Anda di halaman 1dari 32

BAB I

KAPASITAS PRODUKSI

1.1 Topografi Perencanaan


Daerah perencanaan dalam Sisitem Perencanaan Distribusi Air Minum ini adalah 3
kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo, yaitu: Kecamatan Sedati, Kecamatan
Buduran dan Kecamatan Gedangan.

Kecamatan Sedati
Kecamatan Sedati merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten
Sidoarjo Provinsi Jawa timur. Kecamatan Sedati berada di sebelah ujung timur-
utara Kabupaten Sidoarjo dan berjarak 14 Km dari pusat kota Sidoarjo. Ibukota
Kecamatan Sedati terletak pada ketinggian 4 m diatas permukaan laut dengan luas
wilayah 79.430 km2. Pada kecamatan Sedati juga terdapat Bandara Udara
Internasional Juanda yang merupakan Bandara tersibuk kedua stelah Bandara
soekarno-hatta, dan tentunya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
Kecamatan Sedati.

Secara administrasi Kecamatan sedati terdiri dari 16 kelurahan, dimana


Kepadatan penduduk tertinggi berada di kelurahan Pabean, hal tersebut dikarenakan
berbagai pusat kegiatan pemerintahan maupun ekonomi berada di Kelurahan ini
yang mendorong pertumbuhan penduduknya lebih cepat berkembang. Dan untuk
kepadatan terendah berada di kelurahan Banjar Kemuning.

Kecamatan Buduran
Kecamatan Buduran mempunyai luas wilayah 41.025 Km2. Ibukota
Kecamatan buduran terletak pada ketinggian 4 m diatas permukaan laut. Di
Kecamatan Buduran ini juga terdapat musium Empu Tantular yang merupakan
destinasi wisata di Kabupaten Sidoarjo.
Secara administrasi Kecamatan Buduran terbagi menjadi 15 kelurahan,
dimana kelurahan Pagerwojo merupakan kelurahan yang tingkat kepadatan
penduduknya paling tinggi dengan luas wilayah 166,41 Hektar , dan kelurahan
Sidomulyo merupakan Kelurahan yang tingkat kepadatan penduduknya paling
rendah dengan luas wilayah 56,58 Hektar.

Kecamatan Gedangan
Gedangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Waru di utara,
Kecamatan Sedati di timur, Kecamatan Buduran di selatan dan Kecamatan
Sukodono di barat. Kecamatan ini terkenal dengan industri logam dan topi. Salah
satu tempat industri topi berada di desa Punggul.

1.1.1 Letak Geografis


Kecamatan Sedati
Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Sedati, berbatasan dengan :
Utara : Kecamatan Waru
Selatan : Kecamatan Buduran
Barat : Kecamatan Gedangan dan Buduran
Timur : Selat Madura

Kecamatan Buduran
Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Sedati, berbatasan dengan :
Utara : Kecamatan Gedangan
Selatan : Kecamatan Sidoaro
Barat : Kecamatan Sukodono
Timur : Kecamatan Sedati

Kecamatan Gedangan
Secara geografis Kecamatan Gedangan terletak pada koordinat 7°23'11"S  dan
112°43'42"E dengan luas wilayah 2.368 Ha dan berada pada ketinggian 4 meter
dari permukaan air laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Taman adalah:
Utara : Kecamatan Waru
Selatan : Kecamatan Buduran
Barat : Kecamatan Sedati
Timur : Kecamatan Sukodon
1.1.2 PETA ADMINISTRATIF
1.2 Kebutuhan Air Daerah

Kebutuhan air daerah adalah jumlah air bersih yang di butuhkan penduduk daerah
yang dilayani oleh suatu IPAM di daerah tersebut

Dalam Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum, Kami memutuskan untuk


menempatkan IPAM di kecamatan Gedangan dengan pertimbangan pemilihan
kontur tertinggi, jarak terhadap sungai. Kebutuhan air yang dialirkan dari IPAM ke
penduduk yang dilayani sebesar 7234533,414 liter/hari = 0,083733025 m3/detik

1.3 Kebutuhan Air Maintenance

Prediksi kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran diperkirakan


sebesar 10 % dari ketersediaan air, maintenance flow ini bertujuan agar tidak
mengurangi jumlah produksi air bersih.

Kebutuhan Maintenance = Q kebutuhan air daerah x 10% (maintenance flow )

= 0,083733025 m3/detik x 10%


= 0,008373302563 m3/detik

1.4 Kebutuhan Air Total


Kebutuhan air total didapatkan dari penjumlahan kebutuhan air daerah dan
kebutuhan air maintenance.

Kebutuhan air total = Kebutuhan air daerah + kebutuhan air maintenance

= 0,083733025 m3/detik + 0,008373302563 m3/detik


= 0,092106327 m3/detik
BAB II

PERENCANAAN

BANGUNAN PENANGKAP AIR (INTAKE)

2.1 Teori Intake

a. Bangunan Intake dan Jenisnya

Bangunan intake adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyadap atau
penangkap air baku yang berasal dari sumbernya atau badan air seperti sungai,
situ, danau dan kolam sesuai dengan debit yang di perlukan untuk pengolahan.
Bangunan intake harus disesuaikan menurut konstruksi bangunan air, dan pada
umumnya memiliki konstuksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki
ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai. Secara umum
terdapat beberapa fungsi dari bangunan intake, diantanranya:

1. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang di

butuhkan oleh instalasi.

2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.


3. Mengambil air baku sesuai debit yang diperlukan instalasi pengolahan yang
di rencanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan pengambilan air
dari sumbernya. Kualitas air yang dimanfaatkan untuk pengolahan pada
bangunan intake biasanya kurang baik namun secara kuantitas airnya cukup
banyak. Dalam titik pengambilan air didasarkan pada variasi kualitas air
permukaan dimana terdapat adanya variasi yang konstan (tidak
berfluktuasi). Hal yang harus diperhatikan dalam prencanaan intake, yaitu :
1. Intake sebaiknya direncanakan dan ditempatkan pada tempat/sumber air
yang memiliki aliran yang stabil dan tidak deras. Hal ini berguna agar
tidak membahayakan bangunan intake tersebut
2. Bangunan intake harus kedap air

3. Tanah di sekitar Intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena
erosi

4. Intake seharusnya terletak jauh sebelum sumber kontaminasi

5. Intake sebaiknya terletak di hulu sungai suatu kota

6. Intake sebaiknya di lengkapi dengan saringan kasar yang selalu di


bersihkan. Ujung pipa pengambilan air yang berhububgan dengan popa
sebaiknya juga di beri saringan(striner)

7. Inlet sebaiknya berada di bawah permukaan badan air untuk mencegah


masuknya benda-benda terapung. Disamping itu sebaiknya terletak
cukup di atas air

8. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul


sebaiknya di buat beberapa level

9. Jika permukaan badan air selalu konstan dan tebing sungai terendam air
maka intake dapat di buat dekat sungai

Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang
berasal dari sumbernya, dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe yang
bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Direct Intake
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau dengan
kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan terjadinya erosi
pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.

2. Indirect Intake
A. River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini
lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air
pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.
Gambar 2.1 River Intake

B. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya.

Gambar 2.2 Canal Intake

C. Reservoir Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah menggunakan
menara intake. Menara intake dengan dam dibuat terpisah dan diletakkan di
bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi level muka air, maka inlet dengan
beberapa level diletakkan pada menara.

Gambar 2.3 Reservoir Intake


3. Spring Intake
Digunakan untuk air baku dari mata air / air tanah.

4. Intake Tower
Digunakan untuk air permukaan dimana kedalaman air berada diatas level
tertentu.

5. Gate Intake
Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada prasedimentasi.

Bagian-bagian dari intake :

1. Bell mouth strainer atau cylindrical strainer.

2. Strainer structure yang dibuat untuk melindunginya.

3. Pipa gravitasi air baku atau saluran

4. Gate atau sluice valve

5. Suction well (intake well)

6. Foot valve

7. Pipa suction untuk pemompaan

b. Komponen Intake
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur
pengumpul.
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area yang
cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai atau
tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan. Konstruksi sumur
disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan
ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring padatan
atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-jenis
screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar
bar, yaitu :

a. Saringan kasar (coarse screen)


Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada
pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen),
coarse weir, screen, dan kominutor.

b. Saringan halus (fine screen)


Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa
lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau
pre treatment.

Pembersihannya dapat dilakukan secara manual untuk coarse screen dan


mekanis untuk fine screen. Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan
bar screen :
 Jumlah batang (n) :
n= L screen + 1 …….…...…………………(2.1)

w.batang + 1

 Jumlah jarak antar batang (N) :


N = (n + 1) ………………………………………..( 2.2)

 Jarak antar tengah batang ( L screen) :


L screen = b + (0,5 x w )x 2 …………………...(2.3)

 Lebar bersih :
Lebar bersih = L – (n x w) ……………………..(2.4)

 Jarak bersih antar kisi :


Jarak bersih antar kisi = lebar bersih ……(2.5)

jumlah jarak antar barang


 Kecepatan melalui screen (v screen)
v screen = Q …………………..(2.6)

A bukaan bersih

 Headloss melalui screen (Hf screen)


4 /3
w
Hf screen =
β×() b
×h .υ×sin α
……………….(2.7)

dimana :

w = tebal batang (cm)

b = jarak antar batang (cm)

β = faktor bentuk batang

Q = debit (m3/dt)

L = lebar intake, m

n = jumlah batang

N = jumlah jarak antar batang

α = sudut bar terhadap horisontal

(Sumber : Fair, Geyer dan Okun, 1968)

Tabel 2.1 faktor dari masing-masing bentuk batang

Bentuk Bar Faktor Bentuk (β)


Shape edge rectangular 2,42
Rectangular with semicircular up
1,83
stream face circular
Circular 1,79
Rectangular with semicircular up
1,67
stream and down stream face
Tear shape 0,76
(Sumber : Qosim, 1985)

4. Sistem Transmisi
Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air
minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan evaluasi) sehingga
mungkin saja diperlukan pompa. Pada perencanaan ini sistem transmisi terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
a. Pipa Transmisi
Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi
pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem
transmisi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
- Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan
- Ketahanan terhadap erosi dan korosi
- Harga pipa dan biaya pemasangan
- Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan
konstruksi
- Kondisi lokal (mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)
b. Pompa Transmisi
- Strainer

Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku,


perlu direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan
untuk berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan
dasar badan air.

- Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm

- Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang


c. Pipa suction dan discharge
Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt

d. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian dan perawatannya.
Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air
dari satu tempat yang memiliki head lebih rendah dari pada tempat yang lain.
Klasifikasi pompa yang ada di pasaran adalah :
- Reciprocating Pump
- Fland Pump
- Centrifugal Pump
- Air Lift Pump

Jumlah pompa yang digunakan tergantung pada besarnya aliran yang


diperlukan dan kapasitas pompa ditentukan oleh head yang diperlukan.
Kriteria dalam menentukan jumlah pompa ditunjukkan oleh tabel berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Jumlah Pompa yang Digunakan

Debit (L/menit) Jumlah Pompa Keterangan


<1895 2 buah 1 operasi – 1 cadangan
1895-5685 3 buah 2 operasi – 1 cadangan
5685-11370 4 buah 3 operasi – 1 cadangan
>11370 6 buah 5 operasi – 1 cadangan
Sumber : Al-Layla, 1980

5. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge, valve, dan
aksesoris lainnya)

c. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu
direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk
berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar
badan air.
 Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm.
 Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :

 Diameter strainer (D) :


D = 1,5 – 2 x Dsuction
 Jarak strainer dari dasar intake (s) :
s = ½ Dstrainer

 Jarak ujung strainer ke permukaan air (S) :


S = 1,5 x Dstrainer

 Jarak strainer ke dinding intake (x) :


x = ¼ Dstrainer

(Sumber : Prosser, 1980)

d. Pipa Suction dan Discharge


Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt.

e. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.

c. Pompa Intake
Dalam perencanaan pompa intake, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Fluktuasi level permukaan air sungai
b. Kandungan padatan di sungai
c. Besarnya arus sungai
d. Kondisi fisik sungai

Adapun alternatif pemilihan jenis pompa intake adalah :


1. Pompa Sentrifugal (tidak terendam air)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. NPSH yang tersedia pada sistem. Hal ini berhubungan dengan level air.
Pada saat level air maksimum, maka NPSH sistem yang tersedia cukup
besar daripada saat level air minimum. Hal ini mempengaruhi
penempatan pompa karena static suction head system harus lebih kecil
dari static head maksimum hasil perhitungan NPSH.
b. Static suction head yang berubah-ubah akibat adanya perubahan
permukaan air sungai akan mempengaruhi karakteristik sistem yang
ada. Hal ini mempengaruhi kapasitas yang dialirkan.
c. Rumah pompa yang kedap air diperlukan terutama untuk
daerah yang rawan banjir, karena motor akan terbakar jika
terendam air.
2. Pompa Sentrifugal Submersible
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. NPSH tidak terlalu menjadi masalah, karena pompa dan motor


terendam air.
b. Pompa submersible harus terendam air hingga ketinggian tertentu dari
level air sungai minimum. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
pusaran air pada permukaan air sungai jika ketinggiannya melebihi
batas yang diisyaratkan. Pusaran air dapat menyebabkan masuknya
udara ke dalam pompa dan terjadi kavitasi. Jika pompa tidak terendam
air, maka pompa bisa terbakar.
c. Level air yang berubah-ubah menyebabkan perubahan pada
karakteristik pompa.
d. Harga pompa submersible lebih mahal daripada pompa sentrifugal
biasa.
3. Pompa Non Clogging
Digunakan jika kandungan padatan tersuspensi air sungai sangat tinggi dan
harus diperhatikan bahwa harga pompa jenis ini mahal.

2.2 Kriteria Desain


1. Screen
Kriteri perencanaan Screen :

 Jarak antar kisi 0.0254 – 0.0762 m direncanakan 0.05 m


 Tebal kisi (t) = 25-38 mm direncanakan 30 mm
 Kemiringan kisi 300 – 450 direncanakan 450
 Hf pada kisi = 0,011-0,8 (tidak boleh lebih)
 Lebar kisi 0.25” – 5” direncanakan 2” = 5,08 cm = 0.0508m
 Tinggi screen mengikuti diameter pipa inlet yang terbesar, direncanakan (0,46
m)
 Kecepatan aliran melalui kisi 0.4 – 1 m/det direncanakan 1m/det
 Kisi menggunakan jenis sirkuler dengan factor kisi β = 1,79 digunakan untuk
menyaring partikel – pertikel kasar
(Sye, R. Qosim., “Waste wter treatment Plants, Planning, Design and operatin”
page 161)

2. Bell Mouth Strainer


 Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 – 0,3 m/dt
 Diameter lubang strainer 6 – 12 mm
 Luas total permukaan strainer = 2 x luas efektif

3. Cylindrical Strainer
 Kriteria desain sama dengan bell mouth strainer.
 Harus digunakan pada saat head air cukup tinggi di atas strainer.
 Strainer sebaiknya terletak 0,6 – 1 m dibawah level air terendah (jika tidak
mempunyai lubang di bagian atas), sedangkan untuk strainer yang memiliki
lubang sebaiknya 1 m dibawah level air terendah.

4. Pipa penyaluran air baku dengan pengaliran gravitasi


 Kecepatan aliran 0,6 – 1,5 m/detik untuk mencegah iritasi dan sedimentasi
pada pipa
 Ukuran diameter pipa ditetapkan dengan menjaga kecepatan aliran (LWL) >
0,6 m/dt dan pada saat level air tertinggi (HWL) < 1,5 m/dt. Dengan
mengetahui head dan kecepatan maka diameter pipa dapat ditentukan.

5. Pipa penyalur air baku dengan pengaliran menggunakan pompa


 Kecepatan aliran berkisar antara 1- 1,5 m/dt dengan pengaturan diameter sama
seperti kriteris pipa penyalur secara gravitasi
 Pusat pompa ditempatkan tidak kurang dari 3,7 m di bawah level air terendah
dan tidak lebih dari 4 m di atas level air terendah

6. Sumuran Pengumpul
 Untuk memudahkan operasional, jumlah sumur minimal 2
 Waktu detensi sekitar 20 menit
 Dasar dari sumuran sebaiknya 1 m di bawah dasar sungai atau 1,52 di bawah
muka air terendah.
 Ketinggian foot valve dari dasar sumuran sebaiknya kurang dari 0,60 m, untuk
menghindari lumpur yang masuk.

