Anda di halaman 1dari 6

NAMA : WAHYUNI

STAMBUK : 201810198

KELAS : MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL (E)

TUGAS 5 (PARITAS DAYA BELI DAN PARITAS TINGKAT BUNGA)

1. Hukum satuan harga.

Penjelasan konsep teori Purchasing Power Parity didasarkan pada

hukum satu harga, the law of one price yang menyatakan bahwa harga komoditas

yang sama di dua negara yang berbeda akan sama jika dinilai dengan mata uang

yang sama.

2. Bentuk absolut paritas daya beli.

Nilai tukar antar mata uang akan ditentukan oleh harga komoditas dan

jasa. Harga komoditas dan jasa umumnya dinyatakan dengan indeks harga.

Konsep paritas daya beli dalam bentuk absolut mampu menyederhanakan

mekanisme terbentuknya nilai tukar antar mata uang. Tetapi dalam praktik

sering ditemukan kesilitan untuk memperoleh sekumpulan komoditas dan jasa

yang sama di Negara yang berbeda. Untuk mengatasi kesulitan dalam

menerapkan bentuk absolut paritas daya beli,maka dapat ditempuh dengan cara

membandingkan laju inflasi antar Negara.


3. Bentuk relatif paritas daya beli.

Penerapan konsep paritas daya beli secara absolut mengalami kesulitan

karena jarang ditemukan kumpulan komoditi yang bisa dibandingkan antara

Negara yang satu dengan Negara yang lain,misalnya selera orang terhadap

barang yang sama di Negara yang berbeda akan berbeda pula. Untuk itu maka

dirumuskan paritas daya beli dalam bentuk relatif. Bentuk relatif paritas daya

beli menjelaskan terbentuknya nilai tukar antar mata uang dengan melihat laju

inflasi di berbagai Negara.

4. Kriteria berinvestasi dan berutang.

Kriteria berinvestasi dan berhutang dapat dilihat dari penentuan mata

uang investasi dan penentuan mata uang peminjaman

Investasi dapat dilakukan di dalam maupun di uar negeri,. Apabila

dilakukan di luar negeri, investor akan menanggung resiko tambahan, yaitu yang

berasal dari fluktuasi nilai mata uang. Jika nilai tukar mata uang asing menguat

(mengalami apresiasi) terhadap mata uang domestik, maka akan diperoleh

keuntungan, begitu pula sebaliknya.

Investor akan menginvestasikan uangnya didalam negeri kalau tingkat

pengembalian investasinya lebih tinggi dari pada di luar negeri, dan begitu pula

sebaliknya.
5. Kondisi paritas tingkat bunga.

Investor akan merasa inde untuk menginvestasikan atau meminjam dana

di amerika serikat atau inggris apabila persamaan di bawah ini terpenuhi, rumus :

( 1 + rAS / 4 ) = x (1 + rI / 4 ) persamaan (7.4)

Dalam bentuk yang lebih umum ( tahunan), persamaan 7.4 dapat ditulis

sebagai berikut:

( 1 + rAS )n = x ( 1+ rI )n persamaan (7.5)

Persamaan 7.5 mencerminkan kondisi paritas tingkat bunga. Pada

kondisi tersebut, investor tidak akan memperoleh keuntungan dari tindakan

arbitrase. Kondisi paritas tingkat bunga mencerminkas hukum satu harga di

pasar uang. Bagaimana jika kondisi paritas tingakt bunga tidak terjadi?

Apabila jika tidak terjadi kondisi paritas tingkat bunga, inveror akan

memiliki peluang keuntungan melalui tindakan arbiterase. Arbitrase dilakukan

dengan “ membeli “ dana di tempat yang lebih murah dan kemudian

“ menjualnya “ di tempat yang lebih mahal.

Apabila bagian kiri persamaan 7.5 lebih besar dari bagian kanan, maka

investor akan memperoleh laba arbitrase jika meminjam dana dalam £ dan

menyimpannya dalam $.3 kondisi ini akan meningkatkan permintaan terhadap

$ dan penawaran terhadap £ sehingga S ($/£) akan turun ($ berapresiasi

terhadap £). Di lain pihak, kenaikan penawaran dana untuk disimpan dalam

$ akan menurunksn tingkat bunga $ (rAS). Kondisi ini akan berlangsung terus

menerus sampai tercapai paritas tingkat bunga, orang tidak dapat lagi

memperolek laba arbitrase.


Keadaan sebaliknya akan terjadi jika bagian kiri persamaan 7.5 lebih kecil

daripada sebelah kanan. Orang akan lebih suka meminjam dalam $ dan

berinvestasi dalam £. Dengan demikian, ($/£) akan naik ($ mengalami

depresiasi terhadap £ ) dan akan naik. Kondisi paritas tingkat bunga akan

tercipta saat tidak ada lagi peluang untuk memperloleh laba arbitrase.

Untuk memagari diri dari resiko perubahaan kurs, investor dapat

membeli kontrak forward. Dalam kontrak akan dinyatakan beberapa kurs yang

akan diterima investor jika menkonversikan valuta asing ke mata uang domestik,

atau sebaliknya. Besarnya kurs forward dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari

kurs spot. Apabila kurs forward lebih tinggi dari kurs spot, maka akan terdapat

premi forward, sebaliknya jika kurs lebih rendah dari kurs spot, maka akan

terdapat diskon forward. Secara sederhana, hubungan antara premi forward

( diskon forward) dan perbedaan tingkat bunga berdasarkan pada paritas tingkat

bunga dengan rumus :

P = x (1 + rI )n atau

P = ih – ij Persamaan (7.6)

Keterangan :

• Premi forward ( atau diskon forward )

• Kurs forward

• Kurs spot

• Tingkat bunga dalam negeri

• Tingkat bunga luar negeri


Variabel-variabel pada persamaan di atas bukan dalam bentuk tahunan.

Untuk melihat hubungan persamaan 7.6, dimisalkan tingkat bunga dalam negeri

lebih rendah daripada tingkat bunga luar negeri, maka kurs forward akan

mengalami diskon (kurs forward lebuh rendah daripada kurs spot). Semakin

besar selisih tingkat bunga luar negeri terhadap tingkat bunga dalam negeri,

diskon forward akan semakin besar. Jika tingkat bunga luar negeri lebih rendah

daripada tingkat bunga dalam negeri, hubungan paritas tingkat bunga akan

memperlihatkan adanya premi forward. Hal ini menyebabkn investor mencoba

melakukan arbitrase.

Untuk kasus tingkat bunga luar negeri lebih rendah daripada tingkat

bunga dalam negeri, kurs forward akan melihatkan premi sebesar selisih tingkat

bunga tersebut.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa apabila paritas tingkat

bunga terjadi, investor tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi

daripada yang bisa diperoleh di salam negeri.

6. Bukti Empiris paritas tingkat bunga.

Studi empiris yang dilakukan oleh aliber (1973), branson ( 1979), frenkel

dan levech (1977). Hasil yang diperoleh adalah bahwa hubungan aktual antara

premi kurs forward dan perbedaan tingkat bunga mendukung paritas tingkat

bunga, tetapi terjadi deviasi.

Di Indonesia, studi empiris yang silakukan oleh Syafrudin (1994) dengan

menggunakan EMC. Hasil yang diperoleh adalah koefisien selisih tingkat bunga
tidak sama dengan satu, beik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Paritas tingkat bunga tidak berlaku di Indonesia, baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai