Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR PEMICU KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI

PUSKESMAS KALIBARU KULON KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN


2017

Eko Prabowo1, Lina Agustiana Puspitasari1


1. Dosen Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida
Korespondensi :
Eko Prabowo, d/a: Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida
Jln. Rumah Sakit Bhakti Husada Krikilan-Glenmore
E-mail: prabowo_e@yahoo.com

ABSTRAK

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti


Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Penularan diare dapat
dengan cara fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, kontak tangan langsung dengan penderita, barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita atau secara tidak langsung melalui lalat. Cara penularan ini
dikenal dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis faktor dominan di antara faktor sanitasi lingkungan, faktor
hygiene makanan dan faktor perilaku cuci tangan yang dapat memicu kejadian diare
pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Kalibaru Kulon Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan
crossectional. Populasi penelitiannya adalah keseluruhan pasien balita yang menderita
diare dan keluarganya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 64
responden dengan menggunakan consecutive sampling. Metode pengumpulan data
menggunakan kuesioner tertutup dan lembar observasi. Teknik analisa data bivariate
menggunakan X2 dengan p value < 0.05, sedangkan analisa data multivariate
menggunakan regresi logistik berganda dengan p value < 0.05. Dan untuk mengetahui
faktor yang paling dominan menggunakan nilai OR yang paling besar.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada hubungan sanitasi lingkungan (X1)
dengan kejadian diare dengan p value 0.034, ada hubungan hygiene makanan (X2)
dengan kejadian diare dengan p value 0.001 dan ada hubungan perilaku cuci tangan
(X3) dengan kejadian diare dengan p value 0.001. Dan hasil analisis multivariate
dengan koefisien regresi logistik berganda, variabel cuci tangan (X3) memiliki
pengaruh paling dominan terhadap kejadian diare dengan nilai OR sebesar 6.985
dengan p value sebesar 0,001.
Diare dapat ditularkan melalui salah satunya adalah finger (tangan). Tangan yang
kotor merupakan tempat berkumpulnya kuman. Ketika makan makanan tanpa cuci
tangan maka kuman penyebab infeksi ikut masuk dalam saluran pencernaan. Infeksi
oleh bakteri merupakan penyebab tersering terjadinya diare.

Kata Kunci: Diare, Sanitasi, Higiene Makanan, Perilaku Cuci Tangan

424
PENDAHULUAN

Diare masih menjadi masalah Kabupaten Banyuwangi tahun 2014


kesehatan masyarakat di negara adalah sejumlah 39.533 kasus.
berkembang seperti Indonesia karena Sedangkan insiden diare di Puskesmas
memiliki insidensi dan mortalitas yang Kalibaru Kulon Sebanyak 889 Kasus
tinggi. Diperkirakan 20-50 kejadian (Profil Kesehatan Kabupaten
diare per 100 penduduk setiap tahun- Banyuwangi, 2014).
nya. Kematian terutama disebabkan Berdasarkan data awal tahun 2013
karena penderita mengalami dehidrasi yang telah dilakukan di Puskesmas
berat. 70-80% penderita adalah mereka Kalibaru Kulon balita yang terkena
yang berusia balita. Menurut data diare adalah sebanyak 208 orang
Departemen Kesehatan, diare pertahun dan tahun 2014 yaitu 220
merupakan penyakit kedua di Indonesia orang pertahun sedangkan pada tahun
yang dapat menyebabkan kematian 2015 dari bulan Januari hingga Oktober
anak balita setelah radang paru atau jumlah keseluruhan pasien diare pada
pneumonia (Paramitha, Soprima, & balita 268 orang tahun 2016.
Haryanto, 2010). Penularan diare dapat dengan cara
Angka kejadian diare pada anak di fekal-oral, yaitu melalui makanan atau
dunia mencapai 1 miliar kasus tiap minuman yang tercemar oleh
tahun, dengan korban meninggal enteropatogen, kontak tangan langsung
sekitar 4 juta jiwa. Angka kematian dengan penderita, barang-barang yang
balita di negara Indonesia akibat diare telah tercemar tinja penderita atau
ini sekitar 2,8 juta setiap tahun (DepKes secara tidak langsung melalui lalat.
RI, 2011). Provinsi Jawa Timur Cara penularan ini dikenal dengan
merupakan daerah kedua dengan istilah 4F, yaitu finger, flies, fluid, field
sebaran frekuensi Kejadian Luar Biasa (Subagyo & Santoso, 2012).
(KLB) terbesar di Indonesia setelah Cara penularan diare dapat melalui
Sulawesi Tengah (DepKes RI, 2011). melalui lingkungan dengan cara fekal
Buletin Diare Kemenkes RI (2010) oral makanan atau minuman yang
mengungkapkan angka kesakitan diare tercemar kuman atau kontak langsung
di Jawa Timur tahun 2009 mencapai dengan tangan penderita yang kotor
989.869 kasus diare dengan proporsi pada saat menyentuh makanan atau
balita sebesar 39,49% (390.858 kasus). melalui lalat pada makanan yang tidak
Kejadian ini meningkat di tahun 2010, ditutup. Selain itu cara penularan diare
jumlah penderita diare di Jawa Timur yang lain juga bisa dari perilaku orang
tahun 2010 sebanyak 1.063.949 kasus tua sendiri yang tidak mencuci tangan
dengan 37,94% (403.611 kasus) sebelum kontak dengan bahan makanan
diantaranya adalah balita. Kejadian dan setelah kontak dengan barang kotor
diare di Jawa Timur tahun 2014 atau tercemar. Memakan makanan basi
menurun menjadi 1.051.910 (Profil dan makanan sisa dari beberapa hari
Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2014). yang lalu juga merupakan salah satu
Sementara itu angka kejadian diare di cara penularan diare. Berdasarkan

425
patofisiologinya diare ada yang Hindari untuk memberikan sayuran
sekretorik dan osmotik. Diare karena serat sulit dicerna bila dalam
sekretorik disebabkan oleh meningkat- keadaan diare. Hindari untuk
nya sekresi air dan elektrolit dari usus, memberikan makanan berbumbu tajam.
dan menurunnya absorbsi di usus. Terus usahakan untuk memberikan
Diare osmotik disebabkan karena cairan melalui minuman dan makanan.
meningkatnya tekanan osmotik Meskipun sedikit tetapi dengan
intralumen dari usus halus yang frekuensi yang sering bisa membantu
disebabkan karena malabsorbsi mukosa anak untuk memiliki energi dan tidak
usus akibat pemakaian obat-obatan kehilangan berat badan berlebihan.
berlebihan yang rentan terhadap Berdasarkan uraian di atas, penulis
mukosa usus. Dampak dari diare dapat meneliti lebih jauh tentang faktor
mengakibatkan terjadinya kekurangan pemicu kejadian diare pada anak usia 1-
cairan tubuh yang dikenal dengan 5 tahun di Puskesmas Kalibaru Kulon
dehidrasi, tanda dan gejala yang Kabupaten Banyuwangi tahun 2017.
muncul berupa pernapasan kusmaul,
penurunan berat badan yang drastis, METODE PENELITIAN
sianosis, denyut nadi cepat, tekanan
darah menurun, kelemahan dan ujung- Penelitian ini dilaksanakan di
ujung ekstremitas dingin (Soegianto, Puskesmas Kalibaru Kulon Kecamatan
2012). Kalibaru Kabupaten Banyuwangi pada
Untuk balita yang terkena diare, bulan Pebruari - April 2017. Penelitian
harus tetap diberikan asupan bernutrisi ini menggunakan rancangan observasi-
untuknya. Jika balita masih menyusui, onal analitik dengan pendekatan
maka teruslah memberikan ASI untuk crossectional. Dimana jenis penelitian
menggantikan cairan yang sudah ini bertujuan untuk mencari hubungan
terbuang saat anak buang air besar. antar variable (Machfoedz, 2007).
Balita yang masih menyusui harus lebih Dalam penelitian ini kelompok
sering diberikan ASI dari biasanya. yang ingin menganalisis hubungan
Kalau anak muntah, hentikan segera sanitasi lingkungan, hygiene makanan,
pemberian ASI. Tunggu hingga 10 perilaku cuci tangan dengan kejadian
menit kemudian kamu bisa menyusui diare pada anak usia 1-5 tahun dan
anakmu lagi dengan perlahan sedikit menganalisis faktor dominan yang
demi sedikit. Ketika balita terkena dapat memicu kejadian diare pada anak
diare, jangan pernah menghentikan usia 1-5 tahun di Puskesmas Kalibaru
pemberian minum dan makan. Karena Kulon Kabupaten Banyuwangi tahun
diare akan menyebabkan anak 2017.
kehilangan cairan dan ini bisa mem- Penelitian ini populasinya adalah
bahayakan kesehatan anak bilamana keseluruhan pasien balita yang
tidak diantisipasi. Memberikan menderita diare dan keluarganya.
makanan seperti kuah sup, jus buah Dengan estimasi rata-rata pasien dalam
apel dan pisang kepada balita bisa 1 bulan, maka populasi dalam
mencegah balita terkena dehidrasi. penelitian ini sebanyak 75 orang

426
dengan jumlah sampel 64 orang Variabel independen penelitian ini
responden. Teknik sampling yang adalah sanitasi lingkungan, hygiene
digunakan Consecutive Sampling. makanan, perilaku cuci tangan dan
Definisi Operasional variabel dependennya adalah diare.
Tabel 1. Tabel definisi operasional factor pemicu kejadian diare pada anak usia 1-5
tahun di Puskesmas Kalibaru Kulon Kabupaten Banyuwangi
Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
Independen:
Sanitasi Usaha untuk - Penyediaan Kuesio Ordinal Sanitasi
Lingkungan membina dan air bersih ner lingkungan a.
(X1) menciptakan suatu - Penyediaan baik:
keadaan yang baik jamban (76-100%)
di bidang - Pengelolaan b. cukup:
kesehatan terutama Sampah (56-75%)
kesehatan - Sarana c. kurang:
masyarakat pembuangan (< 56%)
air limbah
Higiene Satu usaha - Penyajian, Kuesio Ordinal Hygiene
makanan (X2) pencegahan yang penanganan ner makanan
menitik beratkan yang layak a. baik:
kegiatan dan terhadap (76-100%)
tindakan yang penanganan b. cukup:
perlu untuk makanan yang (56-75%)
membebaskan dipersiapkan c. kurang:
makanan dan lebih awal (< 56%)
minuman dari - Memasak
segala bahaya yang tepat waktu
dapat menganggu dan suhu
kesehatan - Memantau
setiap waktu
suhu makanan
yang akan
disajikan
- Panaskan
kembali suhu
makanan
menurut suhu
yang tepat
(74ºC)
- Menghindari
kontaminasi
silang antara
bahan
makanan
mentah,
makanan
masak melalui
orang

427
(tangan), alat
makan, dan
alat dapur
- Bersihkan
semua
permukaan
alat/ tempat
setelah
digunakan
untuk
makanan
- Makanan di
meja makan
dalam kondisi
tertutup
- Bebas dari
lalat dan
serangga lain
Perilaku Cuci Proses yang secara - Setiap kali Kuesio Ordinal Perilaku cuci
Tangan (X3) mekanis tangan kita ner tangan
melepaskan kotor (setelah a. baik:
kotoran dan debris memegang (76-100%)
dari kulit tangan uang, b. cukup:
dengan binatang, (56-75%)
menggunakan berkebun dll) c. kurang:
sabun biasa dan air - Setelah BAB (< 56%)
yang mengalir - Sebelum
memegang
makanan
- Setelah bersin,
batuk,
membuang
ingus
- Setelah
pulang dari
bepergian
- Setelah
bermain
Dependen:
Kejadian Diare Balita yang Buang air besar Lembar Nominal Tidak diare =
(Y) menderita diare lembek, cair dan Obser- 1
dengan buang air bahkan dapat vasi Diare = 2
besar lembek, cair berupa air saja
dan bahkan dapat lebih dari tiga
berupa air saja kali sehari
lebih dari tiga kali
sehari

428
Instrument yang digunakan pada faktor yang paling dominan maka
variabel independen adalah kuesioner dilihat OR yang paling besar (Muhid,
dan variabel dependen adalah lembar 2010 dan Riwidikdo, 2007).
observasi. Kuesioner untuk variabel Data diuji dengan bantuan program
sanitasi lingkungan menggunakan Statistic Package for Social Sciene
instrument yang disusun oleh Umiati (SPSS) versi 19 for windows sehingga
tahun 2010, variabel hygiene makanan nantinya hasil ujinya dapat peneliti
peneliti menyusun sendiri dan variabel ketahui untuk analasis bivariate dilihat
perilaku cuci tangan peneliti dari besarnya nilai X2 pada output
menggunakan instrument karya SPSS sementara itu untuk analisis multi
Sabariah Sembiring tahun 2014. variate dengan menggunakan uji
Uji Validitas dan Reliabilitas regresi logistik berganda yang masing-
Oleh karena instrument yang masing dengan derajat kepercayaan
dipergunakan merupakan instrument 95%. Ketentuan hubungan bermakna
penelitian yang telah dipergunakan jika nilai (p value) < 0,05 dan tidak
oleh peneliti terdahulu maka instrument bermakna jika nilai (p value) > 0,05,
telah dilakukan uji validitas dan serta melihat faktor yang paling
reliabilitas atau dianggap telah baku. dominan dilihat dari OR yang paling
Teknik Analisa Data besar (Riwidikdo, 2007)
Sesuai dengan desain yang telah Hipotesis Statistik
dikemukakan di depan dengan Hipotesis yang digunakan untuk
menggunakan desain crossectional uji statistiknya yaitu hipotesis nol (Ho)
dengan multi variabel, maka data yang yang diformulasikan untuk ditolak dan
telah diperoleh kemudian dideskripsi- hipotesis alternative (H1) yaitu
kan dan diinterpretasikan dengan hipotesis yang diformulasikan untuk
menggunakan analisis statistik. diterima, dengan perumusan sebagai
Interpretasi data hasil penelitian tidak berikut:
hanya menjelaskan hasil dari Ho1: d = 0, ada hubungan sanitasi
penelitian, tetapi juga melakukan lingkungan dengan kejadian diare pada
infrensi atau generalisasi dari data yang anak usia 1-5 tahun
diperoleh melalui penelitian tersebut Ho2: d = 0, ada hubungan hygiene
(Notoadmodjo, 2010). Karena subyek makanan dengan kejadian diare pada
yang diteliti lingkupnya sangat kecil anak usia 1-5 tahun
serta data yang diperoleh berbentuk Ho3: d = 0, ada hubungan perilaku cuci
ordinal, maka penelitian ini tangan dengan kejadian diare pada anak
menggunakan statistik non parametrik. usia 1-5 tahun
Sementara penelitian ini memiliki multi Ho4: d = 0, variabel paling dominan
variabel, maka model analisis data yang terhadap kejadian diare pada anak usia
dilakukan adalah untuk model analisis 1-5 tahun di Puskesmas Kalibaru Kulon
bivariate menggunakan uji X2 dan Tahun 2017.
untuk model analisis multivariate
menggunakan uji regresi logistik
berganda. Sedangkan untuk melihat

429
HASIL PENELITIAN DAN a. 0 cells (0.0%) have expected count less
PEMBAHASAN than 5. The minimum expected count is
6.00.
b. Based on 10000 sampled tables with
Hasil Penelitian starting seed 2000000.
1. Hubungan sanitasi lingkungan c. The standardized statistic is -3.428.
dengan kejadian diare pada anak Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data
usia 1-5 tahun diolah)
Tabel 2. Hasil Analisis X2 hubungan Berdasarkan tabel 3 di peroleh
sanitasi lingkungan dengan hasil uji X2 dengan nilai ρ value =
kejadian diare pada anak 0.001 lebih kecil dari α = 0.05, maka
Asymp. Sig dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Value df
(2-sided) Ha diterima dan H0 ditolak. Yang
Pearson
Chi-Square
6.761a 2 0.034 artinya ada hubungan hygiene makanan
a. 0 cells (0.0%) have expected count less (X2) dengan kejadian diare pada anak
than 5. The minimum expected count is usia 1-5 tahun di Puskesmas Kalibaru.
8.50. 3. Hubungan perilaku cuci tangan
b. Based on 10000 sampled tables with dengan kejadian diare pada anak
starting seed 2000000.
usia 1-5 tahun
c. The standardized statistic is -2.395.
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Tabel 4. Hasil Analisis X2 hubungan
diolah) perilaku cuci tangan
Berdasarkan tabel 2 di peroleh dengan kejadian diare pada
hasil uji X2 dengan nilai ρ value = anak
Asymp. Sig.
0.034 lebih kecil dari α = 0.05, maka Value df
(2-sided)
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Pearson
14.476a 2 0.001
Ha diterima dan Ho ditolak. Yang Chi-Square
artinya ada hubungan sanitasi a. 0 cells (0.0%) have expected count less
lingkungan (X1) dengan kejadian diare than 5. The minimum expected count is
7.00.
pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas b. Based on 10000 sampled tables with
Kalibaru. starting seed 2000000.
2. Hubungan hygiene makanan dengan c. The standardized statistic is 3.775.
kejadian diare pada anak usia 1-5 Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data
tahun diolah)
Tabel 3. Hasil Analisis X2 hubungan Berdasarkan tabel 4 di peroleh
hygiene makanan dengan hasil uji X2 dengan nilai ρ value =
kejadian diare pada anak 0.001 lebih kecil dari α = 0.05, maka
Asymp. Sig. dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Value df
(2-sided) Ha diterima dan H0 ditolak. Yang
Pearson
Chi-Square
13.380a 2 .001 artinya ada hubungan perilaku cuci
tangan (X3) dengan kejadian diare pada
anak usia 1-5 tahun di Puskesmas
Kalibaru.

430
4. Analisis faktor dominan yang dapat memicu kejadian diare pada anak
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logis-tik Berganda
95% C.I
B S.E. Wald Df Sig. OR
Lower Upper
Sanitasi -0.614 0.454 1.828 1 0.176 0.541 0.222 1.318
Higiene
-1.666 0.569 8.58 1 0.003 0.189 0.062 0.576
Step 1a makanan
Cuci
1.944 0.564 11.857 1 0.001 6.985 2.31 21.118
tangan
Constant 0.592 1.432 0.171 1 0.68 1.807

Hipotesis keempat dalam usia 1-5 tahun di Puskesmas


penelitian ini adalah diduga variabel Kalibaru.
hubungan cuci tangan (X3) memiliki Masalah kesehatan merupakan
pengaruh paling dominan dibandingkan suatu masalah yang sangat
variabel sanitasi (X1) dan higiene komplek, yang saling berkaitan
makanan (X2) terhadap kejadian diare dengan masalah-masalah lain di
pada anak usia 1-5 tahun (Y) di luar kesehatan itu sendiri. Banyak
Puskesmas Kalibaru. Berdasarkan hasil faktor yang mempengaruhi
analisis regresi yang disajikan pada kesehatan, baik kesehatan individu
tabel 5 terlihat nilai koefisien regresi maupun kesehatan masyarakat
logistic berganda untuk masing-masing (Notoatmodjo, 2010). Menurut
variabel. Variabel hubungan cuci model segitiga epidemiologi, suatu
tangan nilai OR sebesar 6.985 dengan p penyakit timbul akibat interaksi
value sebesar 0,001. Dengan demikian, satu sama lain yaitu antara faktor
diantara ketiga variabel bebas, variabel lingkungan, agent dan host
cuci tangan (X3) memiliki pengaruh (Timmreck, 2008).
paling dominan terhadap kejadian diare Faktor yang secara langsung
pada anak usia 1-5 tahun, yang berarti maupun tidak langsung dapat
Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. menjadi penentu pendorong
Pembahasan terjadinya diare. Faktor lingkungan
1. Hubungan sanitasi lingkungan merupakan faktor yang paling
dengan kejadian diare pada anak penting, sehingga untuk
usia 1-5 tahun penanggulangan diare diperlukan
Berdasarkan tabel 2 di peroleh upaya perbaikan sanitasi
hasil uji X2 dengan nilai ρ value = lingkungan (Zubir, 2006).
0.034 lebih kecil dari α = 0.05, Seseorang yang daya tahan
maka dapat ditarik suatu tubuhnya kurang, maka akan
kesimpulan bahwa Ha diterima dan mudah terserang penyakit.
H0 ditolak. Yang artinya ada Penyakit tersebut antara lain diare,
hubungan sanitasi lingkungan (X1) kolera, campak, tifus, malaria,
dengan kejadian diare pada anak

431
demam berdarah dan influensa usia 1-5 tahun di Puskesmas
(Slamet, 2012). Kalibaru.
Masalah-masalah kesehatan Makanan dapat terkonta-
lingkungan antara lain pada minasi oleh mikroba. Beberapa
sanitasi (jamban), penyediaan air mikroba pembuat racun baik
minum, perumahan, pembuangan exotoxin maupun endotoxin,
sampah dan pembuangan air adalah yang tergolong Salmonella,
limbah (Notoatmodjo, 2010). Staphylococcus, Clostridium,
Berdasarkan hasil penelitian Bacillus cocovenans, Bacillus
Puskesmas Kalibaru memiliki 6 cereus, dan lain-lainnya. Di
desa binaan diantaranya adalah: Indonesia, dimana sanitasi
Desa Kalibaru Manis, Desa makanan masih sangat rawan,
Kalibaru Kulon, Desa Kalibaru keracunan akibat mikroba yang
Wetan, Desa Kebonrejo, Desa menimbulkan gejala gastero-
Banyuanyar dan desa Kajarharjo. intestinal (GI) masih sering didapat
Desa-desa di wilayah kerja (Soemirat, 2009).
Puskesmas Kalibaru secara Penyakit bawaan makanan
geografis berada di bawah gunung khususnya diare pada hakekatnya
gumitir dan lereng gunung raung tidak dapat dipisahkan secara nyata
yang cukup banyak aliran-aliran dari penyakit bawaan air. Yang
anak sungainya. Sehingga masih dimaksud dengan penyakit bawaan
menggunakan sungai sebagai makanan adalah penyakit umum
tempat MCK. Sehingga angka yang dapat diderita seseorang
kejadian diare yang disebabkan akibat memakan sesuatu makanan
oleh pengaruh sanitasi lingkungan. yang terkontaminasi mikroba
Hal ini sesuai dengan data hasil patogen, kecuali keracunan
penelitian diketahui bahwa hampir (Soemirat, 2009).
setengah responden memiliki Berdasarkan hasil penelitian
sanitasi kurang sebanyak 34 orang diketahui bahwa sebagian besar
(34.4%) dan 14 orang diantaranya responden memiliki higiene
(21.9%) mengalami diare. makanan cukup sebanyak 33 orang
2. Hubungan hygiene makanan (51.6%) dan 20 orang diantaranya
dengan kejadian diare pada anak (31.3%) mengalami diare. Diare
usia 1-5 tahun sendiri merupakan penyakit yang
Berdasarkan tabel 3 di peroleh salah satunya bisa disebabkan oleh
hasil uji X2 dengan nilai ρ value = makanan. Makanan yang tidak
0.001 lebih kecil dari α = 0.05, higienis akan memicu per-
maka dapat ditarik suatu kembangan kuman E Coli yang
kesimpulan bahwa Ha diterima dan akan memicu kejadian diare.
H0 ditolak. Yang artinya ada 3. Hubungan perilaku cuci tangan
hubungan hygiene makanan (X2) dengan kejadian diare pada anak
dengan kejadian diare pada anak usia 1-5 tahun

432
Berdasarkan tabel 4 di peroleh orang) suatu penyakit atau
hasil uji X2 dengan nilai ρ value = perpindahan kuman. Cuci tangan
0.001 lebih kecil dari α = 0.05, dapat berguna untuk pencegahan
maka dapat ditarik suatu penyakit yaitu dengan cara
kesimpulan bahwa Ha diterima dan membunuh kuman penyakit yang
H0 ditolak. Yang artinya ada ada ditangan. Dengan mencuci
hubungan perilaku cuci tangan tangan, maka tangan menjadi
(X3) dengan kejadian diare pada bersih dan bebas dari kuman.
anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Apabila tangan dalam keadaan
Kalibaru. bersih akan mencegah penularan
Menurut WHO terdapat 2 penyakit seperti diare, cacingan,
teknik mencuci tangan yaitu penyakit kulit, Infeksi saluran
mencuci tangan dengan sabun dan pernafasan akut (ISPA) dan flu
air mengalir dan mencuci tangan burung (Proverawati dan
dengan larutan yang berbahan Rahmawati, 2012).
dasar alkohol (Wati, 2011). Cuci Berdasarkan hasil penelitian
tangan merupakan proses mem- diketahui bahwa hampir setengah
buang kotoran dan debu secara responden memiliki perilaku cuci
mekanis dari kedua belah tangan tangan cukup sebanyak 30 orang
dengan memakai sabun dan air (46.9%) dan 14 orang diantaranya
yang bertujuan untuk mencegah (21.9%) mengalami diare.
kontaminasi silang (orang ke orang Mencuci tangan sebelum makan
atau benda terkontaminasi ke dan setelah Buang Air Besar
orang) suatu penyakit atau (BAB) dengan menggunakan
perpindahan kuman (Ananto, sabun dan pada air mengalir akan
2006). Perilaku mencuci tangan mampu membersihkan tangan dari
adalah salah satu tindakan sanitasi mikroorganisme yang dapat
dengan cara membersihkan tangan memicu terjadinya diare.
dan jari-jemari dengan mengguna- 4. Faktor dominan yang dapat
kan air atau cairan lainnya yang memicu kejadian diare pada anak
bertujuan agar tangan menjadi usia 1-5 tahun
bersih. Mencuci tangan yang baik Berdasarkan hasil analisis
dan benar adalah dengan regresi yang disajikan pada tabel 5
menggunakan sabun karena terlihat nilai koefisien regresi
dengan air saja terbukti tidak logistic berganda untuk masing-
efektif (Danuwirahadi, 2010). masing variabel. Variabel
Tujuan mencuci tangan hubungan cuci tangan nilai OR
menurut Depkes RI tahun 2007 sebesar 6.985 dengan p value
adalah salah satu unsur sebesar 0,001. Dengan demikian,
pencegahan penularan infeksi. diantara ketiga variabel bebas,
Menurut Ananto (2006) mencegah variabel cuci tangan (X3) memiliki
kontaminasi silang (orang ke orang pengaruh paling dominan terhadap
atau benda terkontaminasi ke kejadian diare pada anak usia 1-5

433
tahun, yang berarti Ha3 diterima bakteri tersebut (Simadibrata,
dan Ho3 ditolak. 2006).
Diare adalah peningkatan Berdasarkan hasil penelitian
pengeluaran tinja dengan bahwa hampir setengah responden
konsistensi lebih lunak atau lebih berusia 2 tahun sebanyak 26 orang
cair dari biasanya, dan terjadi (41%) dan berusia 1 tahun 12 orang
paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. (19%). Dalam tumbuh kembang
Sementara untuk bayi dan anak- anak menurut Sigmound Freud
anak, diare didefinisikan sebagai pada anak usia 0-1 tahun adalah
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, pada fase oral. Pada fase ini anak
sedangkan rata-rata pengeluaran senang memasukkan segala
tinja normal bayi sebesar 5-10 sesuatu kedalam mulutnya
g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010). sehingga anak menjadi sangat
Cara penularan diare melalui beresiko terkena penyakit diare.
cara faecal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang KESIMPULAN
tercemar kuman atau kontak
langsung tangan penderita atau 1. Ada hubungan sanitasi lingkungan
tidak langsung melalui lalat dengan kejadian diare pada anak
(melalui 5F = feces, flies, food, usia 1-5 tahun di Puskesmas
fluid, finger). Sementara itu faktor Kalibaru dengan p value 0.043
risiko terjadinya diare salah 2. Ada hubungan hygiene makanan
satunya adalah faktor perilaku dengan kejadian diare pada anak
antara lain: tidak menerapkan usia 1-5 tahun di Puskesmas
kebiasaaan cuci tangan pakai Kalibaru dengan p value 0.001.
sabun sebelum memberi ASI/ 3. Ada hubungan perilaku cuci
makan, setelah Buang Air Besar tangan (X3) dengan kejadian diare
(BAB), dan setelah membersihkan pada anak usia 1-5 tahun di
BAB anak (Kemenkes RI, 2011). Puskesmas Kalibaru dengan p
Tangan yang kotor merupakan value 0,001.
tempat berkumpulnya kuman. 4. Cuci tangan (X3) memiliki
Ketika makan makanan tanpa cuci pengaruh paling dominan terhadap
tangan maka kuman penyebab kejadian diare pada anak usia 1-5
infeksi akan ikut masuk dalam tahun di Puskesmas Kalibaru
saluran pencernaan. Infeksi oleh dengan nilai OR sebesar 6.985
bakteri merupakan penyebab dengan p value sebesar 0,001.
tersering dari diare. Dari sudut
kelainan usus, diare oleh bakteri SARAN
dibagi atas non-invasif dan invasif
(merusak mukosa). Bakteri non- 1. Bagi Responden
invasif menyebabkan diare karena Untuk mencegah terjadinya diare
toksin yang disekresikan oleh maka perlu dilaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat yaitu

434
peningkatan informasi tetang cuci menggunakan sabun. Tesis tidak
tangan. dipublikasikan. Fakultas Psikologi
2. Bagi Keluarga Universitas Katolik Soegijapranata
Untuk keluarga lakukan pola hidup Semarang
bersih dan sehat dengan cuci Depkes RI, 2007. Panduan
tangan sebelum menyuapi anak Penyelenggaraan Hari Cuci
dan selama menyiapkan kebutuhan Tangan Pakai Sabun Sedunia
makan dan minum anak, cara (HCTPS) Kedua. Jakarta: Depkes
masak yang sehat dan berikan RI
penutup makanan pada meja Depkes RI, 2011. Pedoman
makan sehingga lalat tidak hinggap Penatalaksanaan Kasus Diare di
pada makanan. Selain itu untuk Indonesia. Ditjen P2M dan PLP,
mencegah diare pada anak hindari Jakarta.
MCK di sungai dan gunakan selalu Depkes RI. 2007. Buku Pedoman
air bersih dan sudah direbus untuk Pelaksanaan Program P2 Diare.
air minum. Jakarta: Depkes RI.
3. Bagi Puskesmas Juffrie, 2010. Buku Ajar
Perlu ditingkatkan komunikasi dan Gastroenterologi-Hepatologi Jilid
penjelasan kepada masyarakat 1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.
tentang pentingnya perilaku hidup Kemenkes RI, 2011. Panduan
bersih dan sehat yaitu cuci tangan. Sosialisasi Tatalaksana Diare
4. Bagi Institusi pendidikan pada Balita. Direktorat Jendral
Optimalkan kegiatan pengabdian Pengendalian Penyakit dan
masyarakat dari institusi Penyehatan Lingkungan.
pendidikan dengan melakukan Machfoed, 2007. Statistika Deskriptif :
penyuluhan tentang diare dan cuci Bidang Kesehatan, Keperawatan
tangan pada daerah yang paling dan Kebidanan (Bio Statistik).
banyak terjadinya angka diare. Yogyakarta: Fitramaya.
Muhid, 2010. Analisis Statistik, IAIN
DAFTAR PUSTAKA Sunan Ampel Surabaya: CV. Duta
Aksara
Ananto, 2006. UKS. Usaha Kesehatan Notoadmodjo, 2010. Metodologi
Sekolah dan Madrasah Ibtidaiyah. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Bandung : Yrama widya Rineka Cipta
Kemenkes RI. 2010. Buletin Diare, Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010.
Jakarta: Kemenkes RI Perilaku Ib Pengguna Botol Susu
Depkes RI, 2011. Pedoman Dengan Kejadian Diare Pada
Penatalaksanaan Kasus Diare di Balita. Jakarta Timur: Departemen
Indonesia. Ditjen P2M dan PLP, Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Jakarta. Kesehatan Masyarakat,
Danuwirahadi, 2010, Efektifitas metode Universitas Indonesia
expository teaching terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten
perilaku mencuci tangan dengan Banyuwangi, 2014. Profil

435
Kesehatan Kabupaten Soemirat, 2009, Kesehatan
Banyuwangi Lingkungan, Yogyakarta:
Proverawati dan Rahmawati, 2012. Gajahmada University Press
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Subagyo & Santoso, 2012, Diare Akut
(PHBS), Yogyakarta: Nuha Pada Anak, Surakarta. UNS Press
Medika Sugiyono, 2013. Metode Penelitian
Riwidikdo 2007. Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Kesehatan. Jakarta. Bina Pustaka. Bandung: Alfabeta
Simadibrata 2006, Diare Akut. In: Timmreck CT. 2008. Epidemiologi
Sudoyo, Aru W, et al, ed. Buku suatu Pengantar. Jakarta: EGC.
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Wati, 2011, Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Zubir, Juffrie M, Wibowo T. 2006.
Kedokteran Universitas Indonesia Faktor-faktor Resiko Kejadian
Soegianto, 2012, Penyakit Tropik Pada Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan
Anak, Jakarta: Salemba Medika (BATITA) di Kabupaten Bantu

436

Anda mungkin juga menyukai