SKENARIO
A. Batasan
Anatomi Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm.
Bagian anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung
sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata
dibungkus oleh tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian
terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam
bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan vitreous humor.
(Ilyas, 2009).
1. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis
yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel
kornea di limbus (Riordan, 2007).
2. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan
bentuk pada mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi
bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan
yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata (Ilyas, 2009).
3. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan.15 Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus,
lekukan melingkar pada sambungan ini disebut sulcus scleralis.19 Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm di pusatnya (terdapat variasi
menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya
10,6 mm (Riordan, 2007). Dari anterior ke posterior kornea mempunyai
lima lapisan, yaitu: (Ilyas, 2009).
1) Epitel Tebal dari epitel ini adalah 50 μm. Epitel kornea mempunyai
lima lapis sel epitel tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel
poligonal, dan sel gepeng.
2) Membran Bowman Membran Bowman terletak di bawah membran
basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersususn tidak
teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3) Stroma Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea.
Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang.
4) Membran Descemet Membran Descemet merupakan membran aselular
dan merupakan batas belakang stroma kornea.
5) Endotel Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk
heksagonal, dan tebalnya 20-40 μm. Lapisan ini berperan dalam
mempertahankan deturgesensi stroma kornea.
4. Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi
oleh kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai
permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di
tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara
otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan (midriasis)
pupil (Riordan, 2007).
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi
mengubah tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk
objek dekat maupun jauh dalam lapang pandang (Ilyas, 2009). Badan
siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2
mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona posterior
yang datar, pars plana (4 mm) (Riordan, 2007). 3) Koroid Koroid
merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan
sklerayang berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar,
berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang
terletak di bawahnya (Riordan, 2007).
5. Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna,
dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya
9 mm. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya
terdapat vitreous humor (Riordan, 2007). Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit
masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamela konsentris yang panjang.19 Lensa ditahan di tempatnya oleh
ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang
tersusun dari banyak fibril yang berasal dari permukaan badan siliar dan
menyisip ke dalam ekuator lensa (Riordan, 2007).
6. Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik
mata belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata
depan, kemudian ke perifer menuju sudut bilik mata depan (Riordan,
2007).
7. Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan
avaskular yang membentuk dua pertiga volume dan berat mata.
Permukaan luar vitreous humor normalnya berkontak dengan struktur-
struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars plana
lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreous
mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.19 Vitreous humor
mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen
dan asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel
karena kemampuannya mengikat banyak air (Riordan, 2007).
8. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai
dari sisi luar yang berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut: (Ilyas,
2009).
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel
kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus
sel kerucut dan sel batang. Keempat lapisan di atas avaskuler dan
mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel
horizontal, dan sel Muller serta didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam Lapisan ini merupakan lapisan aselular
tempat sinaps sel bipolar dan sel amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari
neuron kedua.
9) Serabut saraf Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang
menuju ke arah saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak
sebagian besar pembuluh darah retina.
10) Membran limitan interna, membran ini berupa membran hialin antara
retina danvitreous humor.
B. Kelenjar Thyroid
1. Anatomi Kelenjar Thyroid
Kelenjar tiroid terletak di leher, yaitu antara fasia koli media dan
fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terdapat trakea, esofagus,
pembuluh darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan
fascia pretrakealis dan melingkari trakea dua pertiga bahkan sampai tiga
perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid, tetapi letak dan jumlah kelenjar ini
dapat bervariasi. Arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus
vagus terletak bersama dalam suatu sarung tertutup di latero dorsal tiroid.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus
frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia
media dan prevertebralis (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
Vaskularisasi kelenjar tiroid berasal dari empat sumber antara lain
arteri karotis superior kanan dan kiri, cabang arteri karotis eksterna kanan
dan kiri dan kedua arteri tiroidea inferior kanan dan kiri, cabang arteri
brakhialis. Kadang kala dijumpai arteri tiroidea ima, cabang dari trunkus
brakiosefalika. Sistem vena terdiri atas vena tiroidea superior yang
berjalan bersama arteri, vena tiroidea media di sebelah lateral dan vena
tiroidea inferior. Terdapat dua macam saraf yang mensarafi laring dengan
pita suara (plica vocalis) yaitu nervus rekurens dan cabang dari nervus
laringeus superior (De Jong & Sjamsuhidajat, 2005).
2. Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan salah satu gangguan mata yang
disebabkan oleh terjadinya infeksi yang mengenai jaringan di dalam
orbita dan jaringan di sekitar serta di belakang mata.Selulitis orbita
biasanya disebabkan oleh penyebaran infeksi ke dalam rongga orbita
yang berasal dari infeksi sinus di sekitar hidung, tetapi bisa juga di
karenakan infeksi pada gigi atau dari aliran darah.
