Anda di halaman 1dari 20

BENCANA NON ALAM

WABAH PENYAKIT (PANDEMI COVID-19)

Kelompok 6
Kelas B/Semester VII
1. Ester Eunike Dalegi 17061167
2. Ni Made Pasmiari 17061008
3. Ni Wayan Santika Yanti 17061009
4. Ni Made Sriarmini 17061016
5. Ni Luh Sri Indajuliani 17061018
6. Ega Srinita 17061023
7. Laorensia Eka Lena 17061069

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karna
keterbatasan pengetahuan dalam pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..……3
BAB I : PENDAHULUAN
A Latar Belakang…………………………………………………………...………………..4
B Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..4
 Tujuan Umum…………………………………………………………..…………4
 Tujuan Khusus…………………………………………………………….………4
BAB II : TINJAUAN TEORI
A Konsep………………………………………………………………………….…………5
1. Pengertian………………………………………………………………..………..5
2. Penyebab………………………………………………………………….……….5
3. Klasifikasi…………………………………………………………………...…….6
4. Bahaya Sekunder……………………………………………………….…………8
5. Pengenalan Kajian Resiko Bencana………………………………………...……..9
6. Kajian Resiko Bencana……………………………………………….………….10
B Upaya Penanggulangan…………………………………………………………..………11
1. Pengurangan Resiko……………………………………………………...………11
2. Peringatan Dini……………………………………………………..……………11
C Konsep Pre Hospital……………………………………………………………………..12
1. Tahap Tanggapan Bencana…………………………………………..…………..12
2. Tahap Upaya Awal(Initial Action)………………………………………..……..12
3. Tahap Rencana Operasi………………………………………………………….12
4. Tahap Operasi Tanggapan Darurat & Pemulihan Darurat……………...………..12
D Konsep Tanggapan Darurat Saat Terjadi Bencana………………..……………………..13
E Manajemen Bencana……………………………………………………………………..14
1. Mitigation………………………………………………………………….……..14
2. Preparediness…………………………………………………………….………14
3. Response………………………………………………………………..………..15
4. Recovery…………………………………………………………………..……..15
F Konsep Upaya Pemulihan Paska Bencana……………………………………………….16
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………...………….18
B. Saran………………………………………………………………………………..……18
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan
penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020). Tanda dan gejala
umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan
sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada
kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal
ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen
menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui
percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak
dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
(Kemenkes, 2020).

B. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan Memahami Managemen Bencana Non Alam Wabah Penyakit
(Pandemi Covid-19)
b. Tujuan Khusus
• Mengetahui dan memahami Pengertian dari Pandemi Covid-19
• Mengetahui dan memahami Penyebab dari Pandemi Covid-19
• Mengetahui dan memahami Klasifikasi dari Pandemi Covid-19
• Mengetahui dan memahami Bahaya Sekunder Pandemi Covid-19
• Mengetahui dan memahami Pengenalan Kajian Resiko Bencana Pandemi Covid-19

4
• Mengetahui dan memahami Management Bencana Pandemi Covid-19
• Memahami Konsep Upaya Pemulihan Pasca Bencana Pandemi Covid-19

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP
1. Pengertian

Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini
diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini. Covid sendiri
merupakan singkatan dari Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan
oleh virus corona yang menyerang saluran pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi,
batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan.
Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Pada manusia corona diketahui menyebabkan infeksi
pernafasan mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme (SARS). Virus ini mampu
mengakibatkan orang kehilangan nyawa sehingga WHO telah menjadikan status virus corona ini
menjadi pandemi dan meminta Presiden Joko Widodo menetapkan status darurat nasional
corona. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan status kedaruratan kesehatan
masyarakat terkait pandemi virus corona sejak akhir Maret 2020. Ia kemudian mengeluarkan
kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona.
Jokowi juga menetapkan pandemi virus corona sebagai bencana nasional non-alam. Mantan wali
kota Solo itu akhirnya melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman terhitung 24
April sampai 31 Mei mendatang.
2. Penyebab
COVID-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru
dari coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan). Infeksi virus Corona
bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu, atau infeksi sistem
pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia. COVID-19 awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia. Setelah itu, diketahui bahwa infeksi ini juga bisa menular dari manusia ke manusia.
Penularannya bisa melalui cara-cara berikut :

