Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial, yang selalu membutuhkan
lingkungan dalam proses interaksinya dengan makhluk lain.
Lingkungan yang dibutuhkan sangat beragam, mulai lingkungan kecil
keluarga, sampai lingkungan masyarakat luas. Proses interaksi yang
dilakukan oleh manusia memerlukan kearifan dan pengetahuan, agar
terjadi interaksi yang baik.
Salah satu kearifan dan pengetahuan yang harus dimiliki oleh
manusia dalam melakukan interaksi adalah nilai-nilai etika. Kajian
tentang pentingnya etika menjadi salah satu topik yang menarik untuk
terus didiskusikan. konsep tentang nilai-nilai etika ini juga telah banyak
dirumuskan oleh para tokoh. Karena konsep tentang nilai-nilai etika
dipandang sebagai salah satu elemen penting dalam bersosial.
Lingkungan tempat manusia berinteraksi ada kalanya berupa
organisasi. Lingkungan organisasi menjadi tempat manusia bersosial,
menumbuh kembangkan potensi diri, sekaligus mengaktualisasikan
diri. Interaksi manusia dalam lingkungan organisasi ini harus dilandasi
dengan kearifan dan pengetahuan tentang nilai-nilai etika. Sebab, etika
yang ada pada diri seseorang akan sangat berpengaruh terhadap
lingkungan organisasi, baik terhadap iklim, eksistensi, perkembangan
dan lain sebaginya.
Etika
Etika pada dasarnya mengarah pada keberadaan satu aturan
yang erat kaitannya dengan keberadaan moral yang tidak dapat terlepas
dari keberadaan budaya yang berada di sekitarnya. Nilai sopan santun,
toleransi dan menolong yang erat dengan gambaran menghormati
individu lain, mengarahkan pada harmoni serta pemenuhan kebutuhan
orang lain.
Pembelajaran nilai-nilai etika yang erat kaitannya dengan moral
oleh individu pertama kali tidak terlepas dari orangtua atau keluarga.
Keberadaan orang tua sebagai agen sosialisasi dan enkulturasi bagi
individu dalam hal ini berperan dalam proses transmisi budaya yang
bersifat vertical. Proses pembelajaran mengenai satu nilai maupun
aturan dalam satu masyarakat atau budaya yang selanjutnya setelah
orangtua dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keberadaan
lingkungan sekitar (teman, masyarakat, keluarga luas, dan lain-lain).
Etika berasal dari bahasa yunani “ethes’’ artinya adat. Etika
adalah ilmu yang meyelidki baik dan buruk dengan memperhatikan
perbuatan manusia sejauh yang diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan
moral berasal dari Bahasa Latin “mores” yang berarti kebiasaan.
Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas
masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak
pada dasarnya sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran
manusia. Sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Etika dalam Bahasa arab disebut dengan akhlak. Akhlak berasal
dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang berari
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut
istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk
(benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan menentukan
tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu
dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk,
maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya,
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Akhlak tidak
terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan
pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan
ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik.
Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan
jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh
dorongan karena Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang
berkaitan dengan sikap batin ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah
yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku kepada Allah,
sesama manusia, dan pola perilaku kepada alam.
Akhlak yang islami adalah akhlak yang bersumber pada ajaran
Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang
sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah
seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari
akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat
kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq
(yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia)
dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik antara makhluq dengan
makhluq.
Kata “menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat,
sehingga perlu disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak
bermacam-macam, dari akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik
sekali hingga sempurna. Rasulullah sebelum bertugas
menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna.