Anda di halaman 1dari 8

Jurnal PPKn Vo. 7 No.

2 Juli 2019

HUBUNGAN PEMBELAJARAN PPKn


DENGAN PENGAMALAN NILAI-NILAI SILA I PANCASILA

Tukiran, Ana Andriani, Sugeng Priyadi, Suyahmo & Muhammad Abduh


Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Universitas Negeri Semarang,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
E-mail : tukiranump@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk mengetahui: proses pembelajaran PPKn, pengamalan nilai-nilai
sila I Pancasila, dan hubungan pembelajaran PPKn dengan pengamalan nilai-nilai sila I
Pancasila. Populasi penelitian seluruh peserta didik kelas VI SD Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang berjumlah 34. Seluruh populasi dijadikan sampel
penelitian, sehingga merupakan sensus. Pengumpulan data dengan kuesioner tertutup.
Analisis data dengan persentasi dan korelasi product moment. Hasil analisis data
menunjukkan proses pembelajaran PPKn kuat (79%), pengamalan nilai-nilai sila I
Pancasila kuat (91%) dan ada korelasi yang signifikan antara proses pembelajaran PPKn
dengan pengamalan nilai-nilai sila I Pancasila, rxy (6,31).

Kata Kunci: pembelajaran PPKn, peserta didik, pengamalan sila I Pancasila

PENDAHULUAN yang merupakan manifestasi dan


Akhir-akhir ini, agama seakan- kepercayaan mereka terhadap Tuhan.
akan merupakan sebuah nama yang Bukan hanya sekedar itu, tetapi
terkesan keras, kasar, dan sangat kejam, bagaimana mewujudkan agama sebagai
sehingga membuat gentar, menakutkan sesuatu yang mendatangkan
dan mencema1skan. Karena umat yang kebahagiaan bagi seluruh manusia dan
beragama terkesan banyak yang ganas bagi seluruh alam.
dan tampil dengan wajah kekerasan. Soekarno ketika berpidato di
Dalam beberapa tahun terakhir ini depan sidang BPUPKI menyampaikan
sangat banyak muncul konflik antar ”Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa
Agama, Intoleransi dan kekerasan atas Indonesia bertuhan, tetapi masing-
nama agama. sehingga realitas masing orang Indonesia hendaknya
kehidupan beragama yang muncul bertuhan Tuhannya sendiri. Yang
adalah saling curiga mencurigai, saling Kristen menyembah Tuhan menurut
tidak percaya, dan hidup dalam ketidak petunjuk Isa Al Masih, yang Islam
harmonis ( Yasin, 2014:170). bertuhan menurut petunjuk Nabi
Bangsa Indonesia sebagai Muhammad s.a.w., orang Buddha
bangsa yang religius, percaya bahwa menjalankan ibadatnya menurut kitab-
mereka akan mendapatkan keselamatan kitab yang ada padanya. Tetapi marilah
dan kebahagiaan di dunia dan akherat kita semuanya bertuhan. Hendaknya
nanti kalau mereka selalu berpegang negara Indonesia negara yang tiap-tiap
pada pedoman hidup yang berasal dari orangnya dapat menyembah Tuhannya
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan cara leluasa. Segenap rakyat
mereka mempunyai kepercayaan dan hendaknya bertuhan secara
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha berkebudayaan, yakni dengan tiada
Esa. Oleh karena itu dalam kehidupan ”egoisme-agama”. Dan hendaknnya
bermasyarakat yang agamis ini akan Negara Indonesia satu Negara yang
banyak kita jumpai berbagai macam bertuhan! Marilah kita amalkan,
perbuatan dan macam-macam upacara jalankan agama, baik Islam maupun

121
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

Kristen, dengan cara yang berkeadaban. Prinsip Ketuhanan Yang Maha


Apakah cara yag berkeadaban itu? Ialah Esa menurut Pitoyo, dkk ( 2012:33)
hormat-menghormati satu sama lain.”( berisi ketentuan (1) pengakuan adanya
Soekarno, 1986: 153). berbagai agama dan kepercayaan
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2)
mengandung pengertian bahwa kita setiap individu bebas memeluk agama
bangsa Indonesia percaya dan taqwa dan kepercayaannya; (3) tidak
kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta memaksakan suatu agama atau
Alam Semesta beserta isinya, baik benda kepercayaan kepada pihak lain; (4)
mati maupun makhluk hidup. Bahwa percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
kepercayaan dan ketaqwaan kita kepada Maha Esa sesuai dengan agama dan
Tuhan Yang Maha Esa bersifat aktif, kepercayaannya masing-masing; (5)
artinya harus selalu berusaha saling menghargai terhadap keyakinan
menjalankan segala Perintah-Nya dan agama dan kepercyaan yang dianut oleh
menjauhi segala larangan-Nya menurut pihak lain; (6) saling menghormati antar
ajaran agama dan kepercayaan kita pemeluk agama dan kepercayaan; (7)
masing-masing ( Kansil dan Christine bebas beribadat sesuai dengan
S.T. Kansil, 2011 :32) keyakinan agama yang dipeluknya,
Dalam kehidupan masyarakat tanpa mengganggu kebebasan beribadat
Indonesia dikembangkan sikap hormat- bagi pemeluk keyakinan lain; (8) dalam
menghormati dan bekerja sama antara melaksanakan peribadatan tidak
pemeluk agama dan penganut mengganggu ketenangan dan ketertiban
kepercayaan yang berbeda-beda, umum.
sehingga dapat selalu dibina kerukunan Berdasarkan Ketetapan MPR RI
hidup di antara sesama umat beragama No.VII/MPR/2001 Tentang Visi
dan berkepercayaan terhadap Tuhan Indonesia Masa Depan Bab IV, khusus
Yang Maha Esa. dalam bidang religius, bahwa untuk
Agama dan kepercayaan mengukur tingkat keberhasilan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah perwujudan Visi Indonesia 2020
masalah yang menyangkut hubungan dipergunakan indikator-indikator (a)
pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa terwujudnya masyarakat yang beriman,
yang dipercayai dan diyakininya, maka bertakwa, berakhlak mulia sehingga
dikembangkan sikap saling ajaran agama, khususnya yang bersifat
menghormati kebebasan menjalankan universal dan nilai-nilai luhur budaya,
ibadah sesuai dengan agama dan terutama kejujuran, dihayati dan
kepercayaannya dan tidak memaksakan diamalkan dalam perilaku
suatu agama dan kepercayaan itu kepada kesehariannya; (b) terwujudnya toleransi
orang lain. antar dan antara umat beragama; (c)
Negara tidak memaksa agama terwujudnya penghormatan terhadap
atau suatu kepercayaan kepada Tuhan martabat kemanusiaan.
Yang Maha Esa, sebab agama dan Materi pembelajaran PPKn,
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha mengajarkan agar peserta didik
Esa itu berdasarkan keyakinan hingga mengamakan nilai-nilai Pancasila.
tidak dapat dipaksakan. Agama dan Tetapi realita yang ada sekarang guru
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha kurang memperhatikan model
Esa sendiri tidak memaksa kepada pembelajaran yang tepat untuk
manusia untuk memeluk dan digunakan. Model pembelajaran yang
menganutnya. banyak digunakan oleh guru adalah
model pembelajaran tradisional atau
KAJIAN PUSTAKA lebih dikenal dengan model ceramah.

122
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

Metode ini kurang menarik bagi siswa menjadi warga negara yang baik dalam
karena banyak siswa yang merasa jenuh Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
dan bersikap pasif. Selain itu siswa Rahmat dkk.,(2013: 21)
menganggap guru sebagai sumber menyatakan bahwa pembelajaran PPKn
informasi yang selalu mentransfer dapat membekali siswa dengan
pengetahuan. Latar belakang sosial, pengetahuan dan keterampilan
ekonomi serta sarana yang kurang intelektual yang memadai serta
menjadi pelengkap menghambat pengalaman praktis agar memiliki
keberhasilan proses pembelajaran di kompetensi dan efektivitas dalam
kelas. Ada juga faktor yang datang dari berpartisipasi.
guru yaitu pemahaman guru yang Berdasarkan uraian di atas
kurang, banyak materi yang harus permasalahan yang akan diteliti adalah
disampaikan dan waktu yang terbatas. bagaimanakan pembelajaran PPKn di
Secara keseluruhannya ternyata kelas XI IPS SMA Baturraden.
Islam adalah asas yang menunjangi Bagaimanakah pengamalan nilai-nilai
seluruh kehidupan manusia meliputi Sila I Pancasila dan adakah hubungan
agama, budaya maupun tamadun dalam antara pembelajaran PPKn dengan
menghadapai sebarang bentuk cabaran. pengamalan nilai-nilai Sila I Pancasila.
Dalam era globalisasi ini kita harus
bersikap secara kritis dan selektif untuk METODE PENELITIAN
menentukan elemen-elemen yang sesuai Penelitian ini merupakan
dan positif dengan budaya tempat kita. penelitian deskriptif kuantitatif.
Ini karena kebudayaan Islam adalah Penelitian dilaksanakan di kelas VI SD
kebudayaan yang akomodatif, memiliki Universitas Muhammadiyah Purwokerto
keterbukaan yang cukup luas untuk yang terletak di Jl. Senopati
menampung dan sekaligus Dukuhwaluh Purwokerto.
mengintegrasikan unsur-unsur positif Alasan penelitian di adakan di
dari budaya asing. Secara langsung ia kelas VI SD Universitas
menjamin suasana yang rukun damai Muhammadiyah Purwokerto karena
dan harmoni dapat dirasai oleh seluruh sekolah ini merupakan sekolah
masyarakat beraneka agama dan bangsa percontohan atau sebagai sekolah pilot
di Malaysia (Khambali, Mohd Herzali , projek Universitas Muhammadiyah
Mohd Haled, 2008: 91-92). Purwokerto dan sekali gus sebagai
Cogan dalam (Winarno, 2014: sekolah latihan mahasiswa PGSD
71) menyatakan bahwa pembelajaran Universitas Muhammadiyah
PPKn merupakan proses pendidikan Purwokokerto. Dipilihnya kelas VI
secara utuh dan menyeluruh terhadap karena kelas ini sudah paling lama
pembentukan karakter individu sebagai menerima proses pembelajaran, yakni
warga negara yang cerdas dan baik. selama enam tahun.
Kaitannya dengan PPKn di Waktu penelitian pada bulan
Indonesia, Kosasih Djahiri dalam September 2017 s.d Maret 2018.
(Winarno, 2014: 71) juga menyatakan Populasi Penelitian peserta didik kelas
bahwa: VI SD Universitas Muhammadiyah
“Pembelajaran PPKn adalah Purwokokerto sebanyak 34 orang.
program pendidikan yang secara Semua populasi dijadikan sampel
programatik prosedural berupaya sehingga merupakan penelitian sensus.
memanusiakan (humanizing) dan Pengumpulan data yang
membudayakan (culturing) serta digunakan adalah angke. jenis angket
memberdayakan (empowering) menusia yang digunakan adalah angket tertutup
/ anak didik (diri dan lingkungannya) yaitu jawaban telah tersedia sehingga

123
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

responden tinggal memilih salah satu di untuk mengukur sikap, pendapat dan
antara jawaban yang sesuai dengan persepsi seseorang atau sekelompok
pendapat masing-masing. orang tentang fenomena sosial.
Pengukuran menggunakan skala Persekoran jawaban angket seperti tabel
likert karena skala Likert digunakan di bawah ini
Tabel Pensekoran jawaban angket Jawaban Angket
Alternatif Jawaban Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
Analisis Data Sila I digunakan teknik
Teknik analisis data untuk persentase. Analisis dilakukan
mengetahui pembelajaran PPKn dan persentase secara keseluruhan. Rumus
pengamalan nilai-nilai yang digunakan sebagai berikut:
Fo % = persentase
%= x 100 fo = frekuensi yang ditemukan
fn fn = frekuensi maksimal
(Sugiyono,2016:134)
Untuk memudahkan dan statistik Korelasi Product Moment,
menyeragamkan dalam dengan rumus sebagai berikut:
pengambilan penafsiran dan
rxy 
   
N xy  x y
      y  
kesimpulan, dipergunakan
2 2
pengelompokkan persentase N x2  x2 N y2 
sebagai berikut:
0% - 20% : sangat lemah
(Arikunto, 2006).
21 % - 40 % : lemah
41 % - 60 % : cukup
HASIL PENELITIAN DAN
61 % - 80 % : kuat
PEMBAHASAN
81 % - 100 % : sangat kuat
Hasil Penelitian
(Riduwan, 2013:89)
Hasil pengisian angket yang
Untuk mengetahui hubungan dilakukan responden seperti tabel di
antara pembelajaran PPKn dan bawah ini:
pengamalan nilai-nilai Sila I digunakan
Tabel 1 Hasil Angket Pembelajaran PPKn dan Pengamalan Sila I Pancasila
No X Y No X Y No X Y No X Y
1 68 84 11 73 85 21 79 99 31 86 97
2 76 80 12 84 99 22 75 77 32 88 80
3 83 98 13 93 86 23 61 69 33 63 76
4 74 80 14 83 96 24 80 92 34 77 88
5 86 97 15 85 94 25 80 94
6 97 100 16 71 94 26 91 98
7 75 99 17 85 94 27 63 77
8 75 95 18 93 96 28 91 94
9 90 95 19 76 82 29 74 91
10 79 94 20 70 90 30 77 82
Grafik pembelajaran PPKn dan hasil penelitian sebagai berikut:
pengamalan sila I Pancasila berdasarkan

124
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

120

100

80
No
60 X
Y
40

20

0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34

Pengamalan sila I Pancasila


Gambar 1. Pembelajaran PPKn dan
Hasil analisis data presentasi PPKn dalam praktek
didapatkan untuk pembelajaran PPKn = pembelajarannya memang hendaknya
2701 : (34 x 5 x 20) x 100% = 79 % dan mengutamakan pengembangan ranah
pengamalan nilai-nilai Sila I Pancasila = afektif. Hal ini sesuai dengan kurikulum
3052 : (34x5 x 20) x 100% = 91 %. pendidikan dasar dan menengah tahun
Sedangkan hasil analisis data hubungan 1994, dikenal dengan Pendidikan Pancasila
antara pembelajaran PPKn dan pengamalan dan Kewarganegaraan, yang diartikan
nilai-nilai Sila I Pancasila diperoleh angka sebagai mata pelajaran yang digunakan
rxy 6,32. sebagai wahana untuk mengembangkan dan
Hasil pembelajaran PPKn 79% melestarikan nilai luhur dan moral, yang
dan pengamalan nilai-nilai Sila I Pancasila berakar pada budaya bangsa Indonesia.
91% ini menunjukkan bahwa proses Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan
pembelajaran PPKn menurut peserta didik dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-
sudah kuat, begitu pula pengamalan sila I hari siswa, baik sebagai individu maupun
Pancasila peserta didik sudah kuat. Hasil sebagai anggota masyarakat, dan makhluk
analisis yang lain yakni hubungan antara ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku
pembelajaran PPKn dan pengamalan nilai- yang dimaksud adalah sesuai dengan
nilai Sila I Pancasila diperoleh angka rxy Pancasila dan UUD Negara Republik
3,66 berarti guru dalam proses Indonesia Tahun 1945 yaitu perilaku yang
pembelajaran PPKn masih kurang dikaitkan bersifat kemanusiaan yang adil dan
dengan upaya pengamalan nilai-nilai beradab, perilaku yang mendukung
Pancasila khususnya pengamalan nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang
sila I Pancasila kepada para peserta didik. mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan perorangan dan golongan,
Pembahasan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat
Berdasarkan hasil analisis data ataupun kepentingan diatasi melalui
proses pembelajaran PPKn sudah kuat, musyawarah dan mufakat, serta perilaku
Pengamalan sila I Pancasila peserta didik yang mendukung upaya untuk mewujudkan
sudah kuat.. Ini menunjukkan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat
pembelajaran PPKn di kelas menurut Indonesia (Depdikbud, 1996:1).
peserta didik sudah baik/kuat di mata Perilaku-perilaku yang dimaksudkan
mereka. Begitu pula dalam hal pengamalan di dalam Pendidikan Pancasila dan
sila I Pancasila bagi para peserta didik di Kewarganegaraan tersebut sesuai dengan
kelas ini sudah kuat/sudah baik. pasal 3 Undang-Undang Republik

125
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang melal dialog kreatif yang bersifat
Sistem Pendidikan Nasional yang partisipatoris untuk meyakini kebenaran
menandaskan bahwa pendidikan nasional subtansi dasar kajian; bentuk aktifitas
berfungsi mengembangkan kemampuan dan proses pembelajaran : kuliah tatap muka
membentuk watak serta mencerdaskan secara bervariasi, ceramah, diaog kreatif
kehidupan bangsa, bertujuan untuk (diskusi) interaktif, metode inquiry, study
berkembangnya potensi peserta didik agar kasus, penugasan mandiri, seminar kecil,
menjadi manusia yang beriman dan dan berbagai kegiatan akademik lainnya
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih menekankan kepada pengalaman
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, belajar peserta didik secara bermakna; dan
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa
yang demokratis serta bertanggung jawab. pembelajaran pengembangan kepribadian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merupakan kebutuhan hidup.
tidak ada hubungan yang significan antara Pembelajaran PPKn dan
pembelajaran PPKn dengan pengamalan pengamalan sila I Pancasila meskipun
sila I Pancasila. Hal ini terjadi karena sudah kuat, tentu saja dapat ditingkatkan
disinyalir guru PPKn dalam mengajar kepada peringkat di atasnya yaitu sangat
masih menggunakan metode pembelajaran kuat dengan cara guru PPKn terus berusaha
ceramah. Bukan berarti metode ceramah untuk memperbaiki proses pembelajaran
tidak baik. Metode ceramah menjadi kurang PPKn, dengan menerapkan proses
baik apabila dalam pembelajaran pembelajaran PPKn yang aktif, inovatif,
Pendidikan Pancasila didominasi dengan kreatif dan menyenangkan.
metode caramah. Seharusnya pembelajaran Guru PPKn juga dituntut
Pendidikan Pancasila dilakukan secara menguasai berbagai model pembelajaran,
kritis, analitis melalui dialog-kreatif dan sehingga model pembelajaran yang
bersifat partisipatoris agar tumbuh diterapkan dalalam mengajar PPKn
kesadaran berbangsa dan bernegara secara bervariasi, tidak monoton, disesuaikan
rasional dan untuk meyakini kebenaran dengan materi yang diajarkan. Di camping
serta ketepatan konsepsi bela negara dalam itu guru PPKn juga dituntut menggunakan
aplikasi pandangan hidup bangsa. media pembelajaran yang menarik peserta
Selama ini metode pengajaran yang didik, sehingga peserta tidak merara jenuh.
diterapkan dalam mata pelajaran PPKn nilai Pengamalan sila I Pancasila
intinya hanyalah proses indoktrinasi yang tentunya juga dapat dikembangkan dari
hanya menyentuh aspek kognisi, sedangkan kuat menjadi sangat kuat. Sekolah harus
aspek sikap dan perilaku belum tersentuh, menyediakan tempat-tempat ibadan untuk
sehingga pembelajaran masih belum warga sekolah sesuai dengan kebutuhan.
beranjak dari paradigma pendidikan sebagai Yang tidak kalah pentingnya adalah guru
transfer of knowledge semata. hendaknya memberikan keteladanan yang
Sesuai dengan Pasal 5 SK Dirjen baik dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila
Dikti No.38 Tahun 2002, Dirjen Dikti kepada peserta didik.
Depdiknas (2002:4) , menegaskan bahwa Pendidikaan di dalam keluarga
dalam metodologi pembelajaran mata sangat besar peranannya, karena merupakan
kuliah pengembangan kepribadian (MPK) pendidikan yang pertama dan utama. Orang
hendaknya : pendekatan menempatkan tua hendaknya juga memberikan
peserta didik sebagai subjek pendidikan, keteladanan pendidikan kepada anak-anak
mitra dalam proses pembelajaran, dan mereka dalam hal pengamalan nilai-nilai
sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat Pancasila khususnya sila I Pancasila.
dan warga negara; metode proses Suasana keagamaan dalam keluarga sangat
pembelajaran pembahasan secara kritis diperlukan bagi anak-anak. Ada waktu-
analitis, induktif, deduktif dan reflektif waktu tertentu untuk ibadah bersama dalam

126
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

keluarga atau di tempat-tempat suci bagi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
agama mereka. Orang tua harus tidak Indonesia (Depdikbud, 1996:1).
bosan-bosannya mengingatkan anak- Perilaku-perilaku yang dimaksudkan
anaknya untuk senantiasa melaksanakan di dalam PPKn tersebut sesuai dengan pasal
Ibadan sesuai agama atau keyakinannya. 3 Undang-Undang Republik Indonesia
Masyarakat di sekitar sekolah atau Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
di lingkungan rumah peserta didik juga Pendidikan Nasional yang menandaskan
sangat besar pengaruhnya dalam bahwa pendidikan nasional berfungsi
pembentukan kepribadian seorang anak. mengembangkan kemampuan dan
Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar membentuk watak serta mencerdaskan
Dewantara, bahwa terdapat tripusat kehidupan bangsa, bertujuan untuk
pendidikan, yaitu keluarga, masyarakat dan berkembangnya potensi peserta didik agar
sekolah. Atau kalau dalam Undang-Undang menjadi manusia yang beriman dan
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pendidikan Nasional Indonesia bahwa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
pendidikan itu berlangsung saecara kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
informal (keluarga), nonformal yang demokratis serta bertanggung jawab,
(masyarakat) dan formal (sekolah). masih termasuk kategori rendah.
Adanya hubungan yang signifikan Pada umumnya guru dalam
antara proses pembelajaran PPKn dengan mengajar masih menggunakan metode
pengamalan Sila I Pancasila para peserta pembelajaran ceramah. Bukan berarti
didik, ini tentunya disebabkan SD UMP metode ceramah tidak baik. Metode
memberikan penekanan yang kuat pada ceramah menjadi kurang baik apabila dalam
pengamalan nilai-nilai pertama Pancasila. pembelajaran PPKn didominasi dengan
PPKn dalam praktek metode caramah. Seharusnya pembelajaran
pembelajarannya hendaknya PPKn dilakukan secara kritis, analitis
mengutamakan pengembangan ranah melalui dialog-kreatif dan bersifat
afektif,hal ini sesuai dengan kurikulum partisipatoris agar tumbuh kesadaran
pendidikan dasar dan menengah tahun berbangsa dan bernegara secara rasional
1994, dikenal dengan PPKn , yang diartikan dan untuk meyakini kebenaran serta
sebagai mata pelajaran yang digunakan ketepatan konsepsi bela negara dalam
sebagai wahana untuk mengembangkan dan aplikasi pandangan hidup bangsa.
melestarikan nilai luhur dan moral, yang Hal ini sesuai dengan Pasal 5 SK
berakar pada budaya bangsa Indonesia. Dirjen Dikti No.38 Tahun 2002, Dirjen
Nilai luhur dan moral tersebut diharapkan Dikti Depdiknas (2002:4) , menegaskan
dalam bentuk perilaku kehidupan sehari- bahwa dalam metodologi pembelajaran
hari siswa, baik sebagai individu maupun mata kuliah pengembangan kepribadian
sebagai anggota masyarakat, dan makhluk (MPK) hendaknya : pendekatan :
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku menempatkan peserta didik sebagai subjek
yang dimaksud adalah sesuai dengan pendidikan, mitra dalam proses
Pancasila dan UUD 1945 yaitu perilaku pembelajaran, dan sebagai umat, anggota
yang bersifat kemanusiaan yang adil dan keluarga, masyarakat dan warga negara;
beradab, perilaku yang mendukung metode proses pembelajaran pembahasan
persatuan dan kesatuan yang secara kritis analitis, induktif, deduktif dan
mengutamakan kepentingan bersama diatas reflektif melal dialog kreatif yang bersifat
kepentingan perorangan dan golongan, partisipatoris untuk meyakini kebenaran
sehingga perbedaan pemikiran, pendapat subtansi dasar kajian; bentuk aktifitas
ataupun kepentingan diatasi melalui proses pembelajaran : kuliah tatap muka
musyawarah dan mufakat, serta perilaku secara bervariasi, ceramah, diaog kreatif
yang mendukung upaya untuk mewujudkan (diskusi) interaktif, metode inquiry, study

127
Jurnal PPKn Vo. 7 No. 2 Juli 2019

kasus, penugasan mandiri, seminar kecil, Direktorat Jenderal Pendidikan


dan berbagai kegiatan akademik lainnya Dasar dan menengah Direktorat
yang lebih menekankan kepada pengalaman Pendidikan Menengah Umum.
belajar peserta didik secara bermakna; dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa Departemen Pendidikan Nasional
pembelajaran pengembangan kepribadian Republik Indonesia Nomor:
merupakan kebutuhan hidup. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang
Sekolah Dasar Universitas Rambu-rambu Pelaksanaan
Muhammadiyah Purwokerto sangat tepat Kelompok Matakuliah
sebagai sekolah pilot proyek Universitas Pengembangan Kepribadian di
Muhammadiyah Purwokerto dan juga Perguruan Tinggi.
sebagai sekolah latihan untuk mahasiswa Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2011.
PGSD UMP. Karena dalam proses Empat Pilar Berbangsa dan
pembelajarannya sangat baik terutama Bernegara, Jakarta: Rineka Cipta.
pembelajaran PPKn. Di samping itu juga Ketetapan MPR RI No.VII/MPR/2001
sangat menekankan ranah afektif yaitu Tentang Visi Indonesia Masa
pengamalan nilai-nilai Pancasila. Depan.
Khambali, Mohd Herzali , Mohd Haled,
SIMPULAN DAN SARAN 2008. Toleransi Beragama dan
Berdasarkan analisis data dapat Amalannya di Malaysia: Rujukan
disimpulkan bahwa proses pembelajaran kepada Artikel 11 Perlembagaan
PPKn kuat , pengamalan nilai-nilai sila I Persekutuan Malaysia, Jurnal
Pancasila kuat dan ada korelasi yang Usuluddin, Bil 27.
signifikan antara proses pembelajaran Pitoyo, dkk.,2012. . Pancasila Dasar
PPKn dengan pengamalan nilai-nila sila I Negara, Yogyakarta, PSP Press.
Pancasila. Rahmat dkk.,2013. Pembelajaran
Saran yang diajukan, guru PPKn Pendidikan Kewarganegaraan.
dalam mengajar hendaknya menggunakan Bandung: Laboratorium Pendidikan
pendekatan pembelajaran yang berpusat Kewarganegaraan.
pada peserta didik, bukan sekedar Riduwan, 2013. Belajar Mudah Penelitian.
trnsformasi ilmu tetapi berupaya Bandung: Alfabeta.
pembelajaran yag bersifat penyadaran, Soekarno, 1986. Pancasila sebagai Dasar
senantiasa dikaitkan dan ditekankan dengan Negara, Jakarta: Inti Idayu Press-
nilai-nilai Pancasila, termasuk juga nilai Yayasan Pendidikan Soekarno.
Sila I Pancasila dan lebih menekankan pada Sugiyono, 2016. Metode Penelitian
aktualisasi/pengamalan dalam kehidupan Pendidikan: Pendekatan
sehari-hari. Di samping itu guru dalam Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
mengajar bukan hanya menekankan aspek Bandung: Alfabeta.
kognitif, tetapi harus lebih menekankan Winarno, 2014. Pembelajaran Pendidikan
aspek afektif juga psikomotorik. Kewarganegaraan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA Yasin, M., 2014. Makna Toleransi Dalam Al-
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Qur’an, Jurnal Ushuluddin, Vol. XXII
Pendekatan Praktik, Jakarta : No. 2, Juli 2014.
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003).
Kurikulum 2004 SMA Pedoman
Khusus Pengembangan Silabus dan
penilaian Mata Pelajaran
Kewarganegaraan . Jakarta :

128

Anda mungkin juga menyukai