 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19
bersin atau batuk
 Memegang mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah
menyentuh benda yang terkena droplet penderita COVID-19

5
 Kontak jarak dekat (kurang dari 2 meter) dengan penderita COVID-19 tanpa mengenakan
masker

CDC dan WHO menyatakan COVID-19 juga bisa menular melalui aerosol (partikel zat di
udara). Meski demikian, cara penularan ini hanya terjadi dalam prosedur medis tertentu,
seperti bronkoskopi, intubasi endotrakeal, hisap lendir, dan pemberian obat hirup
melalui nebulizer.
3. Klasifikasi
Berikut klasifikasi tingkat beratnya kasus pasien Covid-19:
1) Tanpa Gejala Kategori tanpa gejala adalah kondisi pasien yang hasil laboratoriumnya
menunjukkan positif terinfeksi atau ada virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dalam
tubuh. Akan tetapi, pasien tidak memiliki keluhan atau gejala sama sekali secara fisik.
2) Kasus ringan (uncomplicated ilness) Tingkat kasus pasien Covid-19 ringan adalah
kondisi pasien yang memiliki gejala tetapi tidak spesifik. Gejala yang dialami bisa berupa
demam, batuk, nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit kepada dan nyeri otot.
3) Kasus sedang Pasien terkonfirmasi psotif Covid-19 yang dimasukkan dalam kategori ini
adalah mereka yang memiliki gejala pneumonia ringan, tetapi tanpa sesak napas.
4) Kasus berat Dikategorikan termasuk kasus berat adalah ketika pasien Covid-19 memiliki
pneumonia, yang disertai dengan sesak napas atau napas berat. Tanda sesak napas atau
napas berat yang dimaksukan yaitu dengan frekuensi napas lebih dari 30 kali per menit,
dan saturasi kurang dari 93 persen, serta rasio PaO2/FiO2 kurang 300.
5) Kasus kritis Pasien konfirmasi positif Covid-19 yang dimasukkan dalam kategori kritis
adalah mereka yang memiliki keluhan-keluhan sebagai berikut :
 Pneumonia disertai gagal napas
 Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS) atau sindrom gangguan pernapasan
akut
 Syok sepsi
 Dan/atau multiple organ failure (penurunan fungsi berbagai organ) pada pasien
penyakit akut

Berdasarkan severity atau tingkat keparahan kasus di atas, penangaann yang diterima
oleh pasien bisa berbeda-beda. "Karena masing-masing severity (tingkat keparahan atau beratnya
kasus pasien).
Berikut klasifikasi menurut buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disesase (COVID-19) per 27 Maret 2020
1) Pasien dalam Pengawasan (PdP)
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38ºC)
atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan
seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga

6
berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
b. Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ISPA dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan.
2) Orang dalam Pemantauan (OdP)
a. Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam; atau gejala
gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
b. Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
3) Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi
COVID-19. Orang tanpa gejala merupakan seseorang dengan riwayat kontak erat
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam
ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus pasien dalam pengawasan
atau konfirmasi) dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah
kasus timbul gejala.
Termasuk kontak erat adalah:
a. Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan
ruangan di tempat perawatan kasus tanpa menggunakan alat pelindung diri
(APD) sesuai standar.
b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus (termasuk
tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala jenis alat
angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
4) Kasus Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan tes positif melalui
pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR).

7
4. Bahaya Sekunder
Bahaya sekunder adalah jenis bahaya yang memiliki pengaruh tidak langsung pada
manusia atau mahluk hidup disekitar.

1) Pneumonia
Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru meradang
dan membuat Anda sulit bernapas. Pada sebuah riset pada pasien positif Covid-19 yang
kondisinya parah, terlihat bahwa paru-parunya terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa
atau kotoran sel. Hal ini menghambat oksigen yang seharusnya diantarkan ke seluruh
tubuh. Padahal, oksigen sangat dibutuhkan agar berbagai organ di tubuh bisa
menjalankan fungsinya. Jika tidak ada oksigen, maka organ tersebut akan rusak.
2) Gagal napas akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup oksigen dan tidak dapat
membuang cukup banyak karbon dioksida. Kondisi gagal napas akut terjadi pada
kurang lebih 8% pasien yang positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama
kematian pada penderita infeksi virus corona.
3) Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum terjadi. Menurut
beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok, sekitar 15% - 33% pasien
mengalaminya.ARDS akan membuat paru-paru rusak parah karena penyakit ini
membuat paru-paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan susah masuk, sehingga
menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas hingga perlu bantuan ventilator atau alat
bantu napas.
4) Kerusakan hati akut
Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, tapi komplikasinya
bisa menjalar hingga ke organ hati. Orang dengan infeksi corona yang parah berisiko
paling besar mengalami kerusakan hati.
5) Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan jantung.
Gangguan jantung yang berisiko muncul antara lain aritmia atau kelainan irama
jantung, dan miokarditis atau peradangan pada otot jantung.
6) Infeksi sekunder
Infeksi sekunder adalah infeksi kedua yang terjadi setelah infeksi awal dan tidak
berhubungan dengan penyakit yang awalnya diderita. Misalnya, Covid-19 adalah
infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Lalu, penderitanya kemudian
mengalami infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus atau
streptococcus. Pada pasien Covid-19, komplikasi ini jarang terjadi, tapi masih

8
berpotensi untuk muncul. Sebagian ada yang ringan dan bisa sembuh. Namun, sebagian
lagi mengalami infeksi sekunder yang parah hingga menyebabkan kematian.

7) Gagal ginjal akut


Komplikasi corona yang satu ini jarang terjadi. Namun saat muncul, komplikasi
tersebut bisa sangat berbahaya. Jika fungsi ginjal sampai terganggu, maka dokter
mungkin saja melakukan proses cuci darah hingga kondisi ini sembuh. Namun
terkadang, kondisi ini tidak bisa disembuhkan dan membuat penderitanya terkena gagal
ginjal kronis dan butuh perawatan jangka panjang.
8) Syok septic
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi malah salah sasaran. Jadi,
bukannya menghancurkan virus penyebab penyakit, zat-zat kimia yang dibuat tubuh
justru menghancurkan organ yang sehat. Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan
darah akan turun drastis hingga pada tahap yang berbahaya dan menyebabkan
kematian.
9) Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah terganggu. Sehingga, tubuh akan
membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak pada tempatnya. Hal ini bisa
menyebabkan perdarahan pada organ dalam atau gagal organ vital (gagal ginjal, gagal
hati, gagal jantung, dan lainnya).Di Tiongkok, penyakit ini umum dialami oleh pasien
yang meninggal akibat infeksi Covid-19.
10) Rhabdomyolisis
Penyakit ini sebenarnya sangat jarang terjadi. Namun, para dokter dan peneliti menilai
penyakit ini perlu dimonitor pada pasien-pasien berisiko tinggi yang positif Covid-
19.Pada rhabdomyolisis, jaringan otot akan rusak dan mati. Hal ini menyebabkan
protein dalam sel yang disebut myoglobin menjadi tumpah memenuhi aliran darah. Jika
ginjal tidak bisa menyaring myoglobin dengan baik, maka akan terjadi kerusakan
fungsi di tubuh dan mengakibatkan kematian.

5. Pengenalan Kajian Resiko Bencana


Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang ada. Potensi dampak
negatif tersebut dihitung  dengan mempertimbangkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan
tersebut. Potensi dampak negatif ini menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda,
dan kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi bencana .
Secara umum, risiko suatu bencana ditentukan dengan formulasi berikut:
R = H * (V/C)

9
dimana  R: Risk atau risiko
              H: Hazard atau ancaman bahaya
              V: Vulnerability atau kerentanan
              C: Capacity atau kapasitas
Dalam melakukan kajian risiko bencana (Risk), harus ditentukan pendekatan dari tiga
parameter pembentuknya, yaitu ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability), dan
kapasitas (capacity) terkait bencana.

6. Kajian Resiko Bencana


Kajian resiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran
kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian,
fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana menjadi lebih
efektif.
Sejak 30 Januari 2020, WHO mengumumkan bahwa wabah COVID-19 menjadi Perhatian
Kesehatan Masyarakat Internasional. Pada 4 Maret 2020, kasus COVID-19 telah dilaporkan di
116 negara dengan 1,2 juta orang terinfeksi virus Covid-19. Sampai saat ini, sebagian besar
kasus awalnya dilaporkan dari Tiongkok dengan kasus di beberapa negara lain diantara individu
dengan riwayat perjalanan ke China. Pada Februari 2020, jumlah kasus di China menurun,
sedangkan jumlah kasus di berbagai negara lain terus meningkat (pada 11 April di Indonesia
sudah 3.512 orang positif virus Covid-19 dengan 306 meninggal dunia yang menyebar di 34
provinsi). Sejak tanggal 15 Maret 2020 hampir semua provinsi telah meliburkan Satuan
Pendidikan, proses belajar mengajar dilakukan di rumah dan perkantoran dengan WFH (work
from home, bekerja dalam rumah) dengan Status Tanggap Darurat Bencana Wabah Penyakit
Akibat Covid-19.  Pasien COVID-19 akibat terjangkit virus Corona di berbagai Negara terus
bertambah, kondisi ini membuat seluruh masyarakat di Tanah Air wajib waspada. Setiap
individu memiliki tanggung jawab terhadap orang lain, dengan tidak ikut menyebarkan virus
Corona. Pemerintah Indonesia saat ini sudah melakukan upaya untuk memutus mata rantai
penularan virus Corona. Imbauan itu menjaga jarak fisik (physical distancing), kerja dari rumah,
belajar di rumah, hingga beribadah di rumah terus digaungkan. Diharapkan warga menjaga jarak
fisik dengan sesamanya untuk meminimalisasi risiko terkena percikan (droplet), atau menyentuh
benda yang sebelumnya terkena droplet. Virus Corona dapat tetap hidup di permukaan benda
mati selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. 
Dalam peristiwa bencana alam (banjir, longsor, erupsi gunungapi, gempabumi, dan
tsunami), komando yang hierarkis dirasa sangat vital oleh karenanya sangat wajar TNI dan
relawan tangguh bencana seringkali berada di jajaran terdepan. Namun dalam penanganan
Covid-19 ini garda terdepan ada pada tenaga medis di berbagai rumah sakit kita.  Pada 19 Maret
2020, Presiden Joko Widodo menginstruksikan adanya rapid test virus corona dengan skala besar

10
dengan memperbanyak alat tes sekaligus tempat tes agar deteksi dini indikasi awal bisa segera
dilakukan. Selain menggelar tes massal, pemerintah juga telah menggelontorkan dana sebesar Rp
405 triliun untuk memerangi wabah virus corona di Indonesia. Anggaran itu akan dialokasikan
pada beberapa sektor, yaitu 75 triliun untuk kesehatan, 70,1 triliun untuk intensif perpajakan dan
stimulus kredit usaha rakyat, 110 triliun untuk perlindungan sosial, serta 150 triliun untuk
pemulihan ekonomi. Pada 31 Maret 2020, pemerintah telah menetapkan status Darurat
Kesehatan Nasional yang memungkinkan bagi pemerintah daerah untuk melakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) demi menghentikan laju penyebaran virus corona. Namun, hanya
36 dari setiap juta orang yang diuji untuk virus corona di Indonesia, menjadikannya yang
terburuk keempat dalam tingkat pengujian di antara negara-negara dengan populasi 50 juta atau
lebih, menurut data situs pandemi Worldometer.

B. UPAYA PENANGGULANGAN
1. Pengurangan Resiko

 Jaga jarak
 Wajib menggunakan masker terutama saat berpergian keluar rumah
 Selalu mencuci tangan
 Selalu menjaga daya tahan tubuh seperti: makan makanan yang sehat,rajin berolahraga,
dan mengkonsumsi ramuan jahe (jamu jahe yang konon dipercaya mampu menjaga
sistem imun kita)
 Kegiatan penyemprotan cairan disinfektan dilakukan secara rutin difasilitas umum dan
fasilitas social
2. Peringatan Dini
Sejak kasus pertama diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020, penyebaran penularan
COVID-19 terjadi dengan cepat di Indonesia. Hal ini memerlukan strategi penanggulangan
sesuai dengan transmisi yang terjadi baik di tingkat nasional maupun provinsi, dengan tujuan:
1) Memperlambat dan menghentikan laju transmisi/penularan, dan menunda penyebaran
penularan.
2) Menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien, terutama kasus kritis.
3) Meminimalkan dampak dari pandemi COVID-19 terhadap sistem kesehatan, pelayanan
sosial, kegiatan di bidang ekonomi, dan kegiatan sektor lainnya.

Seluruh provinsi dan kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi kasus baru, mengelola,
dan memberikan intervensi pada kasus-kasus baru COVID-19, serta upaya pencegahan
penularan kasus baru dalam adaptasi kebiasaan baru dengan pelaksanaan protokol kesehatan
yang ketat dalam setiap aktifitas masyarakat. Setiap daerah juga harus menyiapkan dan merespon
berbagai skenario kesehatan masyarakat.

11
C. KONSEP PRE HOSITAL
1. Tahap Tanggap Bencana
Untuk mempercepat penanganannya, Presiden RI mengeluarkan Keppres No. 7 Tahun
2020 Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease (COVID-19) menunjuk BNPB
sebagai koordinator. Sampai saat ini belum ada perubahan status, masih status keadaan tertentu
sehingga Kepala BNPB mempunyai kewenangan melaksanakan penyelenggaraan
penanggulangan bencana termasuk kemudahan akses dalam penanganan darurat bencana.
Sesuai dengan UU 24/2007 dan arahan Presiden maka pemerintah daerah mempunyai
kewenangan untuk menentukan status keadaan darurat yaitu Siaga Darurat atau Tanggap
Darurat. Keppres No.7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga
dapat dijadikan acuan. Dengan menetapkan Status Siaga / Tanggap Darurat COVID-19 berarti
Pemda siap bekerja 24 jam 7 hari dan mengerahkan segala sumberdaya yang ada untuk
menyelamatkan rakyat di daerahnya dari penyakit coronavirus (Covid-19).

2. Tahap Upaya Awal (Initial Action)


 Jaga jarak
 Cuci tangan
 Pakai masker
 Masyarakat paham covid-19 dan tidak panik
 Karantina dini
 Skrining massal( pemeriksaan kesehatan)

3. Tahap Rencana Operasi


Salah satu bentuk upaya konkret dengan melakukan program jaring pengamanan sosial
(JPS) Gugus tugas percepatan penangan covid-19,yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada presiden bertujuan:
1) miningkatakan ketahanan nasional dibidang kesehatan
2) mempercepat penanganan covid-19 melalui sinergi antar kementrian/lembaga dalam
pemerintahan daerah
3) meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran covid-19
4) meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional dan meningkatkan kesiapan
dan kemampuan dalam mencegah dan mendeteksi

4. Tahap Operasi Tanggapan Darurat & Pemulihan Darurat


Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana

12
Menurut Perpres No. 17 Tahun 2018 Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam
keadaan tertentu adalah dimana status Keadaan Darurat Bencana belum ditetapkan atau status
Keadaan Darurat Bencana telah berakhir dan/atau tidak diperpanjang, namun diperlukan atau
masih diperlukan tindakan guna mengurangi Risiko Bencana dan dampak yang lebih luas.
Status keadaan tertentu diperlukan agar BNPB dapat melaksanakan operasi darurat baik
di tingkat Nasional, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Dengan status keadaan tertentu ini BNPB
dapat melakukan operasi darurat untuk mendukung penanganan darurat tersebut. Sesuai dengan
UU 24/2007 dan arahan Presiden maka pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk
menentukan status keadaan darurat yaitu Siaga Darurat atau Tanggap Darurat. Keppres No. 7
tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga dapat dijadikan acuan.
Dengan menetapkan Status Siaga / Tanggap Darurat COVID-19 berarti Pemda siap bekerja 24
jam 7 hari dan mengerahkan segala sumberdaya yang ada untuk menyelamatkan rakyat di
daerahnya dari penyakit coronavirus (Covid-19). Selain itu dapat juga menggunakan Dana Siap
Pakai (DSP) dan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) daerah untuk menangani status keadaan
tertentu ini. Kementerian Keuangan juga sudah memberi kewenangan untuk Refocussing
Kegiatan dan Realokasi Anggaran Kementerian/Lembaga dalam Rangka Percepatan Penanganan
Covid-19 yang tertuang dalam surat edaran Menteri Keuangan Nomer SE-6/MK.02/2020 untuk
keperluan percepatan penanggulangan Covid-19 ini.

D. KONSEP TANGGAPAN DARURAT SAAT TERJADI BENCANA

Status siaga dan tanggap darurat merupakan kategori jenis keadaan darurat bencana.
Dalam hal ini, keadaan darurat Corona, yang menjadi pandemik. Peraturan Presiden Nomor 17
Tahun 2018 pasal 1 ayat 3, keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan
tindakan penanganan segera dan memadai, yang meliputi kondisi siaga darurat, tanggap darurat,
dan transisi darurat ke pemulihan. Status keadaan darurat ditetapkan oleh pemerintah. Pada
tingkatan nasional ditetapkan oleh presiden, tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat
kabupaten/kota oleh bupati/wali kota. Wewenng penetapan status siaga dan tanggap darurat ada
pada pemerintah daerah masing-masing.

Berikut ini isi surat terkait status siaga dan darurat Corona di daerah, yang tercantum
pada poin nomor 3: Pemerintah Daerah dapat menetapkan status keadaan darurat siaga bencana
COVID-19 dan/atau keadaan tanggap darurat bencana COVID-19 di tingkat provinsi dan/atau
kabupaten/kota dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain:

a. Penetapan status darurat siaga bencana atau tanggap darurat bencana harus didasarkan
pada kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran COVID- 19 yang dilakukan

13
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota/provinsi.

b. Setelah dilakukan kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran COVID-19,
Gubernur, Bupati/Walikota menetapkan status bencana COVID-19.

E. MANAGEMENT BENCANA

Secara garis besar terdapat empat fase managemen bencana, yaitu :


1. Pencegahan dan mitigasi: Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya). Sedangkan mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana
2. Kesiapsiagaan: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. (UU No 24 Tahun

14
2007, Bab I Ketentuan Umum, angka 7) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
angka 4)
3. Tanggapan Darurat: Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta
benda, evakuasi dan pengungsian
4. Pemulihan: Mengembalikan masyarakat ke kondisi normal bisa dilakukan dengan tahap
rehabilitasi dan rekonstruksi.

1. Mitigation
Upaya yang dilakukan RS pada fase ini adalah :
a. Menyiapkan referensi tentang COVID-19
b. Mengikuti seminar tentang COVID-19
c. Menyiapkan Hazard Vulnerability Assesment (HVA ) dan hasilnya didapatkan bahwa
kemungkinan COVID-19 dapat muncul karena : terdapat kawasan industry dan
beberapa WNA tinggal di sekitar kawasan tersebut, jalur lalu lintas yang padat sebagai
jalan penghubung.
d. Melakukan self assessment kesiapan menghadapi bencana secara umum dengan
menggunakan Hospital Safety Index
e. Melakukan self assessment kesiapan menghadapi bencana khususnya COVID-19
dengan menggunakan Instrumen Comprehensive Hospital Preparedness Checklist for
COVID-19, dengan modul sebagai berikut:
• Struktur untuk perencanaan dan pengambilan keputusan
• Rencana pengambangan tertulis COVID-19
• Elemen rencana COVID 19
• Fasilitas komunikasi
• Peralatan suplai medis yang bisa dipakai dan tahan lama
• Identifikasi dan manjemen pasien yang sakit
• Akes dan pergerakan pengunjung di dalam fasilitas
• Kesehatan kerja
• Pendidikan dan pelatihan
• Layanan kesehatan/lonjakan kapasitas

2. Preparedness
a. Membentuk Tim Penanggulangan COVID-19
b. Menyiapkan kegiatan screening dan triase
c. Menyiapkan Ruang Isolasi Biasa dan Khusus dengan Hepa Filter. Saat ini tersedia 22
TT untuk Ruang Isolasi dengan 10 TT dilengkapi Hepa Filter
d. Menyiapkan area perawatan
e. Mengatur ulang kecukupan ruangan perawatan
f. Menyiapkan Fasilitas / Sarana-prasarana termasuk Rapid Test dan VTM untuk swab

15
dan termasuk fasilitas untuk ruang tekanan negative di Kamar Operasi)
g. Latihan simulasi
 Dilaksanakan simulasi penerimaan pasien suspek COVID-19 di IGD dan di ruang
isolasi oleh Tim Penanggulangan COVID-19
 Staf Laboratorium dilatih melakukan swab orofaring nasofaring
 Orientasi staf (Staf diberikan pelatihan singkat tentang penanganan pasien,
specimen, serta strategi lainnya misalnya skrining pengunjung di RS, pembatasan
jam berkunjung dan wajib menggunakan masker)
h. Planning lanjutan
 Membatasi jalur masuk pasien dan pengunjung hanya melalui satu titik/pintu
untuk memudahkan screening dan meningkatkan keamanan
 Semua pengunjung wajib melalui pengukuran suhu dan melakukan cuci tangan
 Mengatur area parkir kendaraan Mengatur penggunaan APD
 Mengatur pengelolaan sampah medis
 Mengatur keuangan
 Menerapkan Physical Distancing di semua area

3. Response
Langkah yang dilakukan pada fase ini adalah :
1. Regulasi Skenario Penempatan Pasien
2. Pasien Terkonfirmasi Positif COVID-19 akan langsung ditempatkan di Ruang Isolasi
Biasa dan apabila terdapat komorbid lainnya dapat ditempatkan di Ruang Isolasi Khusus
dengan Hepa Filter
3. Penyediaan Ruangan Isolasi dengan tekanan negative ditambah untuk semua ruangan
perawatan
4. Edukasi Staf tentang Pengelolaan Pasien Infeksius jika terjadi outbreak penyakit infeksi
airborne.
5. Seluruh staf diberikan edukasi dengan mengetahui level penggunaan APD bagi Tenaga
Kesehatan.
6. APD Level 1 di Area Triase, Rawat Jalan, dan Kegiatan yang tidak menimbulkan
aerosol.

