Anda di halaman 1dari 20

DISKUSI ONLAY

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI

Oleh :
Nyimas Rafika Anggraini

04074822022019

Dosen Pembimbing :

drg. Merryca Belinda, MPH, Sp.KG

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
PROSEDUR PENATALAKSANAAN RESTORASI RESTORASI

NON PLASTIS

Restorasi non plastis adalah restorasi yang biasanya dibuat diluar rongga mulut pada

model gigi yang memerlukan fasilitas laboratorium dan disementasi pada gigi. Restorasi ini

dilakukan lebih dari satu kali kunjungan.

Salah satu jenis restorasi non plastis adalah :

a. Onlay
Onlay melibatkan penggantian struktur gigi yang lebih banyak jika dibandingkan

dengan inlay. Digunakan untuk merestorasi pit, fissure, dan/atau lingual gigi, serta

mengembalikan satu atau lebih cusp. Onlay digunakan ketika kemungkinan fraktur cusp tinggi.

Gambar 1. Onlay

Indikasi dan kotraindikasi restorasi Onlay


Indikasi Kontraindikasi
Karies besar meluas hingga proksimal gigi
Kebiasaan parafungsional
posterior yang melibatkan cusp
Fraktur melibatkan cusp Kelainan periodontal

Gigi yang telah dirawat endodontik (dimana


Kamar pulpa yang lebar serta tanduk pulpa
akses kavitas telah menurunkan kekuatan dan
tinggi (pada pasien muda)
prognosis gigi)
Gigi yang sulit untuk membentuk retensi Indeks karies tinggi
Dinding fasial, lingual dan multipel rusak
Sebagai penyangga gigi tiruan
(indikasi crown)
Untuk menjaga dan merestorasi kontak
interproksimal, kontur dan oklusal
Oral hygiene baik dan indeks karies rendah
Kelebihan dan kekurangan restorasi onlay
Kelebihan Kekurangan
Memperkuat sisa struktur gigi Memerlukan jumlah kunjungan lebih banyak
Lebih tahan aus dibandingkan dengan restorasi
Teknik sangat sensitif
direk
Kemungkinan polymerization shrinkage lebih
kecil sehingga mengurangi kemungkinan
Restorasi membutuhkan keterampilan operator
microleakage dan sensitivitas setelah restorasi.
(kecuali jika semen larut)
Sifat fisik lebih baik dibandingkan dengan Keramik mengabrasi gigi dan restorasi yang
restorasi direk berlawanan
Biokompatibel dengan respon jaringan lebih
Memerlukan restorasi sementara
baik
Polishing secara ekstra oral mudah Lebih mahal
Kontak dan Kontur lebih baik karena dibuat
secara tidak langsung

Bahan yang digunakan untuk restorasi non plastis


1. Emas
• Bahan restoratif yang paling baik dibandingkan bahan lainnya.
• Memiliki kekerasan yang sama dengan email sehingga sulit pecah
maupun terkikis
• Tahan karat
• Restorasi ekstrakoronal dari bahan emas terdiri dari: mahkota penuh,
mahkota ¾ dimana hanya 1 permukaan gigi yang tidak diselubungi
(biasanya permukaan bukal), inlay, onlay, jembatan.
Indikasi Kontraindikasi
Daerah yang menerima beban kunyah Pada keadaan mulut dengankaries yang
besar aktif atau terdapat penyakit periodontal
Gigi posterior yang telah dilakukan Faktor sosial dan ekonomi
perawatan endodontik
Pada keadaan tertentu dimana bahan Pertimbangan estetik
restorasi lain tidak memadai digunakan
untuk membangun daerah proksimal dan
oklusal
Restorasi yang menutupi sebagian atau Pasien menginginkan perawatan dengan
menyeluruh gigi posterior dimana kunjungan singkat dan prosedur sederhana
kehilangan jaringan dentin koronal cukup
besar
2. Porselen
• Restorasi porselen merupakan bahan yang rapuh dan mudah pecah
sebelum dilakukan sementasi pada kavitas.
• Setelah melekat pada gigi bersifat sangat kuat sehingga dapat
mengikis permukaan gigi antagonis.
• Digunakan pada restorasi inlay, onlay, crown dan veneer
• Diperlukan pengurangan minimal 0,8 mm di bagian tepi dan 1,5-2
mm di bagian oklusal/insisal.
• Tepi mahkota porselen diletakkan di bawah margin gingiva sebagai
pertimbangan estetis.
Indikasi Kontraindikasi
Pada kasus gigi anterior yang mengalami Gigi dengan mahkota klinis yang kecil
perubahan warna yang berat
Pada restorasi post dan core Pada oklusi edge to edge
Gigi dengan bentuk preparasi yng tidak
ideal untuk mendukung bahan porselen
Gigi yang ketika beroklusi dengan gigi
lawan berada di bagian servikal permukaan
palatal

