Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PENELITIAN

STATUS HEMATOLOGI PENDERITA


MALARIA SEREBRAL
Nurhayati

Parasitologi FK UNAND
E-mail: nurhayatikaidir@yahoo.co.id

Abstrak
Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia.
Berdasarkan klasifikasi klinis, malaria dibedakan atas malaria berat dan malaria
tanpa komplikasi. Malaria serebral merupakan komplikasi terberat dari malaria
falsiparum.
Telah dilakukan penelitian seksi silang terhadap penderita malaria falciparum
yang dirawat inap di Bangsal Penyakit Dalam RS. Perjan. Dr. M. Djamil Padang
dari bulan Juni 2002 sampai Juni 2006. Pada penelitian ini didapatkan jumlah
sampel sebanyak 60 orang, terdiri dari 16 orang penderita malaria serebral dan 44
orang penderita malaria tanpa komplikasi.
Data penelitian menunjukan terdapat perbedaan bermakna nilai hematokrit
(p<0,05) dan jumlah leukosit (p<0,05) antara penderita malaria serebral dengan
penderita malaria tanpa komplikasi. Dan terdapat korelasi positif antara nilai
hemoglobin dengan hematokrit (r=0,864; p<0,05) pada penderita malaria
falsiparum.
Kata kunci: malaria serebral, malaria tanpa komplikasi, malaria falsiparum

Abstract
Malaria is still a problem of health of world society. Based on the clinical
classification, are distinguished on severe malaria and uncomplicated malaria.
Cerebral malaria is the worst complication of falciparum malaria. Cross section of
the research done at the Hospital Dr. M. Djamil Padang againts medical record of
malaria patients who are hospitalized in the Internal Medicine from June 2002
until June 2004. In this study, a total sample of 60 people, consisting of 16
cerebral malaria and 44 uncomplicated malaria. Data showed there were
significant differences for hematocrit values (p <0.05) and total leukocytes values
(p <0.05) between cerebral malaria and uncomplicated malaria patients. There is a
positive correlation between hemoglobin with hematocrit values (r = 0.864; p
<0.05) of falciparum malaria patients. Keywords: cerebral malaria,
uncomplicated malaria, falciparum malaria
48
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.33. Januari-Juni 2009 49
adalah ketepatan diagnosis dan
PENDAHULUAN pengobatannya. Kendala yang dihadapi
Malaria merupakan penyakit dalam mendiagnosis secara tepat adalah
tropis yang disebabkan oleh parasit tidak spesifiknya gejala klinik malaria
Plasmodium dan ditularkan melalui falciparum sebagai penyebab malaria
(6)
gigitan nyamuk. Diperkirakan 300-500 serebral. Pemeriksaan laboratorium
juta penduduk dunia terinfeksi malaria akhirnya menjadi pilihan utama untuk
dan 1,5-2,7 juta diantaranya meninggal diagnosis malaria. Pemeriksaan
setiap tahun.(1) laboratorium tersebut diantaranya
Di Indonesia penyakit ini adalah pemeriksaan hematologi.
ditemukan tersebar di seluruh Dengan mengetahui informasi status
kepulauan Nusantara. Pada tahun 2003 hematologi malaria serebral dan
malaria sudah tersebar di 6.053 desa membandingkan dengan status
pada 226 kabupaten di 30 propinsi.(2) hematologi maria tanpa komplikasi
Berdasarkan data Dinas Kesehatan maka diharapkan dapat diprediksi lebih
Sumatera Barat, jika dilihat dari Annual awal perjalanan penyakit malaria
Malaria Inciden (AMI), kasus malaria serebral dan melakukan penanganan
tahun 2006 sekitar 0,47 per 1000 yang tepat sehingga angka mortalitas
penduduk, tahun 2007 meningkat dan morbiditas malaria serebral dapat
menjadi 1,77 per 1000 penduduk.(3) dite-
Ada empat spesies parasit penyebab kan. (7)

malaria, yaitu Plasmodium falciparum, Tujuan penelitian ini adalah


Plasmodium vivax, P. Ovale, dan P. untuk mengetahui perbedaan status
Malariae. Diantara ke empat spesies hematologi antara malaria serebral dan
tersebut, Plasmodium falciparum malaria tanpa komplikasi.
merupakan spesies yang dominan dan
paling berbahaya karena dapat berlanjut METODE PENELITIAN
menjadi malaria serebral dan Penelitian dilakukan secara
menyebabkan kematian. Penelitian cross sectional study berdasarkan data
yang dilakukan oleh Acang di RS Dr sekunder penderita malaria yang
M. Djamil Padang, dari 75 penderita dirawat di Bangsal Penyakit Dalam RS.
malaria falciparum ditemukan 9,4% Perjan Dr. M. Djamil Padang dari Juni
penderita malaria berat.(4) 2002 sampai Juni 2006 dengan kriteria
Malaria serebral inklusi malaria falciparum dengan
merupakan komplikasi terberat malaria status medik yang lengkap. Kriteria
falciparum dengan angka mortalitas ekslusi adalah penderita malaria dengan
tertinggi di dunia, yaitu 20-50%. (5) mix infection (P. falciparum dengan
Penelitian di Indonesia mendapatkan spesies lain) atau mendapat terapi
angka mortalitas 21,5%-30,5%. imunosupresif.
Tingginya mortalitas dipengaruhi oleh Dilakukan pencatatan terhadap umur
prosedur penanganan malaria serebral penderita, jenis kelamin, lamanya
yang dimulai dari ketepatan diagnosis demam sebelum masuk rumah sakit,
dan pengobatannya serta riwayat terapi sebelumnya, diagnosis
fasilitas kesehatan. (6) klinis, status hematologi yang meliputi
Salah satu upaya untuk Leukosit (leukosit/mm3), nilai
menekan tingkat mortalitas dan Hemoglobin (mg/dl), dan nilai
morbiditas malaria serebral Hematokrit (%) serta status parasitologi
yang meliputi jenis Plasmodium, dan jumlah parasit permikroliter darah.
Status

Nurhayati, Status Hematologi Penderita Malaria Serebral 50

Parasitologi adalah hasil hitung Jumlah kelompok malaria serebral dan


Parasit (parasit/mm3) yang diperiksa kelompok malaria tanpa komplikasi
untuk pertama kali dalam 48 jam Analisis statistik menggunakan
kedatangan pasien. tabel distribusi frekuensi , dengan uji
Status parasitologi yang diteliti kai kuadrat untuk data kategorik dan t
pada penelitian ini adalah jumlah test untuk data numerik, dengan tingkat
hitung parasit /mm3 darah pada sediaan kemaknaan p < 0,05.
darah tebal atau sediaan darah tipis dari
hasil pemeriksaan Laboratorium HASIL PENELITIAN
Parasitologi Fakultas Kedokteran Jumlah sampel yang didapatkan yang
UNAND. Data status hematologi sesuai dengan kriteria penelitian
merupakan hasil pemeriksaan Instalasi sebanyak 60 orang. Dari 60 orang
Laboratorium Klinik RS Perjan Dr. M. sampel, 16 orang penderita malaria
Djamil Padang serebral dan 44 orang penderita malaria
Sampel penelitian dikelompokkan tanpa komplikasi.
menjadi dua kelompok yaitu

Karakteristik Penderita Malaria


Tabel 1. Karakteristik Penderita Malaria

Karakteristik Kelompok Sampel


Malaria Malaria p
Serebral tanpa
komplikasi
Jenis Kelamin

Laki-laki 8 23 1
Perempuan 8 21

Umur 34+ 12,91 34,7+ 12,91 0,694

9,69 +6,935 10,27+7,866 0,993


Lama demam
(hari)

Dari tabel 1 dapat dilihat, 16 orang penderita malaria serebral, 8 orang


diantaranya adalah laki-laki (50%) dan 8 orang (50%) perempuan. Pada
penderita malaria tanpa komplikasi ditemukan 23 orang (52,27%) laki-
laki dan 21 orang (47,73%) perempuan dari 44 orang penderita malaria
tanpa komplikasi. Dengan uji Kai Kuadrat memperlihatkan tidak ada
perbedaan bermakna jenis kelamin antara malaria
Nurhayati, Status Hematologi Penderita Malaria Serebral 48

serebral dengan malaria tanpa Lamanya penderita demam


komplikasi p =1. sebelum datang ke rumah sakit pada
Pada kelompok malaria serebral penderita malaria serebral antara 2
usia rata-rata 34 + 12,91 dengan variasi sampai 28 hari dengan rata-rata 9,69 +
usia 9 sampai 62 tahun. Sedangkan 6,93 dan pada penderita malaria tanpa
kelompok malaria tanpa komplikasi komplikasi antara 1 sampai 28 hari
usia rata-rata 24,7 + 15,88, dengan dengan rara-rata 10,27 + 7,86. Uji Man
variasi usia antara 13 sampai 72 tahun, Whitney memperlihatkan tidak ada
tidak ada perbedaan yang bermakna perbedaan bermakna lamanya demam
usia penderita antara malaria serebral sebelum datang ke rumah sakit antara
dan malaria tanpa komplikasi. malaria serebral dengan malaria tanpa
Pada tabel 2 juga dapat dilihat bahwa
Nilai Hemoglobin adanya hubungan antara jumlah
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak leukosit dengan kejadian malaria
ada perbedaan yang bermakna nilai Hb serebral p = 0,00. Penderita malaria
antara malaria serebral dengan malaria serebral lebih cenderung mengalami
tanpa komplikasi p = 0,128. leukositosis (jumlah leukosit >
10.000/m3) dibanding malaria tanpa
Nilai Hematokrit
komplikasi. Penderita malaria serebral
Nilai hematokrit malaria
yang mengalami leukositosis berjumlah
serebral seperti yang dapat dilihat pada
10 orang (62,5%) dari 16 orang
tabel 2 lebih rendah daripada nilai
komplikasi.

Status Hematologi
Tabel. 2. Nilai Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit Kelompok Malaria Serebral
dan Malaria tanpa komplikasi

Malaria Serebral Malaria tanpa


Variabel komplikasi p
N Re- rata SD N Re- rata SD

Nilai Hb 16 10,944 2,928 44 12,300 2,284 0,128


(mg/dl)
Nilai Ht (%) 16 30,63 9,858 44 36,77 6,911 0,043
Jumlah 16 12.443,75 6.898,113 44 6.192,05 2.450,817 0,000
Leukosit/
mm3
hematokrit malaria tanpa komplikasi. penderita malaria serebral sementara
penderita malaria tanpa komplikasi
Jumlah Leukosit
yang mengalami leukositosis sebanyak
Berdasarkan uji statistik seperti yang
3 orang (6,8%) dari 44 orang penderita
terlihat pada tabel 2 terdapat perbedaan
malaria tanpa komplikasi.
yang bermakna jumlah leukosit antara
malaria serebral dengan malaria tanpa
komplikasi. Jumlah leukosit malaria
serebral cenderung lebih tinggi dari
pada jumlah leukosit malaria tanpa
komplikasi.
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.33. Januari-Juni 2009 49

Tabel 3. Distribusi Penderita Malaria Menurut Jumlah Leukosit

Jenis Malaria
Malaria
Malaria tanpa Jumlah
Serebral komplikasi
Jumlah <5000 0 15 15
Leukosit/ 5000-10.000 6 26 32
mm3 >10.000 10 3 13
Jumlah 16 44 60
p=0,00

Status Parasitologi
Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan jumlah hitung parasit/ mm3
darah antara malaria serebral dengan
malaria tanpa komplikasi dapat dilihat
pada tabel 3.

Tabel 4. Jumlah Parasit Pada Kelompok Malaria Serebral dan Malaria Tanpa
Komplikasi

Variabel Malaria Serebral Malaria tanpa p


komplikasi
N Re- rata SD N Re- rata SD

Jumlah 16 24.370,00 87043,371 44 2.079,55 6166,385 0,338


Parasit/ µl
darah

Berdasarkan data pada tabel 4 Hubungan Status Hematologi dan


dapat diketahui bahwa tidak terdapat Parasitologi
perbedaan yang bermakna Uji kolerasi Pearson digunakan
jumlah parasit antara malaria untuk mengetahui saling hubungan
serebral dengan malaria ringan p = antara variabel nilai hemoglobin,
0,338. nilai hematokrit, jumlah leukosit dan
jumlah parasit. Dari data pada tabel
5 terdapat korelasi bermakna antara
nilai Hb dengan nilai Ht dimana
korelasinya adalah positif, dengan r
= 0,864 dan p = 0,00.
Nurhayati, Status Hematologi Penderita Malaria Serebral 50

Jumlah leukosit dan Jumlah Parasit Penderita


Tabel 5 Korelasi Nilai Hb, Nilai Ht,
Malaria Falsiparum

Hemoglobin Hema- Leukosit Parasit


tokrit
Hemoglobin Korelasi 0,864 0,177 0,098
Pearson
p 0,00 0,177 0,457

Hematokrit Korelasi 0,864 0,200 0,083


Pearson
p 0,00 0,125 0,529

Leukosit Korelasi 0,177 0,200 0,115


Pearson
p 0,177 0,125 0,382

Parasit Korelasi 0,098 0,083 0,115


Pearson
p 0,457 0,529 0,382

sebelum adanya komplikasi tentu


PEMBAHASAN berkaitan dengan status imunitas
Pada pelitian ini usia penderita malaria.
penderita malaria berkisar antara 9 Pada penelitian ini, lamanya
sampai 72 tahun, tidak terdapat demam sebelum pasien datang ke
perbedaan usia antara penderita rumah sakit antara malaria serebral
malaria serebral dengan malaria dengan malaria tanpa komplikasi
tanpa komplikasi. Menurut Langi,(8) tidak berbeda bermakna, meskipun
kejadian malaria serebral lebih rata-rata lamanya deman sebelum
dominan pada usia antara 3 sampai 4 datang kerumah sakit pada penderita
tahun. Pada usia diatas 4 tahun malaria serebral lebih singkat
kejadian malaria serebral tidak dibanding dengan penderita malaria
dipengaruhi oleh usia penderita. tanpa komplikasi.
Dengan demikian untuk kelompok Pada penelitian ini,
usia antara 9 sampai 72 tahun, faktor perbandingan antara laki-laki dan
usia tidak mempengaruhi penderita perempuan pada malaria serebral
malaria jatuh ke malaria serebral. adalah 1 : 1 dan pada penderita
Status imunitas penderita malaria tanpa komplikasi adalah
malaria berperan penting untuk 23:12. Kejadian malaria serebral
terjadinya komplikasi malaria. pada laki-laki dan perempuan adalah
Penderita malaria dengan imunitas sama, sedangkan pada malaria tanpa
yang rendah cenderung mempunyai komplikasi lebih banyak lakilaki,
masa inkubasi yang singkat.(1) Oleh meskipun secara statistik tidak
karena itu, lamanya demam yang terdapat perbedaan yang bermakna
diderita penderita malaria serebral jenis kelamin antara malaria serebral
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.33. Januari-Juni 2009 51

dengan malaria tanpa hemoglobin penderita malaria


komplikasi.Tidak ada sumber serebral sama-sama berada di bawah
kepustakaan yang juga menyebutkan nilai normal sedangkan untuk
bahwa faktor jenis kelamin ada penderita malaria tanpa komplikasi
kaitan dengan kejadian malaria nilai hematokrit dan hemoglobin
serebral. berada pada batas nilai normal.
Dari hasil penelitian dan Keadaan ini mungkin dipengaruhi
tinjauan kepustakaan tidak status imunitas penderita, jumlah
berbedanya jumlah laki-laki dan parasit dalam tubuh dan respon imun
perempuan untuk mendapat tubuh.
komplikasi malaria menandakan Adanya Anti disease imunity
bahwa faktor jenis kelamin tidak yang merupakan bentuk imunitas
berhubungan dengan terjadinya mencegah gejala penyakit tanpa
malaria serebral. Berbeda dengan dipengaruhi jumlah parasit, berperan
malaria serebral, pada malaria tanpa melindungi tubuh dari efek yang
komplikasi jumlah laki-laki lebih ditimbulkan parasit.(9) Mekanisme ini
banyak daripada perempuan. Hal ini mungkin tidak dipunyai oleh
mungkin disebabkan oleh banyak penderita malaria serebral, sehingga
aktivitas yang dilakukan oleh laki- menimbulkan gejala klinis anemia
laki sehingga berpeluang lebih besar dengan nilai hematokrit dan
untuk menderita malaria. hemoglobin di bawah nilai normal.
Pada penelitian ini Hb rata- Pada penderita malaria tanpa
rata penderita malaria tanpa komplikasi jumlah leukosit biasanya
komplikasi berada pada nilai normal, normal atau menurun, sedangkan
tapi bila dibandingkan dengan Hb pada penderita malaria berat jumlah
penderita malaria tanpa komplikasi, leukosit mengalami peningkatan.
nilai ratarata Hb penderita malaria Peningkatan junlah leukosit pada
serebral lebih rendah, walaupun malaria berat karena peningkatan
secara statistik tidak ada perbedaan jumlah dan aktivitas netrofil dan
bermakna nilai Hb antara penderita peningkatan jumlah monosit.(6,10 )
malaria serebral dengan malaria Selain itu jumlah leukosit juga
tanpa komplikasi. menentukan tingkat mortalitas atau
Pada penelitian ini nilai kematian penderita. Adanya
hematokrit rata-rata penderita leukositosis merupakan faktor utama
malaria serebral berada di bawah meningkatnya angka kematian
nilai normal sedangkan nilai penderita malaria.(6)
hematokrit rata-rata penderita Berdasarkan hasil penelitian
malaria tanpa komplikasi berada terdapat perbedaan jumlah leukosit
pada nilai normal, secara uji atatistik antara penderita malaria serebral
terdapat perbedaan yang bermakna dengan malaria tanpa komplikasi,
Hasil yang diperoleh untuk jumlah rata-rata leukosit pada
nilai hematokrit sebenarnya tidak malaria serebral lebih tinggi dari
bertolak belakang jika dibandingkan pada jumlah rata-rata malaria tanpa
dengan nilai Hb. Oleh karena itu, komplikasi. Pada penelitian ini
baik nilai hematokrit atau nilai didapatkan jumlah leukosit rata-rata
Nurhayati, Status Hematologi Penderita Malaria Serebral 52

penderita malaria serebral diatas


nilai normal (12.443,75 ± 6898,113)
dan penderita malaria tanpa
komplikasi jumlah leukosit ratarata
berada pada kisaran normal
(6.192,05 ± 2450,817). Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dari
hasil penelitian yang dilakukan
Dzeing et al, di Gabon yang
mendapatkan jumlah leukosit rata-
rata malaria berat 13.949 ± 8.773
dan berada di atas nilai
normal.(7)
Adanya kesesuaian antara
tinjauan kepustakaan dengan
data penelitian memperkuat dugaan
kita bahwa variabel jumlah
leukosit berpengaruh untuk
terjadinya komplikasi malaria
serebral .
Dengan uji parametrik tidak
terdapat perbedaan yang bermakna
jumlah parasit antara malaria
serebral dengan malaria tanpa
komplikasi. Hasil
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.33. Januari-Juni 2009 53

penelitian ini cukup sesuai dengan hematokrit berkorelasi negatif dengan


hasil penelitian yang dilakukan oleh nilai hemoglobin.
Tjitra, di Thailand yang Nilai hematokrit dan nilai
memperlihatkan bahwa malaria hemoglobin pada penelitian ini yang
serebral dapat terjadi pada penderita menjadi dasar penilaian terhadap
dengan parasitemia yang rendah (5%). derajat anemia tidak berkorelasi
(11)
bermakna dengan jumlah parasit. Hasil
Jumlah parasit yang dihitung penelitian ini tidak sesuai dengan
pada pemeriksaan darah tebal dan beberapa tinjauan kepustakaan yang
sediaan darah tipis adalah jumlah menyatakan adanya korelasi negatif
parasit yang bersirkulasi, sedangkan antara jumlah parasit dengan nilai
jumlah parasit yang berada pada hematokrit. Ketidaksesuaian tersebut
organorgan tubuh seperti otak tidak mungkin berkaitan dengan perbedaan
dapat diketahui. Sehingga pemeriksaan status imunologi. Seseorang dengan
parasit di darah tepi tidak sesuai parasit plasmodium positif dalam
dengan jumlah parasit yang sirkulasi darahnya bisa saja tidak
sebenarnya dalam jaringan atau organ memperlihatkan gejala klinis apapun.
(13)
tubuh.(12) Dalam hal ini dapat dikatakan
Dalam patogenesis malaria manifestasi klinis penyakit malaria
berat yang lebih penting adalah jumlah tergantung status imunologi penderita
parasit yang berada pada organ-organ malaria.(1,12,14)
dalam dibandingkan jumlah parasit
yang bersirkulasi. Dengan demikian KESIMPULAN
jumlah parasit yang dihitung pada • Tidak terdapat perbedaan
sediaan darah tebal dan sediaan darah bermakna karakteristik penderita
tipis tidak berhubungan dengan malaria serebral dengan
terjadinya malaria serebral. Penderita penderita malaria tanpa
malaria dengan parasitemia yang komplikasi dalam hal usia, jenis
rendah tetap berpeluang untuk bisa kelamin dan lama demam
menderita komplikasi malaria seperti sebelum datang ke rumah sakit.
malaria serebral.(7) • Tidak terdapat perbedaan
Saling hubungan antara bermakna status parasitologi
variabel jumlah leukosit, jumlah antara penderita malaria serebral
parasit, nilai hemoglobin, dan nilai dengan penderita malaria tanpa
hematokrit hanya diperlihatkan oleh komplikasi.
variabel nilai hemoglobin dan nilai • Terdapat perbedaan bermakna
hematokrit. Adanya korelasi yang status hematologi antara
positif antara nilai hemoglobin dengan penderita malaria serebral
nilai hematokrit pada penderita dengan penderita malaria tanpa
malaria dapat menyingkirkan komplikasi dalam hal nilai
seseorang untuk menderita demam hematokrit dan jumlah leukosit.
berdarah yang merupakan diagnosis • Tidak terdapat perbedaan
banding penyakit malaria. Pada bermakna status hematologi
penderita demam berdarah nilai untuk nilai hemoglobin antara
penderita malaria serebral
Nurhayati, Status Hematologi Penderita Malaria Serebral 54

dengan penderita malaria tanpa Hospital, Padang. Majalah


komplikasi. Kedokteran Indonesia 2002; 52:
• Pada penderita malaria 385-389.
falsiparum terdapat korelasi
positif antara nilai hemoglobin 5. Widodo D, Pribadi
dengan nilai hematokrit. MJ,
Zulkarnaen I. Malaria Serebral.
Majalah Kedokteran Indonesia
2000 – 2050: 231-237.
SARAN
• Penderita malaria falsiparum 6. Harijanto PN. Gejala
dengan nilai hemoglobin yang Klinik
rendah atau nilai hematokrit Malaria. Dalam : Harijanto PN, ed.
yang rendah atau jumlah Malaria Epidemiologi,
leukosit yang tinggi perlu Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
ditangani secara khusus, karena Penanganan. Jakarta : EGC,
cetakan pertama, 2000; 151-165.
mempunyai kecenderungan
untuk menderita malaria
7. Dzeing et al. Severe Falciparum
serebral. Malaria in Gabonese Children:
• Penderita malaria dengan Clinical And Laboratory Features.
jumlah parasit yang rendah tetap Malaria Journal: Faculty of
memerlukan perawatan yang Medicine, USS, Libreville, Gabon,
intensif, karena masih 2005; 1-14.
berpeluang untuk menderita
malaria serebral. 8. Langi J, Harijanto PN, Riche. T.L.
Patogenesa Malaria Barat. Dalam :
Daftar Pustaka Harijanto PN, ed. Malaria
1. WHO. Severe Falciparum Malaria. Epidemiologi, Patogenesis,
Transections of the Royal Society Manifestasi Klinis dan Penanganan.
of Tropical Medicine and Hygene. Jakarta : EGC, cetakan pertama,
Switzerland, 2000. 2000; 118-126.

2. Depkes RI, Direktorat Jendral 9. Nugroho et al. Imunologi Pada


Pemberantasan Penyakit Menular Malaria. Dalam : Harijanto PN, ed.
dan Penyehatan Lingkungan Malaria Epidemiologi,
Pemukiman. Malaria: Pemeriksaan Patogenesis, Manifestasi Klinis dan
Parasit Malaria secara Penanganan. Jakarta : EGC,
Mikroskopik. DepKes RI, 2004. cetakan pertama, 2000: 128-147.

3. Dinas Kesehatan Sumatera Barat, 10. White NJ, Miller KD, Marsh K, et
2008. Malaria di Sumatera Barat. al. Chloroquine Treatment of
Diunduh dari www.dinkes- Severe Malaria in Children. The
sumbar.org New England Journal of Medicine
1988; 319: 319-1499.
4. Acang N. Chloroguine Resistance
Malaria Cases in Department of 11. Tjitra E. Hubungan Beratnya
Internal Medicine DR. M. Djamil Penyakit Malaria Falciparum
dengan Kepadatan Parasit pada
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.33. Januari-Juni 2009 55

Penderita Dewasa. Cermin Dunia


Kedokteran 1989; 55: 19-23.

12. Chen Q, Schlichtherle, Wahlgrem


M. Molecular Aspects of Severe
Malaria. Clinical Microbiology
Reviews 2000; 13: 439-450.

13. Hidayati T, Akrom. Respon Ilmu


pada Infeksi Malaria. Mutiara
Medika 2003; 3 : 85-91.

14. Putra HD. Malaria Serebral


(Komplikasi) : Suatu Penyakit
Imunologis. Medika 2001; 10:
641-644.

Anda mungkin juga menyukai