Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

sebab telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya,

sehingga mampu menyelesaikan Critical Book Review ini. Critical Book Review ini

dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “Pendidikan Agama

Islam” yang diampu oleh bapak Drs. Manaon Batubara, MA.

Critical Book Review ini disusun dengan harapan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan kita semua. Akan tetapi saya menyadari bahwa Critical

Book Review ini masih jauh dari kesempurnaan.

Apabila dalam Critical Book Review ini terdapat kekurangan dan kesalahan,

saya mohon maaf karena sesungguhnya manusia itu pasti mempunyai salah. Akhir

kata saya berharap semoga Critical Book Review ini dapat memberikan wawasan

dan pengetahuan bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

a) Rasionalisasi Pentingnya CBR

b) Tujuan Penulisan CBR

c) Manfaat CBR

d) Identitas buku yang dilaporkan

BAB II. RINGKASAN ISI BUKU

a) BAB I. ALLAH : TUHAN YANG MAHA ESA

b) BAB II. IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

c) BAB III. MANUSIA DALAM KONSEPSI ISLAM

d) BAB IV . MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI

e) BAB V. HUKUM DAN ISLAM

f) BAB VI. SENI DALAM ISLAM

g) BAB VII. MORAL,ETIKA, DAN AKHLAK

h) BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM

i) BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

j) BAB X. KONFLIK, PEMECAHAN, DAN HARAPAN UMAT BERAGAMA

k) BAB XI. HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN DEMOKRASI

l) BAB XII. BUDAYA DAN MASYARAKAT ISLAM

m) BAB XIII. POLITIK DALAM ISLAM

n) BAB XIV. TERORISME DAN NARKOBA

BAB III. PEMBAHASAN/ ANALISIS

a) Pembahasan Isi Buku

b) Kelebihan dan kekurangan isi buku

BAB IV. PENUTUP

a) Kesimpulan
b) Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk

meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau

artikel. Dalam menulis CBR kita harus membaca secara seksama dan juga

membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa memberikan

tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual

B. Tujuan Penulisan CBR

Tujuan penulisan CBR untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan

wawasan ilmu dan juga untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

dalam hal mengkritik buku dan membandingkannya dengan buku lain serta

untuk menguatkan kemampuan dan skill dalam mengkritisi suatu buku

untuk dijadikan bahan CBR

C. Manfaat CBR

Manfaat CBR adalah memberikan informasi atau pemahaman yang

komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalah sebuah buku

yang mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan dan

mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah yang muncul dalam sebuah

buku.
D. Identitas Buku yang Dilaporkan :

Judul : Islam Kaffah (Pendidikan Agama Islam Untuk

Perguruan Tinggi)

Edisi 1

Pengarang : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED

Medan

Penerbit : PERDANA PUBLISHING

Tahun Terbit : 2005

ISBN : 978-602-6462-34-3
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB I. ALLAH : TUHAN YANG MAHA ESA

A. Mengapa harus mempercayai keberadaan penciptaan alam semesta


Di dalam islam kepercayaan kepada pencipta alam semesta dipahami

sebagai fitrah manusia. Sejak masa azali allah telah mempertanyaakn kepada

ruh manusia. Karena itu pada dasar nya manusia di ciptakan sebagai seorang

yang bertuhid dan menyerahkan diri kepada


allah. Di dalam surah ar-rum ayat 3o disebutkan
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama allah

( tetaplah atas ) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu. Tidak ada perubahan pada fitrah allah. Itulah agama yang lurus tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui


Potensi fitrah akan semakin kuat ketika akal kecerdasan manusia

mendukung nya. Karakter akal yang rasional selalu mendorong agar manusia

mempertanyakan dan menganalisis apa pun yang di pahami nya sebagai

sesuatu yang penting. Masalah keyakinan adalah masalah yang penting di

dalam kehidupan karena itu akal kecerdasan akan mendorong manusia untuk

memikirkannya.. usuluddin adalah kajian tentang asas-asas agama yaitu

tentang ketuhanan. Pertanyaan dalam ranah usuluddin itu di sebut dengan

nazar.

B. Keharusan memilih islam sebagai agama dan pedoman hidup


Pertama, agama ini memiliki kitab suci alquran yang di wahyuhkan allah

dan telah teruji dalam sejarah tentang keautentikannya. Kedua, sejak era di

turunkannya al-quran allah telah menantang manusia dan jin untuk membuat

satu surah saja seperti kualitas al-quran dari segala dimensi nya, tetapi hingga

saat ini tidak ada yang mampu melakukannya. Al-quran memiliki ketinggian

redaksi dan bahasanya yang tidak tertandingi hingga saat ini. Ketiga dilihat

dari keterpaduan kandungan ayat-ayat alquran,dan pemenuhan terhadap


kebutuhan hidayah manusia untuk menata duniawi dan ukhrawi. Dari

diskusi di atas ada 4 hal yang mendasari mengapaseseorang harus memilih

islam sebagai keyakinanya. Pertama, berkenaan dengan eksistensi kitab suci.

Kedua dari sisi ajaran dan kebenaran ilmiah. Ketiga, keterpaduan kandungan

dan pemenuhan atas kebutuhan pedoman hidup manusia dalam segala

keadaan dan berlaku sepanjang zaman. Keempat , dari sisi sejarah

keberimannya manusia, yaitu para nabi dan rasul sebelumnya


C. Keniscayaan beriman dan bertauhid
Ketika seorang telah meyakini adanya pencipta alam semesta, lalu ia

menemukan islam sebagai agama kebenaran dan mengharuskan secara

obyektif harus ia pilih, maka konsekuensinya dari semua itu adalah

seyogianya ia mewujudkannya di dalam keyakinan dan perilakunya. Jika ia

tidak bersikap sedemikan, maka ia telah mengingkari kebenaran itu sendiri.

Merealisasikan tuntutan keimanan berarti tunduk dan patuh kepada segala

ajaran-ajaran yang di timbulkan keimanan dengan cara melaksanakannya.

Oleh sebab itu ia akan menempatkan ajaran-ajaran yang wajib pada

kedudukan wajib, ajaran-ajaran yang sunnat larangan-larangan yang haram

pada posisi haram, larangan-larangan makruh pada posisi makruh dan hal-

hal yang mubah pada kedudukan boleh dilaksanakan dan boleh di

tinggalkan.
Syahadat kepada allah memiliki 7 syarat:ilmu ( al-ilm ),yakin ( al-

yaqin ),menerima ( al-qabul ),tunduk dan patuh ( al-inqiyad ), jujur ( ash-

sidq ),iklas ( al-ikhlas ), cinta ( al-mahabbah ).


Sebagai seorang muslim ia harus mengetahui konsep ketuhanan di

dalam islam sesuai dengan yang di ajarkan agama ini. Di antara konsep

terpenting dari agama islam adalah tauhid. Tauhid adalah meyakini keesaan

allah dalam rububiyyah,iklas beribadah kepada nya, menetapkan bagi nya

nama-nama dan sifat-sifat nya serta meyakini kesuciannya dari kekurangan

dan cacat. Mentauhidkan allah berarti tidak menserikatkannya dengan

sesuatu apapun. Mentauhidkan allah merupakan suatu sikap objektif dan


adil. Sebab pada hakiki nya hanya allah lah tuhan dan dia berhak untuk

mendapatkan pengakuan sebagai tuhan dan berhak untuk mendapatkan

pengakuan sebagai tuhan dan berhak untuk diibadahi setiap makhluk nya.

Dengan demikian kesirikan adalah sikap subjektif yang keliru dan kezaliman

yang tiada tara. Allah berfitrman dalam surah ali Imran ayat 18 yang arti nya :

allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan melainkan dia yang berhak di

sembah, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang

berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tak ada tuhan melainkan dia

yang berhak di sembah yang maha perkasa lagi maha bijaksana

BAB II. IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

A. Asas keimanan dalam agama islam


Di dalam islam, wujud iman seseorang di asaskan penegakannya kepada

rukun iman. Keimanan itu di wujudkan dalam kepercayaan hati,pengakuan,

dan prilakunya sebagaimana yang telah di jelaskan. Pada tingkatkan perilaku

inilah wujud iman tersebut dapat


terilihat. Rukun iman yang dimakdus
adalah :
1. Iman kepada allah, tuhan yang menjadikan seluruh alam ini
2. Iman kepada malaikat allah
3. Iman kepada kitab-kitab allah, kita-kitab suci yang di turunkan oleh allah

terhadap rasul
4. Iman kepada rasul-rasul dan nabi-nabi yang diutus allah untuk

,menyampaikan ajaran-ajarannya kepada umat manusia


5. Iman akan adanya hari akhirat, yaitu hari pembalasan bagi segala amal

perbuatan manusia di dunia


6. Iman kepada qadha dan qadhar, yaitu segala ketetapan allah terhadap

untung baik dan buruk yang kita alami di duinia ini berasal dari Allah

SWT
Iman kepada allah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa

sedikitpun keraguann akan adanya allah dan keesaan nya.


Rukun iman keduan adalah percaya kepada malaikat. Seorang mukmin wajib

mengakui dan mengimani adanya malaikat. Mereka adalah malaikat allah

yang senantiasa taat kepada perintahnya dan tidak pernah melakukan

maksiat.sebagaimana firman allah syarah at-Tahrim ayat 6. Artinya : “

malaikat-malaikat tidak mendurhakai allah terhadap apa yang di

perintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di

perintahkannya.
Iman kepada kitab allah membenarkan bahwa seluruh kitab yang

diturunkan itu dating nya dari allah. Ayat-ayat yang ada di dalam kitab

tersebut adalah kalam allah. Di antara nya adalah kitab taurat, zabur, injil dan

al-quran.
Iman kepada rasul adalah membanarkan dengan sesungguhnya bahwa

allah mengutus kepada setiap umat ini seorang rasul untuk membimbing

mereka. Tugas utama seorang rasul adalah mengajak manusia untuk

mentauhidkan allah dan menjauhi kesyirikan serta menjalankan syariat yang

di bawanya. Di dalam surah al-quran pada surah an-nisa ayat 150-152 allah

berfirman : artinya : sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada allah dan

rasul-rasul nya dan bermaksud memperbedakan antara allah dan rasul nya.
Iman kepada hari akhir adalah meyakini sepenuh hati tanpa keragiuan bahwa

hari kiamat akan akan terjadi.


Rukun iman terakhir adalah percaya kepada qadha-qadhar. Qadar adalah

ketentuan allah sedangkan qadha merupakan ketetapan nya.


B. Asas Keislaman Dalam Agama Islam
Sewaktu membicarakan definisi islam, al-maududi menjelaskan :
“ Setiap agama di dunia ini telah di namai setelah pendirinya dari suatu

komunitas atau bangsa itu dilahirkan. Sebagai contoh, Kristen diambil dari

nama Nabi Isa yang kudus, Buda dari pendirinya Buddha Gautama,

Zoroastrian dari pendirinya Zoroaster, Jahudi dari bangsa Jahudi, yakni dari

nama suku Judah ( daerah Judea ) dimana ia berbentuk.’’


Secara bahasa islam berarti patuh, penyerahan, dan pengabdian. Seorang

yang beragama islam di sebut muslim. Muslim adalah orang yang


menyerahkan diri, patuh, dan hanya mengabdi kepada Allah Swt. Karena

tunduk dan patuh, maka jadilah seorang Muslim orang yang selamat.
Seorang muslim di tuntut menjalan syariat islam dengan ikhlas dan sesuai

dengan petunjuk Allah dan Rasul-nya. Dalam korelasi ini, Ibn al-Qayyim

menjelaskan bahwa ada dua syarat diterimanya amal ibadah seseorang, yaitu

dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan petunjuk syariat. Jika amal

ibadah dikerjakan dengan ikhlas tetapi tidak sesuai dengan petunjuk Allah

dan Rasul-Nya, maka ibadah tersebut tertolak. Telah menajdi keyakinan

kaum muslim bahwa islam adalah agama yang benar yang di ridhai oleh

allah. Oleh sebab itu, agama manapun selain islan tidak terima di sisi allah.

