Anda di halaman 1dari 18

Etika Guru Terhadap Masyarakat

Makalah ini disusun sebagai bahan presentasi mata kuliah


“Etika Profesi Keguruan”

Dosen Pengampu :
Septiana Purwaningrum, M. Pd.I

Kelompok 6 :

1. Bella Chrusita (932601018)


2. Siti Nur Hamidah (932602618)
3. Lilia Camelia Dewi (932603418)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami.
Dengan limpahan rahmat-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini
dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
“Etika Profesi Keguruan” tentang “Etika Guru terhadap Masyarakat”.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa makalah
ini masih ada banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu kami dengan lapang dada menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Semoga makalah “ Etika Profesi Keguruan” ini bermanfaat sebagai
sumbangsih penulis demi menambah pengetahuan terutama bagi pembaca
umumnya bagi penulis khususnya.
Akhir kata kami kami sampaikan terima kasih semoga Allah Swt
senantiasa melindungi segala usaha kita. Amiin.

Kediri, 25 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Menyesuaikan Diri Dengan Adat Istiadat Masyarakat............................................6
B. Menjalin Komunikasi Dan Bekerjasama Dengan Masyarakat.................................8
C. Menjadi Partisipan Dalam Lembaga Atau Organisasi Kemasyarakatan................11
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
JOB DESCRIPTION..............................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan sosok sentral dalam pendidikan. Dengan guru
maka peserta didik mampu mendapatkan hal baru yang dapat
membantunya untuk bisa bertahan dalam persaingan kehidupan ini.
Adanya guru tentu saja sangat berperan dalam perkembangan pendidikan
yang ada. Selain itu, tentu saja semua perilaku yang ada dalam diri seorang
guru menjadi contoh bagi muridnya. Disisi lain, seorang guru itu sendiri
juga harus memiliki etika demi mewujudkan dan meningkatkan
profesionalismenya sebagai guru. Karena guru merupakan suatu profesi
yang harus dibanggakan.
Guru dalam pandangan masyarakat juga merupakan sosok yang
luar biasa berpengaruh. Karena menurut masyarakat guru merupan sosok
yang mampu membuat perubahan dan perbaikan bagi kondisi masyarakat
yang ada. Selain pada masyarakat, tentu seorang guru sangat diperlukan
pula bagi para wali peserta didik, sebab para wali peserta didik tersebut
sudah mempercayakan kepada seorang guru agar mampu mendidik,
mengajar, dan membimbing anaknya. Bukan hanya sampai disitu, guru
disini juga harus memiliki etika terhadap para rekan sejawatnya, karena
guru ini akan berkumpul dengan rekan-rekan sesama guru dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing para muridnya. Karena sangat
pentingnya kedudukan guru disini, tentu untuk menjaga hubungan tersebut
diperlukanlah etika guru itu sendiri. Maka, untuk mengetahui lebih jelas
terkait etika guru dalam masyarakat, di dalam makalah ini penulis akan
sedikit mengulasnya.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara guru menyesuaikan diri dengan adat istiadat
masyarakat?
2. Bagaimana cara guru menjalin komunikasi dan bekerja sama dengan
masyarakat?
3. Bagaimana partisipasi guru dalam lembaga atau organisasi
kemasyarakatan?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui cara guru menyesuaikan diri dengan adat istiadat
masyarakat
2. Dapat mengetahui cara guru menjalin komunikasi dan bekerja sama
dengan masyarakat
3. Dapat mengetahui partisipasi guru dalam lembaga atau organisasi
kemasyarakatan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menyesuaikan Diri Dengan Adat Istiadat Masyarakat


Kata masyarakat sudah sangat familiar di telinga kita bukan?,
sebenarnya apa itu masyarakat?. Pada kamus besar bahasa Indonesia
diungkapkan bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap
sama1 Ramayulis dan Samsul Nizar berpendapat bahwa masyarakat
merupakan kumpulan individu atau kelompok yang diikat oleh kesatuan
negara, kebudayaan, dan agama.
Sementara itu, Mac Iver dan Page mengartikan masyarakat sebagai
suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, wewenang dan kerja sama antara
kelompok dan penggolong, pengawasan perilaku serta kebebasan manusia.
Kemudian Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang
yang hidup bersama-sama yang menghasilkan suatu kebudayaan.2
Berdasarkan keempat pengertian tersebut maka masyarakat dapat
diartikan sebagai sekelompok individu yang berada pada suatu wilayah
yang terikat oleh suatu adat-istiadat di wilayah tersebut. Eksistensi adat
istiadat pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh agama yang dianut
masyarakat, budaya yang dibuat oleh masyarakat, norma-norma yang
dipatuhi oleh masyarakat, dan mata pencaharian masyarakat. Adat-istiadat
di setiap wilayah yang ditempati oleh suatu masyarakat pun berbeda-beda.
Perbedaan tersebut menjadikan seorang individu, termasuk guru
harus bisa menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di mana ia
tinggal, menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di sekitar
sekolah tempat ia mengajar, maupun menyesuaikan diri dengan adat-
istiadat masyarakat lainnya yang sering ia singgahi. Lalu bagaimana cara
guru menyesuaikan diri dengan adat-istiadat pada suatu masyarakat?.

1
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 721.
2
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hlm. 65.

6
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh guru agar ia
dapat menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat, antara lain:
1. Mencari informasi melalui perangkat desa (ketua RT misalnya)
tentang siapa sajakah warga masyarakat yang dijadikan sebagai tokoh
masyarakat oleh masyarakat sekitar.
2. Melakukan kunjungan ke rumah para tokoh masyarakat dan
memperkenalkan diri tokoh masyarakat yang dikunjungi bisa tokoh
agama, tokoh adat, tokoh pemerintahan, tokoh politik, dan lainnya.
3. Meminta informasi dari tokoh masyarakat mengenai asal-usul desa,
sejarah desa, berbagai peristiwa penting yang pernah terjadi di desa,
dan berbagai kegiatan warga masyarakat.
4. Mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Misalnya kegiatan pengajian, kegiatan pembacaan yasin dan tahlil,
kegiatan upacara-upacara adat, kegiatan posyandu, kegiatan karang
taruna, kegiatan warga masyarakat.
5. Mengenali kepribadian masing-masing warga pada saat mengikuti
berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
6. Mencari informasi tentang keadaan demografi (meliputi jumlah
penduduk, kehidupan sosial, pekerjaan dan pandangan politik) warga
masyarakat dari kepala desa.
7. Mencari informasi mengenai kebiasaan keseharian warga masyarakat
dan memahaminnya.
Kebiasaan keseharian warga masyarakat meliputi:
a. Kebiasaan dalam beribadah.
b. Kebiasaan dalam bekerja.
c. Kebiasaan dalam berbicara (dalam hal penggunaan bahasa dan suatu
logat bahasa)
d. Kebiasaan dalam bergaul.
e. Kebiasaan dalam menghabiskan waktu luang.
f. Kebiasaan dalam mengadakan suatu acara. Misalnya acara pernikahan,
khitanan, pengajian, tasyakuran, dan lain sebagainya.

7
B. Menjalin Komunikasi Dan Bekerjasama Dengan Masyarakat
Perjalanan guru dalam mendidik terhadap murid-muridnya, tidak
hanya saat disekolah saja. Melainkan ia pasti mendidik bahkan memberi
contoh ketika berada dilingkungan masyarakat baik terhadap muridnya
maupun kepada masyarakat umum. Karena sejatinya guru merupakan
bagian daripada anggota masyarakat, maka ia pun bertanggung jawab atas
apa yang dilakukan di masyarakat.3

Guru sama juga seperti individu lainnya, ia adalah makhluk


monodualis, yaitu sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Sebagai makhluk individu, guru memiliki berbagai kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik itu kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Kemudian
sebagai makhluk sosial, guru memerlukan bantuan dari orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk kepentingan itulah guru tidak bisa
menutup diri dari orang lain, ia harus bekerja sama dengan warga
masyarakat lainnya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Kerjasama
teresbutlah yang menjadi dasar dalam pembentukan suatu masyarakat.
Kerjasama antara guru dengan masyarakat dapat ia lakukan dengan baik
manakala ia dapat berkomunikasi dengan masyarakatnya.4

Komunikasi antara guru dengan masyarakat dapat dilakukan secara


langsung maupun tidak langsung, dengan memanfaatkan fasilitas
handphone misalnya. Namun sebaliknya guru memilih berkomunikasi
secara langsung dengan masyarakat. Itu dikarenakan dalam hidup
bermasyarakat guru dituntut untuk lebih instens bertatap muka, bertemu,
berkumpul, berbicara mengenai berbagai hal positif dengan masyarakat.5
Dan menjadi partisipan dalam lembaga atau organisasi kemasyarakatan
misalnya menjadi partisipan maupun pengurus karang taruna, koprasi unit
desa dan lain sebagainya.6 (skripsi 1 hl.38)
3
Manpan Drajat, Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru. (Bandung: Alfabeta, 2017) hlm. 138
4
Sri Sarjana, “Pengaruh Etika, Perilaku, dan Kepribadian Terhadap Intregitas Guru”, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1 No. 3, 2016.hlm. 379.
5
Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan. (Yogyakarta: Gava Media, 2015), hlm. 187
6
Ajeng Virga, ”Implementasi Etika Profesi Keguruan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2017), hlm.83

8
Komunikasi dan kerja sama antara guru dengan masyarakat dapat terjalin
manakala guru melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak enggan memberikan sapaan, senyuman, dan salam kepada
warga masyarakat tanpa membeda-bedakannya ketika bertatap muka
atau berpapasan.

2. Tidak enggan mengawali suatu pembicaraan dengan warga


masyarakat ketika sedang bertemu dan berkumpul.

3. Tidak keberatan mengunjungi rumah warga masyarakat baik ketika


ada keperluan ataupun ketika diminta untuk mampir atau singgah di
rumah warga masyarakat.

4. Tidak keberatan pula ketika rumahnya dikunjungi oleh warga


masyarakat ketika mereka memiliki keperluan dengan guru maupun
ketika sekedar mampir.

5. Menyempatkan diri untuk berkumpul bersama warga masyarakat baik


di berbagai kegiatan kemasyarakatan seperti kegiatan pengajian,
kegiatan pembacaan yasin dan tahlil, kegiatan upacara-upacara adat,
kegiatan posyandu, kegiatan karang taruna, kegiatan olahraga, dan
lain sebagainya.

6. Tidak keberatan untuk menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan


berbagai kegiatan kemasyarakatan.

7. Mau membantu baik secara materi maupun non materi dalam


penyelenggaraan berbagai kegiatan kemasyarakatan.

Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan


diharapkan dapat menjadikan warga masyarakat mampu :7
1. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan warga masyarakat
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keimanan tersebut diharapkan dapat
memupuk loyalitas dan integritas serta tanggung jawab warga

7
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung:Alfabeta),2013,hlm.103-
104

9
masyarakat sebagai warga Negara Indonesia. Sedangkan ketaqwaan
tersebut diharapkan dapat menjadikan warga masyarakat patuh
terhadap norma agama, norma susila, dan juga berbagai peraturan
dari pemerintah.

2. Memunculkan kepedulian dan sikap saling menghormati antar warga


masyarakat.

3. Menerima perbedaan dan memiliki pemikiran yang terbuka terhadap


cara pandang, ide, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan setiap warga
masyarakat.

4. Menyelesaikan berbagai permasalahan kemasyarakatan secara


bijaksana.

Ketika keempat kemampuan di atas dapat diwujudkan oleh


masyarakat, maka akan terbentuklah komunikasi masyarakat yang
berkarakter. Keadaan tersebut akan menjadikan lingkungan masyarakat
yang demikian sangat mendukung dalam menciptakan generasi bangsa
yang berkarakter.8
Dalam lingkungan masyarakat guru merupakan teladan yang patut
dicontoh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini menuntut
kemampuan sosial guru dengan masyarakat, sebagai upaya mewujudkan
proses pembelajaran yang efektif dan akan mempengaruhi hubungan
sekolah dengan masyarakat lebih baik lagi. Dalam kemampuan sosial
tersebut, meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,
bergaul simpatik dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.9
Dalam keseharian di masyarakat, guru juga harus bisa menjadi
sosok yang ucapannya “digugu” atau didengar dan perilakunya ditiru oleh
masyarakat. Guru harus bisa menjadi teladan bagi masyarakat. Dan belajar
dari apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw, keberhasilan beliau

8
Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan, hlm. 188.
9
Dian Rahadian, “Peran Dan Kedudukan Guru Dalam Masyarakat”, Jurnal Pendidikan Teknologi
Dan Informasi. Hlm.26

10
dalam membentuk masyarakat madinah yang berkarakter adalah karena
beliau menjadi sosok yang bisa diteladani oleh masyarakat.10
Kode etik hubungan guru dengan masyarakat antara lain :
1. Guru hendaknya selalu berusaha berpartisipasi terhadap masyarakat,
lembaga serta organisasi-organisasi di dalam masyarakat yang
berhubungan dengan usaha pendidikan.
2. Guru hendaknya melayani dan membantu memecahkan
masalahmasalah yang timbul dalam masyarakat sesuai dengan fungsi
dan kemampuannya.
3. Guru menghormati dan menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan
masyarakat dengan sikap membangun.
4. Guru menerima dan melaksanakan peraturan-peraturan Negara dengan
sikap korektif dan membangun.11

C. Menjadi Partisipan Dalam Lembaga Atau Organisasi


Kemasyarakatan
Pembentukkan komunitas masyarakat yang berkarakter dapat
diwujudkan oleh guru lebih nyata lagi manakala guru mampu menjadi
pastisipan dalam lembaga atau organisasi kemasyarakatan. Misalnya
menjadi partisipan maupun pengurus pada karang taruna, koperasi unit
desa, badan pembangunan desa, majlis taklim, klub sepak bola desa,
hingga menjadi ketua RT ataupun ketua RW.12
Sebagai partisipan dalam lembaga atau organisasi kemasyarakatan ,
sebaiknya guru memegang dan melaksanakan lima prinsip dasar
pembentukan masyarakat berkarakter, yaitu:

10
Ajeng Virga, ”Implementasi Etika Profesi Keguruan Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1
Salatiga”, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Salatiga), hlm. 84
11
Farida Rahman, “Kompetensi Sosial Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Tebing Tinggi”,
(Tesis, STIT Al Hikmah Tebing Tinggi), hlm. 88.
12
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.
(Bandung : Remaja Rosdakarya), 2006. hlm. 64

11
1. Masyarakat berkarakter dibentuk atas dasar persaudaraan, bukannya
permusuhan. Persaudaraan tersebut dapat didasarkan pada kesamaan
kebangsaan dan pandangan hidup.
2. Masyarakat berkarakter dibentuk atas dasar kasih sayang, bukannya
saling curiga dan saling bensi.
3. Masyarakat berkarakter dibentuk atas dasar persamaan, yaitu
persamaan antara tanggung jawab, kewajiban dan hak sebagai warga
negara Indonesia.
4. Masyarakat berkarakter dibentuk atas dasar kebebasan, yaitu
kebebasan beragama, berpendapat dan berkumpul untuk melaksanakan
kebaikan.
5. Masyarakat berkarakter dibentuk atas dasar keadilan sosial, yaitu
keadilan yang merata bagi seluruh warga masyarakat sebagai warga
negara Indonesia tanpa terkecuali.13
Kemudian dalam kesehariannya di masyarakat, guru juga harus
bisa menjadi sosok yang ucapannya “digugu” atau didengar dan
perilakunya ditiru oleh masyarakat. Mudahnya guru harus menjadi teladan
bagi masyarakatnya. Belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw, keberhasilan beliau dalam membentuk masyarakat
Madinah yang berkarakter adalah karena beliau bisa menjadi sosok yang
bisa diteladani oleh masyarakatnya.14 Adapun hubungan guru dengan
masyarakat:
1. Hubungan Guru Dengan Masyarakat Menengah
Guru berasal dari semua strata sosial ekonomi dengan latar
belakang yang lebih beragam. Hal ini sebagai dampak dari
pembangunan pendidikan nasional secara besar-besaran yang dimulai
pada tahu 1970-an dengan memberikan penekanan pada pemerataan
dan perluasan kesempatan kepada anak untuk memperoleh pendidikan,
di samping pada mutu dan relevansi. Konsekuensinya jumlah guru
harus ditambah dengan rekrutmen calon guru menjadi semakin terbuka
13
Zulhimma, Eksitensi Etika Profesi Keguruan dalam Dunia Pendidikan, Jurnal Logaritma,
Vol.01 No. 02. 2015. hlm. 105
14
E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru.(Bandung: Remaja Rosdakarya), 2007.
hlm. 50

12
dengan berbagai latar belakang dan mengakibatkan perubahan peran
guru. Dalam hubungannya dengan masyarakat menengah, peran guru
dibatasi dengan status profesinya.15
Terutama nampak di kota-kota besar bahwa terdapat
kecenderungan guru berperan hanya sebagai pengajar dan selebihnya
adalah sebagai pribadinya. Di masyarakat ini guru dikenal sebagai
guru privat SD, SMP dan SMA, guru les musik, guru les tari, guru les
olah raga dan keterampilan lainnya. Dalam kode etik guru Indonesia,
guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan. Hal ini
termasuk diantaranya:16
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi
keguruan
b. Guru turut menyebarkan program - program pendidikan dan
lkebudayaan kepada masyarakat seketernya, sehingga sekolah
tersebut turut berfubgsi sebagai pusat pembinaan dan
pengembangan pendidikan dan kebudayaan ditempat itu
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi
sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d. Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai
aktifitas
e. Guru mengusahakan terciptanya kerjasama yang sebaik-bainya
antara sekolah, orang tua murid, dan masyarakat bagi
kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa
pendidikan merupakan tangung jawab bersama antara pemerintah,
orang tua murid dan masyarakat.
2. Guru Sebagai Tokoh Masyarakat dan Perannya Sebagai Intelektual Di
Masyarakat
Para guru memainkan perannya yang sangat vital bagi masyarakat
dan terus berupaya memperluas perannya untuk mengimbangi
15
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi
Aksara),2004. hlm. 139.
16
Dian Rahardian, “Peran dan Kedudukan guru dalam masyarakat“, Jurnal pendidikan teknologi
dan informasi, Vol.04 No. 01,2008. hlm. 35.

13
kebutuhan masyarakat, termasuk perannya dalam aspek budaya dan
ekonomi. Para guru menyiapkan generasi muda untuk menjadi warga
negara yang aktif dan yang mau belajar sepanjang masa secara
independen, dan tentunya sangat krusial bagi masa depannya. Para
guru mengikuti perkembangan potensi para peserta didiknya.
Pandangan tersebut di atas menggambarkan guru sebagai sosok yang
sentral di dalam masyarakat. Bahkan sekitar tahun 1978-an telah
diciptakan Hymne Guru yang dimaksudkan untuk menghormati dan
17
mengangkat citra dan martabat guru Menurut Supriadi akan berubah
di masa depan. Perubahan berpusat pada pola relasi antara guru dengan
lingkungannya (sesama guru, siswa, orang tua, kepala sekolah,
teknologi dan dengan karirnya sendiri). Guru akan lebih tampil tidak
lagi sebagai pengajar (teacher), melainkan sebagai pelatih, konselor,
manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar.18 Guru sebagai
intelektual di masyarakat tentunya lebih diharapkan sumbangsih
terhadap perbaikan tatanan sosial dan budaya masyarakat, setidaknya
tempat dimana tinggal. Guru harus mampu menggali kreativitas serta
mengembangkan inovasi dan lebih produktif sehingga menjadi solutif
bagi permasalahan-permasalahan dan kebutuhan yang hadapi
masyarakat.
Meningkatkan peran guru di masyarakat akan memacu tingkat
kreativitas, inovasi dan produktivitas guru. Tentunya, hal ini akan
memberikan multiplier efek bagi masyarakat dan dunia pendidikan.
Keberadaan guru akan semakin dirasakan dan dibutuhkan oleh
masyarakat sekaligus akan meminimalisir stigma-stigma negatif yang
dialamatkan kepada para guru. Lebih dari itu, tanggung jawab guru
secara moral sebagai masyarakat intelektual menjadi lebih ringan.
Guru harus menunjukkan komitmen dan integritasnya sebagai agen
pembaharu sekaligus sebagai reservoir nilai-nilai peradaban, sehingga
kepercayaan masyarakat akan terwujud dalam bentuk pengakuannya

17
Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru.(Yogyakarta: Adicita Karya Nusa), 1999.
hlm. 3.
18
Ibid, hlm. 334

14
sebagai pemimpin, pengayom, pencerah dan guidance of society.
Dengan penuh kesadaran paran guru harus menunjukkan sikap sebagai
pendidik bahwa pendidikan bukan sebatas pengajaran melainkan
pendidikan adalah kesatuan dari pengajaran, pengasuhan,
pembimbingan, pembinaan, dan pelatihan.19

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
guru harus bisa menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat
di mana ia tinggal, menyesuaikan diri dengan adat-istiadat masyarakat di
19
Soelaeman, Menjadi Guru. Suatu Pengantar kepada Dunia Guru.(Bandung: CV Dipenogoro),
hlm. 1985.124

15
sekitar sekolah tempat ia mengajar, maupun menyesuaikan diri dengan
adat-istiadat masyarakat lainnya yang sering ia singgahi.
Dalam lingkungan masyarakat guru merupakan teladan yang patut
dicontoh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini menuntut
kemampuan sosial guru dengan masyarakat, sebagai upaya mewujudkan
proses pembelajaran yang efektif dan akan mempengaruhi hubungan
sekolah dengan masyarakat lebih baik lagi. Dalam kemampuan sosial
tersebut, meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,
bergaul simpatik dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Dengan penuh kesadaran paran guru harus menunjukkan sikap
sebagai pendidik bahwa pendidikan bukan sebatas pengajaran melainkan
pendidikan adalah kesatuan dari pengajaran, pengasuhan, pembimbingan,
pembinaan, dan pelatihan.

B. Saran
Penulis memohon maaf jika ada yang salah atau kekeliruan dalam
penyusunan makalah. Untuk itu kritik dan saram dari pembaca sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berterima kasih
semoga setelah membaca makalah ini kita mendapatkan banyak manfaat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2002. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai
Pustaka.
Danim,Sudarwan.2013.”Profesionalisasi dan Etika Profesi
Guru”.Bandung:Alfabeta.
Drajat, Manpan dan Effendi, Ridwan.2017. “Etika Profesi Guru”. (Bandung:
Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2004.“Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi”.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2006. “Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan”.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyasa,E. 2007. “Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru”.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rahardian, Dian. 2008 “Peran Dan Kedudukan Guru Dalam Masyarakat”, Jurnal
Pendidikan Teknologi Dan Informasi. Vol. 02 No. 01
Rahman, Farida. 2011“Kompetensi Sosial Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri
Tebing Tinggi”.Tesis, STIT Al Hikmah Tebing Tinggi.
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2009. “Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya”.Jakarta: Kalam Mulia.
Sarjana,Sri. Pengaruh Etika, 2016.“Perilaku, dan Kepribadian Terhadap Intregitas
Guru”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1 No. 3.
Soelaeman, 1985. “Menjadi Guru. Suatu Pengantar kepada Dunia
Guru”.Bandung: CV Dipenogoro.
Supriadi, Dedi. 1999. “Mengangkat Citra dan Martabat Guru”.Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Virga, Ajeng. 2017.”Implementasi Etika Profesi Keguruan Di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri 1 Salatiga”. Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Wiyani, Novan Ardy. 2015. “Etika Profesi Keguruan”. Yogyakarta: Gava Media.
Zulhimma. 2015. Eksitensi Etika Profesi Keguruan dalam Dunia Pendidikan.
Jurnal Logaritma. Vol.01 No. 02.

17
JOB DESCRIPTION

1. Bella Chrusita (93260 1018)


 Menyusun makalah bagian “Menyesuaikan Diri dengan Adat Istiadat
Masyarakat”
 Mencari referensi
 PPT

2. Siti Nur Hamidah (932602618)


 Menyusun makalah bagian “Menjalin Komunikasi dan Bekerja sama
dengan Masyarakat”
 Mencari referensi
 Finishing makalah.

3. Lilia Camelia Dewi (932603418)


 Menyusun makalah bagian “Menjadi Partisipan dalam Lembaga atau
Organisasi Kemasyarakatan”
 Mencari referensi
 Finishing makalah

18

Anda mungkin juga menyukai