Anda di halaman 1dari 20

BAB VI

GESERAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa memahami konsep geseran

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa diharapkan dapat
1. menggunakan konsep keekuivalenan dua ruas garis berarah untuk
menentukan kedudukan suatu titik.
2. menentukan hasil geseran suatu unsur
3. melukis hasil geseran suatu unsur
4. menyatakan suatu geseran sebagai komposisi dari dua buah
pencerminan
5. menentukan atau melukis suatu unsur dengan menggunakan fakta bahwa
suatu geseran dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah
pencerminan
6. menentukan atau melukis suatu unsur dengan menggunakan fakta bahwa
suatu geseran dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah
setengah putaran
7. menentukan atau melukis suatu unsur dari hasil komposisi dua buah
geseran
8. mengaplikasikan konsep geseran untuk menyelesaikan suatu persoalan
yang terkait dengan geseran.

C. Uraian Materi

6.1 Ruas Garis Berarah

Kita telah mempelajari, jika A suatu titik yang diketahui, s dan t dua garis
yang saling berpotongan tegak lurus di A maka H A= Ms Mt. Pada bab ini akan kita
pelajari bentuk dari M s Mt jika s || t. Sebelum mempelajari Geseran terlebih dahulu
akan dibahas tentang konsep ruas garis berarah.
Definisi 6.1
Ruas garis berarah adalah suatu ruas garis yang salah satu ujungnya disebut
titik pangkal dan ujung lainnya disebut titik akhir. B

Gambar 6.1

⃑⃑⃑⃑⃑ menyatakan ruas garis berarah dengan A sebagai titik pangkalnya dan
Notasi 𝐴𝐵
B sebagai titik akhirnya. Dua buah ruas garis berarah dikatakan kongruen jika kedua
garis berarah tersebut mempunyai panjang yang sama.

Definisi 6.2
AB dikatakan ekuivalen dengan CD (dinotasikan dengan AB ≗ CD ) jika
Hp(A) = D dengan P adalah titik tengah ̅̅̅̅
𝐵𝐶

Gambar 6.2

Teorema 6.1

Misalkan ⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑ tak segaris, ABCD adalah jajar genjang jika dan
𝐴𝐵 dan 𝐶𝐷
hanya jika ⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑
𝐴𝐵 ≗ 𝐷𝐶

Bukti:
=> Misalkan ABCD suatu jajar genjang maka diagonal-diagonal AC dan BD

berpotongan di suatu titik P dan saling membagi dua sama panjang. Akibatnya,

Hp( A)  C dan P titik tengah BD sehingga AB  DC


<= Jika AB  DC maka Hp( A)  C dengan P sebagai titik tengah BD .

Karena Hp( A)  C maka P adalah titik tengah AC . AC dan BD merupakan


diagonal diagonal segiempat ABCD yang saling membagi sama panjang di titik P.
Akibatnya, ABCD merupakan suatu jajar genjang.

Keekuivalenan dua ruas garis berarah merupakan suatu relasi ekuivalensi yakni
bersifat refleksif, simetris dan transitif.

Akibat 6.1
Jika AB  DC maka AB  CD dan AB serta CD sejajar atau kolinear.

Teorema 6.2

Diberikan suatu titik P dan suatu ruas garis berarah AB . Ada dengan
tunggal titik Q sehingga PQ  AB .
Bukti:

A Q  H R ( A)
R
P

Gambar 6.3

Untuk membuktikan adanya titik Q , misalkan ada titik S, S  Q sehingga berlaku

AB  PS . Dengan demikian, H R ( A)  S . Akibatnya, Q  H R ( A)  S . Jadi,

terjadi suatu kontradiksi S  Q dan S  Q . Dengan demikian, haruslah S  Q

Akibat 6.1
Jika P1 ( x1 , y1 ) , P2 ( x 2 , y 2 ) dan P3 ( x3 , y 3 ) adalah titik-titik yang diketahui

maka P( x3  x2  x1 , y3  y 2  y1 ) adalah titik tunggal sehingga P3 P  P1 P2

Akibat 6.2
P1 P2  P3 P4 jika dan hanya jika x2  x1  x4  x3 dan y 2  y1  y 4  y3 dengan
Pn  ( xn , y h ), n  1,2,3,4

Definisi 6.3

Misalkan AB ruas garis berarah dan k suatu bilangan real. Jika k  0


maka k ( AB ) adalah ruas garis berarah AP sehingga P berada pada sinar AB dan jarak
AP  k (AB) . Jika k  0 maka AP  k (AB ) sedemikian sehingga P berada pada
sinar yang berlawanan arah dengan AB dan AP  k AB . Pada kedua kasus,
dikatakan bahwa AP kelipatan skalar dari AB .

