POLTEKKESSBY Course 4871 MODULKEPGERONTIK PDF
POLTEKKESSBY Course 4871 MODULKEPGERONTIK PDF
KEPERAWATAN
GERONTIK
TIM PENYUSUN
Heru Sulistijono, Skep,Ns.M.Ked
Minarti, Skep,Ns,M.Kep,Sp..Kom
Dr. Siti Nurkholifah, SKM, M.Kep. Sp.Mat.
POLTEKKES KEMENKES
PRODI III KEPERAWATAN
SUTOPO
SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN
Modul ini disusun sudah sesuai dengan kurikulum Program Studi D III
Keperawatan Sutopo Surabaya
Penulis
Heru Sulistijono,
Skep,Ns.M.Kes
NIP 19711001 199303
1 004
Mengetahui
Minarti, Skep,Ns.M.Kep,Sp.Kom
NIP. 196707301993032004
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga modul ini dapat
diselesaikan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada tim penyusun yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide, saran dan tulisannya.
Kami berharap semoga modul ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun agar
selanjutnya kami menyusun yang lebih baik lagi.
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
Modul Keperawatan Gerontik ini akan disajikan dalam 6 Kegiatan belajar dengan susunan
sebagai berikut:
Pelajarilah modul ini dengan seksama, jika saudara belum memahami isi materi yang
terkandung dalam kegiatan belajar disarankan jangan pindah ke materi selanjutnya.
Apabila saudara sudah yakin telah memahaminya silakan untuk mempelajari pada materi
berikutnya. Saudara harus berusaha untuk menyelesaikan semua tugas-tugas yang ada
dalam modul ini dengan baik. Tidak lupa saudara harus membiasakan diri untuk berdoa
setiap akan memulai dan mengakhiri kegiatan belajar agar senantiasa diberikan
kemudahan.
Tim Penyusun
Kegiatan Belajar 1
Menjelaskan Konsep lansia
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan Konsep lansia
Pokok-pokok materi
1. Menjelaskan pengertian lansia,
2. Menjelaskan batasan ciri-ciri lansia
3. Menjelaskan tipologi lansia
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2. Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3. Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Pengertian, batasan, ciri-ciri dan tipologi lansia
Pengertian lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses
penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem
kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Materi 2
Ciri-ciri lansia
Materi 3
Tipologi lansia
Literature lama :
Serat werdatama (mangku negoro IV) :
1. Wong sepuh
orang tua yang sepi dari hawa nafsu, mampu membedakan baik dan buruk sejati
dan palsu
2. Tua sepuh
Orang tua yang kosong tidak tahu rasa, bicara muluk2, tingkah lakunya dibuat
buat, berlebihan dan memalukan
Serat kalatida (Ronggo warsito)
1. Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridhoi tuhan dengan rezeki, tapi tetap berusaha
disertai ingat dan waspada
2. Orang yang lemah
Orang tua yang putus asa, sebaiknya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya
mendapat kasih sayang dari tuhan
Pandangan sekarang :
Era pembangunan
a. Tipe arif bijaksana : kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman, memenuhi undangan.
c. Tipe pasrah : menerima dan menunggu nasib baik mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apapun dilakukan.
d. Tipe tidak puas : konflik lahir / bathin menghadapi proses ketuaan, banyak merasa
kehilangan (kecantikan, daya tarik, kekuasaan, teman yang disayangi, status etc)
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan menuntut
e. Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, acuh dan tak acuh.
Berdasarkan kemampuan
a. Mandiri sepenuhnya
b. Mandiri dengan bantuan langsung
c. Mandiri dengan bantuan tidak langsung
d. Panti sosial tresna werdha
e. Lansia yang di rawatdi rumah sakit
f. Lansia yang menderita gangguan mental
Kegiatan Belajar 2
Menjelaskan teori penuaan
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan teori penuaan
Pokok-pokok materi
1. Menjelaskan teori biologi
2. Menjelaskan teori psikologis
3. Menjelaskan teori sosiologis
4. Menjelaskna teori lingkungan
5. Menjelaskan mitos lansia
Langkah-langkah Kegiatan
1 Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2 Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3 Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Teori Biologis
Antioksida :
Asam askrobat
Tokoferol
Betakaroten
Materi 2
Teori Psikologis
self
actualization
self-esteem
love and
belonging needs
safety and security
(physical sefety, psycologic
safety
bologic or physiologic integrity
oxygen, fluids, nutrition, body
temperature, elimination, shelter, sex
Materi 3
Teori Sosiologi
3. Teori Kontinuitas
Seorang individu akan berespon terhadap penuaan dengan kepribadian dan
penyesuaian interpersonal yang sama (kepribadian, pilihan, komitmen, nilai-nilai,
kepercayaan, dan semua faktor yang berkontribusi pada kepribadiannya
(Havighrust, Neugarten, Tobin, 1936).
Materi 4
Teori Lingkungan
1. Teori Wear and Tear
Sinar matahari yang berlebih membentuk kulit menjadi kering, tipis, dan cepat
mengalami penuaan. Menurut pelman (2000) human aging is “desease
syndrome” arising from strunggle between environment stress and biological and
relative adaption to the effect of the stressor agent (air pollution, chemicals,
psicological and sosiologic event) penuaan pada manusia adalah suatu
“syndrome penyakit” yang timbul dari hasil perjuangan antara stress lingkungan
denga pertahanan biologis dan adaptasi relative dari agen-agen stressor (polusi
udara, kimia, peristiwa psikologis dan sosial).
2. Model Ekologikal
Prilaku adalah produk interaksi seseorang dengan lingkungan, oleh sebab itu interaksi
tersebut harus dipahami (Lawton & Nahemow, 1973).
Materi 5
Mitos-Mitos dan Realita tentang Lansia
Kegiatan Belajar 3
Menjelaskan perubahan yang terjadi pada lansia
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan perubahan yang terjadi pada lansia
Pokok-pokok materi
1 Menjelaskan perubahan fisik
2 Menjelaskan perubahan psikologi
3 Menjelaskan perubahan mental
4 Menjelaskna perubahan kognitif
5 Menjelaskan perubahan perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
6 Menjelaskan perubahan Dalam Peran Sosial Di Masyarakat
7 Menjelaskan perubahan perubahan aspek spiritual pada lansia
Langkah-langkah Kegiatan
1 Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2 Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3 Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Perubahan Fisik
Perubahan fisik meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Perubahan sistem neurologi
1) Berat otak menurun 10-20%
2) Mengecilnya saraf panca indra
3) Kurang sensitif terhadap sentuhan
4) 4) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
5) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
6) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
7) Meningkatnya lipopusin sepanjang neuron sehingga terjadi vasokontriksi dan
vasodilatsi inkomplit.
2) Pendengaran.
Daun telinga tampak membesar karena formasi kartilago yang menerus dan
hilangnya elastisitas kulit
Kanal auditori menyempit karena kolaps bagian dalam
Lapisan kanal pendengaran menjadi kasar dan kaku
Penurunan lambat dari fungsi sensorineural ; tekhnik komunikasi terganggu
Atrofi membran timpani menyebabkan otosklerosis
Pengumpulan dan penegerasan serumen karena meningkatnya keratin
Terjadinya tinnitus
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
4) Peraba.
Hilangnya sensitifitas ringan karena menurunnya densitas reseptor kutaneous
untuk sensasi sentuhan
Meningkatnya progresivitas batas vibratory, taktil karena perubahan sensitifitas
reseptor korpuskel paccini Kemunduran dalam merasakan sakit.
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. b. Perubahan
Sistem pulmonal pada lansia :
1) Dinding dada : tulangnya mengalami osteoporosis, tulang rawan
mengalami osifikasi sehingga terjadi perubahan bentukdan ukuran
dada dan menyebabkan sudut epigastrik mengecil dan volume rongga
dada mengecil
2) Adanya perubahan bentuk, ukuran dan volume rongga dada akan
merubah mekanika pernapasan menjadi dangkal, timbul keluhan
sesak napas
3) Perubahan struktur anatomik sauran napas akan menimbulkan
penumpukan udara dalam alveolus atau terjadi gangguan
pendistribusian udara dalam karina
4) Otot-otot pernapasan akibat atrofi mengalami kelemahan dan menjadi
kaku
5) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
6) Struktur jaringan parenkim paru : bronkiolus, duktus alveolaris, dan
alveolus membesar secara progresif sehingga terjadi emfisema senilis
7) Struktur kolagen dan elastin dinding saluran napas perifer berkurang
kualitasnya sehingga menyebabkan elastisitas jaringan parenkim paru
mengurang
8) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
9) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,
kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
10) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan
normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
11) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
12) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
13) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya
obstruksi.
c. Perubahan Sistem Cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Elastisitas aorta menurun
3) Ventrikel kiri menebal sehingga menurunnya kekuatan kontraksi
4) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifitasnya
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
6) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
Materi 2
Perubahan Psikologi
Menjadi tua tidak berarti mundur secara psikologis. Daya ingat memang berkurang, sebab
orang lebih memperhatikan hal-hal penting, sedangkan yang kurang penting tidak diingat.
Di luar negeri pernah diadakan percobaan mendirikan universitas yang menerima
mahasiswa yang sudah berusia lanjut. Ternyata banyak orang yang berusia lanjut yang
berhasil. Semangat belajar mereka lebih besar daripada orangorang muda. Hal ini
disebabkan mereka mempunyai pengalaman hidup yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang muda.
Beberapa masalah sosial dan psikologi yang dihadapi pada usia lanjut antara lain :
a. Pensiun
Idealnya, masa pensiun merupakan waktu untuk menikmati hal lain
dalam hidup ini, menjadi santai, melaksanakan cita-cita berkelana, aktif dalam bidang
sosial dan filsafat. Tetapi kadang-kadang dalam kenyataannya pensiun sering diartikan
sebagai ”kehilangan” pekerjaan, penghasilan, kedudukan, jabatan, peran sosial, dan
juga harga diri.
b. Fungsi Mental
Pada umumnya terjadi penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi prises belajar, pemahaman, pengertian, tindakan dan lain-lain menurun,
sehingga perilaku cenderung lebih lambat. Usia senja yang menderita demensia,
perubahan dan penurunan fungsi kognitif akan lebih jelas dan progresif. Fungsi
psikomotor yang meliputi dorongan kehendak/bertindak pada umumnya mulai
melambat sehingga reaksi dan koordinasinya juga menjadi lambat. Sedangkan hal
yang positif yaitu dihormati, dituakan, disegani, lebih bijaksana, lebih hati-hati dalam
tindakan, tempat meminta nasehat. Secara garis besar ada 5 tipe kepribadian pada
usia senja :
1) Tipe Konstruktif : Orang yang sejak muda dapat menerima fakta dan kehidupan,
menjadi tua diterima dengan santai. Mereka memiliki sifat yang toleran dan fleksibel,
sehingga lentur dalam menerima kenyataan misalnya pensiun, kehilangan pasangan
dan sebagainya, mereka nrimo tetapi bukan pasrah.
2) Tipe Dependen : Sifat pasif tak berambisi, optimistik tak dilaksanakan perkawinan
terlambat, didominasi oleh istri. Pada usia senja senang karena pensiun dan santai,
banyak makan dan menikmati hari libur. Tetepi bila mereka kehilangan pasangan
hidupnya merasa kehilangan tempat bergantung yang merupakan masalah besar,
sehingga tidak jarang mereka terus menerus sakit-sakitan dan akhirnya menyusul
pasangannya lebih cepat.
3) Tipe Independen (mandiri): Pada masa mudanya merupakan orang yang aktif dalam
pergaulan sosial, reaksi penyesuaian diri cukup baik dan cenderung menolak tawaran /
bantuan orang lain. Keadaan tersebut cenderung dipertahankan sampai usia senja
sehingga cemas menghadapi masa tua, misalnya cenderung menunda masa pensiun
atau tetap bertahan aktif dalam profesi atau pekerjaannya dan tidak tampak menikmati
masa tuanya.
4) Tipe Bermusuhan : Orang yang cenderung menyalahkan orang lain untuk
kesalahannya, sering mengeluh, agresif, curiga, riwayat pekerjaan tidak tetap, tidak
dapat melihat segi positif pada usia lanjut, takut akan kematian, iri terhadap orang
muda. Sering menunjukkan perilaku yang seoalah-olah mencari ketenangan sebagai
gambaran yang menggambarkan dirinya tidak tenang.
5) Tipe Benci diri : Orang yang kritis terhadao dirinya, tidak berambisi dalam pekerjaan.
Perkawinan kurang bahagia karena banyak menyesali diri, anak serta pasangan
hidupnya, seolaholah masa lalu yang seharusnya diisi dengan segala keinginan sudah
lewat, akhirnya pasrah tetapi tidak ”nrimo”. sehingga banyak mengalami krisis. Takut
akan kematian.
c. Kehilangan pasangan
Kematian pasangannya merupakan stress psikososial yang sangat berat.
d. Fungsi Seksual
Sering menurun karena penyakit fisik seperti jantung koroner, diabetes melitus, artritis.
Akibatnya harus makan obat anti hipertensi, anti diabetika, steroida, obat penenang.
Sebagian usia senja harus menjalani pembedahan seperti prostatektomi.
Menderita vagintis dan malnutrisi.
e. Menemukan Kebahagiaan
Bentuk-bentuk pernyataan kebahagiaan dan kegembiraan yang khas pada masa
muda, tidak lagi mempunyai daya tarik pada masa usia senja. Ada beberapa kegiatan
menarik yang tidak bisa dilaksanakan, misalnya kegiatan yang memerlukan kekuatan
fisik misalnya olah raga atau perjalanan jauh Kebahagiaan di masa lampau sewaktu
masih muda, kini bagi kebanyakan usia senja halhal tersebut hanya menjadi kenangan.
Bagi usia senja, tidaklah menguntungkan untuk bermimpi diluar jangkauannya. Dalam
hidup ini tahap demi tahap orang harus mengembangkan minat pada hal-hal yang
memberikan kegembiraan apabila mau menjadi orang sepenuhnya. Setiap orang harus
menemukan caranya sendiri untuk mendapatkan kebahagiaan di masa tuanya. Bagi
sementara orang bisa terjadi, cuculah yang menjadi sumber kesenangan dan
kepuasan. Orang lain mengembangkan perhatiannya di bidang seni, musik dan buku-
buku
f. Kematangan Iman
Setelah seseorang memasuki usia tua, banyak terjadi persoalanpersoalan mengenai
kesehatan, dorongan seksual, jaminan ekonomi. Hal-hal seperti ini nampak tidak stabil
lagi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Maka tidaklah mengherankan apabila
timbul kebimbangan iman. Orang akan mempunyai problema yang berat, apabila
imannya tidak berkembang matang. Pada usia senja, iman kepada Tuhan Yang Maha
Esa perlu diperdalam dan dimatangkan, agar persoalan-persoalan yang dihadapi tidak
menjadi terlalu berat.
Pada usia senja, seseorang harus dapat menemukan kembali makna hidupnya.
Menemukan kembali makna hidup pada masa senja tergantung pada kesehatan,
kemampuan dan situasi konkrit kehodupan pribadi yang bersangkutan. Bagi beberapa
orang, merawat cucu-cucunya dapat menghilangkan rasa takut dan dapat
mengembalikan kesadaran baru akan tujuan hidup dan kegembiraan di usia senja.
Banyak orang usia senja merasa lebih muda lagi ketika diminta memberi nasihat.
Perasaan berguna dan diperlukan, dapat mengembalikan kepercayaan kepada diri
sendiri yang sudah menipis dan memberikan makna hidup baru dan tujuan hidupnya.
Perubahan dari usia muda menuju usia tua tentu akan terlihat dampaknya, baik secara
fisik maupun psikis. Bagi sebagian orang yang belum siap menjadi tua tentu mengalami
stress dan tingkat kecemasan yang tinggi. Sebab itu perlunya kesiapan yang harus dimiliki
setiap orang. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana sikap dan contoh perubahan
mental pada lansia yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dan juga wawasan agar kita
siap untuk menghadapi tua kelak.
Penyakit ini memang tidak bisa dipungkiri bagi para lansia, salah satu alternatif untuk
menumbuhkan daya ingat lebih tajam dengan banyak latihan dan terapi memori. Hal ini
dapat dilakukan sesuai dengan aturan dan juga petunjuk terapis atau dokter.
Apabila hal ini tidak ditangani dengan sabar dan tekun, maka kasihan para lansia karena
kondisi seperti itu sebetulnya kondisi yang tidak diinginkan oleh mereka. Terapi dan
perawatan yang sungguh penuh dengan kepedulian dan perhatian harus dilakukan untuk
menjaga agar mereka tetap nyaman, tenang dan semangat untuk menjalani hidup.
Materi 4
Perubahan kognitif
Berikut ini perubahan Kognitif pada lansia yaitu sebuah proses menua yang secara sehat
atau normal aging. Pengaruh pada beberapa aspek seperti menurunnya daya ingat,
seperti memori dalam kehidupan sehari – hari. Karena itu mengapa usia tua identik
dengan kepikunan atau lupa akan segala hal. Selain itu juga peran orak sebelah kanan
mengalami kemunduran lebih cepat dibanding dengan otak sebelah kiri.
Fungsi Kognitif
Pada umumnya kognitif pada lansia memiliki beberapa peranan, contohnya dalam
perubahan kognitif pada lansia. Berikut contohnya:
a. Proses penuaan akibat kinerja otak, terdapat adanya perubahan pada otak yang
berhubungan dengan usia. Setiap tahun terjadi pengurangan volume pada masing –
masing area lobus frontalis juga lobus tempora. Hal inilah yang menjadi volume otak
disertai dengan menurunnya fungsi kognitif..
b. Faktor usia, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak terjadi
perubahan pada sistem tubuh dan organnya, salah satunya yaitu penurunan fungsi.
Dalam hal ini pengaruh pada fungsi kognitif yaitu menurunnya kemampuan intelektual,
kemampuan transmisi saraf otak menjadi lambat dan hilangnya memori juga informasi
yang ada.
Materi 5
Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal
pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun
dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya
seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.
Kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang
memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah).
Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu,
baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak
negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak
positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-
kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau
tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi
masingmasing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk
menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk
merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan
pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara
berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.
Materi 6
Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur
dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah
dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih
sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi
akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus
muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-
barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki
keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh
kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak
saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak
dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup sendiri di perantauan, seringkali
menjadi terlantar.
Materi 7
Perubahan aspek spiritual pada lansia
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan masalah-masalah yang terjadi pada lansia
Pokok-pokok materi
1 Menjelaskan Permasalahan Pada Lanjut Usia
2 Menjelaskan Penilaian pada lansia
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2. Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3. Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Permasalahan Pada Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan dialami
oleh setiap manusia. Pada tahap ini manusia mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, dimana terjadi kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Sebagai dampak keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia salah satunya adalah
meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia sehingga populasi lansia juga meningkat.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di Indonesia untuk
wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Menurut Bureau of the Cencus USA (1993),
Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%.
Pasien lanjut usia mempunyai ciri-ciri: memiliki beberapa penyakit kronis/menahun, gejala
penyakitnya tidak khas, fungsi organ yang menurun, tingkat kemandirian berkurang, sering disertai
masalah nutrisi, karena alasan tersebut perawatan pasien geriatri berbeda dengan pasien yang lain.
Permasalahan yang dapat terjadi adalah:
1. Penurunan fungsi
a. Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan
sosial, uang, pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua ini dapat menimbulkan
reaksi yang merugikan. Perasaan aman dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya
terhadap semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani dalam melawan depresi
(Maramis, 2009).
b. Seks pada usia lanjut Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang aktif
sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting juga pada usia lanjut, tetapi sering hal ini
mengakibatkan rasa malu dan bingung pada mereka sendiri dan anak-anak mereka yang
menganggap seks pada usia 19 lanjut sebagai tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa
muda mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif, pada usia lanjut masih juga demikian,
biarpun sudah berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan habis sama sekali
(Maramis, 2009). Memang terdapat beberapa perubahan khusus mengenai seks. Pada wanita
karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah dada, klitoris dan vagina lebih
terbatas. Aktivitas sekretoris dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria untuk mencapai
ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin tidak akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk
melakukan koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada kedua seks, semua fase
eksitasi menjadi lebih panjang, akan tetapi meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai
orgasme dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan pasangan (Maramis,
2009).
c. Penurunan fungsi kognitif
Setiati, Harimurti & Roosheroe (2009) menyebutkan adanya perubahan kognitif yang terjadi pada
lansia, meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual, berkurangnya
efisiensi tranmisi saraf di otak menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi
hilang selama transmisi, berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan
mengambil informasi dari memori, serta kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Penurunan 20 menyeluruh
pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam
kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi.
d. Kejadian Jatuh
Pada usia lanjut, kejadian jatuh merupakan permasalahan yang sering dihadapi, dikarenakan
lansia mengalami penurunan fungsi tubuh yang meningkatkan kejadian jatuh. Kejadian jatuh
pada lansia dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan psikologis.
Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuhadalah patah tulang panggul. Dampak
psikologs adalah walaupu cedera fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jauh
lagi dapat memiliki banyak konsekuen termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,
pembatasan dalam aktivitas sehari-hari dan fobia jatuh (Stanley, 2006).
2. Penyakit
Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang
sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya yaitu :
Isolation (Depression)
o Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia adalah
kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.
o Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan, menyebabkan dirinya
terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa
direpotkan menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan.
Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40-70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap, pembauan, sulit
mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan
makan sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
3. Polifarmasi
Polifarmasi adalah penggunaan beberapa obat. Tidak ada jumlah pasti obat yang dikonsumsi untuk
mendefinisikan polifarmasi, mayoritas menggunakan 3 sampai 5 obat dalam satu resep obat.
Polifarmasi biasanya terjadi pada lanjut usia yang memiliki banyak masalah kesehatan yang
memerlukan terapi obat-obatan yang beragam. Polifarmasi menjadi masalah bagi lansia
dikarenakan sering terjadinya interaksi antar obat yang digunakan. Interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetik dan farmakodinamik dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang
berinteraksi. Interaksi obat dapat mengakibatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat
yang dikonsumsi (Restuadhi, 2011).
Materi 2
Penilaian Pada Lansia
Secara garis besar penilaian ada lansia meliputi penilaian kondisi medis, fungsional, psikologis dan
status sosial. Penilaian pada lansia bertujuan untuk menentukan kemampuan medis, psikologis dan
fungsional dari orang tua yang lemah dalam rangka untuk mengembangkan rencana yang terpadu
untuk pengobatan dan tindak lanjut jangka panjang (Rakel et al, 2011).
a. Penilaian Kondisi Medis
Penilaian medis pada lansia meliputi penilaian riwayat penyakit dahulu maupun riwayat penyakit
sekarang dan mengevaluasi status gizi lansia. Penilaian terhadap riwayat penyakit lansia yang
terdahulu diharapkan dapat mempermudah untuk mengetahui faktor risiko yang dapat
menyebabkan penurunan kondisi medis lansia dimasa sekarang. Secara garis besar terdapat
empat faktor risiko yang dapat menurunkan kondisi medis lansia dimasa tuanya dan harus
menjadi fokus penilaian kondisi medis, yaitu usia dari lansia, gangguan fungsi kognitif, gangguan
fungsi dasar dan gangguan mobilitas. Keempat faktor risiko tersebut dapat menimbulkan sindrom
geriatri, diantaranya ulkus, inkontinensia, peningkatan terjadinya jatuh pada lansia, penurunan
fungsi dan penurunan kesadaran (delirium) (Rakel et al, 2011).
b. Penilaian Fungsional Lansia
Penilaian fungsional pada lansia terfokuskan pada penilaian kemampuan lansia dalam
menjalankan aktivitas sehari hari (activities of daily living) serta berfungsi untuk mengetahui
faktor risiko yang menyebabkan jatuhnya lansia. Terdapat beberapa penilaian dasar ADLs
diantaranya adalah penilaian dalam kemampuan makan, berpakaian, mandi, berpindah tempat
serta kemampuan dalam buang air kecil dan buang air besar. Selain instrumen ADLs, terdapat
juga instrumen lain yang bisa menilai kemampuan lansia dalam menjalankan aktivitas, yaitu
instrumen Katz. Penilaian instrumen Katz terdiri dari penilaian kemampuan berbelanja, mengatur
keuangan, mengemudi, menggunakan telfon, membersihkan rumah, mencuci dan mengatasi
kondisi medis (Rakel et al, 2011).
c. Penilaian Psikologi
Penilaian yang dilakukan terkait permasalahn psikologi adalah penilaian terhadap gangguan
fungsi kognitif dan penilaian terkait depresi pada lansia. Instrumen yang digunakan dalam menilai
kemampuan fungsi kognitif lansia bisa menggunakan MMSE (Mini Mental Score Examination)
atau dengan menggunakan instrumen MoCA (Montreal Cognitive Assesment). Untuk mendeteksi
adanya gangguan depresi pada lansia, instrumen yang biasanya digunakan adalah Geriatric
Depression Scale-15 (GDS-15) (Rakel et al, 2011).
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan Terapi aktifitas kelompok pada lansia
Pokok-pokok materi
1. Menjelaskan terapi aktifitas kelompok
2. Menjelaskan perkembangan kelompok
3. Menjelaskan Prinsip dan jenis Terapi Aktifitas kelompok
4. Menjelaskan Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2. Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3. Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Terapi aktifitas kelompok
6. Peran Kelompok
Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi
kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu (Beme & Sheats,
1948 dalam Stuart & Laraia, 2001) maintenance roles, task roles, dan individual role.
Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task
roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual roles adalah selfcentered dan distraksi
pada kelompok.
8. Norma Kelompok
Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku
kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.
Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui 26 pengaruhnya terhadap
komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan
norma kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak
mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.
9. Kekohesifan
Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini
memengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat
anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan
kelompok dapat dipertahankan. Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar
kekohesifan kelompok dapat terwujud, seperti mendorong anggota kelompok bicara satu sama
lain, diskusi dengan kata-kata "kita", menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu
anggota kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara. Kekohesifan perlu diukur melalui
seberapa sering antar anggota memberi pujian dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain.
Materi 2
Perkembangan Kelompok
Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan kembang. Pemimpin
akan mengembangkan kelompok melalui empat fase, yaitu (Stuart & Laraia, 2001): fase pra-
kelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok.
1) Fase Pra kelompok
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah tujuan dan kelompok.
Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan
kelompok untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan
pelaksanaan kegiatan kelompok.
Garis besar isi proposal adalah: daftar tujuan umum dan khusus; daftar pemimpin kelompok
disertai keahliannya; daftar kerangka teoretis yang akan digunakan pemimpin untuk mencapai
tujuan; daftar kriteria anggota kelompok; uraian proses seleksi anggota kelompok; uraian struktur
kelompok: tempat sesi, waktu sesi, jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota yang
diharapkan dan perilaku pemimpin yang diharapkan; uraian tentang proses evaluasi anggota
kelompok dan kelompok; uraian alat dan sumber yang dibutuhkan; jika perlu, uraian dana yang
dibutuhkan. Proposal dapat pula berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan
kelompok.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran yang baru. Yalom
(1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik,
dan kohesif.
10. Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan. Pemimpin
kelompok mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang terdiri
dari tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan komunikasi,
misalnya hanya satu orang yang bicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa memiliki, atau
kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
b) Tahap konflik Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian ingin
pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih mengarahkan, atau
sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin. Adapula anggota yang netral dan dapat
membantu menyelesaian konflik peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan,
baik antaranggota kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini.
Pemimpin perlu memfasilitasi tingkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu
kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti
menuduh anggota tertentu sebagai penyebab konflik.
c) Tahap kohesif Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu
sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan. Pada tahap ini, anggota
kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain.
Pemimpin tetap berupaya memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok belajar bahwa
perbedaan tidak perlu ditakutkan. Mereka belajar persamaan dan perbedaan, anggota
kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang menjadi suatu realitas.
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja keras, tetapi menyenangkan
bagi anggota dan pemimpin kelompok. Kelompok menjadi stabil dan realistis. Kekuatan terapeutik
dapat tampak seperti dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan Laraia (2001),
yaitu 11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi harapan, kesamaan, altruisme, koreksi
pengalaman, pengembangan teknik interaksi sosial, peniruan perilaku, belajar hubungan
interpersonal, faktor eksistensi, katarsis, dan kekohesifan kelompok.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan tetap menjaga kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Serta mengurangi dampak dan faktor apa saja yang dapat mengurangi
produktivitas kelompok. Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan. Beberapa problem
yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-desclosure, dan resistance. Beberapa anggota
kelompok menjadi sangat akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi
kerahasiaan karena keterbukaan yang tinggi, dan keengganan berubah perlu didefinisikan pemimpin
kelompok agar segera melakukan strukturisasi. Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari
produktivitas dan kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada kondisi
ini kelompok segera masuk ke fase berikut, yaitu perpisahan.
4) Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena anggota
kelompok atau pimpinan kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada
jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu. Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan
instrumen evaluasi kemampuan individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada
akhir setiap sesi atau beberapa yang merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian tertentu.
Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman kelompok akan digunakan
secara individual pada kehidupan sehari-hari. Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan
proses yang terjadi berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan implementasi tindakan
keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih pada klien di luar sesi
Materi 3
Prinsip dan jenis Terapi Aktifitas kelompok
3. Jenis kelamin
Pengalaman terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien dengan gejala sama, biasanya
laki-laki akan lebih mendominasi daripada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
4. Kelompok umur hampir sama Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi
antar klien.
5. Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi Jika terlalu banyak peserta, maka tujuan
terapi akan sulit tercapai karena akan terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada klien. Bila
terlalu sedikitpun terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuannya sulit tercapai.
1. sebagai Leader
Tugasnya:
a. Menyusun rencana pembuatan proposal
b. Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
c. Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
d. Membuka aktifitas kelompok
e. Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
f. Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi lainnya untuk memperkena
l kan diri
g. Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
h. Membacakan tata tertib
2. Co-leader
Tugasnya:
a. Membantu leader mengorganisasi anggota
b. Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
c. Menggerakkan anggota kelompok
d. Membacakan aturan main
3. Sebagai fasilitator
Tugasnya :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
b. Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
4. Sebagai observer
Tugasnya :
a. Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan, proses dan penutup.
b. Mencari serta mengarahkan respon klien
c. Mencatat semua proses yang terjadi
d. Memberi umpan balik pada kelompok
e. Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
f. Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
g. Membacakan kontrak waktu
5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksana
Ringkasan
Terapi Aktifitas Kelompok sangat dibutuhkan bagi lansia karena dapat mempertahankan kemampuan
stimulasi persepsi lansia, mempertahankan kemampuan stimulasi sensori lansia, mempertahankan ke
mampuan orientasi realitas lansia dan mempertahankan kemampuan sosialisasi lansia.
Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok bagi lansia yaitu agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui,
dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain, membantu anggota kelompok berhubu
ngan dengan yang lain, serta merubah perilaku yang destruktif dan mal adaptif dan Sebagai tempat
untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satu sama lain untuk menemukan cara menyelesai
kan masalah.
Kegiatan Belajar 6
Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada lansia
Tujuan Pembelajaran
Anda mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan pada lansia
Pokok-pokok materi
1 Menjelaskan pengkajian pada kelompok
2 Menjelaskan diagnosis keperawatan pada lansia
3 Menjelaskan intervensi keperawatan pada lansia
4 Menjelaskan implementasi keperawatan pada lansia
5 Menjelaskan evaluasi keperawatan pada lansia
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pelajari materi ini sebelum perkuliahan
2. Apabila anda kurang mengerti tanyakan kepada dosen
3. Belajarlah sesuai dengan tahapannya
Materi 1
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah tahap pertama dari proses keperawatan. Tahap ini
adalah tahap penting dalam rangkaian proses keperawatan. Pada tahap pengkajian akan
didapatkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan masalah
keperawatan pada lansia. Keberhasilan dalam melakukan pengkajian keperawatan merupakan hal
penting untuk tahapan proses keperawatan selanjutnya.
1. IDENTITAS KLIEN :
Nama : ...................................................................................................................................
Umur : ...................................................................................................................................
Agama : ...................................................................................................................................
Alamat asal : ...................................................................................................................................
Tanggal datang : .......................................... Lama Tinggal di Panti ...................................................
2. DATA KELUARGA :
Nama : ..................................................................................................................................
Hubungan : ..................................................................................................................................
Pekerjaan : ..................................................................................................................................
Alamat : ...................................................................Telp : ...................................................
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Obat-obatan:
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : ..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan penglihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : ....................................................................................................................
...................................................................................................................
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : ..........................................................................................
KETERANGAN : ..........................................................................................
..........................................................................................
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Pola sikat gigi : ........................................................................................................
KETERANGAN : ........................................................................................................
........................................................................................................
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
KETERANGAN : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu makan :
Massa :
Jaundice :
Perubahan pola BAB :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Frekuensi : .......................................................................................................
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : ...........................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Reproduksi (perempuan)
Lesi :
Discharge :
Postcoital bleeding :
Nyeri pelvis :
Prolap :
Riwayat menstruasi : ..............................................................................................
Aktifitas seksual :
Pap smear :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
Masalah gaya berjalan :
Nyeri punggung :
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : ..................................................................................................
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
................................................................................................................
Hambatan
:................................................................................................................
..................................................................................................................
KETERANGAN :............................................................................................................................
...........................................................................................................................................................
6. LINGKUNGAN :
Kamar
:..........................................................................................................................................
Kamar mandi
:...............................................................................................................................
Dalam rumah.wisma
:...................................................................................................................
Luar rumah
:.................................................................................................................................
Kategori :
Mandiri =72 - 90
Ketergantungan parsial = 54-71
Ketergantungan total = 35-53
2. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Total nilai 30
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :…………………………………………………………………………………..
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet: 2007:
Podsiadlo & Richardson:1991).
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan sesuatu hal 1 0
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing,
2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
No Indikators score Pemeriksaan
1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan jumlah 2
dan jenis makanan yang dikonsumsi
2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3
3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2
4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman beralkohol 2
setiap harinya
5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak dapat 2
makan makanan yang keras
6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4
7. Lebih sering makan sendirian 1
8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali atau 1
lebih setiap harinya
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk belanja, 2
memasak atau makan sendiri
Total score
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory Gerontological
Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
Materi 2
Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik
Diagnosis Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpukan tentang
lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah lansia, dan penarikan
kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat. Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dari proses
keperawatan setelah dilakukannya pengakajian keperawatan.
Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya: tipe aktual, risiko, kemungkinan, sehat dan
sejahtera (welfare),dan sindrom.
1. Diagnosis keperawatan aktual
Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual) adalah clinical judgment yang menggambarkan
respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik pada
individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok
data yang saling berhubungan.
Contoh :
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) gangguan pola nafas,
3) gangguan pola tidur,
4) disfungsi proses keluarga,
5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
Contoh:
1) Sindrom kelelahan lansia,
2) Sindrom tidak berguna,
3) Sindrom post trauma,
4) Sindrom kekerasan.
Materi 3
Perencanaan Keperawatan Gerontik
Perencanaan Keperawatan Gerontik ini merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan.
Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran
dari tenaga kesehatan lainnya. Pengetahuan dan keterampilan lain yang harus dimiliki perawat
adalah kemampuan memecahkan masalah, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan
menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi
tujuan, menulis intruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan
perangkat kesehatan lain.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang merupakan gambaran
faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Kriteria hasil ini digunakan
dalam membuat pertimbangan dengan cirri-ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan
dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan sebelumnya memungkinkan dicapai,
setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin untuk
memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya dapat dilihat, didengar
dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Contoh: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada lansia teratasi dengan kriteria hasil
berat badan seimbang, porsi makan habis; setelah dilaksanakan asuhan keperawatan selama 7
hari,
Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun rencana tindakan.
Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan yang lazim terjadi pada
lansia.
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan susah buang air
besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Rencana makanan untuk lansia :
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan,
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin,
3) Berikan makanan yang mengandung serat,
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori,
5) Batasi minum kopi dan teh.
g. Masalah cemas
Rencana tindakan yang dilakukan adalah
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya cemas,
2) Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi ketakutan,
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
4) Latih klien untuk teknik relaksasi.
Materi 4
Pelaksanaan Keperawatan Gerontik
Pelaksanaan tindakan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam
rencana tindakan keperawatan. Tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia.
Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar mampu mandiri
dan produktif. Pelaksanaan yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah katagori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
dipekirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun
demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian (Potter & Perry, 2005).
Materi 5
Evaluasi Keperawatan Gerontik
Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan gerontik. Penilaian yang
dilakukan dengan membandingkan kondisi lansia dengan tujuan yang ditetapkan pada rencana.
Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan dengan melibatkan lansia dan tenaga kesehatan lainnya.
Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2003),
terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan
keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan
administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal
perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku lansia merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi
hasil/sumatif: menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku
lansia setelah semua tindakan keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP
(Subjektive-Objektive-Assesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia setelah tindakan
diberikan.
O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
tidak teratasi.
P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis.
Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2003. Fundamental of nursing: Human health ang function. (4th ed.),
Philadelphia: Lippincott.
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:
Sagung seto
NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing Diagnosis, Definition dan
Classification 2015-2017. Pondicherry, India.
Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC, NOC, Dilengkapi
dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8