Anda di halaman 1dari 5

Analisis karakter

Nama peran : Nyonya Ida

1. Pada nyonya Ida tidak terdapat gangguan fisik atau mental , penyakit atau
cacat yang pasti, tetapi dia berpura-pura mengeluhkan dan menunjukan gejala
sakit secara berulang-ulang dan konsisten. Hal ini dilihat dari nyonya Ida
berbohong bahwa perutnya terasa sakit setelah dioperasi dengan alasan karena
diberikan makanan yang menjijikan oleh Dr.Mitzger sehingga paradokter
mencurigai adanya komplikasi pasca operasi dan dilakukan pemeriksaan USG
namun hasilnya normal. selanjutanya dia berbohong lagi yaitu dia mengaku
tangannya tidak bisa merasakan dengan berpura-pura menjatuhkan gelas jus
sayur yang ada diatas meja sehingga dokter mencurigai ada kelainan
neurologis tetapi pada akhirnya dia mengakui bahwa dia berbohong dan hasil
pemeriksaan neurologis juga normal. Selanjutnya dia berbohong lagi dengan
menaruh jus sayur pada alat penampung cairan empedu dimana saat di periksa
ulang dr. Park ternyata cairan tersebut merupakan jus sayur yang sengaja
ditaruh nyonya Ida.
2. Peniruan keluhan penyakit yang serupa aslinya dan begitu meyakinkan agar
dilakukan pemeriksaan ulang dan menetap lebih lama di rumah sakit. Hal ini
dilihat dari nyonya ida mengaku perutnya sakit pasca operasi dengan alasan
karena memakan makanan yang menjijikan dari Dr. Metzger sehingga para
dokter mencurigai terjadinya komplikasi pasca operasi dan melakukan
pemeriksaan USG dengan hasil yang didapatkan normal. Keesokan harinya
dia mengaku tangannya tidak bisa merasakan dengan berpura-pura
menjatuhkan gelas jus sayur sehingga dokter mencurigai ada kelainan
neurologis dan dilakukan pemeriksaan neurologis dengan hasilnya normal.
3. Perilaku yang sengaja dibuat-buat nyonya Ida tidak terdapat dorongan
eksternal (seperti tujuan ekonomi, menghindari tanggung jawab hukum, atau
memperbaiki kesejahteraan fisik seperti pada malingering) melainkan hanya
karena ingin dirawat lebih lama di rumah sakit. Hal ini dilihat dari latar
belakang nyonya Ida bahwa dia tidak memiliki masalah keuangan, masalah
hukum atau masalah kesejahteraan fisik. Nyonya Ida berpura-pura mengarang
cerita bahwa dia ditinggal oleh anaknya yang sudah menikah agar dia
dikasihani oleh dokter serta dia berpura-pura mengeluhkan dan menunjukan
gejala penyakit dengan wajah yang serius agar para dokter percaya dan mau
melakukan pemeriksaan lagi dimana sebenarnya tujuannya agar bisa lebih
lama dirawat.
Diagnosa

Diagnosa dari karakteristik nyonya Ida pada film the good doctor adalah
gangguan factitious (Munchausen Syndrome). Factitious disorders (FD) adalah
suatu kondisi seseorang yang sebenarnya dia tidak benar sakit tetapi berpura-pura
memperlihatkan atau mengeluhkan gejala penyakit fisik atau mental. Para penderita
FD ini memperlihatkan sakitnya kepada orang-orang disekitar mereka yang tidak
memperhatikan mereka. Pada dasarnya FD ini berkaitan dengan kondisi psikiatrik
individu berpura-pura dalam memerankan sakitnya. Pada gangguan buatan ini pasien
secara sengaja menghasilkan tanda gangguan medis atau mental dan salah
menggambarkan riwayat penyakit dan gejalanya. Tujuan satu-satunya yang tampak
dari perilaku adalah mendapatkan peranan dari seorang pasien. Bagi kebanyakan
orang, perawatan dirumah sakit sendiri merupakan tujuan utama dan sering kali
merupakan cara hidupnya. Selain itu diantara pasiendengan FD ada yang menantang
memberi suatu masalah dengan maksud untuk menyibukkan dan untuk memancing
emosi seperti marah, frustasi atau membingungkan para dokter di klinik (Ferrara dkk,
2014). Agak sulit dalam mendiagnosis gangguan ini. Kemungkinan penyebab organik harus
disingkirkan lebih dahulu dan hal ini dapat berakibat pemeriksaan yang lebih ekstensif. Hal-
hal yang perlu dipertimbangkan adalah kemungkinan dibuat-buatnya gejala tersebut. Disini
ada dua kemungkinan, gangguan buatan (factitious disorder) atau berpura-pura
(malingering). Pada gangguan buatan, gejala-gejala dibuat dengan sengaja untuk
mendapatkan perawatan medis, sedangkan pada malingering ditujukan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi misalnya menghindari tuntutan hukum, masalah hutang, atau tugas
militeryang berat. Menentukan hal ini tidaklah mudah dan mungkin memerlukan bukti
bahwa ada inkonsistensi dalam gejalanya.
Gambaran klinis

Kriteria diagnostik untuk gangguan buatan dalam Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disordersedisi keempat (DSM-IV) (American Psychiatric
Association, 2000) adalah sebagai berikut:

1.Menimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat tanda atau gejala fisik atau
psikologis

2.Motivasi perilaku ini adalah untuk mendapatkan peranan sakit(sick role)


3.Tidak terdapat keuntungan eksternal untuk perilaku (seperti tujuan ekonomi,
menghindari tanggung jawab hukum, atau memperbaiki kesejahteraan fisik
seperti padamalingering).

Penulisan berdasarkan pada jenis :

1. GB dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol; jika tanda dan gejala
psikologis mendominasi gambaran klinis
2.GB dengan tanda dan gejala fisik yang menonjol; jika tanda dan gejala fisik
mendominasi gambaran klinis
3.GB dengan kombinasi tanda dan gejala psikologis dan fisik; jika tanda dan gejala
psikologis maupun fisik ditemukan tetapi tidak ada yang mendominasi gambaran
klinis.

Sedangkan berdasarkan PPDGJ III kriteria diagnosis untuk gangguan buatan


ini (Departemen Kesehatan RI):

1. Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau cacat yang
pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara berulang-ulang
dan konsisten.
2. Untuk gejala fisik mungkin dapat meluas sampai membuat sendiri irisan
atau luka untuk menciptakan perdarahan atau menyuntik diri dengan bahan
beracun.
3. Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan dapat begitu meyakinkan
dan menetap sehingga menyebabkan diulanginya pemeriksaan dan operasi
di beberapa klinik dan rumah sakit,
4. meskipun hasilnya berulang-ulang negatif.
5. Motivasi untuk perilaku ini hampir selalu kabur dan dianggap fakstor
internal, dan fungsi ini terbaik diinterpretasikan sebagai suatu gangguan
perilaku sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior and the sick
role).
6. Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan sejumlah
tanda dari kelainan yang berat lainnya dari kepribadian dan hubungan
dengan lingkungan.
7. Perlu dibedakan dengan “malingering”, didefinisikan sebagai kesengajaan
atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun
psikologis, yang dimotivasikan oleh stress eksternal atau insentif (kode
Z76.5 dari ICD-10).
8. Gangguan konversi adalah suatu gangguan yang ditandai oleh hilangnya
atau ketidakmampuan dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab
organis yang jelas. Dimana gejala konversi menyerupai gejala-gejala
neurologis atau medis umum yang melibatkan masalah dengan fungsi
motorik yang volunter atau fungsi sensoris. Gejala atau defisit tidak
ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau berpura-pura).
9. Diagnosis banding lain yaitu hipokondriasis yang ciri utamanya adalah
preokupasi yang menetap akan kemungkinan menderita satu atau lebih
gangguan fisik yangs serius dan progresif. Gejala yang membedakan
dengan gangguan buatan adalah pasien-pasien dengan hipokondriasis takut
akan tindakan dan pengobatan yang diberikan dengan berbagai efek
sampingnya. Depresi dan anxietas yang berat seringkali menonjol dan
mungkin memenuhi syarat untuk suatu diagnosis tambahan.
Dapus

American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders.


4thed text revision. Washington DC. 2000. Tollefson GD. Distinguishing myasthenia gravis
from conversion. Psychosomatics. 1901;22(7):611-621.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggolongan


dan Diagnosis Gangguan

Ferrara P, Vitelli O, Romani L, et al. The thin line between munchausen syndrome and
munchausen syndrome by proxy. J Psychol Anorm Child. 2014;3(2):1-2.

Anda mungkin juga menyukai