Naskah Akademik Ruu Tentang Senjata Api Dan Bahan Peledak PDF
Naskah Akademik Ruu Tentang Senjata Api Dan Bahan Peledak PDF
hn
Ketua Kelompok Kerja
bp
1
Kata Pengantar
2
penelitian dan pengembangan rancang bangun, pengembangan
6. Haryani, SH.
2. Supriyadi.
3
Dalam rangka pengayaan materi dan mendapatkan masukan dari
4
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
Peledak ..................................................... 21
Peledak ..................................................... 24
Peledak ..................................................... 28
5
b. Pistol dan Revolver .............................. 35
Pidana ................................................ 49
Peledak ..................................................... 62
Peledak...................................................... 80
Peledak ............................................................ 84
6
Masyarakat .................................................. 85
7
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Taksonomi Senjata Api Gengam dan Bahan Peledak
hn
bp
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
9
tugas satuan pengamanan/polisi khusus,1 sebagai sarana
Pada tahun yang sama, Polri telah menarik 10.910 senjata api
10
pembangunan nasional dan meningkatkan devisa negara dari
sangat besar.
171 kasus, tahun 2010 ada 143 kasus, dan 2011 terdapat 139
11
baik oleh aparat keamanan maupun oleh masyarakat.4 Kondisi
senjata api ilegal atau yang lebih dikenal dengan istilah arms
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/279814-tiga-tahun--453-kasus-
dengan-senjata-api, diakses pada tanggal 28 Mei 2013.
5 Capie, Small Arms in Southeast Asia. Asean Country Studies, dalam
Anggi Setia Rachmanto, Pola Penyelundupan dan Peredaran Senjata Api Ilegal di
Indonesia, Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. V No. II Agustus 2009 : 31-46,
http://journal.ui.ac.id/ index.php/ jki/ article/ viewFile/ 1262/1167.
12
perkembangan jaman. Peraturan perundang-undangan
13
muncul adalah masalah koordinasi antara lembaga atau
14
aturan yang bertentangan sehingga dapat mengubah
15
2010 tentang Persetujuan Penetapan Prolegnas Tahun 2010-
2014.9
B. Identifikasi Masalah.
16
1) Merumuskan permasalahan yang terkait dengan
D. Metode
17
studi pustaka untuk menelaah data sekunder dari sumber
18
BAB II
19
khususnya pada bagaimana negara bisa memberikan rasa
10 Lihat misalnya Hahn, Robert. (et al). (2005). ‗Firearms Laws and the
20
1. Filosofi Pengelolaan Senjata Api dan Bahan Peledak.
21
adalah terbatasnya aktivitas warga negara dengan berbagai
11 Lebih lanjut lihat Karp, Aaron. (2007). ‗Completing the Count: Civilian
Firearms.‘ In Small Arms Survey. Small Arms Survey 2007: Guns and the City.
Cambridge: CambridgeUniversity Press.
22
Ketiga, negara sepenuhnya menyerahkan keamanan
23
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab,
24
secara umum ada empat alasan pembuatan regulasi
obyek vital negara. [3] hal yang sama juga dilakukan oleh
25
militer yang baik, namun rawan oleh manuver dan
26
dalam memanfaatkan senjata api dan bahan peledak. Alasan
keamanan nasional.
bahan peledak.
27
gambaran misalnya Amerika Serikat yang berbentuk negara
is Not the Problem – Lethal Violence in America. New York: Oxford University
Press. Terutama Bab 3.
28
dengan beredarnya senjata api dan bahan peledak sebagai
29
pendekatan ini dalam perumusan kebijakan senjata api dan
30
regulasi senjata api dan bahan peledak lebih
15 Lihat juga misalnya Cook PJ & Cole TB. (1996) Strategic Thinking
About Gun Markets & Violence. Journal of American Medical Association. Hal.
275-289.
31
masyarakat, unsur keahlian, dan sejumlah unsur yang
yang telah dinilai oleh tim panel atau tim komite, serta
32
Publikasi-publikasi tahunan, antara lain Jane’s Infantry
a. Senjata Api.
bp
Sejak awal tahun 1990-an, Perserikatan Bangsa-
33
Dalam laporannya pada tahun 1997, Panel Ahli ini
34
disebut terakhir ini meliputi pistol revolver dan otomatis
35
Di militer, pistol dan revolver merupakan senjata
36
sekutu dan antar kesatuan dalam suatu organisasi
masing.
37
komponen komposit, yang ditujukan untuk menekan
c. Senapan Serbu.
38
muncul dari berbagai pengalaman tempur selama dua
39
telah menghasilkan catatan produksi parsial atau nihil
sama sekali.
40
keunggulan dari sedikitnya variasi kaliber peluru primer
baru.
41
47. Serial terbaru seperti AKM, AK-74 dan AK-100
model.
varian pendahulunya.
42
ini termasuk penambahan alat bantu optik, pengukur
d. Bahan Peledak.
43
berlangsung dalam waktu yang singkat disertai dengan
44
Heksanitridifenilsulfit, Metil nitrat, Etil nitrat, Etilen glikol
45
sipil (komersial) dengan tujuan sebagai penghancur.
46
5. Teori Pemidanaan dalam Pengaturan Senjata Api dan
Bahan Peledak.
perundang-undangan).
47
a.d 1. Tindak Pidana.
pidana.
48
Peraturan Perundang-undangan lainnya, apabila
49
barang siapa atau setiap orang dalam rumusan ketentuan
50
itu dilakukan oleh kumpulan orang yang terorganisir baik
51
korporasi sebagai subyek hukum pidana maka tak terlepas
―actus non facit reum, nisi mens sit rea” atau tiada pidana
52
korporasi itu bukan saja dilakukan untuk dana atas nama
53
yang akan diterapkan untuk meminta pertanggung jawaban
korporasi.
keuntungan korporasi.
54
tidak mungkin menunjukkan suatu nilai moral yang
18 Ibid. hlm.53
55
korporasi, sejalan dengan asas hukum bahwa siapapun
korporasi tersebut.
56
suatu aturan yang dikenal dengan corporate criminal liability.
57
jiwa atau tidak sempurna pertumbuhan akalnya atau cacat
Peledak.
58
Mendasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 6
asas-asas:
a. Asas pengayoman.
peledak.
59
Sejalan dengan hal tersebut, kondisi ini akan memberikan
di dalam masyarakat.
harus jelas.
d. Asas keadilan.
bp
Sejalan dengan asas keseimbangan, keserasian dan
60
karena itu keberadaan senjata api dan bahan peledak
b. Asas akuntabilitas.
pembiayaannya;
nasional; dan
d. Asas koordinatif.
61
C. Praktik dan Permasalahan Penggunaan Senjata Api dan
a. Senjata Api.
dan perusahaan.
62
dengan menggunakan senjata api atau alat lain yang
berupa tindakan agresif yang bersifat segera, yaitu yang merupakan ancaman
segera terhadap jiwa anggota Polri atau masyarakattersebutdapat dilakukan
penggunaan kendali senjata api dengan atau tanpa harus diawali peringatan
atau perintah lisan (lihat pasal 8 ayat (2) Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik IndonesiaNo. 1 Tahun 2009).
63
tindakan/perbuatan pelaku kejahatan atau
tersangka tersebut;
masyarakat.
sebagai:
64
Instansi yang dapat menggunakan senjata api untuk
a. instansi pemerintah,
c. bank nasional,
Perhubungan Laut,
65
pemerintah yang mempunyai sifat dan lingkup
vital/penting.
Intelejen dan Keamanan Polri atas nama Kepala Kepolisian RI dengan masa
berlaku 5 tahun dan setiap tahun diregistrasi di Kepolisian Derah setempat.
25 Senjata api pinjaman kesatuan TNI/Polri harus dilengkapi dengan
kartu izin pinjam pakai senjata api (pengpin/kartu kuning) yang diterbitkan
oleh Kepolisian daerah setempat dan ditandatangani oleh Direktur Intelejen dan
Keamanan atas nama Kepala Kepolisian Daerah.
66
Tahun 2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian
api;
masa berlakunya;
67
Pas) kepada Kapolda yang memberikan
kepentingan lain;
membahayakan; dan
hn
g. bagi atlet menembak yang sudah memiliki senjata
menembak yaitu:
68
a. syarat Medis, yaitu sehat jasmani, tidak cacat fisik,
Kepolisian RI.26
hn c. syarat kecakapan menembak, yaitu telah lulus tes
tahun;
pimpinan;
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Psikologi bagi Calon Pemegang
Senjata Api Organik Kepolisian Negara RI dan Non Organik Tentara Nasional
Indonesia.
69
h. daftar Riwayat hidup secara lengkap; dan
sebanyak 5 lembar.
berlakunya.27
70
dan Pengendalian Senjata Api Standar Militer di Luar
Intelijen Negara;
sistem kerja, masa berlakunya izin; dan kepentingan tugas dan fungsi.
71
b. badan hukum nasional Indonesia tertentu, yaitu:
pemerintah.
b. Bahan Peledak.
bp
Pengelompokan bahan peledak menurut
peledak campuran.29
72
b. berdasarkan kegunaannya, dibedakandalam bahan
73
kepentingan pekerjaantambang, pekerjaan umum,
74
Bahan Peledak, Peraturan Kepala Kepolisian Negara
peledak, dan
75
distributor bunga api, distributor bahan kimia.
komersial
a. usaha produksi,
b. usaha pengadaan,
bp
c. usaha pendistribusian,
e. usaha peledakan.
36
Lihat Pasal 13.
76
harus dilakukan secara terkoordinasi antara
industri (komersial);
bahan peledak.
77
Pengawas Bahan Peledak Antarkementerian yang
78
c. Kementerian Perdagangan dalam hal pengawasan
peledak.
bahan peledak.
79
h. Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam hal
80
undang-undang tersebut, akan tetapi secara daya guna
81
pengaturan diberbagi undang-undang37, hal tersebut
definisi senjata api dalam UU No. 8 Tahun 1948 atau bandingkan pengaturan
mengenai bahan peledak dalam Peraturan Menteri Pertahanan No. 36 Tahun
2012 dengan pengaturan bahan peledak komersial dalmPeraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008.
82
Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian
Modal.
83
manusia. Pada bagian latar belakang bab I naskah
84
uraian di awal keterlibatan institusi dalam pengelolaan dan
85
dan bangsa. Ada empat implikasi terkait dengan regulasi
bermasyarakat, yakni:
86
pemanfaatan senjata api dan bahan peledak maupun
peledak.
87
Kedua, beban anggaran menjadi beban dari institusi
semata.
88
BAB III
BAHAN PELEDAK
A. Pengaturan Internasional.
89
konsolidasi dan koordinasi global negara-negara anggota PBB
Arms and Light Weapons in All Its Aspects. Department of Public Information.
Maret 2001. Seperti dikutip David Beal dalam Re-assembling Small Arms. United
Nations Association in Canada.
90
SALW di negara masing-masing.40 Dokumen tersebut merinci
http://www.controlarms.org/
91
minimnya kontrol terhadap kawasan perbatasan dan
tersebut.
92
Jakarta Regional Seminar on Illicit Trafficking in Small Arms and
Arms (IANSA) yang berjudul Reviewing Action on Small Arms 2006: Assessing
The First Five Years of the UN Programme of Action by Bitting The Bullet. 2006.
44 Gunpolicy.org International Firearm Injury Prevention and Policy.
93
berasal dari 34,150 senjata api legal yang telah terdaftar.45
di Indonesia:
45Ibid
46 tempo.co, ―Polri Stop Beri Izin Kepemilikan Senjata Api‖,
http://www.tempo.co/hg/politik/2010/08/25/brk,20100825-273962,id.html
47 International Crisis Group. Illicit Arms in Indonesia. Policy Briefing. No
94
2. senjata tersebut dapat berupa sisa dari penyimpanan di
kawasan konflik;
49Ibid.
50Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement
Officials (Adopted by the Eight United Nations Congress on the Prevention of Crime
and the Treatment of Offenders, Havana, Cuba, 27 August to 7 September 1990),
General Provisions; 1. Governments and law enforcement agencies shall adopt
and implement rules and regulation on the use of force and firearms against
persons by law enforcement officials. In developing such rules and regulations,
Governments and law enforcement agencies shall keep the ethical issues
associated with the use of force and firearms constantly under review. 2.
Governments and law enforcement agencies should develop a range of means as
broad as possible and equip law enforcement officials with various types of
weapons and ammunitions that would allow for a differentiated use of force and
firearms. These should include the development of non-lethal incapaciting
weapons for use in appropriate situations, with a view ti increasingly restraing the
application of means capable of causing death or injury to persons. For the same
95
1. Pemerintah dan aparat penegak hukum wajib mengadopsi
96
alat transportasi anti peluru, untuk memperkecil
B. Pengaturan di Indonesia.
9 pasal), dan
97
b) bagian yang mengatur mengenai milik, perdagangan
adalah:
98
Sedangkan termasuk pengertian munisi adalah bagian-
99
pembongkaran, maupun bagian milik, perdagangan dan
Negeri.
Dalam Negeri pada saat ini sudah tidak lagi terkait dengan
lain-lain.
100
Mendasarkan pada ketentuan pada Pasal 5 UU No. 8 tahun
cara:
Pertahanan.
Keresidenan.
101
Walaupun membuat defenisi yang berbeda mengenai
102
Pengertian senjata api dalam ketentuan pasal ini merujuk
UU Senjata Api.
54Lihat Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Darurat Mengenai
103
dinas angkatan perang, perizinan menjadi kewenangan
104
menunjukkan bahwa kewenangan kepolisian tersebut
peledak.
hn Sebagai salah salah satu subyek yang dapat
105
2. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
106
segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk, antara
lain:
Republik Indonesia.
hn2. Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya
107
keberadaannya bertentangan dengan ketentuan
dalam perjanjian.
komersial.
bangsa.
108
kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa.
f. Pemberontakan bersenjata.
bersenjata lainnya.
109
didalamnya pengaturan apabila terjadi penyalahgunaan
110
BAB IV
A. Landasan Filosofis.
serta watak dari suatu bangsa Indonesia, yang telah ada dalam
111
politik hukum nasional yang ada di Indonesia. Menurut
yang bersangkutan.61
112
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
B. Landasan Sosiologis.
113
empiris terkait senjata api dan bahan peledak dalam
114
dapat mengancam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
C. Landasan Yuridis.
115
kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu diganti dengan
undang-undang baru.
hn
bp
116
BAB V
MATERI MUATAN
dan korporasi.
117
Api Tahun 1936; UU No. 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran
perkembangan.
masyarakat.
1. Ketentuan umum
118
oleh TNI. Berdasarkan opsi ini, klasfikasi senjata api dan
api dan bahan peledak Non Standar Militer. Dalam opsi ini,
119
Opsi kedua adalah membedakan senjata api dan
atau TNI,
120
Opsi ketiga adalah melakukan pengaturan senjata
pemusnahannya.
121
Pendekatan siklus penuh ini mengidentifikasi
3. produksi,
4. distribusi,
5. pemilikan,
6. penggunaan,
7. penyimpanan,
hn
8. perawatan, dan
9. pemusnahan.
122
senjata api dan bahan peledak tersebut harus dapat
yang efektif.
123
rancang bangun, serta purwa rupa senjata api dan bahan
dan korporasi.
124
POLRI untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
peledak.
125
menetapkan standar nasional bagi senjata api dan bahan
penggunaannya.
126
konseptual yang keduanya membawa dampak moral yang
berbeda.62
127
mempertanggung jawabkan tindakannya dan menerima
128
peraturan tentang senjata api, amunisi dan bahan peledak,
dengan alasan:64
hn a. Sanksi pidana sangatlah diperlukan, kita tidak dapat
sanksi pidana;
bp
b. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik
129
cermat dann secara manusiawi; ia merupakan
konsekuensialis.66
65Ibid.
130
berupa penjatuhan sanksi pidana. Dalam teori ini,
131
penjatuhan hukuman) tetap diperhatikan oleh penganut
non-konsekuensialis.68
diterapkan:
1. sanksi pidana,
2. sanksi administrasi,
68Ibid.
132
3. tuntutan ganti kerugian.
KUHP.
hnDalam pengaturan senjata api dan bahan peledak
133
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Sanksi
134
ancaman pidana dan penjatuhan sanksi pidana.
denda.
135
Dalam Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan
lain.
136
pidana dirumuskan dengan frase ―setiap orang‖ dan jika
pidana denda.
4. Ketentuan Peralihan.
bp
Mendasarkan pada point. No. 127 lampiran II UU No.
137
diberlakukannya Undang-Undang tentang Senjata Api dan
Bahan Peledak.
138
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan.
koordinasi antarlembaga.
139
sipil. Rancangan Undang-Undang tentang Senjata Api dan
peledak.
140
gelap senjata api dan bahan peledak yang dapat
baru.
hn
4. Penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Senjata
141
cycle approach)sebagai suatu mekanisme yang
B. Saran.
142
melakukan harmonisasi draft rancangan undang-undang
hn
bp
143
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
144
Zimring, Franklin.. ‗Firearms, Violence, and Public Policy.‘ Scientific
American. 1991.
Hahn, Robert. (et al). ―Firearms Laws and the Reduction of Violence:
A Systematic Review‖ American Journal of Preventive
Medicine, Vol. 28, (2005). Iss. 2,Suppl. 1. February
Website :
http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/09/
15/senjata-ilegal-ganggu-stabilitas.
145
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/tiga-tahun- 453 -
kasus-dengan-senjata-api, diakses pada tanggal 28 Mei
2013.
http://www.tempo.co/hg/politik/2010/08/25/brk,20100825-
273962,id.html : Tempo Interaktif. Polri Stop Beri Izin
Kepemilikan Senjata Api. Rabu, 25 Agustus 2010.
http://www.undp.org/cpr/documents/sa_control/SALWGuide_Leg
islation.pdf.
Peraturan Perundang-Undangan:
146
bp
147
hn
LAMPIRAN
TAKSONOMI SENJATA API GENGAM DAN
hn BAHAN PELEDAK
bp
148