3. Komposit Indirect
• Pemakaian restorasi komposit di buat di laboratorium meningkat.
• Restorasi komposit indirek (dengan atau tanpa fibre reinforced)
digunakan pada: inlay 1 unit, onlay dan mahkota.
Kelebihan : Tidak mengikis gigi lawan dan mudah diperbaiki (dibandingkan
porselen).
Kekurangan : Mudah pecah dam berubah warna.
4. Metal keramik
• Restorasi mahkota metal ceramic memberikan kombinasi kekuatan
dan estetik.
• Perlu preparasi setebal 1,5 mm untuk penempatan bahan tersebut.
• Preparasi membutuhkan ketebalan yang cukup sehingga
meningkatkan insidensi kematian pulpa gigi vital.
• Permukaan oklusal dari porselen lebih estetik sehingga
membutuhkan pengurangan jaringan gigi lebih banyak dan
meningkatkan resiko excessive occlusal wear terhadap gigi lawan.

Bahan
Onlay Metal Ceramic Metal Bahan Sewarna Gigi

Indikasi • Pada kasus kegagalan • Restorasi yang luas • Pertimbangan estetik


berulang mahkota jaket (perlu kekuatan, • Defek yang luas atau
porselen. kontrol kontur dan restorasi sebelumnya.
• Pada mahkota gigi posterior kontak yang baik). • Faktor ekonomi
yang memerlukan estetika • Gigi pasca perawatan
di mana mahkota veneer endodontik
emas penuh atau sebagian • Gigi dengan resiko
merupakan kontraindikasi. fraktur
• Pada gigi anterior di mana • Diastema closure dan
tidak terdapat ruangan yang occlusal plane
cukup untuk restorasi all correction.
ceramic • Removable
prosthodontic
abutment

Kontraindikasi • Pada pasien usia muda • Resiko karies tinggi • Daya oklusal yang
sehingga resiko kerusakan • Pasien usia muda besar
pulpa tinggi. • Pertimbangan estetik • Tidak mampu
• Pada kasus dikhawatirkan • Restorasi kecil mengontrol daerah
akan terjadi keausan yang kering
permukaan oklusal berlebih. • Preparasi subgingival
yang
salah
PREPARASI ONLAY
Preparasi awal
A. Preparasi oklusal
1. Menggunakan bur karbid No. 271 yang paralel dengan sumbu
panjang mahkota gigi, preparasi lantai pulpa sedalam 2 mm di
sepanjang central groove (gambar a)
2. Untuk memastikan diagnosis praoperatif untuk pengurangan cusp,
preparasi oklusal ini diperluas secara fasial dan lingual tepat di luar
karies ke struktur gigi yang sehat. Namun, groove tidak boleh
diperpanjang lebih jauh dari dua pertiga jarak dari central groove ke
puncak cusp (gambar b)
3. Kurangi cusp untuk mendapatkan convenience form yang tepat.
4. Divergensi gingival-oklusal pada preparasi dinding berkisar 2-5o
tergantung tingginya. Jika dinding vertikal pendek, gunakan
divergensi minimal yaitu 2o, begitupula sebaliknya.

