Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA An.

S DENGAN

DIAGNOSA THYPOID

Oleh :

ANDI RISKA

21907061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

MAKASSAR

2020
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang

terutama disebabkan oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis

terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam

paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S. Schottmuelleri (semula S.

Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C). Demam tifoid

memperlihatkan gejala lebih berat dibandingkan demam enterik yang lain

(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus

abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang

biasanya mengenai saluran pencernaan dengan demam lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.

Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut

juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh

kuman Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi A, B, dan C. Demam tifoid

merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia maupun di daerah-

daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit demam tifoid

atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang

manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang

disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau

minuman yang tercemar dan ditandai dengan demam berkepanjangan lebih


dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, dan lebih diperburuk

dengan gangguan penurunan kesadaran.

B. Etiologi

Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid adalah

Salmonella typhi, termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili

Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk spora, tidak

berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahanbeberapa

hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan

farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C

dalam 15 menit. Salmonella mempunyai antigen O (somatik) adalah

komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan

antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,

juga pada S. Dublin dan S. hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida

kapsul.

C. Patofisiologi

Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam

lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke

jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang usus halus. Kemudian

kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel

retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam

masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan

kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua

kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh


terutama limpa, usus, dan kandung empedu (Suriadi &Yuliani, 2006, hal:

254).

Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi

pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada

minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi

penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat

menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,

kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. Gejala demam disebabkan

oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh

kelainan pada usus halus (Suriadi &Yuliani, 2006, hal: 254).

D. Manifestasi Klinik

Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada

anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa

tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan.

Sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa

inkubasimungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak

badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan

berkurang. Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005,

hal: 237) adalah:

1. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat

febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama,

suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada


pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam

minggu kedua, klien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu

ketiga, suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir

minggu ketiga

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan

pecah-pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),

ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat

ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), hati dan limpa

membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi

tetapi juga dapat terjadi diare atau normal

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran klien menurun walaupun tidak dalam yaitu

apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali

penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan. Di samping

gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan

anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan

karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada

minggu pertama yaitu demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi

dan epitaksis pada anak dewasa

4. Relaps

Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus

abdominalis, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi


pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali, terjadinya sukar

diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam

organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh

zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi

basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.

E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suriadi & Yuliani (2006, hal: 256) pemeriksaan penunjang

demam tifoid adalah:

1. Pemeriksaan darah tepi

Leukopenia, limfositosis, aneosinofilia, anemia, trombositopenia

2. Pemeriksaan sumsum tulang

Menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang

3. Biakan empedu

Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada

pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil

salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka klien dinyatakan betul-betul

sembuh

4. Pemeriksaan widal

Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih, sedangkan

titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk

menegakkan diagnosis karema titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan

imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.


F. Komplikasi

Menurut Widagdo (2011, hal: 220-221) Komplikasi dari demam tifoid

dapat digolongkan dalam intra dan ekstra intestinal.

1. Komplikasi intestinal diantaranya ialah :

a. Perdarahan

Dapat terjadi pada 1-10 % kasus, terjadi setelah minggu pertama

dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan

peningkatan denyut nadi.

b. Perforasi usus

Terjadi pada 0,5-3 % kasus, setelah minggu pertama didahului oleh

perdarahan berukuran sampai beberapa cm di bagian distal ileum

ditandai dengan nyeri abdomen yang kuat, muntah, dan gejala

peritonitis.

2. Komplikasi ekstraintestinal diantaranya ialah :

a. Sepsis

Ditemukan adanya kuman usus yang bersifat aerobik

b. Hepatitis dan kholesistitis

Ditandai dengan gangguan uji fungsi hati, pada pemeriksaan amilase

serum menunjukkan peningkatan sebagai petunjuk adanya komplikasi

pankreatitis

c. Pneumonia atau bronkhitis

Sering ditemukan yaitu kira-kira sebanyak 10 %, umumnya

disebabkan karena adanya superinfeksi selain oleh salmonella


d. Miokarditis toksik

Ditandai oleh adanya aritmia, blok sinoatrial, dan perubahan segmen

ST dan gelombang T, pada miokard dijumpai infiltrasi lemak dan

nekrosis

e. Trombosis dan flebitis

Jarang terjadi, komplikasi neurologis jarang menimbulkan gejala

residual yaitu termasuk tekanan intrakranial meningkat, trombosis

serebrum, ataksia serebelum akut, tuna wicara, tuna rungu, mielitis

tranversal, dan psikosis

f. Komplikasi lain

Pernah dilaporkan ialah nekrosis sumsum tulang, nefritis, sindrom

nefrotik, meningitis, parotitis, orkitis, limfadenitis, osteomilitis, dan

artritis.

G. Penatalaksanaan

Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) klien

yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harusdianggap

dan diperlakukan langsung sebagai klien tifus abdominalis dan diberikan

pengobatan sebagai berikut :

1. Isolasi klien, desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit

yang lama, lemah, anoreksia, dan lain-lain


3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal

kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi

boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan

4. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.

Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang

dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran klien

menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran

dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.

5. Pemberian antibiotik Dengan tujuan menghentikan dan mencegah

penyebaran bakteri. Obat antibiotik yang sering digunakan adalah :

a. Chloramphenicol dengan dosis 50 mg/kg/24 jam per oral atau dengan

dosis 75 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 4 dosis.

Chloramphenicol dapat menyembuhkan lebih cepat tetapi relapse

terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek

samping yang serius

b. Ampicillin dengan dosis 200 mg/kg/24 jam melalui IV dibagi dalam 6

dosis. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah

dibandingkan dengan chloramphenicol

c. Amoxicillin dengan dosis 100 mg/kg/24 jam per os dalam 3 dosis

d. Trimethroprim-sulfamethoxazole masing-masing dengan dosis 50 mg

SMX/kg/24 jam per os dalam 2 dosis, merupakan pengobatan klinik

yang efisien
e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400

mg sulfamethoxazole dan 800 mg trimethroprim. Efektivitas obat ini

hampir sama dengan chloramphenicol.

Patway
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan

(Demam Thipoid)

A. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008, hal: 154-155) adalah sebagai berikut:

1. Identitas klien

2. Keluhan utama

Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang

bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa

inkubasi).

3. Suhu tubuh

Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat

febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,

suhu tubuh berangsur-angsur naik tiap harinya, biasanya menurun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu

kedua, klien terus berada dalam keadaan demam. Padaminggu ketiga,

suhu berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu

ketiga.

4. Kesadaran

Umumnya kesadaran klien menurun walaupun berapa dalam, yaitu apatis

sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila

penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping

gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung


dan anggota gerak terdapat reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama

demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada

anak besar.

5. Pemeriksaan fisik

a. Mulut

Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-

pecah (ragaden), lidah tertutup selaput putih, sementara ujung dan

tepinya bewarna kemerahan, dan jarang disertai tremor

b. Abdomen

Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi

konstipasi atau mungkin diare atau normal

c. Hati dan Limfe

Membesar disertai nyeri pada perabaan

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pada pameriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

limfositosis, relatif pada permukaan sakit

b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal

c. Biakan empedu hasil salmonella typhi dapat ditemukan dalam darah

klien pada minggu pertama sakit, selanjutnya lebih sering ditemukan

dalam feces dan urine


7. Pemeriksaan widal

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat

anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan

kenaikan yang progresif.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NIC-NOC

(2014) adalah sebagai berikut:

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak

adekuat

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi

nutrien

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

C. Intervensi Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan denganproses infeksi salmonella typhi

Tujuan: suhu tubuh kembali normal

Hasil yang diharapkan: Klien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu

36ºC-37ºC dan bebas dari demam.

Intervensi:

a. Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali


Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit infeksi

akut

b. Beri kompres hangat

Rasional: kompres dengan air hangat akan menurunkan demam

c. Anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis dan

menyerap keringat

Rasional: memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu mengurangi

penguapan tubuh

d. Beri banyak minum 1.500-2.000 cc/hari

Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan

resiko dehidrasi

e. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik

Rasional: antipiretik untuk mengurangi demam, antibiotik untuk

membunuh kuman infeksi.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak

adekuat

Tujuan: volume cairan terpenuhi

Hasil yang diharapkan: status cairan tubuh adekuat, ditandai dengan

membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, tanda-tanda vital normal

Intervensi:

a. Monitor tanda-tanda vital

Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan

b. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan


Rasonal: mengontrol keseimbangan cairan

c. Kaji status dehidrasi

Rasional: mengetahui derajat status dehidrasi

d. Beri banyak minum

Rasional: membantu memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan

resiko dehidrasi

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

Tujuan: menunjukkan nyeri berkurang atau hilang

Hasil yang diharapkan: terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan

nyeri

Intervensi:

a. Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri

Rasional: suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang

cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan

b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam

Rasional: menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan oksigenasi

darah, dan menurunkan inflamasi.

c. Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan memberikan

kompres hangat

Rasional: menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, membuat otot

tubuh lebih rileks, dan memperlancar aliran darah.

d. Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai keinginan klien


Rasional: posisi yang nyaman membuat klien melupakan rasa

nyerinya.

e. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi

Rasional: untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan mempercepat

proses penyembuhan.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmalabsorbsi

nutrien

Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi,

berat badan klien meningkat

Intervensi:

a. Kaji status nutrisi anak

Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi

b. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan

teknik porsi kecil tapi sering

Rasional: meningkatkan jumlah masukan dan mengurangi mual dan

muntah

c. Timbang berat badan klien setiap 3 hari

Rasional: mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan

d. Pertahankan kebersihan mulut anak

Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan

dapat meningkatkan nafsu makan

e. Beri makanan lunak


Rasional: mencukupi kebutuhan nutrisi tanpa memberi beban yang

tinggi pada usus

f. Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat

Rasional: memberikan motivasi pada keluarga untuk memberikan

makanan sesuai kebutuhan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengankelemahan

Tujuan: dapat beraktivitas secara mandiri

Hasil yang diharapkan: memperlihatkan kemajuan khusus tingkat

aktivitas yang lebih tinggi dari mobilitas yang mugkin

Intervensi:

a. Kaji toleransi terhadap aktivitas

Rasional: menunjukkan respon fisiologis klien terhadap stres aktivitas

b. Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas

Rasional: stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan

tingkay aktivitas individual

c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjuran menggunakan kursi

mandi, menyikat gigi atau rambut

Rasional: teknik penggunaan energi menurunkan penggunaan energi

d. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode aktivitas

Rasional: seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan

aktivitas dan mencegah kelemahan.


D. Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah

mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini

dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi

masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang

dilakukan (Deswani, 2009).

Implementasi yang merupakan kategori dari proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi

dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu

pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan

penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal

(Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap

intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah sasaran

dari rencana keperawatan dasar mendukung proses evaluasi. Selain itu juga

dapat menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien untuk

mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi

keperawatan (Yura dan Walsh, 1988 dalam Deswani, 2009).


ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

A. Identitas Klien

Nama : An. S

Tgl Lahir : 25 Maret 2017

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Desa Solonsa

Diagnosa : Demam Thypoid

Tanggal pengkajian : 21 November 2020

B. Identitas Orang Tua


a. Ayah
Nama / Nama Panggilan : Tn. K
Usia : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Desa Salonsa Kec. Wita Ponda
b. Ibu
Nama / Nama Panggilan : Ny. H
Usia : 29 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Desa Salonsa Kec. Wita Ponda
C. Identitas Saudara Kandung
Klaen tidak mempunyai saudara
A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya demam sejam 2 hari yang lalu pada
tanggal 19 November 2020 disertai nyeri perut. Nafsu makan hilang,
lemah. Kien belum berobat dokter dan belum pernah mi um obat. N: 90x/
menit, RR 15x/menit, S: 38˚C.

P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.

Q :nyeri seperti ditusuk – tusuk

R :perut bagian kanan atas

S :nyeri skala 5

T :nyeri terus menerus

2. Riwayat Kesehatan Lalu


(Khusus untuk usia 0-5 tahun)
a. Prenatal Care
1. Pemeriksaan kehamilan
An. S merupakan anak ibu- 1 ( pertama) selama hamil ibu klien
melakukan pemeriksaan rutin ke bidan kurang lebih 6 × (kali).
2. Keluhan selama hamil
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah sakit, obat yang
diminum ibu selama hamil yaitu tablet penamabah darah dari
bidan.
3. Riwayat yang membahayakan kehamilan
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit
DM.
4. Kenaikan berat badan selama hamil
Ibu klien mengatakan selama kehamilan berat badan naik ± 10 kg.
5. Imunisasi TT.
Ibu mengatakan melakukan imunisasi TT 2 × selama kehamilan.
Pada usia kehamilan 4 bulan mendapatakan TT 1 (Pertama), TT 2
(dua) pada kehamilan 5 bulan.
6. Golongan darah
Orang tua mengatakan tidak mengetahui golongan darahnya.
b. Natal
1. Tempat melahirkan di RSUD Morowali Lantula Jaya
2. Lama dan jenis persalinan
Ibu mengatakan persalinannya lama. Sehingga dilakukan dengan
cara operasi caesar
3. Penolongan persalinan
Ibu mengatakan persalinan di tolong oleh dokter
Cara untuk memudahkan persalianan Dengan cara caesar
4. Komplikasi waktu lahir
Tidak ada komplikasi pada saat anak lahir.
c. Post Natal
1. Kondisi bayi
BB lahir : 2500 gram
PB lahir : 48 cm
2. Penyakit saat lahir
Ibu mengatakan pada saat lahir An. S tidak mempunyai penyakit.
3. Problem menyusui
Ibu megatakan tidak ada masalah saat menyusui .
4. Penyakit yang pernah di alami
Sebelum klien dirawat tidak pernah mengalami penyakit yang
berat dan hanya pernah mengalami panas / demam.
5. Kesehatan yang dialami
Ibu mengatakan An. S tidak pernah mengalami jatuh atau
kecelakaan.
6. Riwayat operasi
Ibu megatakan An. S tidak pernah di lakukan tindakan operasi.
7. Riwayat alergi
Ibu megatakan An. S tidak mempunyai riwayat alergi.
8. Riwayat pengobatan
Ibu klien mengatakan saat An. S sakit atau demam dibawah ke
puskesamas untuk mendapatkan pengobatan.
9. Perkembangan anak di banding saudara-saudaranya
An.A tidak mempunyai saudara, anak pertama dari Tn. K dan Ny.
H.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit anggota keluarga
Keluarga An. S tidak ada yang mengalami penyakit yang menular
seperti TB dan Hipertensi.
Genogram

35
32
42 37

32 29

3
Keterangan :

: Laki-laki ? : usia tidak diketahui

X : meninggal

:Perempuan : garis keturunan

3 :Pasien : tinggal serumah

G I : kakek dan nenek dari ayah dan ibu sudah meninggal karena factor

usia

GII : bapak klien anak ketiga dari tiga bersaudara dan ibu klien anak

ketiga dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu klien tidak ada riwayat

penyakit apapun

GIII: klien anak tunggal dan tinggal serumah dengan orang tua klien. Saat

ini klien mengalami demam Thypoid

4. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi Setelah Pemberian


Pemberian
1. BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2 bulan
2. DPT (I, II, III, 1V) Usia 3,4,5 bulan Demam 1 hari
3. Polio (I, II, III, 1V) Usia 3,4,5 bulan Tidak ada reaksi
4. Campak - -
5. Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi

5. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Pertumbuhan Fisik
Berat badan : 7000 gram
Tinggi badan : 67 cm
Waktu tumbuh gigI : An. S sudah tumbuh gigi
b. Perkembangan tiap Tahap
Usia anak saat :
Berguling : An. S berguling saat 4 bulan
Duduk : An. S bisa duduk
Merangkak : An. S merangakak pada usia 7 bulan.
Berdiri : An. S sudah berdiri
Berjalan : An. S sudah berjalan
Senyum kepada orang lain pertama kali : Usia 5 bulan
Bicara pertama kali : An. S sudah bicara
Berpakaian tanpa bantuan : An. S dapat berpakain sendiri namun
kadang membutuhkan bantuan.
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : An. S Pertama kali disusui saat setelah
dilahirkan
2. Cara pemberian : Menyusui
3. Lama pemberian : Saat ini An. S sudah tidak menyusu
b. Pemberian Susu Formula
Ibu mengatakan anaknya tidak diberikan susu formula.
c. Pola Perubahan Nutrisi Setiap Tahun Usia Sampai Nutrisi Saat Ini
Pada usia 0-4 bulan jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI dan lama
pemberian 6 bulan. Pada usia 4 -12 jenis nutrisi yang diberikan yaitu
bubur saring ditambahkan telur. Sedangkan pada saat ini jenis nutrisi
yang diberikan yaitu An. S makan nasi, ikan, sayur dan buah.
7. Riwayat Klien Sosial
a. Tempat tinggal
An. S diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah yang sama.
b. Lingkungan rumah
Hubungan anggota keluarga baik
c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
Rumah tempat tinggal An. S jauh dari sekolah dan tidak ada tempat
bermain.
d. Rumah tidak ada tangga biasa
Ibu mengatakan rumah tempat tinggal tidak mempunyai tangga
e. Hubungan antara anggota keluarga
Hubungan dalam keluarga baik
f. Pengasuh anak
An. S diasuh oleh kedua orang tuanya
8. Riwayat Spritual
a. Suportn system dalam keluarga
Dalam keluarga mereka saling mendukung dalam mengambil
keputusan.
b. Kegiatan keagamaan
Dalam kegiatan keagamaan keluarga selalu melakukan bersama-sama
9. Reaksi Hispotalisasi
a. Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
1. Ibu membawah anaknya ke puskesmas
Saat An. S sakit ibu langsung membawah An. S ke puskesmas.
2. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak
Dokter menjelaskan kondisi, diagnosa dan rencana pengobatan
yang akan dilakukan oleh medis atau perawat.
3. Orang tua nampak cemas dan khawatir
Ibu merasa cemas dengan kondisi anaknya.
4. Orang tua selalu berkunjung ke puskesmas
Bila anak demam ibu berkunjung ke puskesmas.
5. Ibu klien yang menemani atau tinggal dengan klien pada saat ini
b. Pemahaman Anak Tentang Sakit Dan Rawat Inap
Anak memahami saat ini dirinya sedang sakit.
10. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Selera makan Selera makan Selera makan tidak
sangat baik ada / menurun
2. Menu makan Bubur Makanan hanya ASI
3. Frekwensi Makanan 3× sehari An. S tidak mau
makan dengan 1 porsi makan
bubur dihabiskan
4. Makan - -
pantangan
5. Makanan yang - -
disukai
6. Perubahan pola - -
makanan
7. Cara makan An. S disuap oleh Tidak mau makan
ibunya
8. Ritual saat - -
makan

b. Cairan
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman air putih air putih
2. Frekwensi An. S minum An. S minum ± 7-9
minuman kurang lebih 7- 12 kali perhari
kali sehari
3. Kebutuhan garam - -
4. Cara Pemenuhan - -

c. Eliminasi
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang air besar)
1. Tempat Dipampers Dipampers
pembuangan
2. Frekwensi 1× sehari 1x sehari
(waktu)
3.. Konsistensi Padat, lembek Padat dan lembek
4. Kesulitan Tidak ada -
kesulitan
5. Obat pencegah Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang airi kecil)
6. Frekwensi 3× atau 4× sehari > 3× sehari
7. Volume 1000 cc 1000 cc
8. Warna atau Jernih Kuning pekat (warna
kejernian Kekuningan teh pekat)

d. Istirahat Tidur
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- siang Tidak teratur Terganggu dan tidak
teratur
- malam 19.00 Tidak teratur
2. Pola Tidur Sebelum tidur Tidak ada
An. S selalu kenyamanan
3. Kebiasaan Disusui oleh Dan An. S rewel
sebelum tidur ibunya
4. Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena
selalu BAB

e. Personal Hygiene
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Mandi
- Cara An. S dimandi Selama An. S
oleh ibunya sakit/dirawat Belum
pernah mandi
Oleh ibunya

- Frekwensi 2 sehari -
- alat mandi Sebelum mandi -

2. Cuci rambut
-Frekwensi 1x sehari -

-cara Sebelum mandi -

3. Gunting kuku
-frekwensi 1 x dalam 2 -
minggu
-cara Dipotong oleh -
ibunya
4. Gosok gigi - -

f. Aktivitas/ Mobilitas Fisik


No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari- Bermain Hanya berbaring
hari ditempat tidur
2. Pengaturan jadwal - -
3. Pengaturan alat - -
bantu aktivitas
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
pergerakan tubuh

11. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum Klien
1. KU lemah
2. Kesadaran Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1. Suhu : 38˚C
2. N: 90x/ menit,
3. RR 15x/menit
c. Antropometri
1. Tinggi badan : 67 cm
2. Berat badan : 7000 gram
d. Sistem Pernapasan
1. Hidung : Bersih tidak ada peradangan Kelenjar pada leher : Tidak
ada pembengkakan pada leher
2. Dada
a. Bentuk dada : Bentuk dada smetris
b. Gerakan dada : Simetris antara kiri dan kanan
c. Suara napas : Vesikuler
3. Clubbing finger : Normal
e. Sistem Cardio Vasculer
1. Conjungtiva : Pink
2. Suara jantung S1, S2 : Normal (LUB, DUK)
3. Capitarry refilling time : ≤ 3 detik
f. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Tidak ada ikterus
2. Mulut : mucosa mulut kering
3. Kemampuan menelan : Tidak ada masalah
g. Sistem Indra
1. Mata
Kelopak mata : Bersih tidak anemis pada kunjungtiva
2. Hidung
Penciuman : Tidak ada masalah pada penciuman
3. Telingan
a. Keadaan daun telinga : Bersih tidak ada kelaianan
b. Fungsi pendengaran : Baik tidak terdapat kuman pada lubang
telinga.
h. Sistem Saraf
1. Fungsi cesebral
a. Status mental : Baik, tidak ada gangguan
b. Kesadaran : Compos mentis
2. Fungsi Mutorik
An. S tidak mengalami kelemahan otak, kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah.
3. Fungsi Tensus
An. S merasakan semua rangsangan yang diberikan
4. Refleks Basep
i. Sistem muskulo skeletal
1. Kepala : Tidak ada kelainan
2. Vertebrata : Tidak ada kelaianan
3. Pelvis : Tidak ada kelaianan
4. Lutut : Tidak ada kelaianan
5. Kaki : Kedua kaki normal
6. Tangan : Kedua tangan normal
j. Sistem Intagumen
1. Rambut : Pendek
2. Kulit : Bersih
3. Kuku : Pendek
k. Sistem Endokrin
1. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid
l. Sistem Perkemihan
Tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.
m. Sistem Reproduksi Vagina
Bersih tidak ada kelaianan
n. Sistem Imun
Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
12. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Motorik kasar :
1. Berdiri 1 kaki 1 detik
2. Loncat jauh
3. Melempar bola tangan ke atas
b. Motorik halus : -
1. Mencontoh
2. Menggoyangkan ibu jari
3. Menara 8 kubus
c. Personal sosial :
1. Memakai T-Shirt
2. Menebut nama teman
3. Cuci dan mengeringkan tangan
d. Bahasa :
1. Kegunaan 3 benda
2. Menghitung 1 kubus
3. Kegunaan 2 benda
e. Personal hygiene : Belum mandiri
Klasifikasi Data

Data Subyektif Data Obyektif

1. Klien mengatakan nyeri di perut 1. Kesadaran Composmetis

kanan bagian atas.

GCS:14 E3 M6 V5

P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 2. wajah tampak menahan sakit

hari sebelum masuk rumah sakit. 3. Klien tampak lemas, pucat,

R : perut bagian kanan atas tidak nafsu makan.

S : nyeri skala 5 4. klien tampak gelisah


T : nyeri terus-menerus 5. Akral hangat

2. Klien mengatakan lemas 6. Membran mukosa kering

3. Klien mengatakan lidah terasa pahit, 8. klien tampak lemah

nafsu makan berkurang 9. RR : 15 x/menit

N : 88x/menit

S : 38 oC

D. Analisa Data

Analisa Data SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


DS : bakteri masuk ke aliran Nyeri akut

- Klien mengatakan nyeri darah

di perut kanan bagian atas ↓

inflamasi hati & limfa

P : Klien merasakan nyeri ↓

perut sejak 2 hari yang lalu. Mengaktifkan mediator

R : perut bagian kanan atas kimia (Histamin dan

S : nyeri skala 5 bradikinin)

T : nyeri terus-menerus ↓
DO : Menstimulasi pelepasan

- Composmetis (GCS:14 prostaglandin di

E3 M6 V5) hipotalamus

- wajah tampak menahan ↓

sakit Nyeri dipersepsikan(nyeri

RR : 15 x/menit kolik)

N : 88x/menit ↓

S : 38 oC Nyeri Akut
DS : Bakteri masuk kedalam Hipertermia

- Klien mengatakan demam aliran darah

dan lemas ↓

Bakteri mengeluarkan

DO: endotoksin

- klien tampak gelisah ↓

- Akral hangat Hipotalamus

- Membran mukosa kering ↓

RR : 15x/menit Hipertermi

N :88x/menit

S : 38 ˚C
DS: Bakteri salmonella thypi Nutrisi kurang dari

- Klien mengatakan lidah ↓ kebutuhan tubuh

terasa pahit, nafsu makan Masuk lewat makanan

berkurang ↓

Saluran pencernaan
DO: ↓

- klien tampak lemah Lambung

- Klien tampak lemas, ↓

pucat, tidak nafsu makan. Nafsu makan menurun

Resiko nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Hippertermia berhubungan proses infeksi

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

napsu makan

F. Intervensi Keperawata

No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan/Kriteria Hasil Tindakan

(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:

dengan agen cedera Pain Control Monitor tanda-tanda

biologis (imflamsi hati) 1. Klien melaporkan nyeri vital

ditandai dengan: berkurang Monitor tekanan darah,

DS : 2. Klien dapat mengenal nadi, suhu dan status

- Klien mengatakan nyeri lamanya (onset) nyeri pernapasan dengan

di perut kanan bagian atas 3. Klien dapat tepat

menggambarkan faktor Manajemen Nyeri


P : Klien merasakan nyeri penyebab 1. Lakukan pengkajian

perut sejak 2 hari yang 4. Klien dapat nyeri secara

lalu. menggunakan teknik non komperhensif termasuk

R : perut bagian kanan atas farmakologis lokasi, karakteristik,

S : nyeri skala 5 5. Klien menggunakan durasi frekuensi,

T : nyeri terus-menerus analgesic sesuai instruksi kualitas dan factor

DO : presipitasi.

- Composmentis (GCS:14 Pain Level 2. Observasi adanya

E3 M6 V5) 1. Klien melaporkan nyeri petunjuk nonverbal

- wajah tampak menahan berkurang mengenai

sakit 2. Klien tidak tampak ketidaknyamanan

RR : 15 x/menit mengeluh dan menangis 3. Kendalikan faktor

N : 88x/menit 3. Ekspresi wajah klien lingkungan yang dapat

S : 38 oC tidak menunjukkan nyeri mempengaruhi respon

4. Klien tidak gelisah klien terhadap

ketidaknyamanan

(misalnya, suhu

ruangan, pencahayaan,

suara bising)

4. Ajarkan tentang

teknik non farmakologi

(teknik relaksasi nafas

dalam)
5. Dukung

istirahat/tidur yang

adekuat untuk

membantu penurunan

nyeri

Pemberian analgesik

6. Cek adanya riwayat

alergi obat.

7. Cek perintah

pengobatan meliputi

obat, dosis, dan

frekuensi

2. Hippertermia berhubungan NOC : NIC:

proses infeksi (penyakit) Thermoregulation Perawatan Demam

DS : Kriteria Hasil : 1. Pantau suhu dan

- Klien mengatakan 1.Suhu tubuh dalam tanda-tanda vital

demam dan lemes rentang normal lainnya (tekanan darah,

2.Nadi dan RR dalam nadi dan pernapasan)

DO: rentang normal

- klien tampak gelisah 3.Tidak ada perubahan 2. Monitor warna dan

warna kulit dan tidak ada suhu kulit


- Akral hangat keluhan pusing 3. Tutup klien dengan

- Membran mukosa kering selimut atau pakaian

ringan tergantung pada

RR : 15x/menit fase demam

N :88x/menit 4. Kompres klien pada

S : 38 oC lipat paha dan aksila

5. Berikan cairan

intravena

6. Kolaborasi

pemberian terapi

antipiretik, antibiotik

atau agen anti

menggigil

3. Nutrisi kurang dari NOC : NIC :

kebutuhan tubuh Nutritional Status : food Nutrition Monitoring

berhubungan penurunan and Fluid Intake 1. Monitor adanya

napsu makan Kriteria Hasil penurunan berat badan

DS: 1. Tidak ada tanda-tanda 2. Monitor interaksi

- Klien mengatakan lidah malnutrisi anak atau orangtua

terasa pahit, nafsu makan 2. Menunjukkan selama makan

berkurang peningkatan fungsi 3. Monitor turgor kulit

pengecapan dan menelan 4. Monitor kekeringan,

DO: 3. Tidak terjadi penurunan rambut kusam, dan


- klien tampak lemah berat badan yang berarti mudah patah

- Klien tampak lemas, 4. Mampu 5. Monitor mual dan

pucat, tidak nafsu makan. mengidentifikasi muntah

kebutuhan nutrisi 6. Monitor kadar

albumin, total protein,

Hb, dan kadar Ht

G. Implementasi

Hari/Tgl/ Tindakan No Dx Evaluasi

Jam Keperawatan
Senin, 21 1 S:

Novembe 1. Memonitor tanda-  Klien mengatakan

r 2020 tanda vital perutnya masih sakit

09.00 Hasil : O:

Nadi : 89 x/menit  Skala nyeri 5

Suhu : 38,0 oC  Klien nampak

Pernapasan : 23 meringis dan merintih

x/menit A:

2.Melakukan  Masalah nyeri

pengkajian nyeri belum teratasi

secara komperhensif P : Intervensi

termasuk lokasi, dilanjutkan

karakteristik, durasi  Lakukan

frekuensi, kualitas dan pengkajian nyeri


faktor presipitasi. secara komperhensif

Hasil : termasuk lokasi,

Klien mengeluh nyeri karakteristik, durasi

pada perut bagian frekuensi, kualitas dan

uluhati. Dengan skala factor presipitasi.

nyeri 5 dan nyerila  Observasi reaksi

hilang timbul nonverbal dari ketidak

3. mengobservasi nyamanan

reaksi nonverbal dari  Observasi tanda-

ketidaknyamanan. tanda vital.

Hasil : Klien nampak  Kaji tipe dan

meringis dan merintih. sumber nyeri untuk

5. Mengajarkan menentukan

tentang teknik non intervensi.

farmakologi (Teknik  Ajarkan tentang

nafas dalam) teknik non

Hasil : Klien Nampak farmakologi (teknik

mengikuti apa yang relaksasi nafas dalam)

diajarkan (teknik

relaksasi nafas dalam )


09.37 1. Memantau suhu dan 2 S:

tanda-tanda vital Nadi : 89 x/menit

lainnya (tekanan Suhu : 38,0 oC

darah, nadi dan Pernapasan : 23


pernapasan) x/menit

Hasil : O:

Nadi : 89 x/menit Nadi : 89 x/menit

Suhu : 38,0 oC Suhu : 38,0 oC

Pernapasan : 23 Pernapasan : 23

x/menit x/menit

2. Memonitor warna Kulit Nampak

dan suhu kulit kemerahan karena

Hasil : badannya panas.

Kulit Nampak Dikompres pada

kemerahan karena bagian frontal.

badannya panas Klien memakai

3. menutup klien selimut.

dengan selimut atau A: masalah belum

pakaian ringan teratasi

tergantung pada fase P lanjutkan intervensi

demam 1-3

Hasil :

Klien diberikan

selimut jika klien

demam

4. mengompres klien

pada lipat paha dan


aksila

Hasil :

Klien dikompres pada

bagian frontal
10.00 1. Memonitor interaksi 3 S:

anak atau orangtua Anak malas makan

selama makan dan makanan yang

Hasil : diberikan tidak

Anak malas makan dihabiskan.

selama sakit O:

2. Memonitor turgor Makanan tidak

kulit dihabiskan

Hasil : Kulit kering

Kulit anak Nampak Klien hanya mual dan

kering tidak muntah

3. Memonitor mual A : masalah belum

dan muntah teratasi

Hasil : P: lanjutkan intervensi

Klien hanya mual dan 1-2

tidak muntah
Selasa, 22 1. Memonitor tanda- 1 S:

november tanda vital Demamx sdah mulai

2020 Hasil : berkurang

07.30 Nadi : 89 x/menit Nyeri pada perut


Suhu : 37,0 oC hilang timbul.

Pernapasan : 23

x/menit O:

2.Melakukan Nadi : 89 x/menit

pengkajian nyeri Suhu : 37,0 oC

secara komperhensif Pernapasan : 23

termasuk lokasi, x/menit

karakteristik, durasi Skala nyeri 4

frekuensi, kualitas dan Klien Nampak

faktor presipitasi. meringis

Hasil : Klien mengikuti

Klien mengeluh nyeri teknik non

pada perut bagian farmakologi yang

uluhati. Dengan skala diajarkan

nyeri 4 dan nyerila A:

hilang timbul Masalah belum

3. mengobservasi teratasi

reaksi nonverbal dari P:

ketidaknyamanan. Lanjutkan intervensi

Hasil : Klien nampak 1-4

meringis dan merintih.

5. Mengajarkan

tentang teknik non


farmakologi (Teknik

nafas dalam)

Hasil : Klien Nampak

mengikuti apa yang

diajarkan (teknik

relaksasi nafas dalam )


10.45 1. Memantau suhu 2 S:

dan tanda-tanda vital Klien masih demam

lainnya (tekanan O:

darah, nadi dan Nadi : 89 x/menit

pernapasan) Suhu : 37,0 oC

Hasil : Pernapasan : 23

Nadi : 89 x/menit x/menit

Suhu : 37,0 oC Kulit tidak tampak

Pernapasan : 23 kemerahan lagi

x/menit Klien masih

2. Memonitor warna mengunakan selimut

dan suhu kulit Klien msih di kompres

Hasil : pada bagian frontal

Warna kulit sudah A : masalah belum

kembali normal teratasi

3. menutup klien P : lanjutkan

dengan selimut atau intervensi 1-4

pakaian ringan
tergantung pada fase

demam

Hasil :

Klien diberikan

selimut jika klien

merasa dingin

4. mengompres klien

pada lipat paha dan

aksila

Hasil :

Klien dikompres pada

bagian frontal
12.00 1. Memonitor interaksi 3 S:

anak atau orangtua Anak malas makan

selama makan dan jika diberikan

Hasil : makanan tidak

Anak masih malas dihabiskan

makan selama sakit O:

2. Memonitor turgor Makanan yang

kulit diberikan tidak

Hasil : dihabiskan

Kulit anak Nampak Kuliit Nampak kering

kering Klienmsih mual

3. Memonitor mual A : masalah belum


dan muntah teratasi

Hasil : P:

Klien hanya mual dan Lanjutkan intervensi


tidak muntah
1-3

Rabu, 23 1. Memonitor tanda- 1 S:

november tanda vital Demam klien sudah

2020 Hasil : berkurang

08.00 Nadi : 89 x/menit O:

Suhu : 36,0 oC Nadi : 89 x/menit

Pernapasan : 23 Suhu : 36,0 oC

x/menit Pernapasan : 23

2.Melakukan x/menit

pengkajian nyeri Nyeri 3

secara komperhensif A : masalah teratasi

termasuk lokasi, P : perthankan

karakteristik, durasi intervensi 1-4

frekuensi, kualitas dan

faktor presipitasi.

Hasil :

Nyeri pada perut klien

sudah mulai berkurang

dengan skala 3

3. mengobservasi
reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan.

Hasil : klien sudah

tidak memiliki

keluhan

5. Mengajarkan

tentang teknik non

farmakologi (Teknik

nafas dalam)

Hasil : Klien

mengikuti (teknik

relaksasi nafas dalam )


10.00 1. Memantau suhu dan 2 S:

tanda-tanda vital Klien sudah tidak

lainnya (tekanan demam

darah, nadi dan O:

pernapasan) Nadi : 89 x/menit

Hasil : Suhu : 36,0 oC

Nadi : 89 x/menit Pernapasan : 23

Suhu : 36,0 oC x/menit

Pernapasan : 23 Warna kulit kembali

x/menit normal

2. Memonitor warna Klien sudah tidak

dan suhu kulit menggunakan selimut


Hasil : A : masalah teratasi

Warna kulit sudah P : pertahankan

kembali normal intervensi 1-3

3. menutup klien

dengan selimut atau

pakaian ringan

tergantung pada fase

demam

Hasil :

Klien sudah tidak

menggunakan selimut

4. mengompres klien

pada lipat paha dan

aksila

Hasil :

Klien tidak di kompres

lagi
12.00 1. Memonitor interaksi 3 S : anak masih malas

anak atau orangtua makan

selama makan O : makanan tidak

Hasil : dihabiskan

Anak masih malas Turgor kulit klien

makan masih kering

2. Memonitor turgor A : masalah belum


kulit teratasi teratasi

Hasil : P : lanjutkan

Kulit anak Nampak intervensi 1-3

kering

3. Memonitor mual

dan muntah

Hasil :

Klien sudah tidak

mual

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC.


Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba

Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika

Internasional, NANDA,(2012). Diagnosis Keperawatan Difinisi dan

Klasifikasi(2012-2014). Jakarta : EGC

Maharani, Sabrina, 2012, Hingga Pertengahan Februari 485 Warga Jepara

Terkena Demam Tifoid, Diakses pada Tanggal 23 Februari 2015,

http://rlisafmjepara.com/2015/02.html.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.

Yogyakarta. Media Action.

Nursalam, R. S. & Utami, S. 2008,Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak ( Untuk

Perawatan dan Anak), Jakarta:Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.

Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Jakarta: CV Sagung

Seto

Rekam Medik RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Data

Prevalensi Demam Tifoid Pada Anak yang Dirawat di Ruang Falmboyan

RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. 2014. Tidak

Dipublikasikan.

RSU Bahteramas. 2018. Profil RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Tahun 2018. Kendari (Tidak dibublikasikan).


Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Jakarta: CV Sagung Seto

Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT.

Percetakan Penebar Swadaya,

Tarwoto&Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Jakarta: Salemba Medika

Widoyono, 2011, Penyakit Tropis Epidimologi, Penuluran, Pencegahan &

pemberantasannya. Jakarta: Erlangga

Widagdo, 2011, Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak, Jakarta:

CV Sagung Seto

Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis

NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil / NOC. Alih bahasa : Esty

Wahyuningsih, editor edisi bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9.

Jakarta: EGC.

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai