1 1 1 SM PDF
1 1 1 SM PDF
2 Juli 2019
Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui: proses pembelajaran PPKn, pengamalan nilai-nilai
sila I Pancasila, dan hubungan pembelajaran PPKn dengan pengamalan nilai-nilai sila I
Pancasila. Populasi penelitian seluruh peserta didik kelas VI SD Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang berjumlah 34. Seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian, sehingga merupakan sensus. Pengumpulan data dengan kuesioner tertutup.
Analisis data dengan persentasi dan korelasi product moment. Hasil analisis data
menunjukkan proses pembelajaran PPKn kuat (79%), pengamalan nilai-nilai sila I
Pancasila kuat (91%) dan ada korelasi yang signifikan antara proses pembelajaran PPKn
dengan pengamalan nilai-nilai sila I Pancasila, rxy (6,31).
121
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
122
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
Metode ini kurang menarik bagi siswa menjadi warga negara yang baik dalam
karena banyak siswa yang merasa jenuh Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
dan bersikap pasif. Selain itu siswa Rahmat dkk.,(2013: 21)
menganggap guru sebagai sumber menyatakan bahwa pembelajaran PPKn
informasi yang selalu mentransfer dapat membekali siswa dengan
pengetahuan. Latar belakang sosial, pengetahuan dan keterampilan
ekonomi serta sarana yang kurang intelektual yang memadai serta
menjadi pelengkap menghambat pengalaman praktis agar memiliki
keberhasilan proses pembelajaran di kompetensi dan efektivitas dalam
kelas. Ada juga faktor yang datang dari berpartisipasi.
guru yaitu pemahaman guru yang Berdasarkan uraian di atas
kurang, banyak materi yang harus permasalahan yang akan diteliti adalah
disampaikan dan waktu yang terbatas. bagaimanakan pembelajaran PPKn di
Secara keseluruhannya ternyata kelas XI IPS SMA Baturraden.
Islam adalah asas yang menunjangi Bagaimanakah pengamalan nilai-nilai
seluruh kehidupan manusia meliputi Sila I Pancasila dan adakah hubungan
agama, budaya maupun tamadun dalam antara pembelajaran PPKn dengan
menghadapai sebarang bentuk cabaran. pengamalan nilai-nilai Sila I Pancasila.
Dalam era globalisasi ini kita harus
bersikap secara kritis dan selektif untuk METODE PENELITIAN
menentukan elemen-elemen yang sesuai Penelitian ini merupakan
dan positif dengan budaya tempat kita. penelitian deskriptif kuantitatif.
Ini karena kebudayaan Islam adalah Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD
kebudayaan yang akomodatif, memiliki Universitas Muhammadiyah Purwokerto
keterbukaan yang cukup luas untuk yang terletak di Jl. Senopati
menampung dan sekaligus Dukuhwaluh Purwokerto.
mengintegrasikan unsur-unsur positif Alasan penelitian di adakan di
dari budaya asing. Secara langsung ia kelas VI SD Universitas
menjamin suasana yang rukun damai Muhammadiyah Purwokerto karena
dan harmoni dapat dirasai oleh seluruh sekolah ini merupakan sekolah
masyarakat beraneka agama dan bangsa percontohan atau sebagai sekolah pilot
di Malaysia (Khambali, Mohd Herzali , projek Universitas Muhammadiyah
Mohd Haled, 2008: 91-92). Purwokerto dan sekali gus sebagai
Cogan dalam (Winarno, 2014: sekolah latihan mahasiswa PGSD
71) menyatakan bahwa pembelajaran Universitas Muhammadiyah
PPKn merupakan proses pendidikan Purwokokerto. Dipilihnya kelas VI
secara utuh dan menyeluruh terhadap karena kelas ini sudah paling lama
pembentukan karakter individu sebagai menerima proses pembelajaran, yakni
warga negara yang cerdas dan baik. selama enam tahun.
Kaitannya dengan PPKn di Waktu penelitian pada bulan
Indonesia, Kosasih Djahiri dalam September 2017 s.d Maret 2018.
(Winarno, 2014: 71) juga menyatakan Populasi Penelitian peserta didik kelas
bahwa: VI SD Universitas Muhammadiyah
“Pembelajaran PPKn adalah Purwokokerto sebanyak 34 orang.
program pendidikan yang secara Semua populasi dijadikan sampel
programatik prosedural berupaya sehingga merupakan penelitian sensus.
memanusiakan (humanizing) dan Pengumpulan data yang
membudayakan (culturing) serta digunakan adalah angke. jenis angket
memberdayakan (empowering) menusia yang digunakan adalah angket tertutup
/ anak didik (diri dan lingkungannya) yaitu jawaban telah tersedia sehingga
123
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
responden tinggal memilih salah satu di untuk mengukur sikap, pendapat dan
antara jawaban yang sesuai dengan persepsi seseorang atau sekelompok
pendapat masing-masing. orang tentang fenomena sosial.
Pengukuran menggunakan skala Persekoran jawaban angket seperti tabel
likert karena skala Likert digunakan di bawah ini
Tabel Pensekoran jawaban angket Jawaban Angket
Alternatif Jawaban Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
Analisis Data Sila I digunakan teknik
Teknik analisis data untuk persentase. Analisis dilakukan
mengetahui pembelajaran PPKn dan persentase secara keseluruhan. Rumus
pengamalan nilai-nilai yang digunakan sebagai berikut:
Fo % = persentase
%= x 100 fo = frekuensi yang ditemukan
fn fn = frekuensi maksimal
(Sugiyono,2016:134)
Untuk memudahkan dan statistik Korelasi Product Moment,
menyeragamkan dalam dengan rumus sebagai berikut:
pengambilan penafsiran dan
rxy
N xy x y
y
kesimpulan, dipergunakan
2 2
pengelompokkan persentase N x2 x2 N y2
sebagai berikut:
0% - 20% : sangat lemah
(Arikunto, 2006).
21 % - 40 % : lemah
41 % - 60 % : cukup
HASIL PENELITIAN DAN
61 % - 80 % : kuat
PEMBAHASAN
81 % - 100 % : sangat kuat
Hasil Penelitian
(Riduwan, 2013:89)
Hasil pengisian angket yang
Untuk mengetahui hubungan dilakukan responden seperti tabel di
antara pembelajaran PPKn dan bawah ini:
pengamalan nilai-nilai Sila I digunakan
Tabel 1 Hasil Angket Pembelajaran PPKn dan Pengamalan Sila I Pancasila
No X Y No X Y No X Y No X Y
1 68 84 11 73 85 21 79 99 31 86 97
2 76 80 12 84 99 22 75 77 32 88 80
3 83 98 13 93 86 23 61 69 33 63 76
4 74 80 14 83 96 24 80 92 34 77 88
5 86 97 15 85 94 25 80 94
6 97 100 16 71 94 26 91 98
7 75 99 17 85 94 27 63 77
8 75 95 18 93 96 28 91 94
9 90 95 19 76 82 29 74 91
10 79 94 20 70 90 30 77 82
Grafik pembelajaran PPKn dan hasil penelitian sebagai berikut:
pengamalan sila I Pancasila berdasarkan
124
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
120
100
80
No
60 X
Y
40
20
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34
125
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang melal dialog kreatif yang bersifat
Sistem Pendidikan Nasional yang partisipatoris untuk meyakini kebenaran
menandaskan bahwa pendidikan nasional subtansi dasar kajian; bentuk aktifitas
berfungsi mengembangkan kemampuan dan proses pembelajaran : kuliah tatap muka
membentuk watak serta mencerdaskan secara bervariasi, ceramah, diaog kreatif
kehidupan bangsa, bertujuan untuk (diskusi) interaktif, metode inquiry, study
berkembangnya potensi peserta didik agar kasus, penugasan mandiri, seminar kecil,
menjadi manusia yang beriman dan dan berbagai kegiatan akademik lainnya
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih menekankan kepada pengalaman
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, belajar peserta didik secara bermakna; dan
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa
yang demokratis serta bertanggung jawab. pembelajaran pengembangan kepribadian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merupakan kebutuhan hidup.
tidak ada hubungan yang significan antara Pembelajaran PPKn dan
pembelajaran PPKn dengan pengamalan pengamalan sila I Pancasila meskipun
sila I Pancasila. Hal ini terjadi karena sudah kuat, tentu saja dapat ditingkatkan
disinyalir guru PPKn dalam mengajar kepada peringkat di atasnya yaitu sangat
masih menggunakan metode pembelajaran kuat dengan cara guru PPKn terus berusaha
ceramah. Bukan berarti metode ceramah untuk memperbaiki proses pembelajaran
tidak baik. Metode ceramah menjadi kurang PPKn, dengan menerapkan proses
baik apabila dalam pembelajaran pembelajaran PPKn yang aktif, inovatif,
Pendidikan Pancasila didominasi dengan kreatif dan menyenangkan.
metode caramah. Seharusnya pembelajaran Guru PPKn juga dituntut
Pendidikan Pancasila dilakukan secara menguasai berbagai model pembelajaran,
kritis, analitis melalui dialog-kreatif dan sehingga model pembelajaran yang
bersifat partisipatoris agar tumbuh diterapkan dalalam mengajar PPKn
kesadaran berbangsa dan bernegara secara bervariasi, tidak monoton, disesuaikan
rasional dan untuk meyakini kebenaran dengan materi yang diajarkan. Di camping
serta ketepatan konsepsi bela negara dalam itu guru PPKn juga dituntut menggunakan
aplikasi pandangan hidup bangsa. media pembelajaran yang menarik peserta
Selama ini metode pengajaran yang didik, sehingga peserta tidak merara jenuh.
diterapkan dalam mata pelajaran PPKn nilai Pengamalan sila I Pancasila
intinya hanyalah proses indoktrinasi yang tentunya juga dapat dikembangkan dari
hanya menyentuh aspek kognisi, sedangkan kuat menjadi sangat kuat. Sekolah harus
aspek sikap dan perilaku belum tersentuh, menyediakan tempat-tempat ibadan untuk
sehingga pembelajaran masih belum warga sekolah sesuai dengan kebutuhan.
beranjak dari paradigma pendidikan sebagai Yang tidak kalah pentingnya adalah guru
transfer of knowledge semata. hendaknya memberikan keteladanan yang
Sesuai dengan Pasal 5 SK Dirjen baik dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila
Dikti No.38 Tahun 2002, Dirjen Dikti kepada peserta didik.
Depdiknas (2002:4) , menegaskan bahwa Pendidikaan di dalam keluarga
dalam metodologi pembelajaran mata sangat besar peranannya, karena merupakan
kuliah pengembangan kepribadian (MPK) pendidikan yang pertama dan utama. Orang
hendaknya : pendekatan menempatkan tua hendaknya juga memberikan
peserta didik sebagai subjek pendidikan, keteladanan pendidikan kepada anak-anak
mitra dalam proses pembelajaran, dan mereka dalam hal pengamalan nilai-nilai
sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat Pancasila khususnya sila I Pancasila.
dan warga negara; metode proses Suasana keagamaan dalam keluarga sangat
pembelajaran pembahasan secara kritis diperlukan bagi anak-anak. Ada waktu-
analitis, induktif, deduktif dan reflektif waktu tertentu untuk ibadah bersama dalam
126
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
keluarga atau di tempat-tempat suci bagi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
agama mereka. Orang tua harus tidak Indonesia (Depdikbud, 1996:1).
bosan-bosannya mengingatkan anak- Perilaku-perilaku yang dimaksudkan
anaknya untuk senantiasa melaksanakan di dalam PPKn tersebut sesuai dengan pasal
Ibadan sesuai agama atau keyakinannya. 3 Undang-Undang Republik Indonesia
Masyarakat di sekitar sekolah atau Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
di lingkungan rumah peserta didik juga Pendidikan Nasional yang menandaskan
sangat besar pengaruhnya dalam bahwa pendidikan nasional berfungsi
pembentukan kepribadian seorang anak. mengembangkan kemampuan dan
Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar membentuk watak serta mencerdaskan
Dewantara, bahwa terdapat tripusat kehidupan bangsa, bertujuan untuk
pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan berkembangnya potensi peserta didik agar
sekolah. Atau kalau dalam Undang-Undang menjadi manusia yang beriman dan
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pendidikan Nasional Indonesia bahwa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
pendidikan itu berlangsung saecara kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
informal (keluarga), nonformal yang demokratis serta bertanggung jawab,
(masyarakat) dan formal (sekolah). masih termasuk kategori rendah.
Adanya hubungan yang signifikan Pada umumnya guru dalam
antara proses pembelajaran PPKn dengan mengajar masih menggunakan metode
pengamalan Sila I Pancasila para peserta pembelajaran ceramah. Bukan berarti
didik, ini tentunya disebabkan SD UMP metode ceramah tidak baik. Metode
memberikan penekanan yang kuat pada ceramah menjadi kurang baik apabila dalam
pengamalan nilai-nilai pertama Pancasila. pembelajaran PPKn didominasi dengan
PPKn dalam praktek metode caramah. Seharusnya pembelajaran
pembelajarannya hendaknya PPKn dilakukan secara kritis, analitis
mengutamakan pengembangan ranah melalui dialog-kreatif dan bersifat
afektif,hal ini sesuai dengan kurikulum partisipatoris agar tumbuh kesadaran
pendidikan dasar dan menengah tahun berbangsa dan bernegara secara rasional
1994, dikenal dengan PPKn , yang diartikan dan untuk meyakini kebenaran serta
sebagai mata pelajaran yang digunakan ketepatan konsepsi bela negara dalam
sebagai wahana untuk mengembangkan dan aplikasi pandangan hidup bangsa.
melestarikan nilai luhur dan moral, yang Hal ini sesuai dengan Pasal 5 SK
berakar pada budaya bangsa Indonesia. Dirjen Dikti No.38 Tahun 2002, Dirjen
Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan Dikti Depdiknas (2002:4) , menegaskan
dalam bentuk perilaku kehidupan sehari- bahwa dalam metodologi pembelajaran
hari siswa, baik sebagai individu maupun mata kuliah pengembangan kepribadian
sebagai anggota masyarakat, dan makhluk (MPK) hendaknya : pendekatan :
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku menempatkan peserta didik sebagai subjek
yang dimaksud adalah sesuai dengan pendidikan, mitra dalam proses
Pancasila dan UUD 1945 yaitu perilaku pembelajaran, dan sebagai umat, anggota
yang bersifat kemanusiaan yang adil dan keluarga, masyarakat dan warga negara;
beradab, perilaku yang mendukung metode proses pembelajaran pembahasan
persatuan dan kesatuan yang secara kritis analitis, induktif, deduktif dan
mengutamakan kepentingan bersama diatas reflektif melal dialog kreatif yang bersifat
kepentingan perorangan dan golongan, partisipatoris untuk meyakini kebenaran
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat subtansi dasar kajian; bentuk aktifitas
ataupun kepentingan diatasi melalui proses pembelajaran : kuliah tatap muka
musyawarah dan mufakat, serta perilaku secara bervariasi, ceramah, diaog kreatif
yang mendukung upaya untuk mewujudkan (diskusi) interaktif, metode inquiry, study
127
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019
128