Hal ini sesuai

dengan firman Allah pada surah Ali Imran ayat 19 :


Artinya : “ sesungguhnya agama (yang di ridhai) di sisi Allah hanyalah
islam.) Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna mengatur
tata cara

ibadah,moralitas,social,ekonomi,kebudayaan,politik,dan hubungan

internasional. Dengan kata lain, islam mengatur seluruh aspek dan nilai-nilai

kehidupan secara integral tanpa eksepsional. Oleh sebab itu, islam tidak

mengenal konsep sekularisme dan sekularisasi dalam kehidupan social dan

politik

C. Ihsan Dalam Agama Islam


Menurut bahasa, ihsan bersrti berbuat atau melakukan kebaikan. Hal ini

sesuai dengan firman allah pada surah an-Nahl ayat 90:


Artinya: sesungguhnya allah menyuruh ( kamu ) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar

kamu dapat mengambil pelajaran.


Hakikat ihsan menurut istilah tersebut mengandung arti bahwa dalam

menyembah allah seseorang harus bersungguh-sungguh, serius, penuh

keiklasan, dan tawaduk. Dalam hatinya harus tumbuh keyakinan bahwa allah

seakan-akan berada di hadapannya dan melihat-nya. Dengan kata lain, dia


harus merasa bahwa allah selamanya hadir dan menyaksikan segala

perbuatannya.

BAB III. MANUSIA DALAM KONSEPSI ISLAM

A. Mengenal Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk tuhan yang multi dimensi dan kompleks. Sejak

peradaban umat manusia di tulis, ia selalu di jadikan objek kajian yang tidak

pernah habis untuk di telaah. Dalam islam, dideskripkan bahwa allah

meciptakan adam berdasarkan kehendak dan kekuasaan-nya tanpa melalui

proses biologis sebagaimana lazimnya manusia-manusia keturunannya, yakni

keterlibatan ayah dan ibu sebagai sebab natural terlahirnya manusia.

Penjelasan tentang penciptaan manusia tersebut di awali dari firman allah

kepada para malaikat bahwa dia akan menjadikan manusia dari tanah liat

kering yang berasal dari lumpur hitam dan di beri bentuk menjadi tubuh

yang sempurna. Selain kecakapan intelektual yang di berikan allah untuk

mewujudkan atribut-atribut kemuliaan dan kehendak-nya, manusia juga di

beri bimbingan wahyu. Wahyu allah merupakan pedoman hidupbagi

manusia untuk meraih kebahagiaan material dan spiritual dalam hidupnya.


Manusia yang menerima wahyu adalah manusia yang terbaik dari jenis

manusia itu sendiri yang di sebut dengan nabi dan rasul. Manusia terbaik

inilah yang berhubungan langsung secara spiritual kepada allah untuk

menerima wahyu nya


B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang di telaah

dari perspektif ini.di mensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara

fungsional dan substansial dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang

terpenting dari sejumlah dimensi itu adalah al-jasad, al-ruh, al-aql, dan al-

nafs.
Al-jasad dalam bahasa Indonesia di sebut tubuh, badan atau jasad

merupakan salah satu dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik. Dalam
al-quran dijelaskan bahwa manusia berasal dari sperma dan ovum, kemudian

bertahap menjadi darah,daging,tulang-belulang dabn akhirnya menjadi

manusia yang utuh dan memiliki bentuk yang terbaik.


Allah berfirman di dalam surah al-mu’minun ayat 12-14:
Artinya : dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu

saripati dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati air mani yang di simpan

dalam tempat yang kokoh. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal

darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal

daging itu kami jadikan tulang belulang lalu tulan belulang itu kami bungkus

dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain.

Maka maha sucilah allah, pencipta yang paling baik


Nafs al-lawwarnah adalah nafsu yang menyesal di sebabkan keburukan

yang dilakukannya di dunia. Dalam nafsu ini bergumul antara kebaikan dan

kejahatan yang saling menghimpit dan mengalahkan. Eksistensi manusia

dengan keragaman dimensi yang dimilikinya merupakan suatu system yang

inheran dan padu, bukan terpisah-pisah yang berakibat terjadinya

dikotominasi dan paradoks

BAB IV . MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI

A. MARTABAT MANUSIA
a) Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada allah.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh allah dalam kitab sucinya yaitu :

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi

kepadaku ( az-zariyat : 56 ). Ketika tujuan manusia diciptakan untuk beribadah

kepadanya, maka seyogianya ia menjadikan seluruh hidupnya dalam rangka

lillahi ta’ala ( hanya untuk allah ). Adapun yang dimaksud hal ini adalah

manusia harus menjalankannya seluruh aspek kehidupannya sesuai dengan

tuntunan syariat yang dibebankan kepadanya. Tuntunan itu dijalankannya

hanya sebagai sebuah pengabdian secara ikhlas kepada-nya berdasarkan rida

dan kehendak-nya.
Ibn Qayyim mengatakan bahwa dalam hal menjalankan ibadah kepada

allah sebagai tujuan hidup manusia, maka ia harus memperhatikan dua hal.

Pertama hatinya harus ikhlas hanya kepada allah dan kedua harus sesuai

dengan petunjuk yang diajarkan oleh nabi saw (sunnah). Zu an-nun al-mishri

menjelaskan ada tiga tanda-tanda ikhlas yaitu : “ tanda ikhlas ada tiga : pujian

dan cercaan dari manusia sama saja baginya: melupakan amal yang telah

dilakukannya: hanya mengharap ganjaran amalnya di akhirat.”


Sebagaimana yang telah disebutkan, selain harus ikhlas, ibadah mesti

mengikuti tuntunan yang diajarkan oleh nabi saw. Jika ibadah formal tidak

mengikuti tuntunan tersebut maka ia sia sia bahkan bagi orang orang yang

membuat buat ibadah tanpa dalil akan mendapat ancaman api neraka.
B. TANGGUNGJAWAB MANUSIA
a) Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah
Tanggungjawab utama manusia adalah menjadikan dirinya dan

masyarakatnya tetap berada di dalam tujuan hidup tersebut.


b) Tanggung jawab manusia sebagai khalifah allah.
Pertama kali disebutkan di dalam al quran surah albaqarah ayat 30. Ayat

ini mengandung pesan tentang kedudukan manusia sebagai pemakmur alam,

yang disebut dengan istilah “khalifah di atas muka bumi”. Di dalam surah

shad ayat 26 allah menjelaskan tentang tugas yang harus ditegakkan seorang

khalifah. Tugas utamanya adalah menerapkan kebenaran dalam menetapkan

keputusan kepada manusia; khalifah harus berlaku adil, dan tidak boleh

mengikuti hawa nafsunya dalam menjalankan kepemimpinannya.