Gambar 2. Tahap preparasi inisial


B. Preparasi Box proksimal
1. Menggunakan bur yang sama, preparasi meluas hingga ke mesial
dan distal untuk membuka dentinoenamel junction proksimal.
Lebar pemotongan 0,8 mm (0,5 mm dentin dan 0,3 mm enamel)
meluas hingga ke fasial dan lingual. (Gambar 2c)
2. Preparasi meluas ke gingiva untuk membuang karies pada lantai
gingival dengan jarak 0,5 mm dari gigi sebelahnya (Gambar 3).

Gambar 3. Lantai gingiva 0,5 mm dari gigi sekitar

3. Untuk menghancurkan kontak dari gigi sebelahnya, pemotongan


menggunakan carbide bur pada fasial dan lingual pada box
proksimal (Gambar 4).

Gambar 4. Pemotongan faisal dan lingual pada box proksimal


4. Pemotongan arah gingiva hingga bur mencapai permukaan
proksimal. Tetap menjaga selapis tipis enamel pada daerah kontak
untuk mencegah kerusakan pada gigi sebelahnya. jika diperlukan
dapat menggunakan matriks band untuk proteksi gigi sekitar.
5. Selapis tipis dinding enamel yang tidak didukung dapat
dihilangkan menggunakan hand instrument (Gambar 5)
Gambar 5. Menggunakan ekskavator untuk mengambil dinding
enamel
6. Bevel gingiva 1 mm
C. Pengurangan Cusp
1. Dengan carbide bur, pengurangan cusp dimulai dengan membuat
kedalaman grooves 1,5 mm (untuk cusp non fungsional) dan 2 mm
(untuk usp fungsional). Meluas hingga ke lingual dan fasial.

Gambar 6. Pengurangan cusp

D. Bentuk Retensi dan Resistensi


1. Penambahan groove pada dinding proksimal box.
Untuk meningkatkan retensi dan resistensi, groove dibuat di
dinding proksimal pada box. Pembuatan pada sudut garis
fasioaksial dan sudut garis linguoaksial pada dentin untuk
menambah retensi. (Gambar 7)
Gambar 7. Preparasi onlay dengan retensi berupa groove pada sudut garis fasioaksial
dan sudut garis linguoaksial.

2. Bevel Oklusal.
Bevel oklusal 30- 40 derajat dimulai pada sepertiga dinding
oklusal. Menggunakan flame shaped diamond. Tujuan bevel
oklusal adalah untuk membuang ketidakteraturan dalam preparasi
atau enamel rod yang tidak didukung pada cavosurface margin.
Bevel memberikan cavosurface margin yang halus. Jika cusp
curam, berikan sedikut bevel atau tanpa bevel, namun jika cusp
dangkal, berikan bevel yang lebih jelas. Penyelesaian akhir dari
dinding dan margin dilakukan dengan membuang semua email
yang tidak didukung oleh dentin.

Gambar 8. Bevel oklusal membantu pembuangan enamel rod yang tidak


didukung cavosurface margin.

E. Preparasi Akhir
1. Bersihkan preparasi dengan semprotan udara/air atau dengan
menggunakan cotton pellet.
2. Bersihkan debris dan periksa semua sudut dan tepi cavosurface.
3. Buang karies yang masih tersisa, material restorasi yang lama, pit dan
fissure yang dalam yang termasuk dalam preparasi.
4. Pada preparasi yang besar dengan karies lunak, pembuangan dentin
yang berkaries dilakukan dengan ekskavator atau bur bulat kecepatan
rendah. Aplikasikan basis pada dasar preparasi. Jika karies dalam dan
sangat dekat ke pulpa, berikan kalsium hidroksida dengan ketebalan 1
mm sebelum diberikan base yang sesuai. (Gambar 9).

Gambar 9. Pelindung pulpa diberikan pada preparasi yang dalam. Kalsium


hidroksida digunakan sebagai liner dan glass ionomer cement sebagai base.