Contoh 6.1
Diberikan tiga titik tak segaris A, B dan C seperti pada gambar berikut. Tentukanlah
suatu titik E sehingga CE  AB

B E

A C
Gambar 6.3

Prosedur melukis
1. Hubungkan B dengan C dan selanjutnya cari titik tengahnya. (Misalkan D)
2. Carilah H D ( A) . Titik E yang dicari adalah E  H D ( A)

6.2 Geseran

Definisi 6.4
Suatu pemetaan S merupakan suatu geseran jika terdapat suatu garis

berarah AB sehingga untuk setiap titik P pada bidang, S ( P)  P dan PP  AB


Geseran tersebut selanjutnya dinotasikan dengan S AB
B
P   S AB (P )

A P

Gambar 6.4

Teorema 6.3

S AB  S CD jika dan hanya jika AB  CD

Bukti:
(=>) Diketahui S AB  S CD . Untuk sembarang titik P, misalkan S AB ( P )  P 
dengan PP   AB . Karena S AB  S CD maka S CD (P) = P'
dengan PP   CD . Akibatnya, AB  CD .

(<=) Diketahui AB  CD . Untuk sembarang titik Q akan ditunjukkan bahwa S AB (Q)  S CD (Q) .

Misalkan S AB (Q )  Q1 dan S CD (Q)  Q2 . Menurut definisi gerakan diperoleh QQ1  AB

dan QQ21  CD . Karena AB  CD maka QQ1  QQ2 yang berlaku apabila Q1  Q2 . Jadi,

S AB  S CD .

Geseran S AB akan menjadi suatu identitas I bila A  B . Oleh karena S AB  S CD  I

maka setiap titik akan dipindahkan sehingga tidak ada titik tetap. Garis tetapnya adalah semua

garis yang sejajar dengan AB .

Akibat 6.3
Jika A, B dan C tiga titik tak segaris maka S AB  S CD jika dan hanya jika CABD merupakan
suatu jajar genjang.

6.3 Rumus Geseran secara Analitis

Pada bidang koordinat XOY pilih titik B(a, b) . Secara analitis S OB dapat dinyatakan
dengan S OB ( x, y )  ( x  a, y  b) atau jika ( x' y' )  S OB ( x, y) maka x'  x  a, y'  y  b

P’(x’,y’)

B(a,b)
P(x,y)

b
O X
a

Gambar 6.5

Misalkan diketahui A( x0 , y 0 ), B( x1 , y1 ) maka ada dengan tunggal bilangan a dan b

sehingga x1  x0  a dan y1  y 0  b . Dengan demikian, ada suatu geseran tunggal

S AB dengan persamaan berbentuk (dalam notasi vektor).

 x   x   x  x0 
S AB        1 
 y   y   y1  y 0 

 x1  x0 
dan   disebut vektor geseran.
 y1  y0 
Contoh 6.2
Diketahui A(2,-1) , B(3,4) dan g = {(x, y) | y + 2 x = 4 }

a) Dicari suatu titik F sehingga S AB (F) = (1,3) . Berdasarkan rumus geseran, maka

S AB (x , y) = (x, y) + (1,5) . Misaikan F ( x0 , y0 ) maka

SAB (x 0 , y 0 ) = (1,3).(x 0 , y 0 ) + (1,5)  (1,3) sehingga ( x0 , y 0 )  (0,2)

b) Akan dicari dan selanjutnya dilukis S AB (g).


Gambar 6.6
(x' , y' ) = (x , y) + (1 ,5) sehingga (x , y) = (x' - 1 , y' - 5) . Dengan mensubstitusikan

(x , y) pada persamaan garis g maka diperoieh S AB (g) seperti pada gambar di atas
yakni (y' - 5) + 2 (x' - 1) = 4
Teorema 6.4
  
Jika k || I dan diberikan dua titik A dan B maka AA'  BB' dengan
A' = M I M k (A) dan B' = M I M k (B) .
Bukti:
Tanpa kehilangan umumnya bukti, pilih k sebagai sumbu Y dan g sebagai sumbu X.
Misalkan A(x 0 , y 0 ) dan B(x 1 , y1 ) . Jika T titik tengah ruas garis A' B

Gambar 6.7
Akan ditunjukkan H T (A) = B' . Misalkan I mempunyai persamaan x = m (m  0) .

