Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mela Septiani

NIM : 061911535030
Vaksin dan Antiviral
Vaksin adalah bahan antigenik yang dirangsang untuk menghasilkan kekebalan tubuh.
Upaya pengebalan, imunisasi atu vaksinasi dibagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif. Vaksinasi
aktif dibadi menjadi vaksin aktif yang mengandung virus infektif dan vaksin inaktif yang
mengandung virus non infektif. Sedangkan vaksinasi pasif bisa disebut antiserum atau antibody.
Vaksin aktif maupun inaktif dalam host mempengaruhi respon imun yang dapat berupa humoral
immunity atau cell- mediated immunity yang keduanya akan menghasilkan kekebalan pada host.
Humoral immunity difasilitasi oleh antibody sedangkan cell- mediated immunity tidak melibatkan
antibody melainkan sel yang bisa berupa sel fagosit, limfosit T maupun spisifik agen.
Vaksin aktif mengandung virus yang infektif yang dibuat dari virus hidup dengan virulensi
rendah. Pemberian dapat dilakukan melalui mokosa dan parenteral. Virulensi rendah dapat
dibedakan menjadi dua strain yaitu lapangan dan atenuasi atau yang dilemahkan dengan cara
metode atenuasi klasik maupun dengan teknologi rekomendasi DNA. Tujuan atenuasi sendiri
adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat
ringan. Diperoleh dengan memodifikasi kondisi tempat tumbuh mikroorganisme. Contoh vaksin
lapangan yaitu New Castle Disease dan Avian Influenza sedangkan virus atenuasi contohnya rabies
dan cacar.
Vaksin inaktif atau killed vaccine mengandung virus non-infektif atau mati yang bisa
berasal dari starin virulensi rendah maupun tinggi. Vaksin ini sudah dimatikan dengan suhu, radiasi
atau bahan kimia. Pemberian vaksin ini harus lewat parenteral. Akan tetapi vaksin iki
menghasilkan kekebalan tubuh yang lemah namun keamanan terjamin karena tidak akan terkena
resiko terinfeksi.
Vaksin rekombinan yang mengandung virus dengan virulensi rendah yang kemudian
dilakukan rekomendasi DNA. Gen yang diinginkan diekspresikan lewat vektor plasmid, ragi,
bakteriofag, dan adenovirus. Contohnya gen plasmid virus yang diambil dan dimasukkan ke E.
coli. Setelah itu E. coli memiliki gen dari virus tersebut. Setelah mendapat DNA yang diinginkan
maka akan dapat melawan infeksi.
Vaksin DNA, mengandung DNA yang mengkode antigen yang meniru patgogen untuk
mengaktifkan respon imun inang atau secara langsung mengkode antibodi terhadap virus tertentu.
Diberikan lewat enkapsulasi DNA dalam pembawa protein. Vaksin akan mencapai organ target
dan menghapus kapsul protein dan melepaskan DNA. Setelah itu DNA akan bertranksrpsi dan
translasi menggunakan mekanisme seluler inanng untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan.
Vaksin Sub- unit, vaksinasi dengan antigen spesifik yang dibuat dengan bagian tertentu
dari virus yang kemudian ditempelkan pada suatu carrier. Proteksi yang dihasilkan dapat optimal.
Sudah melalui uji pada hewan coba. Akan tetapi vaksin jenis ini lebih mahal
Adjuvant adalah zat kimia yang ditambahkan ke vaksin untuk meningkatkan respon
kekebalan tubuh. Ada adjuvant imunomodulator seperti Freund’s adjuvant. Mensuspensi vaksin
ke dalam butiran minyak mineral yang akan terlepas setelah proses injeksi. Selain itu ada adjuvant
pembentuk depo seperti Alumunium Hydroxide dan phosphate yang berikatan dengan protein.
Ikatannya menyebabkan endapan atau presipitasi. Zat ini akan terlarut perlahan setelah vaksin
disuntikkan.
Syarat vaksin yang baik diantaranya, aman bagi hewan, menimbulkan kekebalan yang
baik, masa kekebalan lama, mudah dalam pengaplikasian, stabil dalam penyimpanan, murah dan
tidak muncul efek samping.
Antiviral drug diberikan pada saat awal infeksi. Mekanismenya dengan menghambat
pertumbuhan atau replikasi virus atau dengan memberikan efek pada sala satu tahap biosintesa
replikasi virua yaitu pada penetrasi, sintesa protein dan tahan rilis. Contohnya virus herpes yang
memiliki obat antiviral vidarabine dengan tipe nukleosid analog dengan target enzim polymerase
virus. Selain itu ada acyclovir, gancyclovir, ribavirin dan antiviral drug lainnya yang kerjanya
spesifik terhadap virus tertentu dengan tipe dan terget yang spesifik pula.
Cara kerja dari antiviral drug pada influenza yaitu. Virus menempel ke reseptor sel,
kemudian masuk ke sel dan terjadi proses replikasi virus. Kemudian terjadi proses pelepasan virus.
Antiviral drug Oseltamivir ini akan bekerja untuk mencegah salah satu proses tadi yang akan
menyebabkan virus cacat sehingga tidak terbentuk virus baru. Kerjanya sama dengan antibody anti
NA. Sedangkan obat amantadine menghambat proses attachment sehingga virus akan mati dan
menjadi parasite intra seluler. Kerjanya sama dengan antibody anti HA.

Anda mungkin juga menyukai