FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN BANJARMASIN TAHUN 2020 A. Gagal ginjal Kronik 1. Pengertian Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakangangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan suddarth, 2001). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangaan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung berapa tahun. Ginjal kehilangan kemampuan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit merusak nefron ginjal. (Price, Sylvia Anderson, 2004). Gagal ginjal kronik (CKD) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 ml/menit. (Suyono, Slamet, 2001).
2. Klasifikasi Gagal GinjalKronik
Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium: a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal 1) Kreatinin serum dan kadar BUN normal 2) Asimptomatik 3) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b. Stadium II : Insufisiensi ginjal
1) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet) 2) Kadar kreatinin serum meningkat 3) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan) Ada 3 derajat insufisiensi ginjal: 1) Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal 2) Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal 3) Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia 1) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat 2) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit 3) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010 3. Etiologi Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral. a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik. b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis. c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis. d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif. e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubuler ginjal. f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale. h. Nefropati obstruktif i. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal. j. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra. 4. Tanda dan gejala a. Mual muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein. b. Kulit bersisik akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat c. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan aktifitas system renin-angiotensin-aldosteron d. Edema e. Gatal f. Toksik uremia yang kurang terdialisis g. Peningkatan kadar kalium phosphor h. Kulit mudah memar i. Rambut tipis dan kasar karena adanya gangguan penyerapan nutrisi yang diakibatkan oleh penumpukan urea j. Kelemahan dan keletihan k. Disorientasi dan perubahan Perilaku l. Kejang 5. Faktor resiko Ada beberapa hal penting seputar resiko yang mempengaruhi penyakit ginjal kronis, di antaranya: a. Usia Sebaiknya, orang yang sudah berumur 40 tahun ke atas memeriksakan fungsi ginjalnya secara keseluruhan. b. Orang yang berisiko tinggi Penderita hipertensi, diabetes, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, dan merokok adalah orang yang perlu mewaspadai kemungkinan terkena penyakit ginjal kronik. c. Berat badan lahir rendah Bayi yang beratnya kurang dari 2.300 gram beresiko menderita penyakit ginjal kronik pada suatu masa. d. Kurang pengetahuan Ada kecenderungan atau risiko lebih tinggi mengalami gangguan ginjal, pada orang yang kurang mendapat pengetahuan karena menyangkut pengetahuan mengenai gaya hidup atau perilaku yang sehat dan yang tidak sehat. 6. Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan, ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron - nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksampah, akan semakin berat. 7. Pencegahan a. Pencegahan Primer: Pengaturan diet protein, menghindari obat netrotoksik, menghindari kontak radiologik yang tidak amat perlu, mencegah kehamilan pada penderita yang berisiko tinggi, konsumsi garam sedikit. makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh sodium. b. Pencegahan Sekunder: Berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan penyakit- penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat progresifitas dan persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan Konservatif: Memanfaatkan faal ginjal yang masih ada, menghilangkan berbagai faktor pemberat, dan bila mungkin memperlambat progresivitas gagal Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan Diet rendah kalium. Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia. Selain itu, diet rendah natrium (40-90 mEq/hari (1-2 gr Na)) dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi gagal jantung kongestif. Pengaturan cairan asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi ginjal. c. Pencegahan Tersier : Pencegahan tersier bagi penderita GG dapat berupa: mengurangi stress, menguatkan sistem pendukung sosial atau keluarga untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penyakit GGK, meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang, meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik,mematuhi program diet yang dianjurkan untuk mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai. 8. Penanganan a. Menjaga Tekanan Darah Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan kerusakan ginjal. Oleh sebab itu penting untuk mengontrol tekanan darah yang dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti mengurangi konsumsi garam dan mengurangi berat badan. Namun jika perubahan ini belum cukup untuk mengontrol tekanan darah, mungkin membutuhkan obat- obat antihipertensi seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme). Obat penghambat ACE memberikan perlindungan tambahan pada ginjal dan mengurangi tekanan darah dalam tubuh serta mengurangi tekanan pada pembuluh darah. b. Pengobatan untuk Gagal Ginjal: Cuci Darah atau Transplantasi Dalam beberapa kasus, penyakit ginjal kronis dapat berkembang menjadi gagal ginjal permanen atau established renal failure (ERF). Pada tahap ini, ginjal berhenti bekerja dan mengancam hidup. Kondisi ini terjadi secara perlahan-lahan dan jarang terjadi secara tiba-tiba.