Anda di halaman 1dari 2

Salah satu fenomena sosial yang sampai menciptakan disintegrasi bangsa adalah demontrasi 98.

Pada
saat itu pemerintah Orde Baru dibrontak oleh semua lapisan masyarakat Indonesia, terutama
mahasiswa. Kondisi tersebut dikarenakan , pemerintah Orba sangat otoriter, sehingga banyak sekali
kejadian yang tidak dapat diketahui publik. Praktek Korupsi, kolusi, dan nepotisme menjalar di semua
tingkat pemerintahan. Pembangunan sangat tersentralistik, sehingga terjadi krisis ekonomi (moneter)
pada tahun tersebut.

Puluhan BUMN terjual guna membayar hutang negara yang semakin tinggi. Banyak aktivis demokrasi
yang diculik dan dihilangkan, dan beberapa kasus pelanggaran HAM lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Penyelesaian kasus pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) masa lalu
perlu didorong penyelesaiannya demi keadilan bagi keluarga korban. Hal tersebut disampaikan Ketua
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman saat audiensi dengan Aliansi korban pelanggaran HAM
di Komplek Parlemen Senayan, Kamis (11/2).

Tragedi 1998 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban pelanggaran HAM. Pada tragedi
trisakti 12 mei 1998, tercatat empat tewas, kemudian tragedi semanggi satu korban, meninggal 17
orang. Sedangkan tragedi semanggi II menelan korban delapan tewas.

Menurut Irman, ia akan berusaha serta berkordinasi dengan alat kelengkapan DPD sehingga bisa
mendapatkan jalan keluar bagi kasus tersebut.

"Saya sangat berharap bersama-sama dengan keluarga korban kita bisa memberikan kontribusi yang
baik bagi penyelesaian kasus ini, nanti kami akan koordinasikan dengan komite DPD yang membidangi
tentang HAM agar ada jalan keluar dan jika diperlukan nanti bisa dirumuskan bersama dengan ibu dan
keluarga korban," katanya.

"Ini sudah menjadi agenda negara dan Presiden sudah mengatakan kepada saya bahwa untuk
menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu itu. Nah, pertemuan kita hari ini merupakan tindak
lanjut pertemuan dengan presiden dengan Ketua Lembaga Negara pada tanggal 19 Januari 2016. Saya
berupaya agar Indonesia tidak dihantui oleh kasus pelanggaran HAM di masa depan, dan saya berharap
tidak ada lagi ganjalan dan pemikiran bahwa negara mengabaikan permasalahan ini," kata Irman
menambahkan.
Terkait dengan agenda mempertemukan keluarga korban dengan presiden, Irman menyampaikan hal
tersebut menyesuaikan dengan jadwal presiden.

"Saat ini kita upayakan dulu agar rumusan dan pandangan kita siapkan bersama pimpinan DPD yang lain,
alat kelengkapan DPD dan tim ahli agar nanti kita bisa sampaikan ke Presiden bersama rekan-rekan
aktivis HAM kita akan bahas rumusannya seperti apa, dan nanti baru kita akan agendakan pertemuan
dengan presiden, sehingga bisa mendapatkan formula yang tepat dan komprehensif," kata Irman.

Untuk itu, Irman melanjutkan, DPD optimis penuntasan kasus HAM, karena Jokowi dan dirinya sebagai
pimpinan DPD RI tidak mempunyai beban masa lalu. "Kita upayakan mengundang pakar hukum seperti
Todung Mulya Lubis, Albert Hasibuan dan lain-lain untuk merumuskan penyelesaian HAM berat itu,"
katanya.

Menurut Irman, semangatnya dalam penyelesaian kasus HAM tersebut adalah untuk meningkatkan
kualitas demokrasi dan HAM sendiri. Mengingat kualitas demokrasi itu antara lain pemilihan secara
langsung, penegakan hukum, birokrasi yang bersih, budaya politik yang partisipatif, dan menjunjung
tinggi HAM.

Anda mungkin juga menyukai