Anda di halaman 1dari 4

Pendekatan menghindari pajak internasional

1. Cara Unilateral (sepihak)


Cara ini dilakukan dengan memasukkan ketentuan untuk menghindari pajak berganda
dalam Undang-undang suatu negara dengan suatu prosedur yang jelas, memiliki
kekuatan hukum didalamnya yang mengatur masyarakat atau badan internasional, yang
ditetapkan sepihak oleh negara itu sendiri.
Penggunaan cara ini merupakan wujud kewibawaan dan kedaulatan suatu negara untuk
mengatur sendiri masalah pemungutan pajak dalam suatu Undang-undang.
2. Cara Bilateral (antar dua negara)
Cara Bilateral dilakukan melalui suatu perundingan antar dua negara yang
berkepentingan untuk menghindarkan terjadinya pajak berganda. Seperti terlihat pada
tabel-6.2, pada saat ini sudah ada sebanyak 66 negara yang memiliki Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B)/Tax Treaty secara bilateral dengan Indonesia.
3. Cara Multilateral (beberapa negara secara serempak)
Cara Multilateral dilakukan melalui suatu perundingan multilateral oleh lebih dari dua
negara yang berkepentingan untuk menghindarkan terjadinya pajak berganda.
Seperti halnya konvensi Wina di tahun 1961 di dalamnya dimuat tentang dibebaskannya
perwakilan negara yang ditempatkan di negara lain dari pengenaan pajak. Di Indonesia
hal ini berlaku bagi pejabat-pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan pejabat-pejabat
lain dari negara asing, serta orang-orang asing yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat (1) bukan
warga negara Indonesia, dan (2) di Indonesia tidak melakukan pekerjaan lain atau
kegiatan usaha, serta (3) negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
(asas reciprositas). Jadi setidaknya harus dipenuhi tiga syarat tersebut diatas bagi
perwakilan negara asing di Indonesia untuk dapat dibebaskan dari pengenaan pajak.

Ptkp terbaru
1. Status Lajang (TK)
o PTKP TK/0: tidak kawin dan tidak ada tanggungan.
o PTKP TK/1: tidak kawin dan 1 tanggungan.
o PTKP TK/2: tidak kawin dan 2 tanggungan.
o PTKP TK/3: tidak kawin dan 3 tanggungan.
2. Status Menikah (K)
o PTKP K/0: kawin dan tidak ada tanggungan.
o PTKP K/1: kawin dan 1 tanggungan.
o PTKP K/2: kawin dan 2 tanggungan.
o PTKP K/3: kawin dan 3 tanggungan.
3. Status PTKP Digabung (K/I)
o PTKP K/I/0: penghasilan suami dan istri digabung dan tidak ada tanggungan.
o PTKP K/I/1: penghasilan suami dan istri digabung dan 1 tanggungan.
o PTKP K/I/2: penghasilan suami dan istri digabung dan 2 tanggungan.
o PTKP K/I/3: penghasilan suami dan istri digabung dan 3 tanggungan.

SOAL BU NANIEK

TARIF PPH 21

Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan
menggunakan tarif progresif sebagai berikut:

 Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp50.000.000,- adalah


5%.
 Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000,- sampai dengan
Rp250.000.000,- adalah 15%.
 Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000,- sampai dengan
Rp500.000.000,- adalah 25%.
 Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000,- adalah 30%.
 Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari
mereka yang memiliki NPWP.

Hibah

Termasuk objek pph karena menurut  PMK No.245/PMK.03/2008 , objek hibah yang tidak
dikenakan pajak penghasilan jika diberikan oleh Keluarga sedarah dalam satu garis keturunan dalam
hubungan anak dan orang tua kandung. Sedangkan mertua diluar hubungan sedarah. Hal ini juga
termasuk penghasilan karena merupakan tambahan kekayaan
Perbedaan pbb dan bphtb
PBB
Subjek pajak:
1. Orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat
atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
2. Subjek PBB yang dikenakan kewajiban membayar PBB berdasarkan ketentuan perundang
undangan perpajakan yang berlaku menjadi Wajib Pajak.
Objek Pajak: Bumi dan Bangunan
Tarif Pajak: tunggal sebesar 0,5%
Dasar Pengenaan Pajak: Nilai jual objek pajak (sales value = NJOP), yaitu harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar.
Dibayarkan setiap tahun
BPHTB
Subjek Pajak:
1. Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah atau bangunan
2. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban membayar BPHTB menurut perundang-undangan
perpajakan yang menjadi Wajib Pajak.
Objek Pajak: pemindahan hak dan pemberian hak baru
Tarif Pajak: tunggal sebesar 5%
Dasar Pengenaan Pajak: Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP)
Pembayaran dilakukan sekali ketika terjadi pemindahan hak

siapa yang menjadi subyek, apa yang menjadi obyek, tarif, tata cara perhitungan,


penyetoran dan pelaporan, serta dasar hukum yang mengatur keduanya.

Dasar pengenaan ppn

Pungutan PPN dengan tarif yang ditetapkan didasarkan atas dasar pengenaan pajak PPN yang
meliputi lima nilai, yakni:

1. Harga Jual, Dalam UU PPN dan PPnBM, yang dimaksud dengan harga jual adalah nilai berupa
uang.
2. Penggantian
3. Nilai Impor
4. Nilai ekspor
5. Nilai lain yang diatur oleh Menteri Keuangan

Saat terutang bea materai dan objek tarif 3000

Saat terutang

Saat terutangnya bea meterai adalah saat sebelum dokumen yang terutang bea
meterai tersebut digunakan. Dalam Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 1985
disebutkan saat terutangnya Bea Meterai adalah:

 Dokumen yang dibuat oleh satu pihak adalah pada saat dokumen itu diserahkan;
 Dokumen yang dibuat oleh lebih dan satu pihak adalah pada saat selesainya
dokumen dibuat;
 Dokumen yang dibuat di luar negeri adalah pada saat digunakan di Indonesia
Objek tarif 3000

- Surat yang memuat jumlah uang (poin huruf d) dan surat berharga seperti wesel,
promes, dan aksep (poin huruf e) yang mempunyai harga nominal lebih dari
Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp1.000.000 (satu juta
rupiah).
- Cek dan bilyet giro tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
- Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang mempunyai harga nominal sampai
dengan Rp1.000.000.
- Sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun yang tercantum dalam
surat kolektif yang mempunyai jumlah harga nominal sampai dengan Rp1.000.000.

Anda mungkin juga menyukai