Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh :
SYIFA
NIM. 1914201210121

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN TAHUN 2020
A. Gagal ginjal Kronik
1. Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakangangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan suddarth, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangaan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung berapa tahun. Ginjal kehilangan
kemampuan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
macam penyakit merusak nefron ginjal. (Price, Sylvia Anderson, 2004).
Gagal ginjal kronik (CKD) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 ml/menit. (Suyono, Slamet, 2001).

2. Klasifikasi Gagal GinjalKronik


Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium:
a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal
1) Kreatinin serum dan kadar BUN normal
2) Asimptomatik
3) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

b. Stadium II : Insufisiensi ginjal


1) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam
diet)
2) Kadar kreatinin serum meningkat
3) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
1) Ringan : 40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2) Sedang : 15% - 40% fungsi ginjal normal
3) Kondisi berat : 2% - 20% fungsi ginjal normal
c. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
1) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
2) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan
elektrolit
3) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal
difus dan bilateral.
a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik
(SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubuler ginjal.
f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
g. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
h. Nefropati obstruktif
i. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
j. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.
4. Tanda dan gejala
a. Mual muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme
protein.
b. Kulit bersisik akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat
c. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
aktifitas system renin-angiotensin-aldosteron
d. Edema
e. Gatal
f. Toksik uremia yang kurang terdialisis
g. Peningkatan kadar kalium phosphor
h. Kulit mudah memar
i. Rambut tipis dan kasar karena adanya gangguan penyerapan nutrisi
yang diakibatkan oleh penumpukan urea
j. Kelemahan dan keletihan
k. Disorientasi dan perubahan Perilaku
l. Kejang
5. Faktor resiko
Ada beberapa hal penting seputar resiko yang mempengaruhi penyakit
ginjal kronis, di antaranya:
a. Usia
Sebaiknya, orang yang sudah berumur 40 tahun ke atas memeriksakan
fungsi ginjalnya secara keseluruhan.
b. Orang yang berisiko tinggi
Penderita hipertensi, diabetes, riwayat gagal ginjal, batu saluran kemih,
infeksi saluran kemih berulang, obesitas, kolesterol tinggi, dan
merokok adalah orang yang perlu mewaspadai kemungkinan terkena
penyakit ginjal kronik.
c. Berat badan lahir rendah
Bayi yang beratnya kurang dari 2.300 gram beresiko menderita penyakit
ginjal kronik pada suatu masa.
d. Kurang pengetahuan
Ada kecenderungan atau risiko lebih tinggi mengalami gangguan
ginjal, pada orang yang kurang mendapat pengetahuan karena
menyangkut pengetahuan mengenai gaya hidup atau perilaku yang sehat
dan yang tidak sehat.
6. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan, ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron - nefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produksampah, akan semakin berat.
7. Pencegahan
a. Pencegahan Primer:
Pengaturan diet protein, menghindari obat netrotoksik, menghindari
kontak radiologik yang tidak amat perlu, mencegah kehamilan pada
penderita yang berisiko tinggi, konsumsi garam sedikit. makin tinggi
konsumsi garam, makin tinggi pula kemungkinan ekskresi kalsium
dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya kristalisasi
ikatan kalsium urat oleh sodium.
b. Pencegahan Sekunder:
Berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan
penyakit- penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat
progresifitas dan persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari
dialisis dan transplantasi ginjal.
Pengobatan Konservatif: Memanfaatkan faal ginjal yang masih ada,
menghilangkan berbagai faktor pemberat, dan bila mungkin
memperlambat progresivitas gagal
Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan
Diet rendah kalium. Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan
adalah 40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat-obatan yang
tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia. Selain itu, diet
rendah natrium (40-90 mEq/hari (1-2 gr Na)) dapat mengakibatkan
retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi gagal jantung
kongestif. Pengaturan cairan asupan yang bebas dapat menyebabkan
beban sirkulasi menjadi berlebihan, dan edema. Sedangkan asupan yang
terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi
ginjal.
c. Pencegahan Tersier :
Pencegahan tersier bagi penderita GG dapat berupa: mengurangi
stress, menguatkan sistem pendukung sosial atau keluarga untuk
mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penyakit GGK,
meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal
tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang, meningkatkan
kepatuhan terhadap program terapeutik,mematuhi program diet yang
dianjurkan untuk mempertahankan keadaan gizi yang optimal agar
kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai.
8. Penanganan
a. Menjaga Tekanan Darah
Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan kerusakan
ginjal. Oleh sebab itu penting untuk mengontrol tekanan darah yang dapat
dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti mengurangi konsumsi
garam dan mengurangi berat badan. Namun jika perubahan ini belum
cukup untuk mengontrol tekanan darah, mungkin membutuhkan obat-
obat antihipertensi seperti penghambat ACE (angiotensin converting
enzyme). Obat penghambat ACE memberikan perlindungan tambahan
pada ginjal dan mengurangi tekanan darah dalam tubuh serta mengurangi
tekanan pada pembuluh darah.
b. Pengobatan untuk Gagal Ginjal: Cuci Darah atau Transplantasi
Dalam beberapa kasus, penyakit ginjal kronis dapat berkembang
menjadi gagal ginjal permanen atau established renal failure (ERF).
Pada tahap ini, ginjal berhenti bekerja dan mengancam hidup. Kondisi
ini terjadi secara perlahan-lahan dan jarang terjadi secara tiba-tiba.

Anda mungkin juga menyukai