BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui peranan dan fungsi
APBN dalam pengalokasian sumber-sumber pendapatan suatu Negara untuk
mensejahterakan kehidupan masyarakat dan bangsa dan Negara.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini yaitu dapat memberikan
suatu solusi yang tepat agar di dalam suatu Negara bisa memberikan wujud yang
nyata dalam pengolahan dana dan pengalokasian sumber – sumber pendapatan
Negara atau pengeluaran Negara, jadi kami sebagai penyusun makalah ini sangat
berharap sekali agar prekonomian Negara kita ini tidak mengalami keterpurukan
dan masyarakat Indonesia bisa hidup dengan sejahtera
BAB II
PEMBAHASAN
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen
dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa Anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
1. Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan
untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan, jalan, dan
taman umum.
2. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk
kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000,
Indonesia telah menguba komposisi APBN dari T-account menjadi I-account
sesuai dengan standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance
Statistics (GFS).
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi penerimaan dari
sumber daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya,
walaupun memberikan kontribusi yang lebih kecil terhadap total
penerimaananggaran,jumlahnya semakin meningkat secara signifikan tiap
tahunnya Berbeda dengansistem penganggaran sebelum tahun anggaran 2000,
pada system penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak
lagi dianggap sebagai bagian dari penerimaan.
2. Belanja Negara.
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan,
serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang.nSebelum diundangkannya UU
No. 17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas pengeluaran rutin
dan pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003 mengintrodusing uniffied budget
sehingga tidak lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum
(DAU), dan dana alokasi khusus (DAK). Sementara itu, dana otonomi khusus
dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa Aceh dan provinsi Papua.
3. Defisit dan Surplus.
4. Pembiayaan.
Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam
menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.
* Anggaran Defisit
PNH – BN = DA
DAP = AP – TP
Keterangan :
BN = belanja negara
DA = defisit Anggaran
PbDN= pembiayaan DN
PkDN= Perbankan DN
Non-PkDN = Non-Perbankan DN
PbLN= pembiayaan LN
PDN – PR = TP
DAP = AP – TP
Keterangan :
PDN = Pendapatan DN
PR = Pengeluaran Rutin
TP = Tabungan Pemerintah
AP = Anggaran Pembangunan
Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun
ke tahun terus meningkat.
Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap”
dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/
pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin
besar fungsionalitas anggaran.
Instrumen Kebijakan Fiskal
a. Pembiayaan fungsional
Pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana
yang ada di masyarakat.
b. Pengeluaran Anggaran
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang lebih
tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan
menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan.
Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh dari
lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta
sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.
Catatan :
ON merupakan SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/ atau
pembayaran bunga secara diskonto
Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas
penerimaan dan pengeluaran pada rekening kas negara dalam satu tahun anggaran
Pada dasarnya terdapat tiga gejolak eksternal yang berimbas pada perekonomian
Indonesia.
Pertama, lonjakan drastis harga minyak mentah dunia hingga sempat menyentuh
level psikologis USD 100 per barel. Beruntunglah, harga minyak kembali turun
dan berfluktuasi di posisi USD 80-90 per barel. Namun, angka ini tergolong masih
tinggi dari harga normal yaitu kisaran USD 60 per barel, atau sesuai asumsi
APBN 2008, sehingga subsidi BBM yang dibiayai APBN tetap membengkak.
Kedua, lonjakan harga internasional beberapa produk dan bahan pangan, salah
satunya kedelai yang mengalami kenaikan dramatis hingga di atas 100%.
Masalahnya, beberapa produk dan bahan pangan yang harganya melonjak,
sebagian diimpor untuk memenuhi kekurangan produksi domestik. Dalam kondisi
krisis pangan, lonjakan harga ini mendorong pemerintah meningkatkan anggaran
subsidi pangan yang juga dibiayai APBN.
Dengan demikian, pembengkakan belanja terus terjadi meski revisi plus sembilan
langkah penyelamatan APBN diimplementasikan. Sembilan langkah tersebut
adalah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN; penggunaan dana
cadangan APBN; penghematan dan penajaman prioritas belanja
kementerian/lembaga negara; perbaikan parameter produksi dan subsidi BBM dan
listrik; program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN; pemanfaatan
dana kelebihan di daerah; penerbitan obligasi dan optimalisasi pinjaman program;
pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis; penambahan subsidi
pangan. Namun, dampak lebih parah lagi bila langkah-langkah tersebut tak
diimplementasikan. Diperkiran defisit membengkak menjadi 4,2% PDB atau Rp
185,4 triliun.
Defisit anggaran terjadi bila belanja pemerintah melebihi penerimaan. Selisih atau
kelebihan belanja dari penerimaan sama jumlahnya dengan besarnya defisit.
Dengan demikian, besaran defisit selalu sama dengan utang pemerintah yang
dibutuhkan untuk menutupi belanja. Peningkatan jumlah defisit anggaran sampai
batas tertentu, biasanya proporsi PDB, secara teoritis dibenarkan. Sebab dalam
suatu siklus, perekonomian tidak selalu mengalami posisi di mana penerimaan di
atas belanja, apalagi bila terdapat gejolak ekonomi eksternal seperti saat ini.
Namun, defisit yang terlalu berlebihan dikhawatirkan mengancam stabilitas
keuangan negara, seperti kejadian di AS, sehingga pasar kurang percaya pada
kemampuan fiskal pemerintah. Di negara berkembang, biasanya batas aman
defisit tidak melebihi 3% PDB.
Posisi APBN sebagai alat penyelamat perekonomian dari gejolak eksternal harus
benar-benar dioptimalkan. Meski sifatnya jangka pendek, harapannya APBN tetap
mampu menjalankan tiga fungsi utamanya yakni stabilisasi, alokasi, dan
distribusi. Karena itu, kebijakan anggaran dengan peningkatan defisit merupakan
langkah paling tepat saat ini. Namun, letak masalah yang kerapkali disoroti adalah
sumber pembiayaan. Akumulasi utang pemerintah dari domestik dan asing telah
menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian. Apalagi bila si kreditor
mensyaratkan ikut campur tangan pada perumusan kebijakan pemerintah. Trauma
atas penyakit utang yang dimunculkan rezim orde baru, nampaknya akan
menggeser sumber pembiayaan defisit pada penerbitan obligasi atau surat utang
pemerintah. Langkah ini dinilai lebih aman, bisa dikontrol, dan lepas dari
intervensi kreditor.
Di tengah gejolak eskternal, harapan kita agar langkah yang ditempuh pemerintah
merupakan yang terbaik buat kesehatan keuangan negara dan keberlanjutan
pembangunan ekonomi. Bagaimanapun juga, perekonomian Indonesia yang
makin terintegrasi dengan dunia memang menjadi risiko tersendiri bila terjadi
gejolak seperti saat ini. Sebagai negara ekonomi kecil, Indonesia tidak punya
kuasa mengentikan gejolak yang layaknya badai yang siap memporak-porandakan
perekonomian. Namun, kita tetap punya kuasa memperkokoh “rumah” ekonomi
yang dibangun oleh multi landasan, salah satunya melalui kebijakan fiskal yang
ditopang APBN.
Jadi di sini yang di maksud dengan keseimbangan surplus dapat di nilai dari
penerimaan suatu Negara dengan belanjah pemerintah yang sama-sama akan
mencapai titik keseimbangan antara penerimaan dan belanjah Negara. Kita dapat
menilai hasil dari suatu proses pengimplementasikan semua peranan struktur dan
sudah menjalankan tugas dan fungsi sebagai orang yang mengatur dan
menjalankan suatu prekonomian Negara yang baik.
B. DANA PERIMBANGAN
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, dana
perimbangan terdiri dari:
E. BELANJA LANGSUNG
F. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
G. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses
penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja.
Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja /hasil memerlukan
kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi
dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas
kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah.
Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat
daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis
prestasi kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerja
kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan.
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja
di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai
dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam
pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan
proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar
akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan
kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
2.4. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah,
Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa
yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau
menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab
secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya.
Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola
keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam APBN & APBD (anggara pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari
perencanaan yang berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan
terpadu,baik yang menyakut penerimaan maupun pengeluarannya yang
dinyatakan dalam satuan uang dalam jangkah waktu tertentu,biasanya adalah satu
tahun.
Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih.
B. Saran