Pertama, sulitnya mendapatkan alat kesehatan dan utamanya alat pelindung diri
(APD) dan masker. Terawan mengatakan saat ini dua alat itu menjadi kebutuhan
utama di seluruh dunia.
Kedua, Terawan mengatakan beban kerja petugas medis di rumah sakit rujukan
sangat tinggi. Beban kerja mereka tinggi karena jumlah pasien virus corona yang
masuk terus meningkat setiap harinya.
Keempat, dibutuhkan lokasi khusus untuk mengkarantina para tenaga medis yang
menangani pasien COVID-19. Sejauh ini, sejumlah pihak swasta sudah ikut
membantu memberikan tempatnya. Namun Terawan mengatakan, jumlah
fasilitas masih jauh dari cukup.
Kelima, Terawan mengatakan hingga saat ini masih belum ditemukan obat atau
vaksin untuk mencegah virus corona. Maka dari itu, langkah yang dilakukan
adalah menggunakan tamiflu (Sebuah obat antivirus, sebuah inhibitor
neuraminidase yang digunakan dalam penanganan influenza A dan B, dan
banyak dikenal sebagai obat yang dianjurkan untuk menangani flu burung)
sebagai pengobatan.
Solusi pada permasalahan ini adalah menginisiasi pembentukan gugus tugas dari
hierarki paling bawah yaitu RT dan RW dan Puskesmas di setiap kelurahan.
Menyediakan ruang dalam melakukan kebijakan pada hierarki paling dasar ini
akan mendorong lahirnya terobosan yang relevan dan ide-ide kreatif dalam
mencegah terjadinya penambahan kasus khususnya pada masa new normal.
Kedua, sumber komunikasi yang tidak satu pintu. Telah tiga bulan Covid-19
menghantui Indonesia, terdapat beberapa kasus info yang masih sebatas wacana
namun sudah dipublikasikan. Hal ini menimbulkan keberagaman informasi
dalam satu topik yang mengakibatkan miss komunikasi di antara pemerintah dan
publik.
Solusi pada permasalahan ini adalah setiap kebijakan seharusnya dirapatkan dan
diklarifikasi dulu di internal terkait penunjukan siapa yang akan bertanggung
jawab dan menyampaikan informasi tersebut secara konsisten dan terus menerus
hingga tuntas ke publik baik pada tingkat pusat, daerah, dan kelurahan. Demikian
juga, peran media yang begitu strategis harus mempertimbangkan kualitas dan
kebenaran informasi yang didapatkan sebelum menyampaikan pesan ke publik.
Solusi pada permasalahan ini adalah merancang protokol umum yang dibuat oleh
pemerintah dan protokol khusus yang dibuat oleh pemerintah daerah. Protokol
umum ini merupakan pedoman kehidupan kenormalan baru bagi kesehatan
masyarakat Indonesia seperti rajin mencuci tangan, menjaga jarak di keramaian,
memakai masker di tempat publik, etika bersin dan batuk yang baik, etika
bersalaman dengan kerabat, dan tidak mengusap wajah sebelum mencuci tangan
setelah beraktivitas di tempat publik, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat beberapa tempat yang harus menjadi perhatian khusus pada
penerapan kebijakan new normal seperti mall dan pasar tradisional. Kedua
tempat ini adalah harga mati untuk diawasi dan dikendalikan. Pasar tradisional
dan mall menjadi salah satu tempat publik yang sulit diterapkan new
normal karena tingkat kebutuhan yang tinggi setiap harinya dan euforia yang
membuat masyarakat pergi ke pasar dan mall.