KAPASITAS PRODUKSI
Kecamatan Sedati
Kecamatan Sedati merupakan sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten
Sidoarjo Provinsi Jawa timur. Kecamatan Sedati berada di sebelah ujung timur-
utara Kabupaten Sidoarjo dan berjarak 14 Km dari pusat kota Sidoarjo. Ibukota
Kecamatan Sedati terletak pada ketinggian 4 m diatas permukaan laut dengan luas
wilayah 79.430 km2. Pada kecamatan Sedati juga terdapat Bandara Udara
Internasional Juanda yang merupakan Bandara tersibuk kedua stelah Bandara
soekarno-hatta, dan tentunya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
Kecamatan Sedati.
Kecamatan Buduran
Kecamatan Buduran mempunyai luas wilayah 41.025 Km2. Ibukota
Kecamatan buduran terletak pada ketinggian 4 m diatas permukaan laut. Di
Kecamatan Buduran ini juga terdapat musium Empu Tantular yang merupakan
destinasi wisata di Kabupaten Sidoarjo.
Secara administrasi Kecamatan Buduran terbagi menjadi 15 kelurahan,
dimana kelurahan Pagerwojo merupakan kelurahan yang tingkat kepadatan
penduduknya paling tinggi dengan luas wilayah 166,41 Hektar , dan kelurahan
Sidomulyo merupakan Kelurahan yang tingkat kepadatan penduduknya paling
rendah dengan luas wilayah 56,58 Hektar.
Kecamatan Gedangan
Gedangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Waru di utara,
Kecamatan Sedati di timur, Kecamatan Buduran di selatan dan Kecamatan
Sukodono di barat. Kecamatan ini terkenal dengan industri logam dan topi. Salah
satu tempat industri topi berada di desa Punggul.
Kecamatan Buduran
Berdasarkan letak geografis, Kecamatan Sedati, berbatasan dengan :
Utara : Kecamatan Gedangan
Selatan : Kecamatan Sidoaro
Barat : Kecamatan Sukodono
Timur : Kecamatan Sedati
Kecamatan Gedangan
Secara geografis Kecamatan Gedangan terletak pada koordinat 7°23'11"S dan
112°43'42"E dengan luas wilayah 2.368 Ha dan berada pada ketinggian 4 meter
dari permukaan air laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Taman adalah:
Utara : Kecamatan Waru
Selatan : Kecamatan Buduran
Barat : Kecamatan Sedati
Timur : Kecamatan Sukodon
1.1.2 PETA ADMINISTRATIF
1.2 Kebutuhan Air Daerah
Kebutuhan air daerah adalah jumlah air bersih yang di butuhkan penduduk daerah
yang dilayani oleh suatu IPAM di daerah tersebut
PERENCANAAN
Bangunan intake adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyadap atau
penangkap air baku yang berasal dari sumbernya atau badan air seperti sungai,
situ, danau dan kolam sesuai dengan debit yang di perlukan untuk pengolahan.
Bangunan intake harus disesuaikan menurut konstruksi bangunan air, dan pada
umumnya memiliki konstuksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki
ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai. Secara umum
terdapat beberapa fungsi dari bangunan intake, diantanranya:
1. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang di
3. Tanah di sekitar Intake seharusnya cukup stabil dan tidak mudah terkena
erosi
9. Jika permukaan badan air selalu konstan dan tebing sungai terendam air
maka intake dapat di buat dekat sungai
Bangunan intake berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang
berasal dari sumbernya, dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe yang
bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Direct Intake
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau dengan
kedalaman yang cukup tinggi. Intake jenis ini memungkinkan terjadinya erosi
pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.
2. Indirect Intake
A. River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini
lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air
pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.
Gambar 2.1 River Intake
B. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya.
C. Reservoir Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah menggunakan
menara intake. Menara intake dengan dam dibuat terpisah dan diletakkan di
bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi level muka air, maka inlet dengan
beberapa level diletakkan pada menara.
4. Intake Tower
Digunakan untuk air permukaan dimana kedalaman air berada diatas level
tertentu.
5. Gate Intake
Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada prasedimentasi.
6. Foot valve
b. Komponen Intake
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur
pengumpul.
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area yang
cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai atau
tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan. Konstruksi sumur
disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan
ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring padatan
atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-jenis
screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar
bar, yaitu :
w.batang + 1
Lebar bersih :
Lebar bersih = L – (n x w) ……………………..(2.4)
A bukaan bersih
dimana :
Q = debit (m3/dt)
L = lebar intake, m
n = jumlah batang
4. Sistem Transmisi
Sistem transmisi menghubungkan antara intake dengan instalasi pengolahan air
minum. Transmisi tergantung pada topografi (perubahan evaluasi) sehingga
mungkin saja diperlukan pompa. Pada perencanaan ini sistem transmisi terbagi
menjadi dua bagian yaitu :
a. Pipa Transmisi
Pipa transmisi digunakan untuk menyalurkan air dari lokasi intake ke instalasi
pengolahan. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan dalam sistem
transmisi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :
- Durabilitas dan kondisi air yang dihantarkan
- Ketahanan terhadap erosi dan korosi
- Harga pipa dan biaya pemasangan
- Jenis sambungan yang diperlukan, kekuatannya dan kemudahan
konstruksi
- Kondisi lokal (mudah didapat, bahan lokal, dan biaya perawatan)
b. Pompa Transmisi
- Strainer
d. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian dan perawatannya.
Pompa digunakan untuk menyediakan head yang cukup untuk mengalirkan air
dari satu tempat yang memiliki head lebih rendah dari pada tempat yang lain.
Klasifikasi pompa yang ada di pasaran adalah :
- Reciprocating Pump
- Fland Pump
- Centrifugal Pump
- Air Lift Pump
5. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge, valve, dan
aksesoris lainnya)
c. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu
direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk
berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar
badan air.
Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm.
Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :
e. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.
c. Pompa Intake
Dalam perencanaan pompa intake, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Fluktuasi level permukaan air sungai
b. Kandungan padatan di sungai
c. Besarnya arus sungai
d. Kondisi fisik sungai
a. NPSH yang tersedia pada sistem. Hal ini berhubungan dengan level air.
Pada saat level air maksimum, maka NPSH sistem yang tersedia cukup
besar daripada saat level air minimum. Hal ini mempengaruhi
penempatan pompa karena static suction head system harus lebih kecil
dari static head maksimum hasil perhitungan NPSH.
b. Static suction head yang berubah-ubah akibat adanya perubahan
permukaan air sungai akan mempengaruhi karakteristik sistem yang
ada. Hal ini mempengaruhi kapasitas yang dialirkan.
c. Rumah pompa yang kedap air diperlukan terutama untuk
daerah yang rawan banjir, karena motor akan terbakar jika
terendam air.
2. Pompa Sentrifugal Submersible
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
3. Cylindrical Strainer
Kriteria desain sama dengan bell mouth strainer.
Harus digunakan pada saat head air cukup tinggi di atas strainer.
Strainer sebaiknya terletak 0,6 – 1 m dibawah level air terendah (jika tidak
mempunyai lubang di bagian atas), sedangkan untuk strainer yang memiliki
lubang sebaiknya 1 m dibawah level air terendah.
6. Sumuran Pengumpul
Untuk memudahkan operasional, jumlah sumur minimal 2
Waktu detensi sekitar 20 menit
Dasar dari sumuran sebaiknya 1 m di bawah dasar sungai atau 1,52 di bawah
muka air terendah.
Ketinggian foot valve dari dasar sumuran sebaiknya kurang dari 0,60 m, untuk
menghindari lumpur yang masuk.