Berdasarkan penjelasan di atas, maka tanggungjawab utama manusia

sebagai khalifah allah adalah untuk mengajak manusia mentauhidkan allah,

menegakkan hukum-hukumnya, keadilan dan memakmurkan bumi.

BAB V. HUKUM DAN ISLAM

A. MENUMBUHKAN KESADARAN HUKUM UNTUK MENAATI

HUKUM ALLAH
a. Kedudukan Hukum Islam
Sesungguhnya, disyari’atkannya hukum allah bagi manusia adalah untuk

mengatur tata kehidupan mereka, baik dalam masalah duniawi maupun

ukhrawi. Fungsi hukum islam dinyatakan secara tegas dalam surah an-nisa

ayat 105 : sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa

kebenaran, supaya kamu dapat n hukum kepada manusia dengan apa yang telah allah

wahyukan kepadamu.
b. Ciri Khas Syari’at Islam
Adapun ciri khas syari’at islam adalah Bersifat menyeluruh, Membentuk

adab dan akhlak yang baik, Merasa di dalam pengawasan allah dan Sesuai

setiap waktu dan tempat


c. Tujuan Hukum Islam
Pada dasarnya, tujuan syari’ dalam mensyariatkan ketentuan ketentuan

hukum kepada mukhallaf adalah untuk mewujudkan kebaikan bagi

kehidupan mereka, baik melalui ketentuan ketentuan yang dharuri, hajiy,

ataupun tahsini.

BAB VI. SENI DALAM ISLAM

A. ISLAM AGAMA FITRAH


Islam adalah agama realistik, mengetahui dan menyadari kepentingan,

tabiat, watak, bakat dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan

memiliki fitrah kejadian dan instink.


1. Seni budaya
Hasil kesenian dan kebudayaan tidak disukai islam yaitu kesenian dan

kebudayaan yang dapat merusak iman dan bertentangan dengan batas

kesopanan yang dapat merusak iman dan bertentangan yang diajarkan islam.
2. Seni suara
Islam memperbolehkan mengubah dan melantunkan syair selama

kata-kata dalam syair tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan,

kedurhakaan, dan penentangan terhadap syariat islam.


3. Syair dan puisi
Pada asalnya syair tidaklah haram dikumandangkan karena ia

hanyalah sebuah gubahan dari keindahan seni bahasa untuk mengungkapkan

perasaan. Syair itu telarang jika mengandung kata kata yang bertentangan
dengan syariat. Oleh sebab itu, syair yang demikian diharamkan oleh syariat.

Namun, syair yang tidak memiliki indikasi yang disebutkan tetep dalam

hukum asalnya, yaitu boleh.


4. Seni bangunan
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan

spirit keislaman dari umat islam adalah bangunan masjid tempat peribadatan.
5. Seni lukis, ukir dan pahat.
Hikmah Adanya larangan membuat patung-patung dan lukisan-

lukisan yang menerupai ciptaan tuhan yang mempunyai ruh adalah agar

manusia tidak kembali kepada penyembahan berhala dan mendewa dewakan

manusia atau sebagainya. Sebab, demikian membawa kepada syirik. Adapun

dibolehkan bila dibuat hanya sekedar untuk permainan dan penghibur bagi

anak anak.
B. TANGGUNG JAWAB SENIMAN
Adapun tanggung jawab seorang seniman adalah dengan seninya tidak

akan mengajarkan kesenian yang justru menentang alllah.

BAB VII. MORAL,ETIKA, DAN AKHLAK

Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski

ada yang mengklasifikasikannya menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela,

tapi pada lazimnya akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang

berakar dari iman. Malah dasar pijakan akhlak adalah Al Qur’an dan Al-

Sunnah, sehingga perilaku yang tidak berdasar keduanya tidak ada jaminan

sebagai akhlak mulia. Sumber pijakan inilah yang merupakan perbedaan

prinsip dari akhlak dengan etika, budi pekerti, moral dan sebagainya.

Etika, moral, budi pekerti, meskipun dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat

masyarakat, tapi di kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat

disesuaikan dan dijiwai oleh akhlak yang diajarkan oleh agama. Karena itu

banyak kita temui etika, moral, dan budi pekerti saling mengisi dengan ajaran

akhlak yang dibimbing oleh agama. Mengapa demikian? Karena unsur-unsur


akhlak ini adalah hal-hal yang makruf, yang sudah dimaklumi oleh orang

banyak sebagai hal yang baik, dan bersumber pada sifat dan sikap jiwa yang

mulia dan terpuji, seperti : jujur, adil, bijaksana, berkata benar, ramah,

senyum, pemaaf, disiplin, dan sebagainya.

Berbicara masalah akhlak berarti berbicara tentang konsep Al-husn (baik)

dan Al-qubh (buruk). Menurut Mu’tazilahal-husn adalah sesuatu yang

menurut akal bernilai baik dan al-qubh adalah sesuatu yang menurut akal

bernilai buruk. Bagi Mu’tazilah baik dan buruk itu ukurannya adalah akal

manusia. Berbeda dengan Mu’tazilah, Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa

yang dapat menentukan baik dan buruk bukan akal tetapi wahyu. Oleh

karenanya Ahlu al-Sunnah berpendapat, bahwa al-husn adalah sesuatu yang

menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah baik dan al-qubh adalah sesuatu

yang menurut Al Qur’an dan al-Sunnah adalah buruk.

Secara substansial, etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran

tentang kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam

hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang

membedakan satu dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan

keburukan itu sendiri. Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan

buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal karena

memang etika adalah bagian dari filsafat. Sedangkan akhlak yang secara

kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup

adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah

wahyu Tuhan.

Secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang

baik dan yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan

perbuatan manusia lahir batin. Secara rinci kajian akhlak meliputi :

a) Pengertian baik dan buruk


b) Menerangkan apa yang harus dilakukan oleh seorang manusia terhadap

manusia lainnya
c) Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-

perbuatannya
d) Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memalui

pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sejalan dengan apa yang diungkapkan

Ibnu Miskawaih, Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat

yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan

dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Dua definisi di atas menyatakan, bahwa akhlak secara substansial adalah sifat

hati (kondisi hati)- bias baik- bias buruk- yang tercermin dalam perilaku. Jika

sifat hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al akhlaq al-

karimah) dan jika sifat hatinya buruk, maka yang keluar dari perilakunya

adalah akhlak yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah). Kemudian muncul

pertanyaan, apa yang menyebabkan hati manusia kotor dan jelek dan apa

pula yang menyebabkan bias jelek dan rusak juga bias baik dan suci adalah

factor dirinya.

