S DENGAN
DIAGNOSA THYPOID
Oleh :
ANDI RISKA
21907061
MAKASSAR
2020
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang
terbanyak dari salmonelosis. Jenis lain dari demam enterik adalah demam
(Widagdo, 2011, hal: 197). Menurut Ngastiyah (2005, hal: 236) Tifus
abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang
Menurut Soedarto (2009, hal: 128) Penyakit infeksi usus yang disebut
juga sebagai Tifus abdominalis atau Typhoid Fever ini disebabkan oleh
atau tifus abdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang menyerang
manusia khususnya pada saluran pencernaan yaitu pada usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk melalui makanan atau
B. Etiologi
Menurut Widagdo (2011, hal: 197) Etiologi dari demam Thypoid adalah
hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan
farmasi, dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54,4º C dalam 1 jam atau 60º C
komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas dan
antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. typhi,
kapsul.
C. Patofisiologi
lambung oleh asam lambung. Sebagian kuman lagi masuk ke usus halus, ke
retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ lainnya.Proses ini terjadi dalam
masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan
254).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Ini terjadi
pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada
minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi
D. Manifestasi Klinik
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) Gambaran klinik demam tifoid pada
anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Penyakit ini masa
tunasnya 10-20 hari, tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan.
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan
1. Demam
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama seminggu pertama,
minggu kedua, klien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
minggu ketiga
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering, dan
ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat
3. Gangguan kesadaran
apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada
4. Relaps
organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh
zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi
E. Pemeriksaan Penunjang
3. Biakan empedu
Terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka klien dinyatakan betul-betul
sembuh
4. Pemeriksaan widal
titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk
a. Perdarahan
dengan ditandai antara lain oleh suhu yang turun disertai dengan
b. Perforasi usus
peritonitis.
a. Sepsis
pankreatitis
nekrosis
f. Komplikasi lain
artritis.
G. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2005, hal: 239) & Ranuh (2013, hal: 184-185) klien
kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi
4. Diet Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Apabila kesadaran klien
dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak.
terjadi lebih cepat pula dan obat tersebut dapat memberikan efek
yang efisien
e. Kotrimoksazol dengan dosis 2x2 tablet (satu tablet mengandung 400
Patway
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan
(Demam Thipoid)
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
inkubasi).
3. Suhu tubuh
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu
ketiga.
4. Kesadaran
sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali bila
emboli basil dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama
anak besar.
5. Pemeriksaan fisik
a. Mulut
Terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-
b. Abdomen
6. Pemeriksaan Laboratorium
anti terhadap antigen 0, titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Nnda NIC-NOC
adekuat
nutrien
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi:
akut
c. Anjurkan kepada ibu klien agar klien memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat
penguapan tubuh
resiko dehidrasi
adekuat
Intervensi:
resiko dehidrasi
Hasil yang diharapkan: terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan
nyeri
Intervensi:
Rasional: suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang
kompres hangat
nyerinya.
proses penyembuhan.
nutrien
Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi,
Intervensi:
muntah
Rasional: menghilangkan rasa tidak enak pada mulut atau lidah dan
Intervensi:
mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini
dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila dilakukan saat intervensi
masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi dan apa yang
E. Evaluasi Keperawatan
dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu
pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan
dari rencana keperawatan dasar mendukung proses evaluasi. Selain itu juga
dapat menetapkan kembali informasi baru yang ditunjukkan oleh klien untuk
A. Identitas Klien
Nama : An. S
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
P : Klien merasakan nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
S :nyeri skala 5
35
32
42 37
32 29
3
Keterangan :
X : meninggal
G I : kakek dan nenek dari ayah dan ibu sudah meninggal karena factor
usia
GII : bapak klien anak ketiga dari tiga bersaudara dan ibu klien anak
ketiga dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu klien tidak ada riwayat
penyakit apapun
GIII: klien anak tunggal dan tinggal serumah dengan orang tua klien. Saat
4. Riwayat Imunisasi
b. Cairan
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman air putih air putih
2. Frekwensi An. S minum An. S minum ± 7-9
minuman kurang lebih 7- 12 kali perhari
kali sehari
3. Kebutuhan garam - -
4. Cara Pemenuhan - -
c. Eliminasi
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang air besar)
1. Tempat Dipampers Dipampers
pembuangan
2. Frekwensi 1× sehari 1x sehari
(waktu)
3.. Konsistensi Padat, lembek Padat dan lembek
4. Kesulitan Tidak ada -
kesulitan
5. Obat pencegah Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang airi kecil)
6. Frekwensi 3× atau 4× sehari > 3× sehari
7. Volume 1000 cc 1000 cc
8. Warna atau Jernih Kuning pekat (warna
kejernian Kekuningan teh pekat)
d. Istirahat Tidur
No. Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- siang Tidak teratur Terganggu dan tidak
teratur
- malam 19.00 Tidak teratur
2. Pola Tidur Sebelum tidur Tidak ada
An. S selalu kenyamanan
3. Kebiasaan Disusui oleh Dan An. S rewel
sebelum tidur ibunya
4. Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena
selalu BAB
e. Personal Hygiene
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1 Mandi
- Cara An. S dimandi Selama An. S
oleh ibunya sakit/dirawat Belum
pernah mandi
Oleh ibunya
- Frekwensi 2 sehari -
- alat mandi Sebelum mandi -
2. Cuci rambut
-Frekwensi 1x sehari -
3. Gunting kuku
-frekwensi 1 x dalam 2 -
minggu
-cara Dipotong oleh -
ibunya
4. Gosok gigi - -
GCS:14 E3 M6 V5
N : 88x/menit
S : 38 oC
D. Analisa Data
T : nyeri terus-menerus ↓
DO : Menstimulasi pelepasan
E3 M6 V5) hipotalamus
RR : 15 x/menit kolik)
N : 88x/menit ↓
S : 38 oC Nyeri Akut
DS : Bakteri masuk kedalam Hipertermia
dan lemas ↓
Bakteri mengeluarkan
DO: endotoksin
RR : 15x/menit Hipertermi
N :88x/menit
S : 38 ˚C
DS: Bakteri salmonella thypi Nutrisi kurang dari
berkurang ↓
Saluran pencernaan
DO: ↓
kebutuhan tubuh
E. Diagnosa Keperawatan
napsu makan
F. Intervensi Keperawata
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
DO : presipitasi.
ketidaknyamanan
(misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan,
suara bising)
4. Ajarkan tentang
dalam)
5. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
Pemberian analgesik
alergi obat.
7. Cek perintah
pengobatan meliputi
frekuensi
5. Berikan cairan
intravena
6. Kolaborasi
pemberian terapi
antipiretik, antibiotik
menggigil
G. Implementasi
Jam Keperawatan
Senin, 21 1 S:
09.00 Hasil : O:
x/menit A:
3. mengobservasi nyamanan
5. Mengajarkan menentukan
diajarkan (teknik
Hasil : O:
Pernapasan : 23 Pernapasan : 23
x/menit x/menit
demam 1-3
Hasil :
Klien diberikan
demam
4. mengompres klien
Hasil :
bagian frontal
10.00 1. Memonitor interaksi 3 S:
selama sakit O:
kulit dihabiskan
tidak muntah
Selasa, 22 1. Memonitor tanda- 1 S:
Pernapasan : 23
x/menit O:
3. mengobservasi teratasi
5. Mengajarkan
nafas dalam)
diajarkan (teknik
lainnya (tekanan O:
Hasil : Pernapasan : 23
pakaian ringan
tergantung pada fase
demam
Hasil :
Klien diberikan
merasa dingin
4. mengompres klien
aksila
Hasil :
bagian frontal
12.00 1. Memonitor interaksi 3 S:
Hasil : dihabiskan
Hasil : P:
x/menit Pernapasan : 23
2.Melakukan x/menit
faktor presipitasi.
Hasil :
dengan skala 3
3. mengobservasi
reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
tidak memiliki
keluhan
5. Mengajarkan
farmakologi (Teknik
nafas dalam)
Hasil : Klien
mengikuti (teknik
x/menit normal
3. menutup klien
pakaian ringan
demam
Hasil :
menggunakan selimut
4. mengompres klien
aksila
Hasil :
lagi
12.00 1. Memonitor interaksi 3 S : anak masih malas
Hasil : dihabiskan
Hasil : P : lanjutkan
kering
3. Memonitor mual
dan muntah
Hasil :
mual
DAFTAR PUSTAKA
Medika
http://rlisafmjepara.com/2015/02.html.
Nurarif. A.H. & Kusuma. H. 2015. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2 dan 3.
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.
Ranuh, IG.N. Gde, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Jakarta: CV Sagung
Seto
Dipublikasikan.
Suriadi & Yuliani, R., 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT.
Widagdo, 2011, Masalah & TataLaksana Penyakit Infeksi Pada Anak, Jakarta:
CV Sagung Seto
Jakarta: EGC.
Dokumentasi