Apabila P = (x, y) dan P' = M I (P) maka PP' memotong I di Q(m, y) dengan Q adalah titik

tengah ruas garis PP' . Jadi,


M I (P) = (2m - x, y), M k (P) = (-x, y).
Akibatnya,
M l M k (P)  M I (-x, y)  (2m + x, y)

M I M k (A) = (2m + x 0 , y 0 ) = A' dan M I M k (B) = (2m + x 1 , y1 ) = B' .

 2m  x0  x1 y 0  y1 
Karena T titik tengah A' B maka T   , 
 2 2 
Sedangkan
  2m  x0  x1   y  y1  
H T ( A)   2   x0 ,2 0  
  2   2 
 2m  x1 , y1 
 B'

Berikut akan disajikan suatu teorema yang menyatakan bahwa dengan suatu
parsyaratan tertentu maka suatu geseran dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua
pencerminan.

Teorema 6.5
   
g || h , CD  g dengan C g dan D h . Jika AB  2 CD maka
SAB = M h M g .

Bukti:
Misalkan P sembarang titik. Jika P' = S AB (P) dan P" = M h M g (P) maka akan
        
ditunjukkan P' = P" . Jika P' = S AB (P) maka PP' = AB . Karena AB  2 CD maka PP'= 2 CD .
Gambar 6.8


Karena C"  M h M g (C ), C  g maka C"  M h (C ) sehingga D merupakan titik tengah CC"
       
sehingga, CC" = 2 CD .Menurut Teorema 6.4 maka CC" = PP' ' = PP' . Dengan kata lain,
S AB  M h M g

Dengan mengambii kejadian khusus seperti pada gambar di bawah maka akan
diperoleh akibat seperti dinyatakan berikut ini.

Gambar 6.9
Akibat 6.4
   
Diberikan AB dan M titik tengah AB . Jika u  AB di A, v  AB di M dan

w  AB di B maka S AB = M v M u = M w M v .

Teorema 6.6
Untuk sembarang S AB maka SAB   SAB
1
Bukti :
S AB = M v M u dan SBA = M u M v .
-1 -1
(S AB ) -1 = (M v M u ) -1 = M u M v = M u M v = S BA .

Contoh 6.3
Diketahui A = (-1 ,3) , B = (-5. - 1) dan C = (2,4) . Tentukanlah persamaan garis g dan
h sehingga C g dan M h M g = SAB .

Jawab :
S AB (x, y) = (x - 4 , y - 4 ). Misalkan I adalah garis yang melalui A dan B. Persamaan
garis I berbentuk
y 3 x  (1)
I:  atau I  {( x, y) | y  x  4}
 1  3  5  (1)
Misalkan g adalah garis yang melalui C dan g  I . Persamaan garis g
berbentuk

g : ( y  4)  1( x  2) atau

g  {( x, y) | y   x  5}.
Misalkan D adalah titik potong garis g dengan l . Maka koordinat D dapat
ditentukan melalui  x  6  x  4 sehingga x  1 dan y  5 . Jadi, D  (1,5) .

AB  4 2 . Selanjutnya akan dicari suatu titik F pada l sehingga


1   
DF  (4 2 )  2 2 dan AB  2 DF . Misalkan F  ( x 0 , y0 ) . Karena F pada l
2
maka terpenuhi, x0  y0  4
.

Gambar 6.10

dan haruslah terpenuhi juga DF  ( x0  1) 2  ( y0  5) 2  2 2

( x0  1) 2  ( y0  5) 2  ( x0  1) 2  ( x0  4  5) 2  8

x0  3 atau x0  1 . Sehingga F1  (3,7) atau F2  ( 1,3)

  2    2    4
Karena DF1    dan DF2    sedangkan AB    maka koordinat F
 2   2   4
yang memenuhi adalah F2  ( 1,3) . Garis h yang dicari adalah garis yang melalui
F2  (1,3) dan sejajar g yang mempunyai persamaan
y  x  2 .
Teorema 6.7

Geseran merupakan suatu isometri.

Teorema 6.8

Terhadap S AB  I , tidak terdapat titik tetap dan semua garis yang ║ AB


merupakan garis tetapnya.