2.3 Rumus Intake

1. PIPA INLET

1. Q sumuran :
Q kapasitas produksi
Q=
Σ sumuran

2,2 m³/dt
Q=
2

Luas penampang :

a) Saat HWL

Q sumuran
A=
V hwl

1 m³/dt
A=
1,5 m²/dt

A = 0,66 m²
b) Saat AWL

Q sumuran
A=
V awl

1 m³/dt
A=
1 m²/dt

A = 1 m²
c) Saat LWL

Q sumuran
A=
V lwl

1 m³/dt
A=
0 . 6 m²/dt

A = 1 .66 m²

2. Diameter pipa inlet :

4∗ A
D=
√ π

Dimana :

A = Luas penampang (m2)

Q = Debit (m3/ detik)

a) Saat HWL

0. 5
4*A
D=
π [ ]
0 .5
4 * 0,66 m 2
D= [3 , 14 ]
D = 0,91 m

b) Saat AWL

0. 5
4*A
D=
π [ ]
0. 5
4 * 1 m2
D= [
3, 14 ]
D = 1,12 m
c) Saat LWL

0. 5
4*A
D=
π[ ]
0.5
4 * 1,66 m 2
D= [ 3 ,14 ]
D = 1,45 m

Dimana :

A = Luas penampang (m2)

Q = Debit (m3/ detik)

3. Check kecepatan :
a) Saat HWL

Q
V=
A HWL (1/4*3,14*D²)

1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(0,91) ²

= 1,53 m/dt

b) Saat AWL

Q
V=
A AWL

1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(1,12) ²

= 1,61 m/dt
c) Saat LWL

Q
V=
A LWL

4. Head loss sepanjang pipa :


1 , 85
10 , 7∗L∗Q
Hf = 1 , 85 4 , 87
C ∗D
5. Slope pipa inlet :
Hf
S=
L

6. Head loss pada saat keluar dari pintu air :

V2
Hf = k *
2∗ g
2. SCREEN

1. Dimensi screen
meliputi :

tg α = H sin α = H
L X
L = H X = H
tg α sin α
Dimana :

X = panjang screen (m)

Α = sudut kemiringan ( 0)

H = tebal screen (m)

L = lebar screen (m)


X

Ø pipa H
L

Gbr. 4.1 Sketsa screen

2. Jumlah kisi pada screen


D = n x d + (n + 1) r

Dimana :

D = lebar tempat yang dipasang screen (m)

d = diameter kisi (m)

r = jarak antar kisi (m)

n = jumlah kisi

3. Headloss pada kisi

4
d
Hf AWL =
β*
r [] 3
* h v * sin α

Dimana :

Hf = haedloss pada kisi (m)

β = faktor bentuk kisi

r = jumlah kisi
d = diameter kisi (m)

hv = headloss kecepatan aliran kisi (m/dtk)

α = kemiringan

3. PINTU AIR
 headloss ( Hf )
HWL = ( High Water Level )

AWL = ( Average Water Level )

LWL = ( Low Water Level )

( Hf pintu air sama dengan Hf sepanjang pipa inlet )

 Tinggi pintu air ( Hd )

Hd = Ø Pipa (m )

 Tinggi bukaan pintu air


3/2 3/2
Q = 2/3 Cd √ 2g . B .( Hd –H )

(Bambang Triatmodjo, “Hidraulika I”)

Q∗3
H=3/2
√ 2∗Cd∗√2∗g∗B∗Hd 3 /2

Sketsa Pintu Air


4. SUMUR PENGUMPUL
 Debit sumuran (Q) = m3/ detik
 Volume sumuran (V)
V = Q sumuran x td

 Tinggi efektif sumur pengumpul (Hef)


Hef = Hintake + Hfreeboard + Hlumpur

 Luas efektif (A)


volume
A=
H ef

 Dimensi sumur pengumpul.


A=p*l

P=l

Perbandingannya 1:1

5. POMPA
1) Mengitung Q pada pompa pada sumuran
Qsumuran
Q pompa =
∑ pompa

2) Menghitung Kecapatan pada pompa


Q
V=1
4
* π * D2
3) Menghitung head loss suction ( HfSUCTION)
- Hf MAYOR

10 ,7∗L∗Q 1, 85
Hf MAYOR = 1, 85 4 ,87
C ∗D

- H pompa = HStatik+ HMAYOR + HMINOR

- Mencari nilai v pada Hf minor suction

2
(v )
Hf MINOR=K
2∗g

4) Menghitung head loss suction ( HfSUCTION) total

Hf suction total = Hf MAYOR + Hf MINOR

5) Menghitung head loss discharge (Hf discharge)


- Hf MAYOR

10 ,7∗L∗Q 1, 85
Hf MAYOR =
C 1, 85∗D 4 ,87

Hpompa = HStatik+ HMAYOR + HMINOR

- Hf discharge total =Hf MAYOR + Hf MINOR Gate valve + Hf MINOR belokan + HfMINOR
T aliran cabang + HfMINOR T aliran lurus
Hf total = Hf suction + Hf discharge + Hf statik

6) Daya pompa (P)


Data yang direncanakan :

 Berat air per satuan volume ( γ ) = 1 m


 Efisiensi pompa ( η ) = 75%
Daya pompa :

γ∗Q∗Hf total ∗g
p=
η

6. STRAINER
Q sumuran
- Luas strainer = A efektif =
v

- Cross area (CA) = 2 x A efektif

- Diameter strainer

- Luas Lubang (AL)

= ¼ x π x d²

- Jumlah lubang strainer (n)

Grossarea
n=
A lubang

= CA / A L

2.4 Perencanaan Intake

Sumber air Sumber air baku untuk perencanaan bangunan pengolahan air minum
ini berasal dari sungai dan untuk pengambilan airnya digunakan cara gravitasi. Jenis
intake yang digunakan adalah river intake, dimana air baku dari sungai disadap
dengan 2 buah pipa untuk menyesuaikan dengan fluktuasi muka air, lalu
dikumpulkan terlebih dahulu pada sumur pengumpul. Pipa tersebut tidak
dioperasikan secara bersamaan, tetapi dioperasikan salah satu mangikuti level muka
air. Agar air sungai dapat mengalir secara gravitasi, maka pipa penyadap yang
menuju ke sumur pengumpul diletakkan agak miring. Setelah dari sumur pengumpul,
barulah air dialirkan secara gravitasi lagi sejauh 200 m ke bangunan prasedimentasi.
Panjang pipa penyadap direncanakan sepanjang 1 m.
2.4.1 Dimensi Pipa Inlet

 Q sumuran :
Q kapasitas produksi
Q=
Σ sumuran

2,2 m³/dt
Q=
2

Q = 1,1m³/dt → 1 m³/dt
Luas penampang :

a) Saat HWL

Q sumuran
A=
V hwl

1 m³/dt
A=
1,5 m²/dt

A = 0,66 m²
b) Saat AWL

Q sumuran
A=
V awl

1 m³/dt
A=
1 m²/dt

A = 1 m²

c) Saat LWL

Q sumuran
A=
V lwl

1 m³/dt
A=
0 . 6 m²/dt
A = 1 .66 m²

7. Diameter pipa inlet :

4∗ A
D=
√ π

Dimana :

A = Luas penampang (m2)

Q = Debit (m3/ detik)

a) Saat HWL

0. 5
4*A
D=
π [ ]
0 .5
4 * 0,66 m 2
D= [3 , 14 ]
D = 0,91 m

b) Saat AWL

0. 5
4*A
D=
π [ ]
0. 5
4 * 1 m2
D= [
3, 14 ]
D = 1,12 m

c) Saat LWL

0. 5
4*A
D=
π [ ]
0.5
4 * 1,66 m 2
D= [ 3 ,14 ]
D = 1,45 m

Dimana :

A = Luas penampang (m2)

Q = Debit (m3/ detik)

8. Check kecepatan :
a) Saat HWL

Q
V=
A HWL (1/4*3,14*D²)

1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(0,91) ²

= 1,53 m/dt

b) Saat AWL

Q
V=
A AWL
3
1 m /dt
¿
¼∗3,14∗(1,12) ²

= 1,61 m/dt

c) Saat LWL

Q
V=
A LWL

1
¿
¼∗3,14∗(1,45) ²

= 0,60 m/dt
9. Headloss

10. Head loss sepanjang pipa :


a) Saat HWL

Hf = K *
2∗9

1, 53²
= 0,2 *
2∗9,81

= 0,02 m

b) Saat AWL

Hf = K *
2∗9
1,01
= 0,2 *
2∗9,81
= 0,01 m
c) Saat LWL

Hf = K *
2∗9
0,60
= 0,2 *
2∗9,81
= 0,0061 m

11. Slope pipa inlet :


Hf
S=
L

12. Head loss pada saat keluar dari pintu air :

V2
Hf = k *
2∗ g
2.4.2 SCREEN

Direncanakan :

 Jarak antar kisi 0.0254 – 0.0762 m direncanakan (r) 0.05 m


 Tebal kisi (t) = 25-38 mm direncanakan 30 mm
 Kemiringan kisi 300 – 450 direncanakan 450
 Hf pada kisi = 0,011-0,8 (tidak boleh lebih)
 Lebar kisi 0.25” – 5” direncanakan 2” = 5,08 cm = 0.0508m
 Tinggi screen mengikuti diameter pipa inlet yang terbesar, direncanakan (0,46
m)
 Kecepatan aliran melalui kisi 0.4 – 1 m/det direncanakan 1m/det
 Kisi menggunakan jenis sirkuler dengan factor kisi β = 1,79 digunakan untuk
menyaring partikel – pertikel kasar
(Sye, R. Qosim., “Waste wter treatment Plants, Planning, Design and operatin”
page 161)

1. Panjang Kisi

Diketahui : H1 : 1,45 m

H2 : 0.8 m

H3 : 0.2 m

Penyelesaian

H 1.45
 r= = =1.45 m
tg x tg 45
H 0.2
 s= = =0.2 m
tg x tg 45
H 1.45
 x= = =2.05 m
tg x tg 45
H 0.8
 y= = =1.13 m
tg x tg 45
H 0.2
 z= = =0.28 m
tg x tg 45

2. Panjang Kisi (L)


=X+Y+2
= 2,05 + 1,13 + 0,28
= 3,46
3. Jumlah Kisi (n)
D = n * d + (n + 1) * r
1,45 m = n * 0,0508 + (n + 1) * 0,05
1,45 m = 0,0508 n + 0,05 n + 0,05
1,45 m = 0,1008 n + 0,05
1,45 m = 0,1008 n

1,4
n = = 13,8 = 14 buah
0,1008

4. Check r
D = n * d + (n * 1) * r
1,45 m = 14 * 0,0508 + (14 + 1) * r
1,45 m = 0,7112 + 15 r
0,7388 = 15 r
r = 0,049

5. Head Loss
Hf AWL = β∗¿

12
= 1,79 * ¿ ( ¿∗sin 45
2∗9,81
= 1,828 * 0,050 * sin 45
= 0,0914 * sin 45
= 0,064

2.4.3 Dimensi Sumur Pengumpul

Direncanakan :

 Debit yang masuk ke sumur pengumpul = 0,092 m3/detik


 Jumlah Sumur =2
 Waktu Tinggal (td) = 20 menit = 1200 detik
 Freeboard = 0,5 m
 Tinggi =5m
 Saluran dari beton = n = 0,015
 Tebal dinding = 30 cm
 Bentuk sumur pengumpul = Persegi

Perhitungan :

 Luas (A) Sumuran

Volume Q×td 0 , 092m3 ×1200 dt


= = =22, 08 m2
H H 5m
 Jika p = l , maka : A =pxl
22,08 m2 = l2
l = 4,69 m → p = 4,69 m
 Jadi dimensi sumur pengumpul =
a. Kedalaman (H) + freeboard = 5 m + 0,5 m = 5,5 m
b. Panjang (p) + tebal dinding = 4,69 m + ( 2 x 0,3 m ) = 2,814 m
c. Lebar (l) + tebal dinding = 4,69 m + ( 2 x 0,3 m ) = 2,814 m

2.4.3 Pipa Tranmisi


Direncanakan :
 Q pipa = 0,092 m3/dt
 V rencana = 1 m/dt
 L pipa = HWL = 5 m
LWL = 3 m
Perhitungan :

4×0,092
 D= √ 4Q
π .V = √ 3,14 .1 = 0,34 m = 30 cm (sesuai pasaran)
 Kecepatan pada pipa suction (cek V)
Q 0,092
V= A = 1/4.π .(0,3 )2 = 1,3 = 1 m/dt OK!
 Hf yang terjadi pada pipa (HWL) :

L×Q1,85
2 , 63 1, 85
Hf = (0 ,00155×C×D )
1 , 85
500×(9,2)
2, 63 1 , 85
=0 ,038 cm
= (0 , 00155×130×(30 ) )
 Hf yang terjadi pada pipa (ii) :

L×Q1,85
2 , 63 1, 85
Hf = (0 ,00155×C×D )
1 , 85
300×(9,2)
2, 63 1 , 85
=0 ,023 cm
= (0 , 00155×130×(30 ) )

Anda mungkin juga menyukai