi terhadap konsep Hukum Ohm
dan Hambatan Penghantar. Bagi siswa sekolah
Kesulitan Belajar
peringkat III mengalami kesulitan belajar di semua
aspek dan materi Kelistrikan Mata pelajaran Fisika menuntut
Kata kunci : profil, kesulitan belajar, kelistrikan intelektualitas yang relatif tinggi. Keterampilan
berpikir sangat diperlukan ketika mempelajari
Fisika, di samping keterampilan berhitung,
PENDAHULUAN memanipulasi dan observasi, serta keterampilan
merespon suatu masalah secara kritis (Mundilarto,
Pada tingkat SMA, hasil belajar Fisika
2002: 3-5). Sifat mata pelajaran Fisika salah
masih tergolong pada peringkat rendah. Hal ini
satunya adalah bersyarat, artinya setiap konsep
dapat dilihat dari hasil UAN dari tahun ke tahun.
baru ada kalanya menuntut prasyarat pemahaman
Meskipun pada tahun-tahun terakhir Fisika tidak
atas konsep sebelumnya. Oleh karena itu bila
termasuk dalam matapelajaran yang di ujikan
terjadi kesulitan belajar pada salah satu pokok
secara nasional, tetapi hasil rata-rata nilai Fisika
bahasan akan terbawa ke pokok bahasan
tetap tidak menggembirakan. Wacana mata
berikutnya, atau bila terjadi miskonsepsi akan
pelajaran Fisika akan diujikan secara nasional
terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya.
mendorong peneliti untuk menentukan profil
kesulitan siswa ketika mempelajari Fisika. Dengan Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena
diketahuinya letak kelemahan dan kekuatan siswa, faktor intelegensi yang rendah, tetapi juga oleh
guru akan terbantu dalam menentukan strategi faktor psikologi lain. Mengatasi kesulitan belajar
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan bukanlah sesuatu yang sederhana, tidak cukup
siswanya. Hasil penelitian terhadap penguasaan hanya dengan mengetahui taraf kecerdasan dan
konsep Fisika siswa SMA di kota Semarang, tahun kemandirian siswa saja, tetapi perlu menyediakan
2004, menunjukkan bahwa materi Kelistrikan prasarana yang memadai untuk penanganan
merupakan salah satu pokok bahasan yang belum remediasi. Penyelidikan-penyelidikan yang dapat
dikuasai oleh siswa (Murni Tuk Nugroho, 2004). dilakukan untuk mengetahui kesulitan belajar
Pokok bahasan lain yang berpotensi menimbulkan siswa, adalah dengan mengadakan observasi,

100 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, Juli 2006


interview, tes diagnostik, dan memanfaatkan Analisis mendalam terhadap kesulitan dalam
dokumentasi. pengetahuan terstruktur dilakukan berdasarkan
Pada penelitian ini penyelidikan terhadap ketetapan Depdiknas (2002: 33). Kesulitan
kesulitan belajar dilakukan dengan menggunakan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari
tes diagnostik yang telah dikembangkan kemampuan: bahasa (verbal), menggunakan
sebelumnya. Kesulitan dalam belajar Fisika dapat skema, membuat strategi, dan membuat algoritma.
diindikasi dari kemampuan siswa dalam Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai
memahami konsep dan kemampuan berpikir kemampuan menterjemahkan soal. Pada
memecahkan masalah/soal. Kesalahan memahami kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi
konsep timbul akibat kesalahan siswa dalam makna pertanyaan yang diajukan dalam soal.
mengkonstruk pengetahuannya. Moushivits & Setiap siswa harus mampu memahami setiap
Zaslavsky (1987: 3-14) mengemukakan bahwa pertanyaan dari kata kunci yang terdapat pada soal.
kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh: Kemampuan menggunakan skema
kesulitan bahasa, kesulitan memperoleh informasi diartikan sebagai kemampuan memahami konsep
tentang keruangan, kesulitan penguasaan atau prinsip yang dapat digunakan untuk
keterampilan, fakta, dan konsep prasyarat, menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk
kesulitan dalam asosiasi, dan kesulitan menerapkan menggunakan skema pengetahuan dalam
aturan atau strategi yang relevan. Depdiknas mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus
(2002) menyatakan bahwa kesulitan belajar dapat mengetahui prinsip atau aturan yang diperlukan
disebabkan oleh kelemahan siswa dalam: untuk menyelesaikan soal.
menguasai pengetahuan prasyarat, memahami Kemampuan membuat strategi dapat
konsep, mengoperasikan matematika, diartikan sebagai kemampuan merencanakan
menerjemahkan soal, merencanakan strategi pemecahan masalah. Siswa harus membuat cara
penyele-saian masalah dan menggunakan atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk
algoritma untuk menyelesaikan soal. menyelesaikan soal. Kemampuan membuat
Teknik diagnosis yang digunakan adalah algoritma menekankan pada penyelesaian atau
Analytic diagnosic. Teknik ini mendiagnosis letak pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki siswa kemampuan matematik (berhitung) yang tepat
ketika mempelajari materi Kelistrikan. Pendekatan untuk dapat membuat kesimpulan.
yang digunakan untuk mendiagnosis kesulitan
belajar mengikuti pendekatan yang ditetapkan oleh METODE PENELITIAN
Depdiknas (2002). Ada lima pendekatan yang
Lokasi penelitian di kota Semarang.
digunakan untuk menentukan kesulitan belajar,
Sampel penelitian adalah siswa SMA kelas X di
yaitu pendekatan berdasarkan: tujuan
kota Semarang. Sampel ditentukan secara cluster
pembelajaran, profil materi, prasyarat
sampling menurut peringkat sekolah. SMA dan
pengetahuan, miskonsepsi, dan pengetahuan
jumlah sampel yang terpilih sebagai sampel dapat
terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran
dilihat pada Tabel 1.
digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa
Metode pengumpulan data dilakukan
dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
dengan memberikan tes kepada subjek penelitian.
Pendekatan profil materi bertujuan untuk
Alat pengumpul data berupa tes diagnostik Fisika
mengetahui materi yang sudah dan belum dikuasai
tentang Kelistrikan.
oleh siswa. Pendekatan prasyarat pengetahuan
Teknik analisis data menggunakan teknik
digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa
analisis kualitatif, dibantu dengan paparan
dalam hal pengetahuan prasyarat untuk satu materi
kuantitatif berupa persentase.
pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi
pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih
Tabel 1. Sampel PenelitianberdasarkanPeringkatSekolah
dahulu materi prasyarat, baik berhubungan dengan
materi secara vertikal maupun horisontal. Nama Sekolah Jumlah Sampel
Pendekatan miskonsepsi digunakan untuk SMAN 3 Semarang 40
mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal SMAN 2 Semarang 40
kesalahan konsep yang dimiliki siswa
SMAN 6 Semarang 40
(misconception). Pendekatan pengetahuan
SMA K 40
terstruktur digunakan untuk mendiagnosis ketidak-
mampuan siswa dalam memecahkan permasalahan SMA P 28
yang berstruktur. SMA T U 26
Jumlah 214

Ani Rusilowati, Profil Kesulitan Belajar Fisika+ 101


HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
dirinci lebih lanjut letak kekuatan dan kelemahan
Letak Kesulitan Belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
Kelistrikan. Hasil analisis secara umum diperoleh
Analisis profil kesulitan belajar dapat
bahwa, hanya tiga dari 17 tujuan yang dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu berdasarkan kekuatan
dicapai secara tuntas oleh siswa SMA di kota
siswa dan kelemahan siswa. Rata-rata skor
Semarang. Tiga tujuan tersebut adalah membaca
dihitung menurut pendekatan diagnostik yang
dan memasang alat ukur listrik; menentukan kuat
digunakan. Profil kekuatan dan kelemahan siswa
arus pada rangkaian bercabang, dan menggunakan
dilihat dari persentase pencapaian batas skor dari
konsep susunan hambatan untuk menghitung
setiap pendekatan diagnostik. Siswa dikatakan kuat
besaran pada rangkaian listrik. Empat belas tujuan
apabila rata-rata persentase skor untuk setiap
yang lain belum tuntas dicapai oleh siswa. Jadi
pendekatan diagnostik sebesar 65% atau lebih. Bila
pencapaian tujuan secara umum hanya 18%. Bila
perolehan skor kurang dari 65%, maka siswa
ditinjau per peringkat sekolah, tujuan pembelajaran
dikatakan lemah.
yang dicapai oleh siswa dari sekolah peringkat I
Hasil analisis terhadap kekuatan dan kelemahan
adalah 83%. Sekolah peringkat II dapat mencapai
siswa pada materi Kelistrikan berdasarkan
68% tujuan pembelajaran dengan tuntas. Sekolah
pendekatan diagnostik, tujuan pembelajaran, dapat
peringkat III tidak dapat mencapai satu tujuan
dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis berdasarkan
pembelajaranpun.
pendekatan tes diagnostik yang lain dapat dilihat
Kelemahan sekolah peringkat I terletak
pada Tabel 3. Hasil-hasil ini merupakan analisis
pada pencapaian tujuan pembelajaran:
secara umum, untuk siswa SMA di kota Semarang.
menggunakan Voltmeter dan Amperemeter dalam
Hasil analisis terhadap persentase pencapaian
rangkaian; dan memahami Hukum Kirchoff II,
indikator pada materi Kelistrikan berdasarkan
untuk 2 loop. Sekolah peringkat II lemah pada
peringkat sekolah dapat dilihat pada Tabel 4.
pencapaian tujuan pembelajaran: Membaca dan

Tabel 2. Hasil Analisis Secara Umum Kekuatan dan Kelemahan Siswa Terhadap Meteri
Kelistrikan Berdasarkan Pendekatan Tujuan Pembelajaran

Pendekatan Tinjauan Pembelajaran Persentase Kategori


Diagnostik Pencapaian
Tujuan 1. Membaca dan memasang alat ukur listrik 70%
Pembelajaran 2. Menggunakan Voltmeter dan Amperemeter dalam rangkaian 16%
3. Merancang penggunaan alat ukur dalam rangkaian, 46%
ditunjukkan dengan gambar
4. Memahami kuat arus listrik 43%
5. Menjelaskan tentang hukum Ohm 26%
6. Menjelaskan kesebandingan perubahan kuat arus terhadap 6%
hambatan dan beda potensial
7. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan 37%
8. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hambat jenis 18%
suatu penghantar
9. Menghitung besarnya hambatan penghatar 56%
10. Menentukan kuat arus pada rangkaian bercabang 69%
11. Menghitung hambatan pengganti susunan hambatan 40%
12. Menggunakan konsep susunan hambatan untuk menghitung 71%
besaran pada rangkaian listrik
13. Memahami Hukum Kirchof II, untuk 1 loop 41%
14. Memahami Hukum Kirchof II, untuk 2 loop 40%
15. Menjelaskan tentang energi dan daya listrik 35%
16. Menyelesaikan soal-soal aplikasi energi dan daya listrik 39%
17. Memahami Transformator 28%

102 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, Juli 2006


Tabel 3. Hasil Analisis Secara Umum Kekuatan dan Kelemahan Siswa Terhadap

Pendekatan Persentase
Materi Kategori
Diagnostik Pencapaian
Profil Materi Alat Ukur Listrik 65% Kuat
Kuat Arus Listrik 37% Lemah
Hukum Ohm 57% Lemah
Hambatan Penghantar 25% Lemah
Hukum Kirchoff I 68% Kuat
Susunan Hambatan 71% Kuat
Hukum Kirchoff II 50% Lemah
Energi & Daya Listrik 42% Lemah
Transformator 37% Lemah
Prasyarat Hukum Kirchoff I 68% Kuat
Pengetahuan Susunan Hambatan 75% Kuat
Hukum Ohm 58% Lemah
Hukum Kirchoff II 50% Lemah
Miskonsepsi Hukum Ohm 67% Kuat
Hambatan Penghantar 38% Lemah
Pengetahuan Alat Ukur Listrik 46% Lemah
Terstruktur Hambatan Penghantar 18% Lemah
Susunan Hambatan 40% Lemah
Hukum Kirchoff II 40% Lemah
Energi & Daya Listrik 39% lemah

Tabel 4. Persentase Pencapaian indikator Berdasarkan Pendekatan diagnostik Menurut


Peringkat Sekolah
Pendekatan Diagnostik Persenatase Pencapaian dari Peringkat:
I II III
Tujuan Pembelajaran 83% 68% 0%
Profil Materi 100% 56% 0%
Prasyarat Pengetahuan 50% 25% 0%
Miskonsepsi 100% 70% 40%
Pengetahuan Terstruktur 100% 60% 0%

memasang alat ukur listrik; menggunakan Kirchoff II, Energi & Daya Listrik, dan
Voltmeter dan Amperemeter dalam rangkaian; Transformator. Untuk sekolah peringkat III seluruh
merancang penggunaan alat ukur dalam rangkaian, materi Kelistrikan belum dikuasai.
ditunjukkan dengan gambar; memahami Hukum Hasil analisis berdasarkan pengetahuan
Kirchof II, untuk 2 loop; dan menyelesaikan soal- prasyarat, secara umum siswa SMA di kota
soal aplikasi energi dan daya listrik. Sekolah Semarang telah menguasai 2 dari 4 materi
peringkat III lemah di semua tujuan pembelajaran. pengetahuan prasyarat. Dua materi tersebut adalah
Hasil analisis berdasarkan profil materi Hukum Kirchoff I dan Susunan Hambatan.
secara umum diperoleh bahwa tiga dari 9 sub Penguasaan pengetahuan prasyarat rata-rata baru
pokok bahasan telah dikuasai oleh siswa SMA di 25%. Bila ditinjau berdasarkan peringkat sekolah,
kota Semarang. Sub pokok bahasan tersebut adalah peringkat I telah menguasai pengetahuan prasyarat
Alat Ukur Listrik, Hukum Kirchoff I, dan Susunan sebayak 50%. Pengetahuan prasyarat yang belum
Hambatan. Jadi sub pokok bahasan yang dikuasai adalah Susunan Hambatan, dan Hukum
telah dikuasai siswa sebanyak 33 %. Bila ditinjau Kirchof II. Untuk sekolah peringkat II baru
berdasarkan peringkat sekolah, peringkai I telah menguasai pengetahuan prasyarat 25%, materi
menguasai semua (100%) materi Kelistrikan. yang belum dikuasai adalah Hukum Kirchoff I,
Untuk sekolah peringat II baru menguasai 56% Susunan Hambatan, dan Hukum Kirchof II. Untuk
dari materi Kelistrikan yang ada. Materi yang sekolah peringkat III, semua pengetahuan
belum dikuasai adalah: Kuat Arus Listrik, Hukum prasyarat belum dikuasai.

Ani Rusilowati, Profil Kesulitan Belajar Fisika+ 103


Hasil analisis berdasarkan pendekatan tuntas, kesulitan di seluruh profil materi,
miskonsepsi, secara umum miskonsepsi siswa pengetahuan prasyaratnya rendah, masih
terjadi pada sebagaian dari sub pokok bahasan mengalami miskonsepsi, dan tidak ada
Hukum Ohm sebesar 30%, dan Hambatan pengetahuan terstruktur yang dikuasai.
penghantar sebesar 50%. Bila ditinjau per
Penyebab Kesulitan Belajar Fisika
peringkat sekolah, peringkat I tidak mengalami
miskonsepsi. Siswa SMA peringkat II mengalami Di samping ditinjau dari pendekatan
miskonsepsi sebanyak 30% dari materi, dan diagnostik, kesulitan belajar Fisika dapat dianalisis
peringkat III mengalami miskonsepsi sebanyak dari pola jawaban salah yang dilakukan oleh siswa,
60% dari materi yang ada. Miskonsepsi terjadi dan analisis mendalam terhadap pengetahuan
pada penentuan grafik hubungan antara hambat terstruktur yang dimiliki siswa. Pada soal pilihan
jenis penghantar dengan panjang kawat atau ganda dari tes diagnostik Fisika, penentuan option
dengan luas penampang. Siswa juga menganggap jawaban salah sudah dirancang sedemikian
bahwa besar hambat jenis penghantar akan berubah sehingga dapat digunakan untuk mengungkap
jika panjang dan luas penampangnya berubah. kesalahan siswa. Kesalahan yang dapat diungkap
Hasil analisis secara umum menunjukkan adalah pemahaman konsep, kemampuan
bahwa rata-rata siswa SMA di kota Semarang matematis, dan kemampuan mengkonversi satuan.
belum tuntas dalam menyelesaikan masalah Pada Tabel 5 dipaparkan persentase jawaban untuk
dengan pengetahuan terstruktur. Bila ditinjau per mengungkap penyebab kesulitan belajar Fisika
peringkat sekolah, ketuntasan 100% dimiliki oleh siswa SMA di kota Semarang.
siswa dari sekolah peringkat I. Sekolah peringkat II
ketuntasannya hanya 60%, dan peringkat III tidak Tabel 5. Penyebab Kesuliatan Belajar Fisika
ada yang tuntas. Kelemahan yang dialami oleh Berdasarkan analisis jawaban Siswa SMA di
siswa dari sekolah peringkat II pada sub pokok Kota Semarang
bahasan Hukum Kirchof II, dan Energi & Daya
Listrik.
Penyebab Kesulitan Persentase jawaban
Berdasarkan analisis di atas dapat
Belajar Salah Benar
disimpulkan bahawa kesulitan belajar dapat
Pemahaman Konsep 40.63% 59.37%
diungkap dengan lima pendekatan diagnostik yaitu Penghitungan Matematis 40.50% 59.50%
tujuan pembelajaran, profil materi, pengetahuan Mengkonversi satuan 46.88% 53.12%
prasyarat, miskonsepsi, dan pengetahuan
terstruktur. Hasil analisis terhadap kesulitan belajar Persentase jawaban untuk mengungkap penyebab
dapat disimpulkan bahwa siswa SMA di kota kesulitan belajar menurut peringkat Sekolah dapat
Semarang masih mengalami kesulitan belajar dilihat pada Tabel 6.
Fisika materi kelistrikan, terlebih untuk SMA Hasil analisis menunjukkan bahwa secara
peringkat III. Bagi siswa dari sekolah peringkat I umum siswa SMA di kota Semarang lemah dalam
sebenarnya sudah tidak mengalami kesulitan penguasaan konsep, kemampuan matematis, dan
belajar Fisika materi Kelistrikan. Hal ini dapat mengkonversi satuan. Siswa yang lemah dalam
dilihat dari perolehan hasil ketuntasan di setiap penguasaan konsep sebanyak 49,63%. Siswa yang
pendekatan diagnostik yang digunakan. lemah dalam kemampuan matematis sebanyak
SMA peringkat II masih mengalami 40,5% dan yang bermasalah dengan konversi
sedikit kesulitan. Sebagian materi kelistrikan satuan sebanyak 46,8%.
belum dikuasai dengan baik, yaitu sub pokok Bila ditinjau per peringkat sekolah, maka
bahasan: Susunan hambatan, Hukum Kirchof II, hasil analisis dapat diuraikan sebagai berikut:
Energi & Daya Listrik, dan Tranformator. Di peringkat I, siswa yang mengalami kesulitan dalam
samping itu, siswa masih mengalami miskonsepsi penguasaan konsep dan mengkonversi satuan
pada sebagian materi Hukum Ohm dan Susunan masing-masing sebanyak 12,5%, sedangkan yang
Hambatan. Penguasaan pengetahuan prasyarat juga mengalami kesulitan dalam kemampuan matematis
masih lemah. Pengetahuan terstruktur masih lemah hanya 4,8%. Bagi peringkat II, yang mengalami
di sub pokok bahasan Hukum Kirchof II dan kesulitan dalam penguasaan konsep sebanyak
Energi & Daya Listrik. 32,5%; kemampuan matematis sebanyak 38,1%;
SMA peringkat III sangat mengalami dan kemampuan mengkonversi satuan sebanyak
kesulitan belajar Fisika. Hal ini dapat dilihat dari 50%. Bagi peringkat III, lebih dari 75% siswa
hasil analisis di setiap pendekatan diagnostik. mengalami kesulitan baik dalam penguasaan
Hampir semua pendekatan menunjukkan bahwa konsep, kemampuan matematis, maupun
ketercapaian tujuan pembelajaran tidak ada yang mengkonversi satuan.

104 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, Juli 2006


Tabel 6. Penyebab Kesulitan Belajar Fisika Berdasarkan Analisis Jawaban Menurut
Peringkat Sekolah

Peringkat Sekolah Penyebab Kesulitan Belajar Persentase Jawaban


Salah Benar
Pemahaman Konsep 12.5% 87.5%
Penghitungan Matematis 4.8% 95.2%
I Mengkonversi satuan 12.5% 87.5%
Pemahaman Konsep 32.5% 67.5%
II Penghitungan Matematis 38.1% 61.9%
Mengkonversi satuan 50.0% 50.0%
Pemahaman Konsep 77.5% 22.5%
III Penghitungan Matematis 76.2% 23.8%
Mengkonversi satuan 87.5% 12.5%

Kesulitan belajar berdasarkan analisis algoritma. Delapan belas koma dua puluh satu
mendalam terhadap pengetahuan terstruktur dapat persen mengalami kesulitan dalam membuat
diungkap dari kemampuan: verbal (bahasa), strategi dan algoritma. Dua puluh satu koma lima
menggunakan skema, membuat strategi, dan puluh satu persen mengalami kesulitan dalam
membuat algoritma. Rata-rata perolehan skor kemampuan membuat skema, strategi dan
pengetahuan terstruktur adalah 36,74% yang algoritma, sedang 29,61% lainnya lemah di semua
artinya lemah dalam kemampuan membuat strategi kemampuan. Bagi siswa SMA peringkat I, 41%
dan algoritme. telah menguasai seluruh kemampuan yang ada
Rata-rata persentase penguasaan per dalam pengetahuan terstruktur dan 10% belum
kemampuan dalam pengetahuan terstruktur dapat menguasai satu kemampuanpun. Peringkat II,
dilihat pada Tabel 7. siswa yang menguasai seluruh kemampuan dalam
Tabel 7. Persentase Pencapaian Kemampuan dalam
pengetahuan terstruktur sebanyak 13% dan 37%
Pengathuan Terstruktur Secara Umum belum menguasai satu kemampuanpun. Peringkat
III, siswa yang menguasai seluruh kemampuan
Kode Kemampuan Persentase Pencapaian dalam pengetahuan terstruktur sebanyak 1% dan
A 18.96% 57% tidak menguasai satu kemampuanpun.
B 11.70%
C 18.21%
D 21.51% KESIMPULAN
E 29.62% Kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan
hasil penelitian ini adalah: Kesulitan belajar Fisika
Persentase penguasaan per kemampuan dapat diungkap dari ketercapaian pendekatan
dalam pengetahuan terstruktur menurut peringkat diagnostik. Ada lima penedekatan yang dapat
sekolah dapat dilihat pada Tabel 8. digunakan, yaitu pendekatan: tujuan pembelajaran,
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa profil materi, pengetahuan prasyarat, miskonsepsi
hanya 18,96% siswa yang tidak mengalami dan pengetahuan terstruktur. Secara umum siswa
kesulitan di setiap kemampuan yang ada dalam SMA di kota Semarang masih mengalami kesulitan
pengetahuan terstruktur. Sebelas koma tujuh belajar Fisika khususnya materi Kelistrikan. Bila
persen masih mengalami kesulitan dalam membuat ditinjau per peringkat sekolah, maka siswa dari

Tabel 8. Persentase Pencapaian Kemampuan dalam Pengetahuan Terstruktur


Menurut Peringkat Sekolah

Peringkat Sekolah Persentase Pencapaian Berdasarkan Kode Kemampuan


E D C B A
I 10,0% 19,0% 19,0% 11,0% 41,0%
II 37,0% 21,0% 10,0% 19,0% 13,0%
III 57,0% 22,0% 17,0% 3,0% 1,0%

Ani Rusilowati, Profil Kesulitan Belajar Fisika+ 105


sekolah peringkat III sangat kesulitan, sedangkan Depdiknas. (2002). Pedoman pengembangan
siswa peringkat II sedikit kesulitan dan siswa
tes diagnostik matematika SLTP. Jakarta:
peringkat I sudah tidak mengalami kesulitan dalam
mempelajari Fisika materi Kelistrikan. Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Kesulitan belajar Kelistrikan disebabkan Movshovits, N. & Zastavsky, D. (1989). An
oleh rendahnya penguasaan konsep, lemahnya empirical classification model for error
kemampuan matematis, dan kekurangmampuan in hight school mathematics. Journal for
siswa dalam mengkonversi satuan. Di samping itu, Research in Mathematics Education 18,
rendahnya kemampuan-kemampuan seperti: 3-14.
verbal (menterjemahkan bahasa soal ke bahasa
matematis), menggunakan skema, membuat Mundilarto. 2002. Kapita Selekta Pendidikan
strategi, dan membuat algoritma juga menjadi Fisika. Yogyakarta: FMIPA Universitas
faktor penyebab kesulitan belajar Fisika, Negeri Yogyakarta.
khususnya Kelistrikan. Murni Tuk Nugroho. (2004). Pembuatan Tes
Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Listrik
Statis. Skripsi. Tidak diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Yeany, R.H. & Miller, P.A. (1993). Effect of
Ani Rusilowati. (2007). Diagnosis Kesulitan Belajar diagnostic/remidial instruction on
Fisika Siswa SD, SMP dan SMA dengan teknik
general diagnostic dan analytic diagnostik.
science learning: A meta analysis.
Prosiding Seminar Nasional 25 Agustus 2007. Journal for Research in Science
ISBN: 978-979-99314-2-9. Yogyakarta: UNY. Teaching 20, 19-26.

106 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, Juli 2006

Anda mungkin juga menyukai