Anda di halaman 1dari 3

Sosiologi pendidikan berawal dari ilmu sosiologi umum atau sosiologi mikro (micro sociology) yang

muncul pada abad ke-18. Ilmu sosiologi mulai melepaskan diri dari ilmu filsafar dan berdiri sendiri sejak
abad ke-19. Istilah sosiologi pertama kali digunakan August Comte 1798~ 1857) dalam bukunya Cour de
Phillosophie Positive. Sosiologi berasal ~an kata "socious" dan "logos". Socious berasal dari bahasa Latin
yang artmya "teman", sedangkan logos berasal dari hahasa Yunani yang artinya "kata, perkataan atau
pembicaraann. Jadi sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan. pada awal abad ke-19, hingga dewasa ini,
ilmu sosiologi telah 1nengalami perubahan yang terus-menerus i1mu yang oleh Auguste Comte disebut
dengan "social physics" yang kemudian dik-enal dengan sosiologi (sociology). Sosiologi terus
berkembang seiring dengan perubahan yang timbul di masyarakat. Pada awalnya ahli pendidikan sosial
memandang pendidikan sosial sebagai bidang studi yang memberikan dasar bagi kemajuan sosial dan
pemecahan masalah sosial. Pendidikan dianggap sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat.
Pendidikan dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang lebih tinggi.

Sosiologi pendidikan berbeda dengan teknologi pendidikan, walaupun dapat membantu untuk lebih
memahami masalah pendidikan. Para pendidik diharapkan dapat mengenal proses sosial dan pola-pola
sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan. Sehingga dapat diperoleh adanya pengetahuan umum
tentang interaksi sosial dalam sistem pendidikan.

pada 1896,John Dewey (1859-1952) membuka Laboratory School untuk mengembangkan pengalaman
belajar di kelas dan di sekolah sebagai suatu bentuk kehidupan yang bisa menumbuhkan semangat
sosial, semangat saling membantu dan bergotong royong. Untuk itu, beberapa upaya harus di lakukan
supaya sekolah menjadi lebih dekat hubungannya, baik di lingkungan anak-anak maupun di lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Selama awal perkembangan sosiologi pendidikan pada abad ke-20 (pada mulanya dinamakan
Educational Sociolgy dan belakangan ini menjadi Sociology of Education). Sejumlah buku teks
bermunculan, seperti An Introduction to Educational Sociology (E. G Smith, W. R. Houghton Mifflin,
1917, edisi revisinya 1929), Foundations of Educational Sociology, (Peters, C. C, Macmillan, NY, 1924,
edisi revisinya 1930), The Sociology of Teaching (Willard W. Waller, J. Willey, NY, 1932, dicetak kembali
oleh Russell and Russell pada 1961) dan masih terdapat yang lainnya. Selanjutnya, di Inggris
Perkembangan Sosiologi Pendidikan telah dimulai dengan diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur
London University Institute of Education, 193 7. Clarke menyadari kontribusi yang mungkin dan dapat
diberikan sosiologi kepada pengembangan pemikiran pendidikan. Terutama Clarke, begitu yakin bahwa
pendidikan harus direncanakan sebagaimana terdapat pada bukunya yang berjudul Education and Social
Change. Begitu juga, Mannheim menetap di London dan menjadi dosen sosiologi pada Fakultas Ekonomi
London.

Perkembangan disiplin sosiologi pendidikan dimulai dari Lester F. Ward yang dianggap sebagai pencetus
gagasan timbulnya studi baru ini. Sedangkan pelopor sosiologi pendidikan dalam arti formal ialah John
Dewey yang menerbitkan buku School and Society (1899). Dalam buku ini beliau menekankan
pendapatnya mengenai sekolah sebagai institusi sosial. Lebih-lebih karyanya yang terkenal yaitu:
Democracy and Educational (1916), lebih mendorong timbulnya sosiologi pendidikan. Sosiologi
pendidikan sebagai mata kuliah pertama kali diberikan oleh Henry Suzzalo (1910) di Teacher College,
Universitas Columbia. Baru pada 1917 terbit textbook Sosiologi Pendidikan yang pertama kali karya
Walter R. Smith dengan judul Introduction to Educational Sociology. Pada 1916 di Universitas New York
dan Columbia didirikan Jurusan Sosiologi Pendidikan. Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan
dibentuk pada kongres himpunan sosiologi Amerika (1923), dan selanjutnya diterbitkan buku tahunan
sosiologi pendidikan.

sosiologi pendidikan merupakan spesialisasi daripada psikologi pendidikan di dalam situasi sosial, dalam
kondisi kelompok. Atau, dapat dikatakan bahwa sosiologi pendidikan mempersoalkan perilaku atau
kepribadian yang ditentu~an oleh kebudayaan. Sebagai the science of social control, psikologi
pendidikan mempersoalkan proses belajar, as between the situation response mechanism. Seterusnya
bahwa sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan sebagai complementair dalam usaha menelaah
pertumbuhan dan perkembangan anak didik ke arah pembinaan kepribadian yang dicita-citakan pada
tujuan pendidikan. Sosiologi pendidikan juga merupakan perpaduan antara psikologi pendidikan yang
banyak menggunakan prinsip psikologi sosial dengan implikasi psikologi pendidikan dalam kehidupan
kelompok.

C. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan

Objek penelitian Sosiologi adalah tingkah laku individu dan kelompok. Sudut pandangnya memandang
hakikat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Seclangkan susunan pengetahuannya terdiri
dari konsep dan prinsip mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Objek penelitian sosiologi pendidikan adalah perilaku sosial, yaitu perilaku manusia dan institusi sosial
yang terkait clengan pendidikan. Perilaku itu hanya dapat dimengerti dari tujuan, cita-cita atau nilai-nilai
yang dikejar. Seperti dalam terminologi sosiologi, sosiologi pendidikan berbicara tentang pandangan
tentang kelas, sekolah, keluarga, masyarakat desa, kelompok masyarakat dan sebagainya, masing-
masing terangkum dalam wilayah suatu sistem sosial.

s. Nasution (2009) mengatakan bah~a sosiologi pendidikan ada{~ ilmu yang berusaha untuk mengetahu1
cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individ u.
Dari beberapa pengertian telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep tentang tujuan
sosiologi pendidikan. Pertama, sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik
dalam keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam
keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cenderung menjadi manusia yang religius. Anak yang
terdidik dalam keluarga intelektual akan cenderung memilih/mengutamakan jalur intelektual, dan
sebagainya.

Kedua, sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Misalnya
dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula
(serta penghasilan yang lebih tinggi, guna menambah kesejahteraan sosial).

Ketiga, sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pen-didikan dalam masyarakat. Misalnya,
perguruan tinggi bisa didirikan di tin~at provinsi atau minimal kabupaten yang cukup dengan adanya
ammo mahasiswa serta tersedianya dosen berkualitas. Keempat, sosiologi pendidikan bertujuan
menganalisis partisipasi orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan/akuvitas warga
yang berpendidikan/intelektual sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembang kehidupan
masyarakat.

Kelima, sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Di Indonesia,


Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk
menentukan tujuan pendidikan nasional serta tujuan pendidikan lain. Keenam, sosiologi pendidikan
bertujuan memberi kepada pendidik (termasuk para peneliti dan mereka yang terkait dalam bidang
pendidikan) dengan latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangan
solusi kepada masalah pendidikan.

Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam
pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrumen dalam
berinteraksi , berkomunikasi dalam masyarakat. Pada sisi lain, sosiologi pendidikan memberikan
penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masya-rakat, sehingga setiap individu sebagai anggota
masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang
muncul dalam masyarakat. Dengan demikian, sosiologi pendidikan bermanfaat bagi pendidik, selain
berharga untuk menganalisis pendidikan, bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di
sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah sosial dalam
pendidikan, melainkan masalah lain, seperti tujuan pendidikan, kurikulum, strategi belajar, sarana
belajar, dan sebagainya.

Pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia, sehin~g_a manusia Indonesia memiliki


kemampuan mengembangkan din, meningkatkan mutu kehidupan, meningkatkan martabat dalam r~g:
mencapai tujuan nasional. Upaya pencapaian tujuan pendidikan nas100 adalah untuk menciptakan
masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang berperadaban yang menunjung tinggi nilai-nilai
kemanu_siaa~, yang sadar akan hak dan kewajibannya, demokratis, bertanggung Jawa / berdisiplin,
menguasai sumber informasi dalam bidang iptek dan seni, budaya dan agama.

Anda mungkin juga menyukai