Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI

MEKANISME KOPING

DISUSUN OLEH :
NURISMA DEVI WAHYUNINGSIH
PO714231201067
I/B GIZI

DOSEN PEMBIMBING
YONATHAN RAMBA,S.PD,M.SI

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


JURUSAN GIZI DAN DIETETIKA
PRODI D.IV
2020/2021
KATA PENGANTAR

puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul mekanisme koping
keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak untuk itu kami ucapkan terima kasih .

kami berharap semoga dengan adanya Makalah ini dapat berguna bagi orang yang
membacanya kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum sempurna untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun serta semoga Makalah ini
dapat menjadi motivator bagi penulis Untuk penulisan makalah yang lebih baik dan
bermanfaat

Jeneponto 20 oktober 2020

Nurisma Devi Wahyuningsih


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang : ........................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah :....................................................................................1
1.3  Tujuan :......................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1   Pengertian koping : ..................................................................................2
2.2   Mekanisme koping: ..................................................................................2
2.3   Strategi koping .........................................................................................3
2.4   Faktor-faktor yang mempengaruhi koping................................................8
2.5   Cara peningkatan koping : .....................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1  Kesimpulan : ...........................................................................................12
3.2  Saran : .....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA : ..................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik
secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia akan
dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi pada kenyataannya selama rentang
kehidupannya, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan kesehatan dan salah satunya
berupa penyakit yang diderita. Untuk itu manusia memerlukan mekanisme koping yang
positif untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul tersebut.
Strategi koping (mekanisme koping) akan digunakan secara berbeda-beda dari suatu
individu dengan individu lainnya dan dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Umumnya
setiap individu menggunakan strategi koping yang sudah pernah digunakan sebelumnya dan
berhasil, bila koping tersebut tidak berhasil pada situasi tertentu strategi lain dapat
dipertimbangkan.
Adapun strategi koping yang umum digunakan adalah latihan untuk menghadapi suatu
peristiwa, konfrontasi, denial (pengingkaran), kontrol diri, dukungan sosial, menerima
tanggung jawab, kepercayaan/agama, penyelesaian masalah, penilaian yang positif dan
penanggulangan peristiwa

1.2    RUMUSAN MASALAH
  Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan koping
1.2.2 Bagaimana mekanisme koping ?
1.2.3   Apakah strategi koping ?
1.2.4   Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi koping
1.2.5   Bagaimanakah cara peningkatan koping ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan penulisan masalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Pengertian koping
1.3.2 Mengetahui mekanisme koping
1.3.3 Mengetahui strategi koping
1.3.4 Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi koping
1.3.5 Mengetahui cara peningkatan koping

1.4 MANFAAT PENULISAN


   Agar pembaca mengetahui dan memahami tentang konsep mekanisme koping
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Koping


Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan
persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam
memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman, 1985). Koping menurut Lasaruz juga
terdiri atas usaha kognitif dan prilaku dilakukan untuk mengatur kebutuhan eksternal dan
internal tertentu yang membatasi sumber seseorang. Koping dapat berfokus pada emosi
atau berfokus pada masalah (smeltzer & Bare, 2001). Koping merupakan upaya prilaku
dan kognitif seseorang dalam menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart &
Laraia, 2005).
Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan koping adalah
usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk mengatur kesenjangan dalam
menghadapi situasi yang menekan yang berupa ancaman fisik dan psikososial dengan
kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat berfokus pada emosi atau
masalah.

2.2 Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa
menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia, 2005).
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam
(Keliat, 1999). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua
(Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :
1. Mekanisme Koping Adaptif.
Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Masih mengontrol emosi pada dirinya.
b. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah.
c. Memiliki persepsi yang luas
d. Dapat menerima dukungan dari oang lain
2. Mekanisme Koping Maladaptif.
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan
berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Maladaptif jika
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Prilakunya cenderung merusak
Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua mekanisme koping
ini sebagai mekanisme koping positif dan mekanisme koping negatif.

2.3 Strategi Koping


Beradaptasi terhadap masalah memerlukan berbagai strategi, tergantung
keterampilan koping yang biasa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Strategi
koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau
menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004). Menurut
National Safety Council (2005), strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus
mempunyai 4 komponen yaitu :
1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus objektif yang jelas dan prespektif
yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung.
2. Pengolahan informasi: situasi pendekatan yang mengharuskan anda mengalihkan
persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengelolaan informasi juga meliputi
pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumber daya yang ada untuk
memecahkan masalah.
3. Pengubahan prilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan bersama
sikap yang positif dapat meminimalkan atau menghilangkan stressor.
4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek yaitu fisilogis dan psikologis. Koping yang
efektif menghasilkan adaptasi sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan
maladaptif (Kelliat,1999). Karakteristik mekanisme koping Menurut Stuart dan Sundeen
(1998) adalah :
Menurut Stuart dan Laraia (2005), koping dapat dikaji melalui berbagai aspek antara
lain, fisiologis dan psikososial.
1. Reaksi fisiologis
Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres
dimana pupil melebar, keringat meningkat untuk mengontrol peningkatan suhu
tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat, mulut
kering, peristaltik menurun, pengeluaran urin menurun, kewaspadaan mental
meningkat terhadap ancaman yang serius, ketegangan otot meningkat. Reaksi
fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres. Manifestasi stress pada
aspek fisik tergantung pada:
a. Persepsi/penerimaan individu pada stress
b. Keefektifan strategi koping
2. Reaksi psikososial:
a. Reaksi yang berorientasi pada ego (ego oriented reaction) yang sering
disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk
melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.
1) Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan
mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya.
2) Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri
pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada
orang lain.
3) Regresi, menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan yang lebih awal.
4) Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada
orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak
membahayakan.
5) Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan atau bantuan dari
keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh.
6) Reframing, mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan
menerimanya
7) Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa,
menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah.
8) Menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha
mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain.
b. Reaksi berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi terhadap
tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis, dapat berupa
konstruktif maupun destruktif, misalnya:
1) Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkan oleh individu
dalam menghadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan
konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan tekhnik asertif, yaitu
tindakan yang dilakukan secara terus-terang tentang ketidaksukaan terhadap
perlakuan yang tidak menyenangkan baginya, sedangkan tindakan destruktif
yaitu individu melakukan tindakan penyerangan terhadap stressor dapat
juga merugikan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungannya.
2) Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi
fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari
stressor, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku apatis, isolasi diri,
tidak berminat, sering disertai rasa takut dan berlebihan.
3) Perilaku kompromi yaitu cara yang konstruktif yang digunakan oleh
individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu tersebut
melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah.

Menurut Moos (1984) dalam Brunner dan Suddarth (2002), menguraikan tujuh
kategori keterampilan koping, yaitu: menyangkal, mencari informasi, meminta
dukungan emosional, pembelajaran merawat diri, menetapkan tujuan terbatas yang
konkret, mengulang hasil alternatif, dan pencarian makna dalam suatu masalah.
Individu dalam menghadapi berbagai tahapan masalah, salah satu atau beberapa
keahlian menghadapi masalah akan menonjol. Berikut akan diuraikan secara rinci
tentang strategi koping.
a. Menyangkal
Menyangkal merupakan penolakan untuk menerima atau menghargai
keseriusan penyakit. Pendekatan ini akan menyamarkan gejala yang merupakan
bukti suatu penyakit atau mengacuhkan beratnya diagnosis. Menyangkal dapat
membantu memelihara kesetimbangan psikologis, namun dapat berbahaya bila
mengarah pada perilaku, menghindar seperti tidak menepati janji atau menolak
menjalankan pengobatan yang telah ditentukan.
Keceriaan yang tidak pada tempatnya dan tidak adanya perhatian terhadap
gejala menunjukan adanya penyangkalan. Jika ansietas, depresi, dan kemarahan
tidak terekspresikan pada situasi dimana seharusnya terjadi, orang tersebut
mungkin saja telah menggunakan penolakan atau penyangkalan sebagai
perlindungan diri atau perlindungan bagi orng lain. Perlindungan bagi orang lain
terjadi bahwa bila pasien tahu bahwa dirinya sekarat namun merasa lebih baik bila
keluarganya tidak mengetahui kenyataan tersebut.
Intervensi keperawatan dapat dimulai dengan mengkaji sejauh mana
penyangkalan itu berbahaya atau menguntungkan, karena penyangkalan
merupakan mekanisme pertahanan diri maka, akan sangat baik jika perawat tidak
menentangnya secara langsung, namun jangan pula di dukung. Memperlihatkan
kemauan untuk mendiskusikan masalah dapat memberikan kesempatan untuk
membicarakan penyangkalan itu sendiri.
Menggunakan pertanyaan eksplorasi yang tidak mengancam dapat membantu
pasien menerima realitas. Bila tahap ini sudah tercapai, dukungan lebih lanjut
diperlukan untuk membantu menerima reaksi emosional yang terjadi saat pasien
berhenti menyangkal dan menerima kenyataan.
b. Mencari informasi
Keterampilan koping dalam mencari informasi mencakup:
1) Pengumpulan informasi yang berkaitan yang dapat menghilangkan ansietas
yang disebabkan oleh salah dan ketidakpastian.
2) Menggunakan sumber intelektual secara efektif.
Pasien dan keluarganya sering merasa terhibur oleh informasi mengenai
penyakit, pengobatannya dan perjalanan penyakit yang diperkirakan terjadi.
Kepedulian ini memberikan suatu kerangka untuk menyusun rencana dan
melakukan tindakan yang efektif. Mengetahui bahwa orang lain dengan
kondisi serupa yang telah berhasil diobati memberikan suatu keberanian dan
harapan. Miskonsepsi diluruskan dan makna sebenarnya diungkapkan. Orang
yang mendapatkan informasi akan lebih mampu berpartisipasi dalam
pengobatannya.
c. Meminta dukungan emosional
Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga, sahabat,
dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuan diri sangat
penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan ansietas serta rasa terasing.
Keterampilan koping yang bermakna adalah dapat merai bantuan dari orang lain,
sehingga akan memelihara harapan melalui dukungan. Apakah penyakit itu hanya
mengakibatkan keterbatasan sementara maupun menetap, orang harus memiliki
rasa berkuasa atas hidupnya. Dukungan dapat diperoleh dangan cara berbicara
dengan orang lain yang mengalami kondisi serupa. Kelompok pendukung sangat
penting untuk mendorong ekspresi perasaan, berbagai masalah praktis dan
meneruskan koping efektif secara bersama.
d. Pembelajaran merawat diri
Belajar merawat diri sendiri menunjukan kemampuan dan efektifitas
seseorang. Orang dapat belajar merawat diri sendiri bahkan setelah terjadinya
bencana penyakit dan cedera. Ketidakberdayaan akan berkurang karena rasa
bangga dalam pencapaian membantu memulihkan atau memelihara harga diri.
Anggota keluarga berperan penting dalam merawat klien, sehingga mereka juga
harus diikut sertakan dalam merawat pasien dan di tunjukan bagaimana cara
melakukan prosedur tertentu dalam memberikan perawatan yang efektif.
e. Menetapkan tujuan terbatas yang konkret
Keseluruhan tugas beradaptasi terhadap penyakit serius tampak
membingungkan pada awalnya, namun tugas-tugas tersebut dapat dikuasai.
Membagi tugas-tugas tersebut menjadi tujuan yang lebih kecil dan dapat ditangani
akhirnya akan mengarah pada keberhasilan, dengan cara ini motivasi tetap dijaga
dan perasaan ketidakberdayaan dikurangi. Klien akan mampu mengambil
tindakan yang efektif dan bukannya cemas. Prinsip belajar sangat penting untuk
menyelesaikan tujuan jangka panjang.
f. Mengulang hasil alternatif
Keterampilan koping ini sering digunakan dalam kaitannya dengan
pencarian informasi. Koping tersebut membentu mengurangi ansietas dengan cara
mempersiapkan hari esok, dengan mengingat kembali bagaimana pasien mampu
mengatasi kesulitan masa lalu akan menguatkan percaya diri. Bila terdapat
beberapa piluhan modalitas pengobatan, mendiskusikan alternatif merupakan
bagian penting dari penentuan mandiri. Profesional kesehatan tidak selalu tahu
mana yang terbaik. Mereka dapat memberikan informasi didasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman masa lalu, keputusan terakhir tetap ada ditangan
klien dan keluarganya. Keterampilan dalam mengulang alternatif sangat penting
bagi mereka yang kehilangan bagian tubuh atau fungsinya. Mereka harus
mengulang apa yang dilakukan dalam beragam situasi sosial. Kelompok orang
dengan kondisi serupa dapat dibantu dengan bermain peran tentang situasi.
g. Menemukan makna dari suatu masalah atau penyakit
Suatu masalah merupakan pengalaman manusia. Kebanyakan orang
menganggap masalah atau penyakit serius merupakan titik balik kehidupan
mereka, baik spiritual maupun filosofis. Terkadang orang menemukan kepuasan
dalam kepercayaan mereka bahwa penderitaan mereka mungkin mempunyai
makana atau berguna bagi orang lain. Mereka dapat berpartisipasi dalam proyek
penelitian atau program pelatihan untuk saat ini. Keluarga dapat berkumpul akibat
adanya penyakit meskipun menyakitkan dengan cara yang sangat berarti, dengan
demikian pasien merasa berharga seperti orang lain juga.
Banyak penderita penyakit serius yang sudah sembuh melaporkan bahwa
mereka mengalami perubahan dalam nilai-nilai dan prioritas, perhatian yang lebih
besar terhadap orang lain dan meningkatnya apresiasiasi terhadap keindahan alam.
Setelah sembuh dari penyakit serius, banyak orang menemukan makna dalam
membantu orang lain melalui kelompok pendukung atau sebagai sukarelawan
untuk organisasi yang berhubungan denga kesehatan atau kelompok aksi politik.
Selain strategi koping di atas masih ada strategi koping yang di kemukakan oleh
bebrapa ahli yang lain. Menurut Lazarus & Folkman, (1984), dalam Rice (2000)
berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan koping
untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup
kehidupan sehari-hari. Strategi koping yang biasanya digunakan oleh individu
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Koping berpusat pada masalah (problem focused coping), dimana individu
secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi
atau situasi yang menimbulkan stress.
2. Koping berpusat pada emosi (emotion focused coping), dimana individu
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu
kondisi atau situasi yang penuh tekanan.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Koping


Menurut Stuart dan Laraia (2005), cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan
fisik atau energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan
dukungan sosial dan materi. Brunner & Suddarth (2001) mengelompokkannya dalam
dua kelompok besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Yaitu karakter internal seseorang atau sumber daya individu dalam menangani situasi
yang mengandung tekanan, yang meliputi:
a. Kesehatan dan energi
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi
stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar.
b. Sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman,
kepercayaan agama). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat
penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengarahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.
c. Komitmen atau tujuan hidup (property motivasional).
d. Perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran
e. Pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa
situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat.
f. Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang
lain).
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah
laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku
dimasyarakat.
2. Faktor eksternal
a. Dukungan sosial
Adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan social pada penyelesaian
masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti sebagai moderator stress
kehidupan yang efektif.
b. Sumber Material
Adalah sumber eksternal yang meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli.
Mengatasi keterbatasan masalah lingkungan akan lebih mudah bagi individu yang
mempunyai sumber financial yang memadai karena perasaan ketidakberdayaan
terhadap ancaman menjadi berkurang.

2.5 Peningkatan Koping


McCloskey & Bulechek (1992) dalam Brunner & Suddarth (2001) menemukan
“peningkatan koping“ sebagai intervensi keperawatan dan mendefinisikannya dengan
membantu pasien beradaptasi terhadap stressor yang dirasakan, perubahan dan ancaman
yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidup dan peran. Peningkatan koping dapat
digunakan oleh perawat untuk memperbaiki koping seseorang termasuk penilaian
terhadap sumber pribadinya sendiri. Cara yang dipilih dalam peningkatan koping
menggunakan sumber internal dan sumber eksternal.
1. Sumber Internal
a. Gaya hidup peningkatan-kesehatan meliputi penilaian resiko kesehatan adalah
metode pengkajian yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dengan
cara memeriksa kebiasaan pribadi individu dan menganjurkan perubahan bila
ditemukan resiko kesehatan.
b. Latihan relaksasi
Tehnik relaksasi sebagai metode utama untuk menghilangkan stress. Tehnik
yang biasa digunakan adalah relaksasi otot, relaksasi dengan imajinasi
terbimbing dan respon relaksasi dari Benson. Respon relaksasi Benson:
Langkah pertama; pilih satu frase atau kalimat yang mencerminkan
sistem keyakinan anda.
Langkah kedua; pilih posisi yang nyaman
Langkah ketiga; pejamkan mata anda
Langkah keempat; rilekskan otot-otot anda
Langkah kelima; rasakan napas anda, dan mulailah mengucapkan kata-kata
fokus yang anda pilih.
Langkah keenam; pertahankan sikap pasif
Langkah ketujuh; teruskan selama satu set periode waktu
Langkah kedelapan; lakukan tehnik ini dua kali sehari.
c. Memberikan informasi sensori dan Prosedural
dua bentuk intervensi keperawatan yang biasa diminta, yakni informasi sensori
dan informasi procedural ( seperti penyuluhan perioperatif) bertujuan untuk
memperbaiki kemampuan koping klien.
d. Pendidikan persiapan
Pendidikan persiapan meliputi memberikan materi tertentu seperti;
pelajaran persiapan melahirkan bagi calon orang tua atau materi
kardiovaskuler bagi penderita penyakit jantung. Hal ini juga mengurangi
respon emosional sehingga pasien mampu berkonsentrasi lebih efektif, dan
keterampilan pemecahan masalahnya menjadi lebih baik.
2. Sumber Internal yaitu dukungan social. Fungsinya untuk ;
a. Pemeliharaan identitas sosial yang positif
b. Pemberian dukungan emosi
c. Pemberian bantuan material dan pelayanan nyata
d. Akses ke informasi
e. Akses ke hubungan sosial dan peran sosial yang baru.
Meskipun perawat dapat memberikan dukungan tersebut, tetapi harus
diusahakan untuk mencari sistem dukungan sosial pasien sendiri dan mendorong
untuk menggunakannya. Orang yang hidup menyendiri atau terasing, atau yang
menutup diri, pada saat stress akan mempunyai resiko tinggi mengalami
kegagalan koping. Nasehat dari orang lain dapat membantu menganalisa
ancaman yang timbul dan mengembangangkan strategi untuk menanganinya.
Membentuk kelompok pendukung dan terapi. Menjadi anggota kelompok dengan
masalah atau tujuan yang sama mempunyai efek pelepasan bagi orang yang akan
meningkatkan kebebasan ekspresi dan pertukaran gagasan.
Contoh peningkatan koping yang dapat dilakukan oleh perawat :
a) Hargai penyesuaian pasien terhadap perubahan citra tubuh sesuai yang
diperlukan.
b) Bantulah pasien dalam mengembangkan penilaian obyektif tentang
kejadian.
c) Berikan dorongan penerimaan keterbatasan orang lain.
d) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang
konstruktif,dll.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi
terhadap perubahan atau bebantersebut. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar
dan mengingat, yang dimulai sejak awaltimbulnya stresor dan saat mulai disadari dampak
stresor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal,
sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkunganmembentuk stresor tetapi juga
kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stresor tersebut.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, penulis menyarankan pada pembaca agar dapat mengaplikasikan
mekanisme dan strategi koping secara tepat dalam masalah di kehidupan sehari-hari. Aplikasi
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya harus dengan pemahaman konsep terlebih
dahulu. Untuk itu, sebaiknya pembaca dapat memahami konsep mekanisme koping dari
berbagai sumber, salah satunya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing
Company.

Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.

Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second
edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.

Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Brunner &
Suddarth; Ed.8 Vol.1 (terjemahan). Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai