SW
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
AIDS berasal dari kata acquired yang artinya didapat atau bukan penyakit keturunan, immune berarti
sistem kekebalan tubuh, deficiency atau kekurangan dan syndrome yang berarti kumpulan gejala-gejala
penyakit. Jadi, dari kata-kata tersebut dapat diartikan bahwa AIDS adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus
(HIV).(Sudoyo,2006)
Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh Toxoplasma
gondii. Toxsoplasma adalah parasit protozoa dengan sifat alami dengan perjalanannya dapat akut atau
menahun, juga dapat menimbulkan gejala simtomatik maupun asimtomatik. (Sudoyo,2006)
Insiden komplikasi SSP pada penderita AIDS cukup besar. Manifestasi klinis AIDS pada SSP dapat terjadi
karena 2 hal yaitu virus AIDS itu sendiri atau akibat infeksi oportunistik atau neoplasma.
Ensefalitis toksoplasma merupakan penyebab tersering lesi otak fokal infeksi oportunistik yang paling
banyak terjadi pada pasien AIDS. Ensefalitis toksoplasma muncul pada kurang lebih 10% pasien AIDS
yang tidak diobati. Hal ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii yang dibawa oleh kucing, burung
dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada
daging mentah atau kurang matang.
B. Etiologi
Ensefalitis toksoplasma disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii, yang dibawa oleh kucing, burung
dan hewan lain yang dapat ditemukan pada tanah yang tercemar oleh tinja kucing dan kadang pada
daging mentah atau kurang matang. Begitu parasit masuk ke dalam sistem kekebalan, parasit tersebut
menetap di sana, sistem kekebalan pada orang yang sehat dapat melawan parasit tersebut hingga
tuntas, dan dapat mencegah terjadinya suatu penyakit. Namun, pada orang pasien HIV/AIDS mengalami
penurunan kekebalan tubuh sehingga tidak mampu melawan parasit tersebut. Sehingga pasien mudah
terinfeksi oleh parasit tersebut.
Transmisi pada manusia terutama terjadi bila memakan daging babi atau domba yang mentah dan
mengandung oocyst (bentuk infektif dari Toxoplasma gondii). Bisa juga dari sayur yang terkontaminasi
atau kontak langsung dengan feses kucing. Selain itu dapat terjadi transmisi lewat transplasental,
transfusi darah, dan transplantasi organ. Infeksi akut pada individu yang immunokompeten biasanya
asimptomatik. Pada manusia dengan imunitas tubuh yang rendah dapat terjadi reaktivasi dari infeksi
laten. Yang akan mengakibatkan timbulnya infeksi opportunistik dengan predileksi di otak.
4. transfuse darah
Toxoplasma gondii hidup dalam 3 bentuk yaitu thachyzoite, tissue cyst (yang mengandung bradyzoites)
dan oocyst (yang mengandung sporozoites). Bentuk akhir dari parasit diproduksi selama siklus seksual
pada usus halus dari kucing. Kucing merupakan pejamu definitif dari Toxoplasma gondii. Siklus hidup
aseksual terjadi pada pejamu perantara (termasuk manusia). Dimulai dengan tertelannya tissue cyst
atau oocyst diikuti oleh terinfeksinya sel epitel usus halus oleh bradyzoites atau sporozoites secara
berturut-turut. Setelah bertransformasi menjadi tachyzoite, organisme ini menyebar ke seluruh tubuh
lewat peredaran darah atau limfatik.
Parasit ini berubah bentuk menjadi tissue cysts begitu mencapai jaringan perifer. Bentuk ini dapat
bertahan sepanjang hidup pejamu, dan berpredileksi untuk menetap pada otak, myocardium, paru, otot
skeletal dan retina.
Tissue cyst ada dalam daging, tapi dapat dirusak dengan pemanasan sampai 67oC, didinginkan sampai
-20oC atau oleh iradiasi gamma. Siklus seksual entero-epithelial dengan bentuk oocyst hidup pada
kucing yang akan menjadi infeksius setelah tertelan daging yang mengandung tissue cyst. Ekskresi
oocysts berakhir selama 7-20 hari dan jarang berulang. Oocyst menjadi infeksius setelah diekskresikan
dan terjadi sporulasi (pembentukan spora). Lamanya proses ini tergantung dari kondisi lingkungan, tapi
biasanya 2-3 hari setelah diekskresi. Oocysts menjadi infeksius di lingkungan selama lebih dari 1 tahun.
Transmisi pada manusia terutama terjadi bila makan daging babi atau domba yang mentah yang
mengandung oocyst. Bisa juga dari sayur yang terkontaminasi atau kontak langsung dengan feces
kucing. Selain itu dapat terjadi transmisi lewat transplasental,transfusi darah, dan transplantasi organ.
Infeksi akut pada individu yang imunokompeten biasanya asimptomatik. Pada manusia dengan imunitas
tubuh yang rendah dapat terjadi reaktivasi dari infeksi laten. yang akan mengakibatkan timbulnya infeksi
oportunistik dengan predileksi di otak. Tissue cyst menjadi ruptur dan melepaskan invasive tropozoit
(tachyzoite). Tachyzoite ini akan menghancurkan sel dan menyebabkan focus nekrosis.
Pada pasien yang terinfeksi HIV, jumlah CD4 limfosit T dapat menjadi prediktor kemungkinanan adanya
infeksi oportunistik. Pada pasien dengan CD4 < 200 sel/mL kemungkinan untuk terjadi infeksi
oportunistik sangat tinggi. Oportunistik infeksi yangmungkin terjadi pada penderita dengan CD4 < 200
sel/mL adalah pneumocystis carinii, CD4 < 100 sel/mL adalah toxoplasma gondii , dan CD4 < 50 adalah
M. Avium Complex, sehingga diindikasikan untuk pemberian profilaksis primer. M. tuberculosis dan
candida species dapat menyebabkan infeksi oportunistik pada CD4 > 200 sel/mL.
D. Patofisiologi
1. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV secara signifikan berdampak pada kapasitas fungsional dan kualitas kekebalan tubuh. HIV
mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yang
juga mempunyai reseptor CD4 adalah sel monosit, sel makrofag, sel folikular dendritik, sel retina, sel
leher rahim, dan sel langerhans. Infeksi limfosit CD4 oleh HIV dimediasi oleh perlekatan virus
kepermukaan sel reseptor CD4, yang menyebabkan kematian sel dengan meningkatkan tingkat
apoptosis pada sel yang terinfeksi. Selain menyerang sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV juga
berdampak pada sistem saraf dan dapat mengakibatkan kelainan pada saraf.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau
berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai
molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus
memasuki tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper
menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari
sel induk ke dalam sel T helper tersebut.
Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV
kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel
dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran
sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan
pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA
(DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV dan proviral
DNA kemudian dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut
berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme
pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper
dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka
tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme
kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau sindroma kegagalan
kekebalan.
Infeksi oportunistik dapat terjadi akibat penurunan kekebalan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Infeksi
tersebut dapat menyerang sistem saraf yang membahayakan fungsi dan kesehatan sel saraf.
Setelah infeksi oral, bentuk tachyzoite atau invasif parasit dari Toxoplasma gonii menyebar ke seluruh
tubuh. Takizoit menginfeksi setiap sel berinti, di mana mereka berkembang biak dan menyebabkan
kerusakan. Permulaan diperantarai sel kekebalan terhadap T gondii disertai dengan transformasi parasit
ke dalam jaringan kista yang menyebabkan infeksi kronis seumur hidup.
Mekanisme bagaimana HIV menginduksi infeksi oportunistik seperti toxoplasmosis sangat kompleks. Ini
meliputi deplesi dari sel T CD4, kegagalan produksi IL-2, IL-12, dan IFN-gamma, kegagalan aktivitas
Limfosit T sitokin. Sel-sel dari pasien yang terinfeksi HIVmenunjukkan penurunan produksi IL-12 dan IFN-
gamma secara in vitro dan penurunan ekspresi dari CD 154 sebagai respon terhadap Toxoplasma gondii.
Hal ini memainkan peranan yang penting dari perkembangan toxoplasmosis dihubungkan dengan infeksi
HIV.
Ensefalitis toksoplasma biasanya terjadi pada penderita yang terinfeksi virus HIV dengan CD4 T sel
<100/mL. Ensefalitis toxoplasma ditandai dengan onset yang subakut. Manifestasi klinis yangtimbul
dapat berupa defisit neurologis fokal (69%), nyeri kepala (55%), bingung atau kacau(52%), dan kejang
(29%). Pada suatu studi didapatkan adanya tanda ensefalitis global dengan perubahan status mental
pada 75% kasus, adanya defisit neurologis pada 70% kasus, nyeri kepala pada 50 % kasus, demam pada
45 % kasus dan kejang pada 30 % kasus.
Defisit neurologis yang biasanya terjadi adalah kelemahan motorik dan gangguan bicara. Bisa juga
terdapat abnormalitas saraf otak, gangguan penglihatan, gangguan sensorik, disfungsi serebelum,
meningismus, movement disorders dan menifestasi neuropsikiatri.
Pada pasien yang terinfeksi HIV, jumlah CD4 limfosit T dapat menjadi prediktor untuk validasi ke
mungkinanan adanya infeksi oportunistik. Pada pasien dengan CD4< 200sel/mL kemungkinan untuk
terjadi infeksi oportunistik sangat tinggi.
4. RNA HIV diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase (NRTI & NNRTI)
6. Waktu CD4 bereplikasi, HIV juga ikut bereplikasi sehingga terbentuk provirus baru
8. Provirus baru saling menonjol ingin keluar dari sel CD4 (bounding)
9. Provirus bounding keluar dari sel CD4 dan dipotong oleh enzimprotease sehingga menjadi lebih
banyak dan terbentuk virus baru
Menurut komunitas AIDS Indonesia(2010), gejala klinis terdiri 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi)
dan gejala minor (tidak umum terjadi)
1. Gejala mayor:
e. Demensia/HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
b. Dermatitis generalisata
d. Kandidias orofaringeal
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
F. Manifestasi klinis
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun,
diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist
G. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Serologi
Didapatkan seropositif dari anti-Toxoplasma gondii IgG dan IgM. Deteksi juga dapat dilakukan dengan
indirect fluorescent antibody (IFA), aglutinasi, atau enzyme linked immunosorbentassay (ELISA). Titer
IgG mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah terinfeksi kemudian bertahan seumur hidup.
Menunjukkan adanya pleositosis ringan dari mononuklear predominan dan elevasi protein.
Digunakan untuk mendeteksi DNA Toxoplasmosis gondii. Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk
Toxoplasmosis gondii dapat juga positif pada cairan bronkoalveolar dan cairan vitreus atau aquos humor
dari penderita toksoplasmosis yang terinfeksi HIV. Adanya PCR yang positif pada jaringan otak tidak
berarti terdapat infeksi aktif karena tissue cyst dapat bertahan lama berada di otak setelah infeksi akut.
d. CT scan
Menunjukkan fokal edema dengan bercak-bercak hiperdens multiple dan biasanya ditemukan lesi
berbentuk cincin atau penyengatan homogen dan disertai edema vasogenik pada jaringan sekitarnya.
Ensefalitis toksoplasma jarang muncul dengan lesi tunggal atau tanpa lesi.
e. Biopsi otak
Untuk diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak
H. Penatalaksanaan
a. Toksoplasmosis otak diobati dengan kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Kedua obat ini dapat
melalui sawar-darah otak.
c. Kombinasi pirimetamin 50-100mg perhari yang dikombinasikan dengan sulfadiazin1-2 g tiap 6 jam.
d. Pasien yang alergi terhadap sulfa dapat diberikan kombinasi pirimetamin 50-100 mg perhari dengan
clindamicin 450-600 mg tiap 6 jam.
e. Pemberian asam folinic 5-10 mg perhari untuk mencegah depresi sumsum tulang.
f. Pasien alergi terhadap sulfa dan clindamicin, dapat diganti dengan Azitromycin 1200mg/hr, atau
claritromicin 1 gram tiap 12 jam, atau atovaquone 750 mg tiap 6 jam. Terapi ini diberikan selam 4-6
minggu atau 3 minggu setelah perbaikan gejala klinis.
g. Terapi anti retro viral (ARV) diindikasikan pada penderita yang terinfeksi HIVdengan CD4 kurang dari
200 sel/mL, dengan gejala (AIDS) atau limfosit totalkurang dari 1200. Pada pasien ini, CD4 42, sehingga
diberikan ARV.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W. Sudoyo, dkk. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006
Sandy, Indah. 2011. Infeksi Oportunistik Susunan Saraf Pusat Pada Pasien AIDS.
http://www.scribd.com/doc/49900217/Infeksi-Oportunistik-Susunan-Saraf-Pusat- Pada-AIDS. Diakses
pada tanggal 20 Mei 2012.
FORMAT PENGKAJIAN DATA
BIODATA
Nama : Ny. SW
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Penyanyi
Agama : Islam
Alamat : Lawang
No.Register : 11252540
Klien mengalami diare, mual muntah, demam dan badan lemas ± 1 bulan, sejak sakit BB turun 20 kg.
Memburuk selama 5 hari terakhir, klien merasa pusing, nyeri telan, sariawan, nafsu makan turun, sesak,
berjalan seperti orang mabuk. Lalu klien dibawa ke RSUD Lawang kemudian dirujuk ke RSSA Malang.
Klien baru MRS pertama kali, sebelumnya klien tidak pernah menderita hipertensi, TBC, DM, atau
penyakit yang mengharuskan dirawat di RS,penyakit yang pernah diderita klien hanya demam dan
batuk.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit menular.
A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT:
1.Waktu tidur : klien menghabiskan harinya dengan tidur karena badannya terasa
lemas
2. Waktu Bangun : Klien bangun saat diberi makan dan diberi suntikan obat
3. Masalah tidur :-
B. POLA ELIMINASI:
1. BAB : Klien BAB di pampers, tinja cair, ganti pampers baru satu kali
1. Jumlah dan jenis makanan : makanan lunak, lauk tahu dan telur, sayur, dengan
total energy 1000 kkal
3. Jumlah dan jenis cairan : susu 3×200cc, cairan infuse 2000 cc/24 jam
7. Upaya mengatasi masalah : memasang NGT dan memberikan diit cair pada klien
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : klien tidak pernah gosok gigi selam MRS , gigi tampak kotor,
kuning, mulut bau, terdapat kandidiasis
Klien hanya berbaring di tempat tidur dan tidak melakukan aktivitas apapun
DATA PSIKOSOSIAL
C. Rekreasi : menyanyi
Hobby: menyanyi
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit: klien tidak bisa mengurusi suami dan anaknya di rumah dan tidak
bisa menyanyi di kafe lagi
E. Hubungan dengan orang lain/ Interaksi sosial : hubungan dengan orang lain baik, namun interaksinya
dengan orang lain menurun karena kondisinya lemah
B. Keyakinan terhadap sehat sakit : keluarga beranggapan penyakit ini adalah kehendak Tuhan,
sehinga tetap harus bersabar dan berusaha untuk mencari kesembuhan
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Keluarga hanya pasrah pada Tuhan dan menyerahkan pada
tim medis dan menerima apapun yang terjadi walaupun buruk bagi mereka
PEMERIKSAAN FISIK
B. Tanda-tanda vital
C. PemeriksaankepaladanLeher
1. Kepaladanrambut
b. Rambut : Bersih
Warna : Hitam
c. Wajah : simetris
2. Mata
a. Kelengksapan dan kesimetrisan : gerakan mata simetris
d. Pupil : Isokor
3. Hidung
b. Lubang hidung : simetris, tidak ada ciaran atau serumen yang keluar
4. Telinga
b. LubangTelinga : tidak ada serumen -/-, tidak ada cairan yang keluar dari
lobang telinga
b. Keadaan Gusi dan Gigi : gusi dan gigi kotor berwarna kuning
6. Leher
a. Kebersihan : bersih
d. Turgor : baik
f. Kelembapan : normal
c. Kelainan- kelainan payudara dan Putting : tidak ada benjolan atau lesi, tidak ada kelainan
E. Pemeriksaan Thorax/Dada :
1. Inspeksi Thorak
b. Pernafasan
· Frekuensi : 30×/menit
· Irama : reguler
2. Pemeriksaan Paru
c. Auskultasi
3. Pemeriksaan Jantung
· Pulpasi :
b. Perkusi
· Batas-Batas Jantung
c. Auskultasi
F. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Palpasi
· Hepar :-
· Lien :-
d. Perkusi
· Pemeriksaan Ascites :
1. Genetalia
c. Perenium : perineum
I. PemeriksaanNeurologi
6. Refleks :
e. Persepsi :
f. Bahasa : Jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Jenis pemeriksaan
Hasil
Jenis pemeriksaan
Hasil
Darah
Hemoglobin
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit (Ht)
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
SGOT
SGPT
pH
PCO2
PO2
HCO3
Saturasi O2
Suhu
Imunoserologi
Determine HIV
Bioline HIV
Oncoprobe HIV
CD 4
8,30 g/dl
3,34 106/ μL
6,53 103/ μL
25%
229 103/ μL
74,90 Fl
24,90 pg
33,20 g/dL
117/ μL
51/ μL
7,30
24,0 mmHg
46,1
11,8 mmol/L
77,1%
37
Reaktif
Reaktif
Reaktif
5 mm3 darah
Urin
Warna
pH
Berat jenis
Glukosa
Protein
Keton
Bilirubin
Nitrit
Urobilin
Lekosis
Ureum
Kreatinin
Darah
Albumin
Tinja
Warna
Bentuk
Epitel
Lekosit
Parasit
Telur cacing
Larva
Trophozoit
Kiste
Serat otot
Serat makanan
Jernih
Kuning
5,5
1,020
2+
91,60 mg/dl
3,76 mg/dl
2+
2,42 g/dl
Coklat
Cair
-
-
2. Rontgen :-
3. ECG :-
4. USG :-
5. Lain-lain :-
PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Omeprazole 1×40 mg
2. Metoclopramide 3×10 mg
3. Fluconazole 1×400 mg
4. Aminofluid 1×500 cc
5. Ceftriaxon 2×1 g
6. Paracetamol 4×500 mg
6. Cotrimoxazole 1×960 mg
7. Prednison 2×40 mg
ANALISA DATA
Umur : 34 th
DATA PENUNJANG
MASALAH
ETIOLOGI
DS:
DO:
TTV:
§ RR: 30×/menit
§ TD: 110/70mmHg
§ N: 100×/menit
§ Suhu: 38,5°C
KU: lemah
Virus HIV
Menyerang limfosit
Immunocompromise
Infeksi
Mucus berlebih
DS:
§ Kakak klien mengatakan bahwa klien tidak mau makankarena mulutnya sakit, ada sariawan , sakit jika
menelan, BB turun ± 20 kg
DO:
§ Terdapat limfadenopati
Virus HIV
Menyerang limfosit
Immunocompromise
Diare/lesi mulut
DS:
DO:
§ Suhu: 38,5°C
§ Taikardia
§ Takipnea
§ RR meningkat 30×/menit
hipertermia
DS: -
DO:
§ KU: lemah
kelemahan
PRIORITAS MASALAH
Umur : 34 th
No
TGL
DAFTAR MASALAH
TT
06-09-2015
06-09-2015
Ketidakseimbangan utrisi kurang darikenutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan lesi mulut
3
06-09-2015
06-09-2015
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umur : 34 th
No
TGL
DAFTAR MASALAH
TERATASI
TGL
TT
06-09-2015
06-09-2015
Ketidakseimbangan utrisi kurang darikenutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan lesi mulut
06-09-2015
06-09-2015
Umur : 34 th
NO
DIAGNOSA
KEP.
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
TT
4. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang larangan merokok di ruang perawatan
NO
DIAGNOSA
KEP.
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
TT
2.
Ketidakseimbangan utrisi kurang darikenutuhan tubuh berhubungan dengan diare dan lesi mulut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan status gizi: asupan makanan
adekuat dengan criteria hasil:
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi harian klien
3. Mengurangi muntah
i. 4. Memastikan kebutuhan
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan suhu tubuh dapat diperthankan
dalam batas normal dengan criteria hasil:
1. Monitor TTV
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan klien dan keluarga mampu
merawat diri dengan criteria hasil:
3. Berikan bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan diri atau keluarga bisa membantu
No. Dx
TANGGAL/JAM
TINDAKAN KEPERAWATAN
TT
1.
07-09-2015
11.00
08.00
08.15
12.00
N: 100×/menit S: 37°C
4. Memberi informasi pada klien dan keluarga tentang larangan merokok di ruang perawatan
2.
07-09-2015
08.00
08.30
08.45
10.00
3. Memberikan injeksi obat sesuai order: metoclopramid 10 mg, omeprazzole 40 mg, memberikan
cotrimoxazole 960 mg lewat oral
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien:
Memberikan klien diit cair
3.
07-09-2015
11.00
1. Memonitor TTV
4.
07-09-2015/07.00
08.00
3. Menyeka klien