1. PIPA INLET
1. Q sumuran :
Q kapasitas produksi
Q=
Σ sumuran
2,2 m³/dt
Q=
2
Luas penampang :
a) Saat HWL
Q sumuran
A=
V hwl
1 m³/dt
A=
1,5 m²/dt
A = 0,66 m²
b) Saat AWL
Q sumuran
A=
V awl
1 m³/dt
A=
1 m²/dt
A = 1 m²
c) Saat LWL
Q sumuran
A=
V lwl
1 m³/dt
A=
0 . 6 m²/dt
A = 1 .66 m²
4∗ A
D=
√ π
Dimana :
a) Saat HWL
0. 5
4*A
D=
π [ ]
0 .5
4 * 0,66 m 2
D= [3 , 14 ]
D = 0,91 m
b) Saat AWL
0. 5
4*A
D=
π [ ]
0. 5
4 * 1 m2
D= [
3, 14 ]
D = 1,12 m
c) Saat LWL
0. 5
4*A
D=
π[ ]
0.5
4 * 1,66 m 2
D= [ 3 ,14 ]
D = 1,45 m
Dimana :
3. Check kecepatan :
a) Saat HWL
Q
V=
A HWL (1/4*3,14*D²)
1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(0,91) ²
= 1,53 m/dt
b) Saat AWL
Q
V=
A AWL
1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(1,12) ²
= 1,61 m/dt
c) Saat LWL
Q
V=
A LWL
V2
Hf = k *
2∗ g
2. SCREEN
1. Dimensi screen
meliputi :
tg α = H sin α = H
L X
L = H X = H
tg α sin α
Dimana :
Α = sudut kemiringan ( 0)
Ø pipa H
L
Dimana :
n = jumlah kisi
4
d
Hf AWL =
β*
r [] 3
* h v * sin α
Dimana :
r = jumlah kisi
d = diameter kisi (m)
α = kemiringan
3. PINTU AIR
headloss ( Hf )
HWL = ( High Water Level )
Hd = Ø Pipa (m )
Q∗3
H=3/2
√ 2∗Cd∗√2∗g∗B∗Hd 3 /2
P=l
Perbandingannya 1:1
5. POMPA
1) Mengitung Q pada pompa pada sumuran
Qsumuran
Q pompa =
∑ pompa
10 ,7∗L∗Q 1, 85
Hf MAYOR = 1, 85 4 ,87
C ∗D
2
(v )
Hf MINOR=K
2∗g
10 ,7∗L∗Q 1, 85
Hf MAYOR =
C 1, 85∗D 4 ,87
- Hf discharge total =Hf MAYOR + Hf MINOR Gate valve + Hf MINOR belokan + HfMINOR
T aliran cabang + HfMINOR T aliran lurus
Hf total = Hf suction + Hf discharge + Hf statik
γ∗Q∗Hf total ∗g
p=
η
6. STRAINER
Q sumuran
- Luas strainer = A efektif =
v
- Diameter strainer
= ¼ x π x d²
Grossarea
n=
A lubang
= CA / A L
Sumber air Sumber air baku untuk perencanaan bangunan pengolahan air minum
ini berasal dari sungai dan untuk pengambilan airnya digunakan cara gravitasi. Jenis
intake yang digunakan adalah river intake, dimana air baku dari sungai disadap
dengan 2 buah pipa untuk menyesuaikan dengan fluktuasi muka air, lalu
dikumpulkan terlebih dahulu pada sumur pengumpul. Pipa tersebut tidak
dioperasikan secara bersamaan, tetapi dioperasikan salah satu mangikuti level muka
air. Agar air sungai dapat mengalir secara gravitasi, maka pipa penyadap yang
menuju ke sumur pengumpul diletakkan agak miring. Setelah dari sumur pengumpul,
barulah air dialirkan secara gravitasi lagi sejauh 200 m ke bangunan prasedimentasi.
Panjang pipa penyadap direncanakan sepanjang 1 m.
2.4.1 Dimensi Pipa Inlet
Q sumuran :
Q kapasitas produksi
Q=
Σ sumuran
2,2 m³/dt
Q=
2
Q = 1,1m³/dt → 1 m³/dt
Luas penampang :
a) Saat HWL
Q sumuran
A=
V hwl
1 m³/dt
A=
1,5 m²/dt
A = 0,66 m²
b) Saat AWL
Q sumuran
A=
V awl
1 m³/dt
A=
1 m²/dt
A = 1 m²
c) Saat LWL
Q sumuran
A=
V lwl
1 m³/dt
A=
0 . 6 m²/dt
A = 1 .66 m²
4∗ A
D=
√ π
Dimana :
a) Saat HWL
0. 5
4*A
D=
π [ ]
0 .5
4 * 0,66 m 2
D= [3 , 14 ]
D = 0,91 m
b) Saat AWL
0. 5
4*A
D=
π [ ]
0. 5
4 * 1 m2
D= [
3, 14 ]
D = 1,12 m
c) Saat LWL
0. 5
4*A
D=
π [ ]
0.5
4 * 1,66 m 2
D= [ 3 ,14 ]
D = 1,45 m
Dimana :
8. Check kecepatan :
a) Saat HWL
Q
V=
A HWL (1/4*3,14*D²)
1 m3 /dt
¿
¼∗3,14∗(0,91) ²
= 1,53 m/dt
b) Saat AWL
Q
V=
A AWL
3
1 m /dt
¿
¼∗3,14∗(1,12) ²
= 1,61 m/dt
c) Saat LWL
Q
V=
A LWL
1
¿
¼∗3,14∗(1,45) ²
= 0,60 m/dt
9. Headloss
1, 53²
= 0,2 *
2∗9,81
= 0,02 m
b) Saat AWL
V²
Hf = K *
2∗9
1,01
= 0,2 *
2∗9,81
= 0,01 m
c) Saat LWL
V²
Hf = K *
2∗9
0,60
= 0,2 *
2∗9,81
= 0,0061 m
V2
Hf = k *
2∗ g
2.4.2 SCREEN
Direncanakan :
1. Panjang Kisi
Diketahui : H1 : 1,45 m
H2 : 0.8 m
H3 : 0.2 m
Penyelesaian
H 1.45
r= = =1.45 m
tg x tg 45
H 0.2
s= = =0.2 m
tg x tg 45
H 1.45
x= = =2.05 m
tg x tg 45
H 0.8
y= = =1.13 m
tg x tg 45
H 0.2
z= = =0.28 m
tg x tg 45
1,4
n = = 13,8 = 14 buah
0,1008
4. Check r
D = n * d + (n * 1) * r
1,45 m = 14 * 0,0508 + (14 + 1) * r
1,45 m = 0,7112 + 15 r
0,7388 = 15 r
r = 0,049
5. Head Loss
Hf AWL = β∗¿
12
= 1,79 * ¿ ( ¿∗sin 45
2∗9,81
= 1,828 * 0,050 * sin 45
= 0,0914 * sin 45
= 0,064
Direncanakan :
Perhitungan :
4×0,092
D= √ 4Q
π .V = √ 3,14 .1 = 0,34 m = 30 cm (sesuai pasaran)
Kecepatan pada pipa suction (cek V)
Q 0,092
V= A = 1/4.π .(0,3 )2 = 1,3 = 1 m/dt OK!
Hf yang terjadi pada pipa (HWL) :
L×Q1,85
2 , 63 1, 85
Hf = (0 ,00155×C×D )
1 , 85
500×(9,2)
2, 63 1 , 85
=0 ,038 cm
= (0 , 00155×130×(30 ) )
Hf yang terjadi pada pipa (ii) :
L×Q1,85
2 , 63 1, 85
Hf = (0 ,00155×C×D )
1 , 85
300×(9,2)
2, 63 1 , 85
=0 ,023 cm
= (0 , 00155×130×(30 ) )