F. Pembuatan Catatan Gigitan


Catatan gigit digunakan untuk mendapatkan hubungan dari model rahang
atas dan rahang bawah sebagaimana hubungan oklusi yang terdapat di
dalam mulut pasien, sehingga didapatkan restorasi yang stabil oklusinya
(oklusi sentris). Catatan gigit dapat dengan (1) membuat catatan interoklusal
intercuspation maksimal dengan bite registration paste atau
(2) membuat cetakan rahang penuh dan membentuk model dari cetakan lalu
diletakan pada artikulator.
Prosedur pembuatan :
1. PVS bite registration paste, material berada pada cartridge
kemudian mencampur base dan pasta accelerator secara otomatis
pada disposable automixing tip. (Gambar 10a).
2. Pasta kemudian dialirkan langusng pada gigi yang telah
dipreparasi dan lawannya, selanjutnya pasien menutup mulut
keseluruhan. (Gambar 10b dan c). Operator mengobservasi gigi
yang tidak tertutup bite registration paste untuk memverifikasi
gigi dalam intercuspation maksimum.
3. Saat material mengeras (set), operator mengambil catatan gigit).
Terlihat penetrasi gigi yang tidak dipreparasi. (Gambar 10d)

Gambar 10. Prosedur pembuatan cetakan gigit a) bite registration paste. b)


menggunakan cartridge dispenser dan disposable automixing tip, base dan pasta
akseleratur otomatis tercampur dan diaplikasikan pada gigi yang telah dipreparasi. c)
pasien diminta menutup mulut hingga posisi intercuspation maksimum. d) mengangkat
catatan gigit dengan hati-hati saat sudah mengeras, dan terlihat gigi yang tidak dipreparasi
penetrasi ke pasta.

G. Restorasi Sementara
Restorasi sementara dibutuhkan pada periode waktu antara gigi yang
telah dipreparasi dan restorasi akhir selesai dibuat, sehingga restorasi ini
dapat melindungi gigi yang telah dipreparasi dan memberikan kenyamanan
pada pasien.
Syarat Restorasi Sementara :

1. Tidak mengiritasi dan melindungi gigi yang telah dipreparasi


2. Melindungi dan menjaga kesehatan jaringan periodonsium
3. Menjaga posisi preparasi, gigi sekitar, dan gigi berlawanan.
4. Memberikan estetik, fonetik dan fungsi mastikasi
5. Kekuatan dan retensi yang cukup untuk menahan tekanan.
Teknik pembuatan restorasi sementara:
a. Teknik Direct
Caranya:
• Lakukan pencetakan preoperatif menggunakan alginat. Gigi
yang mengalami karies atau fraktur ditutupi dengan wax
membentuk kontur anatomis normal.
• Preparasi gigi
• Masukkan resin akrilik self-cure ke dalam hasil cetakan
preoperatif di daerah gigi yang telah dipreparasi
• Cetakkan kembali ke dalam mulut pasien dan buka cetakan
setelah resin mengeras.
• Lakukan finisihing dan polishing akhir pada restorasi sementara

b. Teknik Indirect
Caranya:
• Lakukan pencetakan preoperatif dengan alginat (cetakan no.1)
• Lakukan pencetakan pada gigi yang telah dipreparasi dengan
alginat (cetakan no.2)
• Lakukan pengecoran dengan gipsum fast-setting pada cetakan
no.2.Buang kelebihan bahan pada model kerja dan aplikasikan
cold mold seal separating media pada daerah gigi yang telah
dipreparasi.
• Manipulasi resin akrilik dan tuang ke dalam cetakan no.1 pada
daerah gigi yang telah dipreparasi.
• Secara perlahan, model kerja dicetakkan ke cetakan no.1. Buang
kelebihan resin dan tunggu hingga mengeras.
• Keluarkan mahkota resin dari cetakan no.1, lakukan finishing
dan polishing akhir.

Gambar 11. Prosedur pencetakan dan pengecoran

H. Pencetakan dan Pembuatan Model Kerja Die


Setelah preparasi gigi, pencetakan gigi yang telah dipreparasi dan gigi
sekitarnya dilakukan dengan menggunakan material cetak elastomer.
Sebelum mencetak, gingival retraction cord harus dipasang dahulu agar
pencetakan gingival margin dari preparasi dapat lebih baik.

a b

Gambar 12. (a) Rubber base material impression. (B) Hasil cetakan yang
diharapkan.

Syarat material yag digunakan sebagai bahan pencetakan yaitu:


1. Mampu menjadi elastis setelah pengecoran.
2. Memiliki kekuatan yang adekuat.
3. Memiliki keakuratan dimensi, stabil dan detail.
Alginat digunakan untuk pencetakan rahang gigi antagonis dan bahan cetak rubber base

digunakan pada rahang gigi yang dipreparasi.

Teknik Dua Tahap (Double Mix)


1. Sendok cetak berlubang-lubang siap pakai bawah (palatum hanya
diperlukan jika akan dibuat bar palatal). Bagaimanapun juga sebaiknya
sendok cetak harus cukup kuat untuk menahan tekanan yang dapat
mengubah bentuk. Berikan adhesif pada permukaan sendok cetak.
2. Campur putty base dan tetesan katalis pada pad yang disediakan.
3. Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi. Masukan putty ke dalam
sendok, tempatkan pada posisinya dalam mulut. Tahan ± 3 menit hingga
mengeras.
4. Keluarkan sendok dan keringkan permukaannya. Buang spacer dan
keluarkan ganjal gingiva. Aduk bahan light bodied. Masukkan bahan light
bodied yang telah dicampur ke dalam cetakan di atas seluruh lengkung
(tidak hanya di sekitar cetakan pada gigi yang telah dipreparasi).
5. Suntikkan bahan light bodied sekeliling gigi yang dipreparasi (penggunaan
semprotan udara secara perlahan akan membantu dapat membantu
menyebarkan bahan light bodied di atas permukaan preparasi).
6. Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama ± 5
menit. Gunakan tekanan jari yang ringan.

Teknik Sekali Aduk (Single Mix)

Bahan light body dan putty digunakan secara seiring.

1. Bahan putty diisi ke dalam stock tray.


2. Kemudian, bahan light body disuntik di sekeliling gigi yang
dipreparasi.
3. Tempatkan stock tray ke dalam mulut untuk mendapatkan cetakan.

Kemudian hasil cetakan dicor dengan menggunakan gips stone untuk


menghasilkan model kerja. Cara pembuatan die yaitu:
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan
negatif tanpa menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada
penjepit rambut). Lakukan pengecoran I sampai batas garis horizontal
(±3mm diatas servikal).
Buat retensi dengan bur bulat kedalaman ±2mm di sisi bukal dan lingual
untuk keperluan stabilisasi. Kemudian buat bulatan wax dengan diameter
±3mm dilekatkan diujung pin. Olesi permukaan gigi yang dipreparasi
dengan vaseline
Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi
ujung pin yang telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian
tuangkan kedalam cetakan yang telah diboxing setelah keras kemudian
dilepas dari cetakan
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji, bur atau diamond
abrasive disk.

Hasil pemotongan dirapikan. Batas daerah servikal dipertegas dengan


membuat groove memakai carbide bur.

Gambar 13. Pembuatan die dengan menggunakan dowel pin.

Gambar 14. Pemotongan die.


I. Pembuatan Pola Malam Onlay
Teknik yang digunakan adalah teknik indirect, yaitu memodel wax
pada model kerja yang telah didapat sebelumnya. Inlay wax dilunakan di
atas lampu spiritus kemudian ditekan- tekan pada kavitas sampai penuh dan
dilakukan pengukiran, baik cusp maupun pit dan fissure sesuai bentuk
anatomis semula.
Setelah dilakukan pemolesan malam, model kerja dan model malam
dapat dikirim ke laboratorium untuk mendapatkan restorasi onlay.

Gambar 15. Pembuatan pola malam onlay sesuai dengan bentuk anatomis awal dari gigi
tersebut.

J. Prosedur Laboratorium
K. Try-in
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat uji coba pemasangan (try-in)
onlay antara lain:
A. Oklusi
Tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan
mengakibatkan trauma oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan
kertas artikulasi, adanya teraan yang lebih tebal menunjukkan
terjadinya traumatik oklusi.
B. Adaptasi
Diperiksa keadaan sela gusi. Terutama keakuratan/kerapatan
pinggiran servikal antara tepi inlay dengan bagian servikal gigi asli.
Pada bagian pundak, pinggiran mahkota tidak boleh menekan gusi
(overhang), karena kelebihan mahkota dapat menjadi tempat
tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusi.

Prosedur dalam melakukan try in:

a. Buang seluruh restorasi sementara dan semen secara hati-hati.


b. Tempatkan casting onlay pada gigi dengan tekanan ringan. Jika casting
tidak dapat diposisikan dengan tepat, jangan dipaksa. Permukaan
proksimal yang overcontour dapat menjadi penyebabnya.
c. Periksa oklusi dengan menggunakan kertas artikulasi. Titik yang tinggi
akan menghasilkan lubang pada kertas artikulasi. Kontal oklusi tidak
tepat cenderung membuat gigi tidak stabil.
d. Evaluasi embrasure dan nilai titik di mana rekontur proksimal
diperlukan. Pasang dental floss melewati kontak untuk mengetahui
kerapatan kontak dan lokasinya.
L. Sementasi
Prosedur sementasi onlay:
a. Bersihkan onlay secara menyeluruh sebelum disementasi.
b. Isolasi gigi yang telah dipreparasi, bersihkan daerah preparasi dengan
menggunakan brush dan pumice.
c. Berikan udara ke sulkus gingiva dari gigi yang dipreparasi agar kering.
d. Aplikasikan selapis tipis semen pada permukaan onlay yang akan
berkontak dengan permukaan gigi dan pada permukaan preparasi gigi.
Semen yang digunakan adalah GIC tipe I.
e. Posisikan onlay dengan tekanan tangan menggunakan instrument yang
sesuai.
f. Minta pasien untu menggigit cotton pellet yang ditempatkan di atas
permukaan oklusal.
g. Bersihkan sisa-sisa semen yang mengeras menggunakan sonde.
h. Periksa kembali oklusi untuk keharmonisan oklusi sentris.
i. Periksa sulkus gingival dengan menggunakan sonde dari sisa semen
untuk menghindari iritasi pada jarigan pendukung.
M. Instruksi Pasien
DHE dan pasien diminta untuk datang kembali, kontrol 1 minggu
setelah sementasi onlay, lalu melakukan evaluasi:

a. Pemeriksaan subyektif: Memberikan pertanyaan yang berkaitan


dengan keluhan pasien setelah dilakukan sementasi onlay, seperti
ada atau tidaknya nyeri (lokasi, durasi dan keparahan).
b. Pemeriksaan obyektif: palpasi, perkusi, dan mobilitas pada gigi yang
telah dirawat, oklusi onlay, adaptasi dan kedudukan yang baik.
Melihat jaringan sekitar gigi yang telah dirawat, apakah terdapat
inflamasi atau peradangan pada jaringan periodontal di sekitar gigi
tersebut.
c. Pemeriksaan radiografi: mengevaluasi kontak proksimal antara
restorasi onlay dan gigi sebelahnya (overhanging atau tidak) dan
melihat keadaan jaringan periodontal dari gigi tersebut.

Palembang, 7 Desember 2020


Mengetahui,
Dosen Pembimbing,

drg. Merryca Belinda, MPH, Sp. KG


REFERENSI
1. Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2006. Sturdevant’s Art
& Science of Operative Dentistry, 5th ed. St. Louis: Mosby.
2. Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art
& Science of Operative Dentistry, 4th ed. St. Louis: Mosby.
3. Bartlett D, Ricketts D. Advanced Operative Dentistry : A Practical Approach.
2011. Chruhill: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai