Jurnal 1 PDF
Jurnal 1 PDF
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan kesulitan adalah Kemagnetan, Getaran-
profil kesulitan belajar Fisika, khususnya pokok bahasan Gelombang, dan Optik (Ani Rusilowati, 2007).
Kelistrikan yang dialami oleh siswa SMA di kota Pada penelitian ini, diagnosis kesulitan belajar
Semarang. Sampel penelitian adalah siswa SMA kelas Fisika difokuskan pada materi Kelistrikan.
X di kota Semarang, diambil secara cluster, dari SMA Kesulitan belajar didiagnosis dengan lima
negeri dan swasta peringkat I, II, dan III, sebanyak 214
pendekatan, yaitu tujuan pembelajaran,
siswa. Kesulitan belajar didiagnosis dengan lima
pendekatan, yaitu tujuan pembelajaran, pengetahuan
pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsi,
prasyarat, profil materi, miskonsepsi, dan pengetahuan dan pengetahuan terstruktur. Penyebab kesulitan
terstruktur. Kesulitan belajar Kelistrikan antara lain belajar Kelistrikan ditinjau dari penguasaan
disebabkan oleh rendahnya penguasaan konsep, konsep, kemampuan matematis, dan kemampuan
lemahnya kemampuan matematis, dan mengkonversi satuan. Penyebab kesulitan belajar
kekurangmampuan mengkonversi satuan. Penyebab dalam pengetahuan terstruktur ditinjau dari
kesulitan belajar dalam pengetahuan terstruktur adalah kemampuan: verbal, menggunakan skema,
rendahnya kemampuan: verbal, menggunakan skema, membuat strategi pemecahan masalah, dan
membuat strategi pemecahan masalah, dan membuat membuat algoritma.
algoritma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Permasalahan yang timbul berdasarkan latar
kesulitan belajar Kelistrikan rata-rata terjadi pada sub
pokok bahasan: Kuat Arus Listrik, Hukum Ohm,
belakang di atas adalah: Bagaimana profil
Hambatan Penghantar, Hukum Kirchof II, Energi & kesulitan belajar siswa SMA di kota Semarang
Daya Listrik, dan Transformator. Sebagian siswa masih dalam materi Kelistrikan?
mengalami miskonsepsi terhadap konsep Hukum Ohm
dan Hambatan Penghantar. Bagi siswa sekolah
Kesulitan Belajar
peringkat III mengalami kesulitan belajar di semua
aspek dan materi Kelistrikan Mata pelajaran Fisika menuntut
Kata kunci : profil, kesulitan belajar, kelistrikan intelektualitas yang relatif tinggi. Keterampilan
berpikir sangat diperlukan ketika mempelajari
Fisika, di samping keterampilan berhitung,
PENDAHULUAN memanipulasi dan observasi, serta keterampilan
merespon suatu masalah secara kritis (Mundilarto,
Pada tingkat SMA, hasil belajar Fisika
2002: 3-5). Sifat mata pelajaran Fisika salah
masih tergolong pada peringkat rendah. Hal ini
satunya adalah bersyarat, artinya setiap konsep
dapat dilihat dari hasil UAN dari tahun ke tahun.
baru ada kalanya menuntut prasyarat pemahaman
Meskipun pada tahun-tahun terakhir Fisika tidak
atas konsep sebelumnya. Oleh karena itu bila
termasuk dalam matapelajaran yang di ujikan
terjadi kesulitan belajar pada salah satu pokok
secara nasional, tetapi hasil rata-rata nilai Fisika
bahasan akan terbawa ke pokok bahasan
tetap tidak menggembirakan. Wacana mata
berikutnya, atau bila terjadi miskonsepsi akan
pelajaran Fisika akan diujikan secara nasional
terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya.
mendorong peneliti untuk menentukan profil
kesulitan siswa ketika mempelajari Fisika. Dengan Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena
diketahuinya letak kelemahan dan kekuatan siswa, faktor intelegensi yang rendah, tetapi juga oleh
guru akan terbantu dalam menentukan strategi faktor psikologi lain. Mengatasi kesulitan belajar
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan bukanlah sesuatu yang sederhana, tidak cukup
siswanya. Hasil penelitian terhadap penguasaan hanya dengan mengetahui taraf kecerdasan dan
konsep Fisika siswa SMA di kota Semarang, tahun kemandirian siswa saja, tetapi perlu menyediakan
2004, menunjukkan bahwa materi Kelistrikan prasarana yang memadai untuk penanganan
merupakan salah satu pokok bahasan yang belum remediasi. Penyelidikan-penyelidikan yang dapat
dikuasai oleh siswa (Murni Tuk Nugroho, 2004). dilakukan untuk mengetahui kesulitan belajar
Pokok bahasan lain yang berpotensi menimbulkan siswa, adalah dengan mengadakan observasi,
Tabel 2. Hasil Analisis Secara Umum Kekuatan dan Kelemahan Siswa Terhadap Meteri
Kelistrikan Berdasarkan Pendekatan Tujuan Pembelajaran
Pendekatan Persentase
Materi Kategori
Diagnostik Pencapaian
Profil Materi Alat Ukur Listrik 65% Kuat
Kuat Arus Listrik 37% Lemah
Hukum Ohm 57% Lemah
Hambatan Penghantar 25% Lemah
Hukum Kirchoff I 68% Kuat
Susunan Hambatan 71% Kuat
Hukum Kirchoff II 50% Lemah
Energi & Daya Listrik 42% Lemah
Transformator 37% Lemah
Prasyarat Hukum Kirchoff I 68% Kuat
Pengetahuan Susunan Hambatan 75% Kuat
Hukum Ohm 58% Lemah
Hukum Kirchoff II 50% Lemah
Miskonsepsi Hukum Ohm 67% Kuat
Hambatan Penghantar 38% Lemah
Pengetahuan Alat Ukur Listrik 46% Lemah
Terstruktur Hambatan Penghantar 18% Lemah
Susunan Hambatan 40% Lemah
Hukum Kirchoff II 40% Lemah
Energi & Daya Listrik 39% lemah
memasang alat ukur listrik; menggunakan Kirchoff II, Energi & Daya Listrik, dan
Voltmeter dan Amperemeter dalam rangkaian; Transformator. Untuk sekolah peringkat III seluruh
merancang penggunaan alat ukur dalam rangkaian, materi Kelistrikan belum dikuasai.
ditunjukkan dengan gambar; memahami Hukum Hasil analisis berdasarkan pengetahuan
Kirchof II, untuk 2 loop; dan menyelesaikan soal- prasyarat, secara umum siswa SMA di kota
soal aplikasi energi dan daya listrik. Sekolah Semarang telah menguasai 2 dari 4 materi
peringkat III lemah di semua tujuan pembelajaran. pengetahuan prasyarat. Dua materi tersebut adalah
Hasil analisis berdasarkan profil materi Hukum Kirchoff I dan Susunan Hambatan.
secara umum diperoleh bahwa tiga dari 9 sub Penguasaan pengetahuan prasyarat rata-rata baru
pokok bahasan telah dikuasai oleh siswa SMA di 25%. Bila ditinjau berdasarkan peringkat sekolah,
kota Semarang. Sub pokok bahasan tersebut adalah peringkat I telah menguasai pengetahuan prasyarat
Alat Ukur Listrik, Hukum Kirchoff I, dan Susunan sebayak 50%. Pengetahuan prasyarat yang belum
Hambatan. Jadi sub pokok bahasan yang dikuasai adalah Susunan Hambatan, dan Hukum
telah dikuasai siswa sebanyak 33 %. Bila ditinjau Kirchof II. Untuk sekolah peringkat II baru
berdasarkan peringkat sekolah, peringkai I telah menguasai pengetahuan prasyarat 25%, materi
menguasai semua (100%) materi Kelistrikan. yang belum dikuasai adalah Hukum Kirchoff I,
Untuk sekolah peringat II baru menguasai 56% Susunan Hambatan, dan Hukum Kirchof II. Untuk
dari materi Kelistrikan yang ada. Materi yang sekolah peringkat III, semua pengetahuan
belum dikuasai adalah: Kuat Arus Listrik, Hukum prasyarat belum dikuasai.
Kesulitan belajar berdasarkan analisis algoritma. Delapan belas koma dua puluh satu
mendalam terhadap pengetahuan terstruktur dapat persen mengalami kesulitan dalam membuat
diungkap dari kemampuan: verbal (bahasa), strategi dan algoritma. Dua puluh satu koma lima
menggunakan skema, membuat strategi, dan puluh satu persen mengalami kesulitan dalam
membuat algoritma. Rata-rata perolehan skor kemampuan membuat skema, strategi dan
pengetahuan terstruktur adalah 36,74% yang algoritma, sedang 29,61% lainnya lemah di semua
artinya lemah dalam kemampuan membuat strategi kemampuan. Bagi siswa SMA peringkat I, 41%
dan algoritme. telah menguasai seluruh kemampuan yang ada
Rata-rata persentase penguasaan per dalam pengetahuan terstruktur dan 10% belum
kemampuan dalam pengetahuan terstruktur dapat menguasai satu kemampuanpun. Peringkat II,
dilihat pada Tabel 7. siswa yang menguasai seluruh kemampuan dalam
Tabel 7. Persentase Pencapaian Kemampuan dalam
pengetahuan terstruktur sebanyak 13% dan 37%
Pengathuan Terstruktur Secara Umum belum menguasai satu kemampuanpun. Peringkat
III, siswa yang menguasai seluruh kemampuan
Kode Kemampuan Persentase Pencapaian dalam pengetahuan terstruktur sebanyak 1% dan
A 18.96% 57% tidak menguasai satu kemampuanpun.
B 11.70%
C 18.21%
D 21.51% KESIMPULAN
E 29.62% Kesimpulan yang dapat dibuat berdasarkan
hasil penelitian ini adalah: Kesulitan belajar Fisika
Persentase penguasaan per kemampuan dapat diungkap dari ketercapaian pendekatan
dalam pengetahuan terstruktur menurut peringkat diagnostik. Ada lima penedekatan yang dapat
sekolah dapat dilihat pada Tabel 8. digunakan, yaitu pendekatan: tujuan pembelajaran,
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa profil materi, pengetahuan prasyarat, miskonsepsi
hanya 18,96% siswa yang tidak mengalami dan pengetahuan terstruktur. Secara umum siswa
kesulitan di setiap kemampuan yang ada dalam SMA di kota Semarang masih mengalami kesulitan
pengetahuan terstruktur. Sebelas koma tujuh belajar Fisika khususnya materi Kelistrikan. Bila
persen masih mengalami kesulitan dalam membuat ditinjau per peringkat sekolah, maka siswa dari