Di dalam diri manusia ada tiga nafsu :

Nafsu Syahwaniyyah, (nafsu ini ada pada manusia dan ada pada

binatang), Yaitu nafsu yang cenderung pada kelezatan misalnya

makanan, minuman dan syahwat jasmaniyah, bersenang-senang

dengan lawan jenis. Kalau nafsu ini tidak dikendalikan, maka manusia

tak ada bedanya dengann hewan, sikap hidupnya menjadi hedonism.


Nafsu Al-ghadhabiyah, nafsu ini juga ada pada manusia dan ada pada

hewan, yaitu nahsu yang cenderung kepada marah, merusak, ambisi,

senang menguasai dan mengalahkan yang lain. Nafsu ini lebih kuat

ketimbang nafsu syahwaniyyah dan lebih berbahaya bagi pemiliknya

jika tak terkendalikan. Ia cenderung pemarah, sangat hiqdu(dengki),


tergesa-gesa tidak tenang, cepat bertindak untuk menaklukkan

musuhnya tanpa pertimbangan matang dan rasional.


Al-Nafsu al-nathiqah, yaitu nafsu yang membedakan manusia dengan

hewan. Nafsu yang dengannya manusia mampu berzikir mengambil

hikmah, memahami fenomena alam dan dengannya manusia menjadi

agung, besar cita-citanya, kagum terhadap dirinya sehingga bersyukur

kepada Tuhannya. Nafsu ini menjadikan manusia dapat membedakan

mana yang baik dan mana yang buruk, serta dengannya pula manusia

dapat mengendalikan kedua nafsu Al-syahwaniyyah dan Al-

Ghadhabiyah. Al-Nathiqahini akan berkembang positif bahkan dapat

mengendalikan kedua nafsu yang lainnya, yaitu dengan mempelajari

ilmu akhlak, hikmah dan menahan diri dari keburukan danfahisyah,

mengatur kehidupan dan penghidupannya secara baik, menjaga harga

diri dan muru’ah.

Suci dan tidaknya hati manusia tergantung mana yang paling dominan

dalam hatinya, jika nafsu yang pertama dan yang kedua (syahwaniyyah dan

ghadhabiyah) yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak

yang buruk (al- akhlaq al-mazmumah), tetapi jika nafsu yang ketiga yang

muncul, yaitu al-nafs al-nathiqah yang mendominasi hatinya, maka akhlak al-

karimah lah yang akan muncul dari dirinya. Adapun moral adalah ajaran baik

dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat.

Seseorang dianggap bermoral kalau sikap hidupnya sesuai dengan tradisi

yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan sebaliknya seseorang

dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang

berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang menurut ajaran Islam pada

asalnya manusia adalah makhluk yang bermoral dan etis. Dalam arti

mempunyai potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya

penuh dengan nilai-nilai atau norma-norma.


Betapa penting kedudukan akhlak dan Islam. Al Qur’an bukan memuat

ayat-ayat yang secara spesifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat

yang berbicara hokum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut

selaku dikaitkan dengan akhlak atau ajaran moral. Ayat-ayat yang

pangkalnya menjelaskan ketentuan hokum, biasanya ujung ayat

mengutarakan masalah akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam QS. 2 (Al-

Baqarah) : 183.

Bertaqwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan buruk dan melakukan

perbuatan-perbuatan baik. Hadits-hadits Nabi juga mengaitkan puasa dengan

perbuatan-perbuatan baik (al-akhlaq al-Mahmudah) dan perbuatan buruk (al-

akhlaq al-Mazmumah). Dalam salah satu hadits dinyatakan :

“Orang yang tidak meninggalkan kata-kata bohong dan senantiasa berdusta

tidak ada faedahnya ia menahan diri dari makan dan minum. “ (HR. Tirmizi).

Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan perbuatan yang

jelek, maka tidak ada gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan

diri dari makan dan minum, karena puasanya tak berguna. Hadits lain

mennyatakan : “ Puasa bukanlah menahan diri dari makan dan minum, tetapi

puasa adalah menahan diri dari kata-kata sia-sia dan kata-kata tak

sopan; Jika kamu dicaci atau tidak dihargai katakanlah: “Aku berpuasa”.

Dengan demikian, berpuasa bukanlah menahan diri dari makan dan

minum, tetapi menahan diri dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan

yang tidak baik dan kotor. Contoh lain mengenai haji sebagaimana

disebutkan dalam QS. 2 (Al-Baqarah) : 197.

Ayat diatas begitu jelas menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji,

orang tidak boleh mengeluarkan ucapan-ucapan yang tidak senonoh, tidak

boleh berbuat hal-hal yang tidak baik dan tidak boleh bertengkar. Demikian

juga ayat tentang shalat, zakat dan ayat-ayat muamalah lainnya, selalu

dikaitkan dengan pesan-pesan perbaikan akhlak dan moral.


BAB VIII. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGOI DALAM ISLAM

Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah

satu negara yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab

kerukunan merupakan salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan

rakyat dan bangsa Indonesia. Tanpa terwujudnya kerukunan diantara

berbagai suku, Agama, Ras dan antar Golongan bangsa Indonesia akan

mudah terancam oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak

diinginkan.

Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang

mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat

menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai

dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.

Agama secara umum merupakan suatu kepercayaan atau keyakinan yang

dianut oleh masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan

dipercaya. Agama diakui sebagai seperangkat aturan yang mengatur

keberadaan manusia di dunia.

A. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam

a. Makna Agama Islam

Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang

mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan

kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk

Allah pada umumnya.rahmat adalah kasih sayang sesama pribadi,keluarga,

masyarakat, dan sesama makhluk.rambu-rambu kasih sayang itu telah diatur

oleh Alqur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw.

b. Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam


Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang

mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan

dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua

makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk mendatangkan dan membuat

membuat bencana atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi

Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil alami)

Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan

atau penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya

tersebut. Fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia

sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai

pengembangan amanat Allah telah menaati dan menjalankan aturan-aturan

ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.

Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa

bencana, dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “

Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk

menjadi rahmat bagi semesta alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan

Allah pada ajaran Islam itu seperti berikut ini.

a. Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.


b. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan

potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.


c. Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah,

baik mereka muslim maupun yang beragama lain.


d. Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
e. Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan

memberikan perlakuan yang spesifik pula.

B. Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial.

a. Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendirian, ia

membutuhkan hubungan dengan orang lain. Dalam masyarakat pluralis

seperti diinsonesia hubungan antar kelompok masyarakat yang berbeda adat

maupun agama tidak bisa dihindarkan. Oleh sebab itu agama Islam yang

pluralis sangat penting sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat.

Seperti sayyid sabiq menulis :

“ Toleransi dan lapang dada merupakan cirri khas masyarakat Islam. Masing

- masing individu tidak ada yang merasa tinggi diri, sombong, congkak, dan

seterusnya. Kesombongan, kecongkangan, egois, tinggi hati, merupakan sifat

– sifat yang cenderung pada perbuatan syaithan, sebab sifat – sifat itu

mengakibatkan tumbuhnya perpecahan dalam masyarakat dan permusuhan

sesame manusia”.

b. Hubungan antar umat beragama

Dalam masyarakat hubungan natat pemeluk agama yang berbeda beda

tidak bisa dihindarkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun

budaya. Bagi umat islam hubungan ini tidak menjadi halangan, Sepanjang

dalam kaitan sosial kemanusiaan dan muamalah. Bahkan dalam berhubungan

dengan mereka umat Islam dituntut untuk menampilkan perilaku yang baik,

sehingga dapat menarik mereka untuk mengetahui lebih banyak tentang

ajaran agama Islam yang Rahmatan lil’alamin itu.

Didalam hubungan persaudaraan / ukhuwah umat antar beragama

merupakan salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam.

Ukhuwah pada mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam hak “.

Ukhuwah islamiyah istilah ini perlu di dudukan maknanya. Pembahsan

ukhuwah adalah tidak keracunan,sedangkan Islamiyah adalah kedudukan.

Ukhuwah islamiyah dapat dibagi menjadi 4 macam “

c. Ukhuwah ‘ubdiyyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan

kepada Allah.
d. Ukhuwah insaniyyah ( basyariyyah ) dalam arti seluruh umat manusia

adalah bersaudara,karena mereka semua berasalh dari seorang ayah dan

ibu yang sama , yaitu Adam dan Hawa.


e. Ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab yaitu persaudaraan dalam keturunan

dan kebangsaan.
f. Ukhuwah fi din al-islam yaitu persaudaraan antar sesame

muslim. Sebagaiman yang disebutkan dalam Alqur’an.

‫﴾ أينَيَا ُو عاَبف مب عبي بدت َيلم أينَتقبب لم‬٣﴿ ‫قد‬ ‫أي‬ ‫لعبق ق ُدوين ﴿ أيَنت ل‬
‫قم‬ ‫﴾ ل قد‬١﴿ ‫ا لل يكا َفف قر ُو ين‬
‫ُويل‬ ﴾٤﴿ َ ‫عبق يل ببدد با‬ ‫م َا‬ ‫ين‬ ‫﴾ ما َ تي ُويل‬٢ ‫قق لل يياَ أي َيهياَ أي عب‬
‫ق ُدو‬ ‫ق‬
‫عاَب‬
‫ف‬
﴿ ‫ُلوف فن‬ ‫﴾ ليقك قك‬٥ ﴿ ‫﴾عاَبف قد ُو ين أي‬
‫ دي‬٦ ‫ي‬ ‫م َا لم عبق قد لم‬
‫دينق‬

Artinya:

Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang

kamu sembah Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku

tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah Dan kamu tidak

pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah Untukmu

agamamu, dan untukkulah, agamaku.

BAB IX. KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah

satu negara yang menerapkan masyarakatnya untuk hidup rukun. Sebab

kerukunan merupakan salah satu pilar penting dalam memelihara persatuan

rakyat dan bangsa Indonesia. Tanpa terwujudnya kerukunan diantara

berbagai suku, Agama, Ras dan antar Golongan bangsa Indonesia akan

mudah terancam oleh perpecahan dengan segala akibatnya yang tidak

diinginkan.

Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang

mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat

menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai


dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila.

A. Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam


 Makna Agama Islam

Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang

mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan

kesejahteraan kehidupan umat manusia pada khususnya, dan semua mahluk

Allah pada umumnya.rahmat adalah kasih sayang sesama pribadi,keluarga,

masyarakat, dan sesama makhluk.rambu-rambu kasih sayang itu telah diatur

oleh Alqur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw.

 Kerahmatan Islam Bagi Seluruh Alam

Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang

mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan

dan kesejahteraan bagi kehidupan umat manusia pada khususnya dan semua

makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk mendatangkan dan membuat

membuat bencana atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang disebut fungsi

Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil alami)

Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan

atau penilaian manusia. Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya

tersebut. Fungsi itu baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia

sendiri maupun oleh makhluk-makhluk yang lain, jika manusia sebagai

pengembangan amanat Allah telah menaati dan menjalankan aturan-aturan

ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.

Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa

bencana, dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, : “

Dan tidaklah Kami mengutus kamu Muhammad SAW, melainkan untuk

menjadi rahmat bagi semesta alam”. Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan

Allah pada ajaran Islam itu seperti berikut ini.

Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.


Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan

potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab.


Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik

mereka muslim maupun yang beragama lain.


Islam mengatur pemnafaatan alam secara baik dan proposional.
Islam menghormati kondisi spesifik individu manusia dan memberikan

perlakuan yang spesifik pula.

BAB X. KONFLIK, PEMECAHAN, DAN HARAPAN UMAT BERAGAMA

A. SUMBER-SUMBER KONFLIK DAN PEMECAHAN


Klaim kebenaran dan kesalihan mutlak sering dijadikan dasar pijakan

legitimasi untuk melakukan agresi keyakinan yang dianut terhadap pemeluk

agama lain. Sikap eksklusif dalam beragama sebagaimana pandangan Bishop

menekankan bahwa hanya ada satu agama yang benar dan pada akhirnya

akan menguasai dunia. Dalam ajaran Islam, hal tersebut dapat ditemukan

dalam Surah Al-Imran ayat 9, dalam ayat ini dikemukakan bahwa agama

yang diterima Allah adalah Islam. Solusi yang ditawarkan dalam mengatasi

hal ini adalah mengupayakan kesadaran bagi setiap pemeluk agama akan

perlunya pemahaman universal dan integral terhadap ajaran agamanya dan

penyadaran bahwa hak untuk memberi petunjuk hanya Tuhan bukan

makhluk.
Kesenjangan sosial, disparitas regional, dan ketidakadilan ekonomi,

merupakan bagian permasalahan krusial yang mengakibatkan terjadinya

kecemburuan bagi pihak-pihak yang merasa tidak mendapatkan perlakuan

adil sehingga terakumulasi menjadi gejolak dan benturan-benturan.

Pemecahan strategis terhadap persoalan ini adalah pemerataan

pembangunan, ekonomi, pendidikan bagi pihak-pihak kepentingan, dan

menumbuhkan sikap kebutuhan terhadap kerukunan.


B. POTENSI KONFLIK YANG HARUS DIWASPADAI
Potensi konflik dapat dikelompokkan menjadi non agama dan agama.

Potensi yang bersifat non-agama adalah politik, ekonomi, sumber daya alam,

dll. Potensi yang bersifat agama adalah penyiaran, rumah ibadat, perkawinan

beda agama, dll.


C. PROGRAM KERUKUNAN
Program kerukunan adalah sebuah ikhtiyar untuk memetakan dan

merumuskan upaya-upaya strategis, logic, aplicable, dan berkelanjutan agar

harmonis antar pemeluk agama di Tanah Air dapat terwujud. Untuk

menggambarkan tentang program kerukunan di Indonesia, dapat dilakukan

melalui hukum, undang-undang, lembaga kerukunan, pendidikan dan

pengajaran, penegakan hukum yang kuat dan adil kearifan lokal dan

menghidupkan penataran P4 dan menghidupkan nasionalisme.

BAB XI. HAK ASASI MANUSIA (HAM) DAN DEMOKRASI

 Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia adalah segala hak yang dimiliki manusia serta

melekat pada dirinya karena ia manusia. Formulasi yang paling terkenal

tentang HAM versi Islam adalah “Deklarasi Universal tentang HAM dalam

Islam” (Al-Bayan al-A’lam ‘an Huquq al-Insan fi al-islam). Hak asasi manusia

dari sudut pandang islam bersifat teosentris, artinya segala sesuatu berpusat

kepada Tuhan. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam Islam adalah:


1. Hak Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, ajaran Islam tidak hanya menegakkan

sendi kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibakn semua orang

untuk menuntut pelajaran.


2. Hak dalam Hubungan dengan Kehidupan
Dijelaskan dalam Alquran, surat al-An’am, 6:151 yaitu “Dan janganlah

kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan

dengan sesuatu (sebab) yang benar.”


3. Hak Persamaan dan Keadilan di Depan Hukum
Ketentuan hukum harus diperlakukan secara mutlak tanpa diskriminasi,

yaitu jika segala persyaratan untuk itu telah terpenuhi. Asas ini dapat kita
petik dari Alquran surat aN-Nisa’, yang menyerukan agar keadilan

dilaksanakan secara tegas terhaadap setiap orang, baik keluarga sendiri

ataupun orang lain, baik orang kaya ataupun miskin.


4. Hak Kebebasan Memilih Agama
Dipertegas dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 256, yang artinya “Tidak

ada paksaan untuk memasuki agama Islam sesungguhnya telah jelas jalan

yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar

kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah

berpegang kepada buhul tali yang aman kuat yang tidak akan putus. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.


5. Hak memperoleh Perlindungan
Manusia diperintahkan Allah SWT untuk berhubungan dalam suasana

saling bekerja sama dalam ranah sosial. Setiap manusia memiliki hak untuk

memperoleh kehidupan yang bahagia dan menyenangkan, sepanjang hal itu

tidak merugikan dan mengganggu kebahagian dan kesenangan hidup orang

lain.
6. Hak Untuk Bekerja
Dalam surat Taubah ditegaskan bahwa setiap pekerjaaan arus

dipertanggungjawabkan, yaitu harus yang benar dan bermanfaat. Oleh

karena itu bekerjalah sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab.

Mengetahui jenis pekerjaan, setiap individu bebas menentukan. Namun

yang paling penting

adalah pekerjaan yang bersih dan halal.


7. Demokrasi Ala Syura
Dalam bidang ekonomi timbul satu sistem yang dapat menjamin keadilan

sosial, yaitu sistem yang dijelaskan oleh Hadis: “Tidaklah terpandang sebagai

seorang Muslim orang yang merasa kenyang, waktu dia mengetahui bahwa

tetangganya lapar”.

BAB XII. BUDAYA DAN MASYARAKAT ISLAM

A. Budaya Dalam Islam


Alquran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan

meletakkannya sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan


suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hati, dan tubuh

yang menyatu dalam suatu perbuatan. Dalam pandangan Islam kebudayaan

merupakan produk akal manusia atas penerjemahaannya terhadap sumber

ajaran Islam, Alquran dan Sunnah. Ajaran Islam diturunkan sesuai dengan

kebutuhan manusia, yaitu sebagai pembimbing dalam mengembangkan

kehidupan dan kebudayaannya. Keniscayaan etos kerja sebagai orang Muslim

dapat dilihat dari:


 Iman yang merupakan dasar utama yang mendorong seorang Muslim

bekerja
 Ikhlas yang tidak mengharapkan apapun selain dari Allah
 Ihsan yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah SAW adalah bekerja atau

beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya dan apabila

kamu tidak mellihat-Nya yakinlah bahwa sesungguhnya Allah melihat

apa yang engkau lakukan


 Ilmu sebagaimana sabda Nabi SAW “Tuntutlah ilmu itu mulai dari

buaian sampai ke liang lahat”


 Islam yaitu menyerahkan seluruhnya kepada Allah setelah kita

berupaya semaksimal mungkin untuk menetapkan takdir-Nya.

B. Masyarakat beradab dan sejahtera


Masyarakat madani sebagai masyarakat yang ideal itu memiliki

karakteristik sebagai berikut:


 Bertuhan
 Damai
 Tolong menolong
 Toleran
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
 Berperadaban tinggi
 Berakhlak mulia

BAB XIII. POLITIK DALAM ISLAM

 Kontribusi Agama Dalam Kehidupan


Berpolitik Kedudukan Politik Dalam Islam
Sejarah membuktikan bahwa Nabi saw kecuali sebagai Rasul, juga sebagai

kepala Negara. Nabi saw menguasai suatu wilayah yaitu Yastrib yang
kemudian menjadi Madinah al-Munawwarah. Sepeninggal Nabi saw,

kedudukan beliau sebagai kepala Negara digantikan Abu Bakar yang

merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh selanjutnya disebut khalifah.

Sistem pemerintahannya disebut khilafah. Sistem khilafah ini berlangsung

hingga dibawah kekuasaan khalifah terakhir, Ali karramallahu wajhahu.

Pasca pemerintahan Ali, system pemerintahan mengambil bentuk kerajaan.

Sampai pada akhirnya setelah munculnya penjajahan, system pemerintahan

bagi Negara-negara yang baru melepaskan diri dari kolonialisme itu berbeda-

beda. Ada bentuk kerajaan, keemiran, kesultanan, dan ada yang muncul

dengan bentuk presidentil cabinet atau parlementer cabinet.


Peranan Agama Dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Moral yang ditumbuhkan oleh agama mempunyai daya kekuatan

rohaniah yang tidak pernah absen dalam menuntun dan mengendalikan

penyandangnya agar ia selalu berada dalam garis batas norma-norma susila,

menumbuhkan sifat mahmudah serta berpikir objektif yang dimanifestasikan

dengan :
 Percaya kepada diri sendiri
 Menyadari posisi serta tugas yang dipercayakan
 Mengeliminir sikap egoistis dan individualistis
 Memandang jauh ke depan atau berantisipasi
 Memperhitungkan latar belakang setiap tindakan
 Menghargai dan memperhitungkan waktu

BAB XIV. TERORISME DAN NARKOBA

A. Terorisme
1. Pengertian
Teroris merupakan sesuatu yang negative. Hal ini disebut sebagai

kejahatan yang bermotif kebencian atau setidak-tidaknya disulut oleh

kejahatan bermotif kebencian. Ia telah menjadi fenomena yang saat ini sering

muncul dalam kehidupan manusia, terutama dalam pergaulan antar

kelompok kepentingan.
2. Terorisme Kasus Pemeluk Agama: Ajaran dan Kenyataan
Sikap eksklusif dalam beragama sebagaimana pandangan Bishop

menekankan bahwa hanya ada satu agama yang benar dan pada akhirnya

akan mengasai dunia. Inilah yang menjadi pegangan pemeluk-pemeluk

agama. Namun semua itu berujung pada ajaran agama yang akhirnya

dimanipulasi untuk memicu peristiwa terorisme. Tentunya semua itu tidak

dibenarkan oleh mainstream pemeluk agama islam itu sendiri.


3. Gerakan Teroris di Dunia
Kejadian terorisme merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan

politik seluruh Negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi

untuk memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Pembunuhan

massal tersebut telah mempersatukan dunia melawan terorisme Internasional.

Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali, 12 Oktober 2002

menewaskan 184 orang dan 300 luka-luka, Perang terhadap terorisme yang

dipimpin oleh Amerika yang mendapat sambutan dari sekutunya di Eropa,

Pemerintahan Tony Blair yang pertama mengeluarkan Anti Terorism, Crime

and Security Act, Desember 2001, dll.


Terorisme jelas menjadi momok bagi peradaban modern. Sifat, tindakan,

pelaku, tujuan strategis, motivasi, hasil yang diharapkan serta dicapai, target-

target serta metode terorisme kini semakin luas dan bervariasi.


B. Narkoba
Ulama sepakat tentang keharaman mengkonsumsi dan membuat narkoba

ketika tidak dalam keadaan darurat. Para ulama menetapkan keharamannya

berdasarkan sejumlah firman Allah, Diantaranya yaitu:


 Surat al-A’raf ayat 157 :
“Dan Allah mengahalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan

bagi mereka segala yang buruk.”


 Surat al-Baqarah ayat 195 :
“Dan belanjakanlah(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.


 Surat an-Nisa ayat 29 :
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menggunakan

narkoba merupakan tindakan tercela yang diharamkan oleh syariat.


BAB III

PEMBAHASAN /ANALISIS

 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU

Buku “ ISLAM KAFFAH “Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi

Kelebihan

1) Terkadang ada kata-kata yang istilah yang sulit dimengerti

2) Pengulangan informasi sering kali terjadi pada pembahasannya

3) Setiap bab penulis membuat semacam suatu kesimpilan yang dapat

dimengerti

4) Pada akhir setiap bab buku ini disertakan kertas kosong yang diberi

judul catatan dan evaluasi

5) Disertakan daftar bacaan pada bagian akhir buku guna sebagai

referensi

Kekurangan

1) Ringkasan buku lebih banyak membahas tentang materi-materi

2) Pengertian dari setiap kata banyak yang dibuat berulang-ulang dan

pengertiannya itu banyak menggunakan kata-kata pemborosan

3) Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti dikalangan

pelajar maupun mahasiswa

4) Disetiap akhir sub-bagian penulis tiddak membuat latihan-latihan

untuk dipraktikkan dalam kehidupan untuk menjadi pemimpin

5) Disetiap bagian penulis membuat intisari dari tulisan tersebut


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah

‘Azza wa Jalla perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208.

Perintah kepada kaum mu`minin seluruhnya.

Kepribadian muslim yang kaffah terbagi dua macam, yaitu :

 Kepribadian kemanusiaan (basyariyah). Kepribadian kemanusiaan

dibagi dua bagian, yakni:


a) Kepribadian individu

b) Kepribadian ummah

 Kepribadian Samawi Yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui

petunjuk wahyu dalam kitab suci al-Qur’an

Ada beberapa ciri-ciri orang yang masuk kedalam islam secara

menyeluruh dan sempurna:

1. Mengerjakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Swt.

2. Tidak mengharap imbalan dan sanjungan dari manusia.

3. Sangat mengharap balasan dari Allah Swt.

4. Sangat takut akan dosa dan azab Allah Swt.

5. Sangat harap pada buah kebaikan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas diharapkan mahasiswa bisa

menerapkan islam secara kaffah atau menyeluruh dalam kehidupannya. Agar

dapat menjadi insan yang diridhai oleh Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai