L
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER DI RUANGAN
PENYAKIT DALAM DI RS X
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal
Bedah Pada Tanggal 9-11 November 2020
NAMA MAHASISWA :
ANNISA ANDRIANI
NIM :
16.09.2.149.005
Infeksi paru-paru
Demam atau sepsis
Anemia (akut atau menahun)
Tidak teraturnya minum obat seperti diuretic dan digitalis, atau tidak diet
rendah garam
Beban cairan yang berlebihan (misalnya karena dapat pengobatan denga
infus)
Terjadinya infark jantung akut berulang
Aritmia (baik atrial maupun ventricular)
Emboli paru
Keadaan-keadaan high output
Melakukan pekerjaan beban berat apalagi mendadak (lari,naik tangga)
Stress emosional
Hipertensi yang tidak terkontrol
D. Patofisiologi
Kelainan fungi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi
tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventriel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan atau
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
a. Mekanisme Dasar
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal
jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan
ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung
kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjadi kongesti
sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat
dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis
bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub
atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan
kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
b. Respon Kompensatorik
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat
dilihat;
1. Meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik
2. Meningkatnya beban akibat aktivasi sistem rennin-angiotensin-aldosteron
3. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung
pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan
istirahat. Tetapi kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung
biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung
maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi
paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Dispnu dapat terjadi akibat
penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Mudah lelah
dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga
terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
2. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti viscera dan
jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
Manifestasi klinis yang tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah,
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual
dan nokturia
E. Manifestasi klinis
Tanda dominan :
3. CHF Akut
Ansietas
Peningkatan berat badan
Restletness
Nafas pendek, bunyi krekels,
Fatigue takikardi
Penurunan resistensi vaskuler
Distensi vena jugularis
Dyspnea , orthopnea,
Batuk , batuk darah,
Wheezing bronchial,
Sianosis
Denyut nadi lemah dan tidak teraba
Penurunan urin noutput
Delirium
Sakit kepala.
4. CHF Kronik
Anoreksia
Nokturia
Edema perifer
Hiperpigmentasi ekstremitas bawah
Kelemahan
Hepatomegali
Ascites
Dyspnea
Intoleransi aktivitas berat
Kulit kehitaman.
Semua gejala dan tanda-tanda gagal jantung adalah akibat-akibat mekanisme
Curah jantung yang rendah dan Mekanisme kompensasi yang terjadi dengan segala
prosesnya. Sedangkan tanda-tanda yang ada pada jantung, merupakan kelainan
primer yang menjadi sebab gagalnya jantung, misalnya terdapat tanda-tanda infark
jantung atau stenosis aorta.
F. Penatalaksanaan Keperawatan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban
kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi
miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal,
kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala
timbul pada saat beraktivitas biasa. Resimen penanganan secara progresif
ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari
gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi
alasan untuk dirawat di rumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang
sederhana namun sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus
diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari
kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat
meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang
terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Jadi kita bias melakukan:
1. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya.
2. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
3. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
4. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan
bantuan terapis.
Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang
ketat untuk mengendalikan gejala. Penatalaksanaan medis dapat juga dengan:
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung :
Digitalisasi :
a. Dosis digitalis :
Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan
dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang
berat:
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid
40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator (vasodilator,
mis : nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit iv,
nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan
penghambat ACE : captopril 2x6,25 mg)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
2. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulnonal.
3. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
4. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau
insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
5. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
7. memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan
atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK
dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH)
H. Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis
darah.
2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
I. Prognosis
Prognosis Gagal Jantung Kongestif dan Prediktor Mortalitas
1. Klinik :
Penyakit Jantung Koroner
Tingginya derajat New York Heart association Class
Kapasitas exercise
Denyut jantung pada istirahat
Bunyi jantung S3
Tekanan nadi dan tekanan sistolik
2. Hemodinamik :
Ejection fraction ventrikel kiri dan kanan
Tekanan pengisian dan tekanan atrium kanan
O2 uptake maksimal (MVO2)
Tekanan sistolik ventrikel kiri
Cardiac index
Mean arterial pressure
Resistensi sistemik vaskular
3 . Biokimia :
Norepinefrin plasma
Renin plasma
Vasopresin plasma
Atrial natriuretic peptide plasma
n Na, K, Mg serum
4. Elektrofisiologi :
Asistol ventricular yang sering
Aritmia ventricular yang kompleks
Takikardia ventricular
Fibrilasi / fluter atrial
J. Pathway CHF
Ventrikel tidak mampu Volume darah yang diejeksikan oleh atrium ke ventrikel ↓ Akumulais residu ventrikel kanan
memompa darah
Darah dari atrium kanan tidak
Volume residu meningkat Blood Brain Bladder dapat masuk ke ventrikel kanan
Bone
Tekanan ventrikel kiri meningkat Perfusi jaringan otak Penurunan aliran ↑ Tekanan atrium kanan
Penurunan aliran
Breath Penurunan menurun darah ke ginjal darah sistemik
curah jantung ↑Tekanan vena
Suplai O2 ke otak ↓ Gangguan pada Suplai O2 ke tbh ↓
↑ permeabilitas kapiler paru tubulus & nefron Bowel
Hipoksia Sianosis, Lelah, Blood Bone
PK syok
Cairan masuk ke intrakeintravaskuler jaringan GFR ↓ Dipsnea
kardiogenik Hepatomegali, Edema di
otak Penurunan
Oliguri, nokturia distensi abdomen ektremitas
Edema paru Pusing, gangguan aliran darah
Intoleransi Anoreksia
kesadaran, Hipervolemia Tekanan vena porta
ke jaringan
Perubahan pola aktifitas , mual
Proses difusi antara Penurunan kesadaran
eliminasi urin muntah
O2 & CO2 terganggu
Bed rest total Defisit Nutrisi Perfusi pada
Cairan terdorong ke
Sesak, dipsnea, pH↓ Co2↓, O2 Resiko cidera jaringan kulit
Kerusakan abdomen
↓ tertekan
Pola Napas Tidak integritas kurang
Efektif
Gangguan
kulit asites
pertukaran gas
Resiko
kerusakan
intregitas kulit
BAB II
A. Pengkajian
1. Anamnesa dan Identitas
Anamnesa dan Identitas terkait keluhan pasien seperti nyeri pada dada,
kesulitan saat bernapas atau adanya bengkak pada kaki. Untuk Identitas
pasien sangat penting dikaju seperti : Nama, usia, jenis kelamin, status,
agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. pendidikan dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Riwayat Kesehatan Dahulu Pengkajian RPD yang mendukung di kaji
dengan menanyakan apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri
dada, hipertensi, iskemia miokardium. infark miokardium, diabetes
mellitus dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa
di minum oleh klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan
kondisi saat ini obat-obatan ini meliputi obat diuretic, nitrat,penghambat
beta,serta antihipertensi.catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu,alergi obat dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian RPS yang mendukung keluhan
utama di lakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
kelemahan fisik klien secara PQRST,yaitu :
1. Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan
aktivitas ringan sampai berat,sesua derajat gangguan pada
jantung(lihat klasifikasi gagal jantung
2. Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktifitas yang di rasakan atau di gambarkan klien biasanya tetap
beraktivitas klien merasakan sesak nafas(dengan menggunakan alat
atau otot bantu pernafasan).
3. Region : radiation,relif : apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau
memengaruhi keseluruhan system otot rangka dan apakah di sertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
4. Severity (scale) of pain : kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari - hari.
5. Time: sifat mula timbulnya (onset) keluhan kelemahan beraktivitas
biasanya yimbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat,baik saat istirahat maupun saat
beraktifitas
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh
keluarga anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif
dan penyebab kematianya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan factor risiko utama terjadinya
penyakit jantung iskemik pada keturunanya.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga. Bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab
kematian juga perlu ditanyakan. Peyakit jantung iskemik pada orang tua
yang timbul pada usia muda merupakan faktor resiko utama untuk
penyakit jantung iskemik bagi keturunanya
B. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental misalnya : letargi, tanda
vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara
inferior ke kiri.
6) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1
dan S2 mungkin melemah.
7) Murmur sistolik dan diastolic.
8) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
9) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
10) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
11) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
12) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada
ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, khawatir dan takut. Stres yang berhubungan
dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah,
ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat
badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan
diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)
serta edema (umum, dependen, tekanan dan pitting).
6. Hygiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan
diri.
b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan
mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan
atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, focus menyempit dan perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit
kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori
pernapasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus
menerus dengan/tanpa pembentukan sputum.
3) Sputum ; bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
12. Pembelajaran/pengajaran
Gejala: menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya: penyekat
saluran kalsium.
Tanda: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
10. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulnonal.
11. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.
12. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau
insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
13. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
14. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
15. memperburuk PPOM.
16. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan
atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
17. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK
dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH)
4. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
X
1
X X
x x
3
45 40 x
0
24 30
Ket : = Laki-laki
= Perempuan
45
= Klien
= Meninggal
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
= Garis Serumah
1. Tanda-tanda vital
Keadaan umum baik sedang lemah
S :36,5ºC TD :100/60 mmHg
N :112x/mnt RR: 28x/mnt
Masalah Keperawatan :
Takkikardia ( nadi diatas 100x/mnt)
Takipnea (frekuensi nafas lebih dari 20x/mnt)
Hipotensi (normal dewasa 110-145/ 70-90)
2. Sistem Pernafasan (B1)
a. Pola nafas irama:
Teratur Tidak teratur
b. Jenis
Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes
Pernafasan cuping hidung ada tidak
Septum nasi simetris tidak simetris
Lain-lain :-
c. Bentuk dada
simetris : ya
asimetris : tidak
barrel chest :-
Funnel chest :-
Pigeons chest :-
d. Keluhan
sesak : ya
batuk : ya
nyeri waktu napas : ya
e. Irama napas : teratur tidak teratur
f. Suara napas
Vesiculer :tidak
Ronchi D/S :ya
Wheezing D/S :tidak
Rales D/S :tidak
Lain-lain :Takipnea
Masalah Keperawatan :pola nafas tidak efektif
5. Pengindraan
a. Penglihatan (mata)
Pupil: Isokor Anisokor
Sclera/Konjungtiva: Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
b. Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain :-
c. Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman : Ya Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah Keperawatan : tidak ada
6. Sistem Perkemihan (B4)
a. Keluhan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri normal
b. Alat bantu (kateter, dll) ya tidak
c. Kandung kencing membesar: ya tidak
nyeri tekan : ya tidak
d. Produksi urine : normal
e. Intake cairan : normal
f. Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Sistem Endokrin
a.Pembesaran kelenjar tyroid ya tidak
b.Pembesaran kelenjar getah bening ya tidak
c.Hiperglikemia Tidak
d.Hipoglikemia Tidak
e.Luka gangrene Tidak
Pus: Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
B. Pengkajian Lainnya
1. Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
murung gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi
kooperatif tak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri: ya tidak
Masalah Keperawatan : ansietas
2. Pengkajian Spiritual
Kebiasaan beribadah sering kadang-kadang tidak pernah
Masalah Keperawatan: tidak ada
3. Pengkajian Personal Hygien
Mandi :2x/ hari
Sikat gigi :3x/ hari
Keramas :1x/ hari
Memotong kuku :1x/ mgg
Ganti pakaian :2x/ hari
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah :
D. Analisa Data
G. Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : 1. Diagnosa Keperawatan : Penurunan Curah Jantung b.d
perubahan kontraktilitas d.d palpitasi, dispnea dan lelah
Tanggal / Action Response
jam (Implementasi) (Evaluasi)
9 November 1. Mengidentifikasi tanda/gejala Pukul 19.00
2020/ primer penurunan curah jantung S: klien mengatakan lelah
(dyspnea, dan sesak nafas berkurang
15.00
kelelahan,edema,ortopnea, CVP) O :
2. Mengidentifikasi tanda/gejala tekanan darah membaik
sekunder penurunan curah yaitu 120/70 mmHg
jantung (peningkatan BB, JVP menurun
hepatomegaly, distensi vena takikardi menurun yaitu
jugularis,palpitasi,ronchi basah, 90x/mnt
oliguria, batuk) klien tampak lebih tenang
3. Memonitor tekanan darah suara jantung s3 dan s4
4. Memberikan terapi relaksasi menurun
5. Menyediakan lingkungan yang A: Tujuan tercapai sebagian
kondusif untuk beristirahat P: Lanjutkan intervensi.
6. Berkolaborasi memberi
antikoagulansia
Digoksin oral digitalisasi cepat
0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg
selama 2-4 hari
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutu
d.d mengeluh lelah saat aktifitas
9 November 1. Mengidentifikasi gangguan Pukul 21.00
2020/ fungsi tubuh yang S:
mengakibatkan kelelahan klien mengatakan keluhan
19.00
2. Memonitor lokasi dan lelah menurun
ketidaknyamnan selama Klien mengatakan lebih
melaukan aktivitas mudah melakukan
3. Menyediakan lingkungan kegiatan yang ringan
nyaman O:
4. Memfasilitasi tempat duduk di Sianosis pada klien
sisi tempat tidur terlihat berkurang
5. Menganjurkan melakukan Warna kulit membaik
aktivitas secara bertahap Tekanan darah membaik
6. Menganjurkan keluarga untuk tekanan darah membaik
mendukung aktifitas klien yaitu 120/70 mmHg
Klien masih berhati hati
dalam menggunakan
ekstremitas bawah
A: tujuan teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
Gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang rumit yang
ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri atau kanan dan kelainan
regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort
intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity). Gagal
jantung kongestif dapat menyerang segala umur, karena pemicu penyakit ini sangat
mudah ditemui. Maka dari itu kita harus berhati- hati dalam menjaga kesehatan
jantung. Dan bagi orang yang mengalami gangguan jantung bawaan untuk selalu
rutin memeriksakan keadaannya, agar dapat terus memantau kesejahteraan
jantungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Austaryani Putri. 2015. Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Congestif Heart
Failure (CHF) Vascular Care Unit (ICVCU) di Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Edisi 8.Sounders: Elsevier Philadelphia.
Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius