Dosen pengampu :
Drs.Irzal Anderson,M.Si
Di Susun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
Analisis tentang sistem perwakilan (DPR) Indonesia yg terjadi pada saat 2 fraksi menolak UU
Omnibuslaw yaitu Fraksi PKS yg menolak sejak awal pembahasan RUU tsb dan Fraksi
Demokrat yang Walk Out
Menurut Azis, total anggota DPR yang hadir dalam rapat paripurna tersebut adalah sebanyak
318 dari 575 anggota dewan, baik secara fisik maupun virtual Supratman mengatakan
pembahasan RUU Cipta Kerja dilakukan sebanyak 64 kali pertemuan, yaitu terdiri atas 2 kali
rapat kerja, 56 kali rapat panja, dan 6 kali rapat Tim Perumus (Timus) dan Tim Sinkronisasi
(Timsin). Ia menyebut pembahasan ini dilakukan mulai dari Senin hingga Minggu, dari pagi
hingga malam, bahkan saat masa reses. RUU Cipta Kerja yang terdiri atas 15 bab dan 174 pasal
ini disusun dengan metode omnibus law. Oleh karena itu, pengesahan RUU Cipta Kerja tersebut
akan berdampak terhadap 1.203 pasal dari 79 UU yang terkait dan terbagi dalam 7.197 daftar
inventarisasi masalah. Supratman mengatakan pembahasan RUU ini dilakukan secara intensif,
dimulai dari tanggal 20 April hingga persetujuan pada 3 Oktober lalu.
Kemudian, tawaran kedua, pandangan-pandangan fraksi akan dapat disampaikan
setelah pemaparan Airlangga. Interupsi pun diajukan anggota Fraksi Partai Demokrat, Benny K.
Harman. "Sesuai dengan mekanisme, sesuai dengan undang-undang, sesuai dengan konvensi
yang berlaku di dewan dan apa yang telah disepakati. Kami mohon biarkan kesempatan
diberikan kepada fraksi-fraksi untuk menyampaikan pandangan dan sikapnya," kata Benny. "Ini
RUU yang kami anggap sangat penting dan juga ingin supaya publik tahu paling tidak mengapa
fraksi kami menyatakan penolakannya terhadap RUU ini. Setelah itu, Menko mewakili Presiden
berkenan menyampaikan pandangan dan sikapnya," lanjutnya. Namun, usul tersebut tidak
langsung disetujui oleh sejumlah peserta dan pimpinan rapat. "Kami tahu majority pasti
menghendaki menyetujui kehendak penguasa. Semua sudah tahu itu, tetapi kami punya hak
juga untuk menyampaikan sikap dan pandangan kami. Kasih kami kesempatan untuk
membacakan sikap kami. Supaya publik tahu penolakan kami," ujar Benny. Setelah itu,
pimpinan dan peserta rapat pun menyepakati penyampaian pandangan oleh setiap fraksi
selama 5 menit.
Marwan Cik Asan, yang mewakili Partai Demokrat mengungkapkan pembahasan RUU
Cipta Kerja terlalu cepat dan terburu-buru, sehingga pembahasan pasal per pasal tidak
mendalam. "RUU Cipta Kerja harus bersifat jangka panjang," tegasnya. Ia menyebut RUU ini
berpotensi meminggirkan kepentingan pekerja dan mengesampingkan Pancasila sila ke-5. "Oleh
karenanya, Fraksi Partai Demokrat menolak RUU Cipta Kerja dan harus dibahas ulang dan
mendalam," lanjutnya. Penolakan juga disampaikan oleh perwakilan PKS, Amin AK. "Secara
substansi, Fraksi PKS menilai beberapa hal dalam RUU Cipta Kerja bertentangan dengan
konstitusi," jelas Amin. Ia mengungkapkan RUU Cipta Kerja memuat substansi liberalisasi
sumber daya alam dan substansi yang merugikan tenaga kerja.