6.4 Komposisi Geseran

Kita teiah mempeiajari bahwa suatu geseran dapat dinyatakan sebagai komposisi
dari dua buah pencerminan. Di samping itu, berikut akan kita pelajari bahwa suatu
geseran juga dapat dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah setengah putaran.

Teorema 6.9

Jika S AB adalah suatu geseran, C dan D adalah dua titik sedemikian


  
sehingga AB  2 CD maka S AB  H D H C .

Bukti:

Gambar 6.11


Misalkan s  CD , u dan v adalah garis-garis yang tegak lurus pada s masing-
masing di C dan D . Menurut Teorema 6.5 maka S AB  M v M u .

Sementara itu, H D  M v M s dan H C  M s M u . Dengan demikian maka

H D H C  ( M v M s )( M s M u )  M v ( M s M s ) M u  M v M u  S AB .
Contoh 6.4

Misalkan A(3,1), B(1,7) dan C (4,2) . Carilah titik D sehingga S AB  H D H C .

Jawab:
  
Misalkan E adalah titik sedemikian hingga CE  AB . Menurut Akibat 6.1

Maka
E  (4  [1  3],2  [7  1])  (2,10)
  
Ambil D adalah titik tengah dari CE , maka D  (3,6) . Akibatnya CE  2 AD .
  
Dan juga AB  2 AD . Jadi titik D yang dicari adalah D  (3,6) .

Akibat 6.5

Diberikan suatu geseran S AB dan setengah putaran H C maka


  
S AB H C  H D dengan D adalah titik sedemikian sehingga 2 CD  AB

Bukti :

  
Misalkan E adalah suatu titik tunggal sedemikian sehingga CE  AB
  
dan misalkan D adalah titik tengah dari CE . Akibatnya, CE  2 CD dan juga
  
AB  2 CD . Menurut Teorema 6.9 maka S AB  H D H C . Selanjutnya,

S AB H C  ( H D H C ) H C
 H D (H C H C )  H D

Akibat 6.6

Jika H A, H B dan H C masing-masing menyatakan setengah putaran

maka H C H B H A  H D dengan D adalah suatu titik sedemikian


  
sehingga AD  BC .

Teorema 6.10

Hasil komposisi dua geseran S AB dan S CD merupakan suatu


  
geseran S PQ dengan PQ  AB  CD .

Bukti:

Gambar 6.12
 
Untuk sembarang titik T pada bidang, S AB (T )  T ' dengan TT ' // AB .
  
S CD (T ' )  T ' ' dengan T ' T ' '  CD . Dengan demikian,

S CD S AB (T )  S CD (T ' )  T ' ' dan selalu akan terpenuhi


     
T ' T ' '  TT ' T ' T ' '  AB  CD  PQ .
Berikut akan diberikan contoh aplikasi dari geseran.

Contoh 6.5
Sebuah sungai digambarkan dengan tepinya adalah kedua garis s ║ t seperti pada
gambar. Di atas sungai akan dibangun sebuah jembatan dan rnenurut konstruksi,
Jembatan harus tegak lurus terhadap sungai. Di tititk mana jembatan harus dibuat
supaya jalan penghubung dari D ke E paling pendek.
Gambar 6.13

Jawab:

Yang harus diminumkan adalah panjang lintasan I = DT + TS + SE tetapi TS adalah


suatu konstanta sehingga I minimum jika dan hanya jika DT + TS minimum Prosedur
untuk membuat lukisannya:
AB  t dimana panjang ⃑⃑⃑⃑⃑
1. Lukis ruas garis berarah ⃑⃑⃑⃑⃑ AB = jarak garis s dengan t.
2. Geser D dan t menurut ⃑⃑⃑⃑⃑
AB. Misalkan SAB(D) = D′ dan SAB(t) = s
3. Tarik garis D′E yang memotong s = t' di S = T′.
⃑⃑⃑⃑⃑ sehingga diperoleh T.
4. Geser kernbali T' melalui ruas garis berarah −AB
5. Jadi lintasan yang dicari adalah DTSE
Gambar 6.14
Misalkan ada jalan lain DABE dengan AB di luar TS. Perhatikan bahwa
̅̅̅̅ = DT
D′S DA = ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ ; ̅̅̅̅ D′B dan ̅̅̅̅ ̅̅̅.
AB = TS
Pandang ∆ EBD'. ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ + SE
D′E = D′S ̅̅̅.
̅̅̅̅̅
D′B + BE ̅̅̅̅̅ = ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅ > (D′E D′S+ ̅̅̅̅
SE).
̅̅̅̅ + AB
Sehingga DA ̅̅̅̅ + BE
̅̅̅̅ > DT
̅̅̅̅ + TS
̅̅̅ +̅̅̅̅
SE.

Pengertian geseran didasarkan pada konsep ruas garis berarah. Suatu geseran akan tertentu jika
vektor geserannya juga tertentu. Suatu geseran SAB merupakan suatu isometri langsung yang tidak
memiliki titik tetap dan garis tetapnya adalah semua garis yang ǁ ⃡⃑⃑⃑⃑
𝐴𝐵. Setiap geseran SAB selalu dapat
dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah pencerminan. Di samping itu, suatu geseran SAB juga dapat
dinyatakan sebagai komposisi dari dua buah setengah putaran. Komposisi dari dua buah geseran
bersifat tertutup, atau dengan kata lain, komposisi dua buah geseran akan berupa suatu geseran lagi.

D. Latihan

1. Diberikan titik-titik A, B dan C seperti pada garnbar di bawah ini


Gambar 6.15

Lukislah

(a) D sedemikian sehingga ⃑⃑⃑⃑⃑


AB ≐ 3 ⃑⃑⃑⃑⃑
AB

⃑⃑⃑⃑⃑ ≐ − 4 AB
(b) E sedemikian sehingga AE ⃑⃑⃑⃑⃑
3

⃑⃑⃑⃑ ≐ √2 AB
(c) F sedemikian sehingga CF ⃑⃑⃑⃑⃑
2. Diketahui A(2,1) , B(3,4) dan C(-1,5). Tentukanlah
⃑⃑⃑⃑⃑ ≐ AB
(a) D sehingga CD ⃑⃑⃑⃑⃑ ⃑⃑⃑⃑⃑ ≐ 1 AC
(b) F sehingga AF ⃑⃑⃑⃑⃑
2

3. Buktikan bahwa SAB merupakan suatu Transformasi.


4. Deketahui s dan t adalah garis yang sejajar, titik P dan Q seperti pada gambar berikut
Gambar 6.16

(a) Lukislah P' = Mt MS (P) dan Q' = Mt MS (Q)

(b) Buktikan bahwa ⃑⃑⃑⃑⃑⃑


PP′ ≐ ⃑⃑⃑⃑⃑⃑⃑
QQ′
5. Diketahui garis-garis g ǁ h dan titik A tidak pada g ataupun h.
(a) Lukislah titik B sehingga Mh Mg = SAB.
(b) Lukislah titik E sehingga Mh Mg = S2AE.
6. Jika A = (2,3) dan B = (-4,7) tentukanlah
(a) Persamaan garis g dan h sehingga Mh Mg = SAB.
1
(b) Lukislah hasil dari SAB(g) jika g = { (x,y) | y = 2 x + 3 }

7. Buktikan Teorema 6.7

8. Buktikan Teorema 6.8


9. S adalah suatu geseran yang ditentukan seperti berikut. Jika P(x,y) maka
S(P) = (x+2, y+3)
(a) Jika diketahui C = (1,-7) , tentukanlah koordinat D sehingga HD HC = S
(b) Jika 𝑠 = {(𝑥, 𝑦)|𝑥 2 + 𝑦 2 = 4} lukislah hasil S(S)
10. Diantara Kota D dan E terdapata dua sungai seperti terlihat pada gambar 6.17 Pada kedua sungai akan
dibuat jembatan yang tegak lurus dengan sungai. Tentukanlah dimana kedua jembatan tersebut harus
dibuat agar jarak D ke E sependek mungkin.

Gambar 6.17

11. Diketahui dua buah Lingkaran C1 dan C2, garis s dan titik-titik D dan E seperti pada
gambar 6.18 berikut.
Gambar 6.18

Tentukan titik P pada C1 dan Q pada C2 sedemikian sehingga PQ = DE dan ⃡⃑⃑⃑


PQǁ s.

12. Diberikan s dan t beserta ruas garis RS seperti pada gambar berikut.

Gambar 6.19
Lukislah garis x yang membentuk sudut 60o terhadap sedemikian sehingga jika {P} =
x ∩ s dan {Q} = x ∩ t maka jarak PQ = RS (Petunjuk: gunakan geseran S yang sesuai
dan gunakan S(s))

Anda mungkin juga menyukai