Transportasi merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan
distribusi buah atau sayur (Pantastico 1989). Perlakuan yang kurang sempurna selama
pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu
sampai di tempat tujuan mencapai kurang lebih 30-50 % (Soedibyo 1992). Goncangan yang
terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di kereta api dapat mengakibatkan
kememaran, susut bobot dan memperpendek masa simpan. Hal ini terutama terjadi pada
pengangkutan buah-buahan dan sayuran yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam
efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan,
susunan komoditas di dalam kemasan dan susunan kemasan di dalam alat pengangkut
(Purwadaria 1992). Pada semua jenis kemasan terjadi kememaran pada buah yang disebabkan
oleh getaran sebagai dampak pengangkutan. Pada umumnya semakin kecil kemasannya semakin
besarlah persentase kememarannya. Besar kecilnya kememaran selama pengangkutan tergantung
pada frekuensi, amplitudo dan lamanya getaran, amplitudo getaran dasar peti, ketinggian buah
dalam wadah, dan sifat-sifat jenis buahnya (Pantastico 1989).
Pada saat ditransportasikan, kemasan akan ditumpuk 3 untuk memenuhi kuota dari alat
transportasi yang digunakan. Menurut SNI, tumpukan yang sesuai adalah 2-3 tumpukan saja agar
menghindari kerusakan. Kondisi real di lapangan, penumpukan dilakukan melebihi yang
direkomendasikan karena menurut petani hal tersebut menyangkut biaya peminjaman alat
pengangkutan.
Alat simulasi transportasi dirancang untuk memperoleh gambaran tentang kerusakan
mekanis yang diterima oleh produk hortikultura apabila terkena goncangan. Alat ini dibuat
sesuai dengan kondisi dalam dan luar kota. Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan,
dan bunga potong mudah sekali rusak setelah dipanen. Hal ini dapat dipercepat dengan adanya
luka dan memar setelah mengalami pengangkutan dari kebun ke tempat pemasaran. (Purwadaria
1992). Menurut Soedibyo (1992), goncangan yang dominan untuk simulasi transportasi dengan
truk adalah goncangan pada arah vertikal. Goncangan lain seperti puntiran dan bantingan
diabaikan karena jumlah frekuensinya sangat kecil. Dasar perbedaan antara jalan dalam dan luar
kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang jalan tertentu. Yang lebih
berpengaruh terhadap kerusakan buah adalah amplitudo jalan (Darmawati 1992).
Sawo merupakan salah satu dari berbagai jenis buah-buahan tropis yang banyak
dihasilkan dan cukup dikenal masyarakat di Indonesia. Baunya harum dan rasanya manis lezat.
Dalam bahasa Inggris, sawo disebut sapodilla, chikoo, atau sapota. Di India, sawo disebut
chikoo, di Filipina dikenal sebagai tsiko, dan di Malaysia ciku. Masyarakat Tionghoa menyebut
buah sawo sebagai hong xiêm. Salah satu kultivar unggulan adalah sawo Sukatali ST1. Sawo
sukatali disebut juga sawo apel kapas, karena bentuknya yang bulat, besar, dan daging buahnya
yang tidak terlalu coklat. Selain itu, sawo ini terasa tidak lembek jika ditekan sehingga membuat
konsumen sering terkecoh karena menyangka buah sawo masih mentah.
Kuantitas buah yang melimpah harus diimbangi dengan kualitas yang baik, namun mutu
buah sawo yang dijual dipasaran belum optimal. Hal ini disebabkan oleh penanganan pasca
panen sawo yang masih kurang baik, sehingga mutu buah sawo setelah panen terus menurun.
Buah sawo yang dipetik terlalu awal dari ketuaan fisiologis akan lambat matang dan tingkat
kemanisan rendah, rasa lebih sepet, serta adanya akumulasi getah yang menempel disekitar biji.
Sebaliknya apabila buah yang dipetik terlalu tua, buah akan cepat matang 2-3 hari.
Sawo yang siap dikonsumsi adalah sawo matang. Buah mentah tidak enak dimakan
karena keras. Rasanya pahit dan kelat disebabkan tingginya kandungan tanin dan kaustik. Sawo
yang berkualitas baik adalah sawo yang empuk dan berwarna coklat tua. Harga jual untuk sawo
yang matang penuh cukup tinggi, akan tetapi harga akan turun secara drastis apabila sawo terlalu
matang , hal ini dikarenakan buah setelah matang tidak dapat bertahan lama, akan cepat rusak
dan membusuk, hal ini akan menyulitkan penanganan maupun transportasinya. Untuk mengatasi
masalah tersebut, diperlukan teknologi pasca panen berupa pengemasan untuk memperpanjang
umur simpan, yang mudah diterapkan ketika didistribusi dan tidak memerlukan biaya yang
mahal.
Tujuan
1. Mempelajari pengemasan untuk tujuan distribusi
2. Mempelajari cara kerja simulator transportasi
3. Menghitung kesetaraan jarak tempuh transportasi menggunakan simulator
4. Menganalisa penurunan mutu produk pasca simulasi transportasi
Prosedur
Kemasan distribusi
Pengukuran mekanis pasca
transportasi
Simulasi 1. Rusak memar
Transportasi 2. Rusak tergores
3. Rusak Retak
Pengukuran Mutu Pasca
Transportasi
1. Warna
2. Kekerasan
3. TPT
selesai
Hasil
A. Amplitudo
Jumlah Kerusakan
Pengamatan Jumlah sawo Total mekanis
Perlakuan ke- sawo utuh memar sawo (%)
I (Senin) - - - -
II (Selasa) 38 8 46 17,39
FCC III (Rabu) 31 7 38 18,42
IV (Kamis) 14 17 31 54,84
V (Jumat) 12 2 14 14,29
I (Senin) - - - -
II (Selasa) 29 17 46 36,96
Curah III (Rabu) 21 9 30 30,00
IV (Kamis) 17 4 21 19,05
V (Jumat) 14 3 17 17,65
I (Senin) - - - -
II (Selasa) 4 1 5 20,00
Kontrol III (Rabu) 3 1 4 25,00
IV (Kamis) 3 0 3 0,00
V (Jumat) 2 1 3 33,33
C. Desain Kemasan
Pembahasan
Pada simulasi transportasi buah sawo, digunakan jenis kemasan FCC dan kemasan
Curah. Total buah sawo 92. Berat total buah sawo dalam kemasan FCC dan kemasan curah
sebesar 46 buah. Hal ini disesuaikan dengan keadaan di lapangan dimana para petani maupun
pedagang sering menggunakan kemasan yang berbeda. Permasalahan yang selama ini terjadi
di lapangan adalah jumlah kerusakan mekanis yang terjadi pada buah sawo (baik luka memar
maupun luka gores) yang dikemas dengan karung setelah transportasi sangat besar. Oleh
karena itu, perlu dilakukan suatu perbaikan dalam hal teknik pengemasan
Dalam praktikum ini, digunakan alternatif kemasan berupa FCC dan kemasan Curah
yang diharapkan mampu mengurangi kerusakan mekanis pada buah sawo akibat benturan
yang berasal dari luar kemasan.
Buah sawo disusun secara teratur dan hanya terdiri dari tiga lapis. Hal ini diharapkan
dapat mengurangi jumlah kerusakan mekanis buah sawo selama simulasi transportasi
sehingga menyebabkan kecilnya kemungkinan terjadinya luka memar akibat tekanan buah
dari lapisan atas. Cara penyusunan buah sawo dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Pengukuran dimensi buah sawo dilakukan pada beberapa buah sawo yang dijadikan
sampel secara umum. pengukuran dimensi menggunakan jangka sorong. Data yang diambil
adalah berat buah dan diameter minor serta diameter mayor. Hasil dari pengukuran tersebut
kemudian dirata-ratakan. Adapun hasil dari pengukuran dapat dilihat bahwa diameter mayor
dan minor memiliki ukuran yang jauh berbeda. Bentuk ruang buah sawo adalah elips soidal
yaitu bentuk elips yang menyerupai telur. Sehingga penyusunan buah buah dengan metode
fcc yang menitik beratkan pada pola susun buah berdasarkan jumlah buah dalam satu jenis
kemasan adalah metode penyusunan buah yang tepat bagi buah sawo
Lama waktu yang digunakan pada simulasi transportasi darat pada komoditas sawo
adalah tujuh waktu yaitu selama 5 detik, 6,50 detik, 5,60 detik, 9 detik 14 detik 6,50 detik dan
6,50 detik (53, 1 detik).
Gambaran mengenai kerusakan mekanis yang dialami oleh sawo selama berada di dalam
kemasan pada simulasi transportasi dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2 (a),
menunjukkan ilustrasi gerakan yang menyebabkan guncangan pada angkutan truk di
permukaan jalan luar kota. dengan besarnya amplitudo dan frekuensi yang terukur. Pada
Gambar 2 (b), menunjukkan ilustrasi guncangan pada meja getar dengan besarnya amplitudo
dan frekuensi yang terukur.
Gambar 2. Ilustrasi gerakan pada (a) Angkutan truk dan (b) meja simulasi getar.
Pengaturan amplitudo maupun frekuensi pada saat pengujian simulasi meja getar
diharapkan mampu mendekati nilai yang sama seperti frekuensi dan amplitudo di permukaan
jalan. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya amplitudo dan frekuensi yang terjadi pada
saat simulasi meja getar lebih besar daripada kenyataan di permukaan jalan. Hal ini
mengakibatkan pengaturan waktu simulasi yang lebih singkat saat pengujian pada meja getar.
Kesetaraan waktu simulasi dengan jarak yang ditempuh pada kemasan kardus dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Hasil perhitungan yang menunjukkan kesetaraan simulasi transportasi dengan jarak yang
ditempuh dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari praktikum kali ini diantaranya:
1. Dimensi pada buah sawo memiliki diameter mayor dan diameter minor yang tidak
jauh berbeda, geometri buah sawo adalah elips soidal.
2. Dimensi kemasan kardus yang digunakan cukup cocok digunakan sebagai kemasan
buah sawo dengan kapasitas ± 46 buah.
3. Kerusakan mekanis terbanyak setelah simulasi transportasi adalah memar dengan
persentase 36,96 % pada metode fcc dan 17,39 % pada metode curah.
DAFTAR PUSTAKA