Gejala dan tanda-tanda selulitis orbitalis yang umumnya timbul
adalah:
a. Berkurangnya pergerakan mata dan terasa nyeri saat menggerakkan
mata
b. Proptosis (penonjolan abnormal mata)
c. Chemosis (pembengkakan pada bagian konjungtiva mata)
d. Peningkatan tekanan bola mata
e. Demam
f. Rasa lemah atau Lelah
g. Nyeri kepala
h. Keluarnya cairan dari hidung, bisa berupa cairan purulent (lendir
infeksi)
Pengobatan selulitis orbitalis sering kali membutuhkan rawat
inap. Pada kasus yang disebabkan oleh bakteri, biasanya diperlukan
pemberian antibiotik melalui pembuluh darah. Penderita juga dapat
diberikan obat dekongestan untuk hidung. Setelah selesai rawat inap,
umumnya pengobatan antibiotik perlu dilanjutkan selama 1–3 minggu
di rumah.
Dokter akan mempertimbangkan tindakan pembedahan untuk
drainase sinus, terutama apabila ditemukan hal seperti:
a. Respons terhadap terapi antibiotik selama 24–48 jam tidak baik
b. Adanya abses intraorbital atau abses subperiosteal (abses dari area
rahang yang menyebar ke area kantong mata) yang berukuran besar
c. CT-scan menunjukkan kondisi sinus yang tampak opak
sepenuhnya
Jika disebabkan oleh infeksi jamur, umumnya akan disarankan
agar menjalani pembedahan untuk debridement atau menghilangkan
jaringan yang rusak. Selain itu, terapi menggunakan obat-obatan jenis
kortikosteroid, baik secara topikal atau digunakan setempat maupun
secara sistemik, juga dapat dianjurkan.
Tanpa penanganan yang sesuai, bisa muncul berbagai macam
komplikasi. Antara lain orbital apex syndrome dan kebutaan pada
mata. Selain efek pada mata, dapat pula muncul komplikasi cavernous
sinus thrombosis (penyumbatan pembuluh darah, cukup langka
ditemui), abses intracranial (abses pada otak), meningitis, bahkan
kematian.
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
1. Tumor Orbita
2. Selulitis orbita
3. ODS. Grave’s Ophthalmopathy
BAB VI
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Identitas
Nama : Ny. SS
Usia : 26 thn
Alamat : Jl. Soka 23 Gedangan Sidoarjo
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Anamnesa
Keluhan Utama : Berdebar-debar
RPS :
- Dada sering berdebar 4 bulan terakhir
- Keluhan mata merah
- Nrocoh
- Silau bila melihat sinar
- Melihat dobel terutama bila mata melirik dan atau nyeri bila mata
digerakkan
- Keluhan berdebar dirasakan saat aktivitas maupun istirahat, tapi tidak
disertai nyeri dada atau sesak
- Tidak tahan cuaca panas dan lebih suka cuaca dingin
- Dalam 3 bulan terakhir berat badan turun dari 55 kg menjadi 50 kg,
padahal nafsu makan baik dan cenderung meningkat
- Mudah letih walaupun melakukan aktivitas ringan terasa sejak 1 bulan
terakhir
- Tangan selalu basah dan sering gemetar bersamaan dengan penurunan BB
RPD :
- Sejak 1 tahun lalu muncul benjolan di leher depan dan secara perlahan
bertambah besar
- Karena tidak nyeri benjolan dianggap hal biasa dan tidak pernah diperiksa
ke dokter
RPK :
- Tidak ada yang menderita sakit seperti ini
Riwayat Pengobatan :
- Sesekali ke klinik umum dekat rumah karena mudah letih, hanya diberi
vitamin
Riwayat Sosial :
- Merokok, sehari 10 batang
- Menikah 1 tahun belum memiliki keturunan
Pemeriksaan Fisik
KU : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Vital sign :
1. Tensi : 140/60 mmHg
2. Nadi : 108x/menit
3. RR : 26x/menit
4. Suhu : 37,2oC
5. TB : 160 cm
6. BB : 50 kg
Leher : Benjolan difus di leher depan, bergerak naik turun saat menelan,
didapatkan bunyi ‘bruit’
Thorax :
a. Paru : dbn
b. Jantung : tak membesar, takikardia, suara jantung normal tanpa ada bising
Radiologis :
a. USG kelenjar tiroid: struma solid dengan hipervaskularisasi
b. Thyroid scanning: pembesaran kelenjar tiroid dengan hiperaktivitas
homogen
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR
Dari Hasil Diskusi dari kelompok kami, kami menyimpulkan dari analisis
Defferential Diagnosis dan pemeriksaan penunjangnya, kami menyimpulkan
ODS. Grave’s Ophthalmopathy.
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Identitas Anamnesa
Nama : Ny. SS Keluhan Utama :Berdebar-
Usia : 26 thn debar
Alamat : Jl. Soka 23 Gedangan Riwayat Penyakit sekarang
Sidoarjo Riwayat Penyakit Terdahulu
Pekerjaan : Karyawan Swasta Riwayat
Pengobatan :Pemberian
Vitamin
1. Tumor Orbita Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Sosial : menikah 1
2. Selulitis orbita tahun lalu, belum punya
3. ODS. Grave’s Ophthalmopathy keturunan
KU : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Laboratorium : Vital sign :
Darah : Hb: 12.3 g/dl; lekosit: 7800/mm3 1. Tensi : 140/60 mmHg
Kimia darah : 2. Nadi : 108x/menit
a. Gula darah puasa 130 mg/dl ; Total Cholesterol: 3. RR : 26x/menit
125 mg/dl ; Triglyceride: 120 mg/dl 4. Suhu : 37,2oC
b. Tes fungsi hati dan ginjal dalam batas normal 5. TB : 160 cm
c. Total T4: 27 µg/dl (Normal: 4.5-12.5 µg/dl 6. BB : 50 kg
d. Total T3: 4.5 µg/dl (Normal: 1.3 – 2.9 µg/dl
e. TSH: < 0.003 IU/L (Normal: 0.3 – 5.0 IU/L) Kepala : Kedua mata exoftalmus
a. Occular motility : ada hambatan
b. Palpebra : lid lag retraksi +/+
Radiologis : c. Konjungtiva : hiperemi +/+
a. USG kelenjar tiroid: struma solid dengan d. Kornea : erosi kornea +/+
e. Lain-lain : dalam batas
hipervaskularisasi normal +/+
b. Thyroid scanning: pembesaran kelenjar tiroid Leher : Benjolan difus di leher depan,
dengan hiperaktivitas homogen bergerak naik turun saat menelan,
didapatkan bunyi ‘bruit’
Thorax :
a. Paru : dbn
b. Jantung : tak membesar,
Diagnosis : ODS. takikardia, suara jantung normal
tanpa ada bising
Grave’s Ophthalmopathy
Abdomen : Tidak ada kelainan
Extremitas : Hiperrefleksia (+), telapak
tangan hangat dan lembab,
jari-jari tremor halus (+)
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
a. T : Tobacco abstinence
c. A : Artificial tears
B. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
2. Non Farmakologi
a. Radiasi
Terapi radiasi paling efektif dalam tahun pertama ketika perubahan
fibrotic yang signifikan belum terjadi..Secara keseluruhan 60% hingga
70 % pasien memiliki respon yang baik dengan radiasi, walaupun
rekuren terjadi lebih dari 25% pasien. Perbaikan diharapkan selama 2
minggu hingga 3 bulan setelah terapi radiasi tetapi dapat berlanjut
hingga 1 tahun.
b. Operasi
Sekitar 20% pasien mengalami penanganan bedah. 7% pasien
menjalani dekompresi orbital , 9% pembedahan strabismus dan 13%
pembedahan kelopak mata. Hanya 2,5 % yang membutuhkan semua
dari 3 tipe pembedahan. Laki-laki dan pasien usia lanjut tampaknya
lebih sering mengalami orbitopati berat yang membutuhkan intervensi
bedah. Pembedahan harus ditunda hingga penyakit telah stabil, kecuali
jika intervensi darurat dibutuhkan untuk membalikkan hilangnya
penglihatan disebabkan oleh neuropati optik kompresif atau
pemaparan kornea tidak responsive pada pengukuran medis maksimal.
Pembedahan strabismus dan perbaikan retraksi kelopak mata biasanya
tidak dipertimbangkan hingga keadaan eutiroid telah dipertahankan
dan tanda-tanda optalmik telah dikonfirmasi stabil selama 6-9 bulan.
Berbagai jenis operasi yang dilakukan pada penderita dengan graves
oftalmopati. Dekompresi orbital khusus untuk proptosis berat, operasi
otot mata untuk memperbaiki adanya diplopia, dan operasi kelopak
mata untuk kepentingan kosmetik
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
A. Cara Penyampaian Prognosis kepada Pasien atau Keluarga Pasien
Prognosa dari grave’s ophthalmophaty tergantung dari derajat
penyakitnya dan beberapa keadaan yang menyertainya, yaitu:
1. Usia diatas 50 tahun
2. Onset kurang dari 3 bulan
3. Merokok
4. Diabetes
5. Severe or pretibial myxedema
6. Hiperlipidemia
7. Peripheral vascular disease
D. Pencegahan Penyakit
1. Minum obat teratur seperti yang disarankan dokter.
2. Lakukan olahraga secara tertur jika diperbolehkan.
3. Periksakan mata Anda setidaknya setahun sekali atau lebih.
4. Jika anda merokok, berusahalah untuk berhenti merokok. Jika Anda
tidak merokok, maka berusahalah untuk menghindari paparan asap
rokok.
DAFTAR PUSTAKA