NIM : 1900021
KELAS : D3-3A
KELOMPOK : 1 (Satu)
ANNISA SHAFIRA
DEAN PRATAMA
REZA AFDA
T.A 2020/2021
luthfinaura@stifar-riau.ac.id / luthfinauras@gmail.com
No HP 082268474063
OBJEK 2
I. TUJUAN
1. Pengenalan metoda pemisahan parasetamol dengan KLT
2. Analisis parasetamol secara KLT
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan satu dari banyak teknik kromatografi
yang sering digunakan untuk menganalisis bahan analgesik. Dasar pemisahan pada
KLT adalah perbedaan kecepetan migrasi diantar fasedian yang berupa padatan
(alumina, silika gel, atau selulosa) dan fase gerak yang merupakan campuran solven
(eluen) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. KLT
menggunakan parameter karakteristik faktor retardasi (Rf) untuk menganalisis baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Nilai Rf merupakan parameter karakteristik suatu
senyawa sehingga secara kualitatif senyawa dapat diidentifikasi dari nilai Rf (Fatah,
1987).
Fase gerak pada KLT biasanya dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering
dipilih dengan trial dan error. Sitem yang paling sederhana adalah sistem dua pelarut
organik karena daya elusi campuran dari dua pelarut ini dapat dengan mudah diatur
sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah
kriteria yang harus dipenuhi oleh fase gerak ialah :
1. Fase gerak harus memiliki kemurniaan yang sangat tinggi karena KLT sangat
sensitif
2. Daya elusi fase gerak harus diatur agar harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk
pemisahan yang maksimal
3. Untuk pemisahan senyawa yang polar yang biasanya fase diamnya berupa silika
gel, maka polaritas dari fase gerak sangat menentukan kecepatan elusi atau
pengembangan yang berarti juga akan menentukan nilai Rf (Stahl, 1985).
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus nonpolar dan mudah
menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengorek lapisan vertikal
searah gerakan pelarut. Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi lapis tipis
(KLT) karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan pengadsorbsi. Semua
teknik yang dipakai kromatografi lapis tipis (KLT) juga dapat digunakan untuk
kromatografi lapis tipis ( Khopkar, 2010).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena
kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran.Untuk memperoleh materi
murni dari suatu campuran maka harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik pemisahan
dapat diterapkan untuk memisahkan campuran ( Hendayana, 2010).
V. PROSEDUR KERJA
a) Persiapan larutan baku paracetamol
Timbang paracetamol murni 100 mg
Larutkan dengan NaOH dalam labu ukur
Kocok sampai larut
Ambil 1 ml dari larutan induk
Buat pengenceran (konsentrasi 10%, 1%) dengan cara mengambil 1 ml
larutan induk dan di encerkan dengan NaOH dalam labu ukur 10 ml.
b) Persiapan larutan sampel
Timbang tara tablet paracetamol 100 mg
Gerus tablet paracetamol
Timbang 78,2 mg dari tablet paracetamol yang digerus
Larutkan dengan NaOH dalam labu ukur 10 ml
Kocok sampai larut
Ambil 1 ml dari larutan induk
Buat pengenceran (konsentrasi 10%, 1%, 0,1%, 0,01%, 0,001%)
dengan cara mengambil 1 ml larutan induk.
VI. HASIL
Diketahui :
Jarak noda standar = 2,1
Jarak noda sampel = 2
Jarak eluen =4
Ditanya : RF……?
Jawab :
Jarak noda 2
RF sampel = = = 0,5
Jarak eluen 4
Jarak standar 2,1
RF standar = = = 0,525
Jarak eluen 4
Jadi, sampel tersebut mengandung paracetamol.
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa apa saja yang
terkandung pada paracetamol dan dapat memilih fase gerak yang sesuai untuk
pemisahan senyawa dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT).
Kromatografi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan suatu senyawa
menjadi beberapa komponen dengan menggunakan dua fase yaitu fase gerak dan fase
diam. Pada KLT, digunakan fase diam berupa lapisan tipis yang berada pada
permukaan datar diatas pendukung yang sesuai, biasanya digunakan silika yang mana
sifatnya polar, sedangkan pada fase gerak berupa cairan yang mana akan menaiki fase
diam.
Sampel yang sudah ditimbang dan dilarutkan dengan pelarut berupa etanol.
Digunakannya etanol, karena sampel dapat larut dengan baik dalam etanol. Setelah
dilarutkan, sampel disaring dengan menggunakan kertas saring, tujuan penyaringan
ini yaitu untuk mendapatkan larutan jernih dari sampel sehingga bisa ditotolkan pada
fase diam. Sebelum dilakukan pengembangan sampel, maka chamber terlebih dahulu
dijenuhkan dengan fase gerak. Tujuan penjenuhan ini agar sampel maupun
pembanding dapat dipartisi dengan mudah oleh eluen.
Setelah chamber dijenuhkan, dilakukan penotolan sampel pada fase diam.
Pemisahan yang optimal apabila penotolan sampel dilakukan sekecil dan sesempit
mungkin, karena jika terlalu banyak dan lebar maka resolusi akan turun. Selain itu
jika penotolan dilakukan pada tempat yang salah, maka akan menimbulkan bercak
yang menyebar dan puncak ganda..
Sampel yang telah ditotolkan pada fase diam kemudian dilakukan pengembangan
pada chamber yang telah dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase gerak. Teknik
pengembangan pada KLT dibagi menjadi dua yaitu pengembangan menaik dan
pengembangan menurun..
Setelah diamati dibawah radiasi sinar UV, jika lokasi noda sampel sama dengan
jarak noda pembanding dan nilai RF nya tidak jauh berbeda, maka dapat diketahui
bahwa sampel yang digunakan memang mengandung paracetamol. Pengukuran RF
berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut. Semakin besar nilai RF sampel
maka semakin besar jarak bergeraknya senyawa pada plat KLT.