4. Recovery
Perencanaan :
1. Perlu dibuat regulasi Rapid Test COVID -19 untuk semua pasien, staf dan pengunjung
sebagai penunjang diagnostic
2. Screening dan triase wajib dilaksanakan
3. Perlu Gedung perawatan khusus bagi pasien positif COVID-19 termasuk bagi ODP dan
OTG. Perubahan atau pengalihan ruangan yang sudah ada ditambah untuk perawatan
pasien COVID-19 dapatmenampung semaksimal mungkin

16
4. Ruang public wajib dilengkapi fasilitas cuci tangan, distancing dan seluruh
pengunjung/tamu wajib menggunakan masker
5. Penyediaan Hepa Filter dan Ventilasi Mekanik lainnya perlu segera diupayakan untuk
seluruh ruang tindakan
6. Peningkatan system informasi / teknologi informasi sebagai sarana komunikasi wajib
dan menghindari kontak langsung
7. Optimalisasi kapasitas penerimaan dan penanganan pasien, dan
8. Pengorganisasian kerja secara profesional, sehingga korban/pasien tetap dapat ditangani
secara individu, termasuk pasien yg sudah dirawat sebelum bencana terjadi
9. Penanganan korban di luar RS, bantuan medis diberikan dalam bentuk pengiriman
tenaga medis maupun logistik medis yang diperlukan
10. Seluruh alat medis dan alat habis pakai yang khusus untuk COVID-19 wajib untuk
selalu tersedia.

F. KONSEP UPAYA PEMULIHAN PASCA BENCANA

Pertama, Ketahanan Pangan yang meliputi Intensifikasi, ekstensifikai dan Sindikasi.


Badan pangan dunia (FAO) telah peringatkan soal ancaman kekurangan pangan dunia.
Faktornya, katanya disamping kekeringan juga faktor bangkitnya nasionalisme baru, dari
globalisasi ke de-globalisasi. Hal imbas dari pandemi Covid-19, dimana setiap negara berpikir
untuk negaranya sendiri seperti mencukupi kebutuhan pangan sendiri sebelum ambil langkah
ekspor. Konteks intensifikasi, Kemendes PDTT sudah lakukan upaya untuk meningkatkan nilai
produk-produk pertanian di daerah-daerah transmigrasi. Kemendes PDTT telah lakukan
pemetaan produk pertanian, utamanya tanaman pangan. Hal ini bertujuan meningkatkan
produksivitas hasil pertanian, dari tiga ton pertahun menjadi enam ton pertahun dengan dua kali
musim panen.

Langkah kedua yang ditempuh Kemendes PDTT untuk tingkatkan revitalisasi Badan


Usaha Milik Desa (Bumdes). Langkah ini strategis karena saat ini sekitar 50 ribu desa telah
miliki Bumdes yang miliki core bisnis yaitu Desa Wisata dan Produk Unggulan. Olehnya, dia
sarankan Bumdes untuk kembangkan desa wisata tapi dengan catatan jangan bangun desa wisata

17
pabrikan karena akan membuat masyarakat mudah jenuh. Sebaiknya membangun desa wisata
berbasis alam karena alam tidak pernah membosankan.

Langkah ketiga, Kemendes PDTT terus berupaya bangun Digitalisasi Ekonomi Desa
dengan menggandeng e-commerce global seperti Tokopedia dan Shopee. Platform ini kemudian
berikan pelatihan-pelatihan agar produk unggulan desa bisa dipasarkan secara digital dan
semakin luas. Keempat adalah Padat Karya Tunai Desa (PKTD). Ada sejumlah syarat yang harus
dipenuhi untuk PKTD ini yaitu tenaga kerja harus berasalh kelompok miskin, pengangguran dan
kelompok marjinal lain. PKTD ini pada hakikatnya adalah bentuk pekerjaan yang bersifat massal
untuk tujuan pembangunan tertentu, termasuk desa wisata. Olehnya, dia persilahkan pergunakan
dana desa untuk pemnbangunan kembali desa-desa wisata tapi gunakan skema PKTD untuk
tingkatkan daya beli masyarakat. Inilah strategi untuk bangkitkan ekonomi desa pasca Covid-19
yang tentu saja butuh tahapan-tahapan. Saat grafik Covid-19 flat kemudian penurunan, pasti ada
proses relaksasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Nama ini
diberikan oleh WHO (World Health Organzation) sebagi nama resmi penyakit ini. COVID-19
disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari coronavirus (kelompok virus yang
menginfeksi sistem pernapasan). klasifikasi menurut buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disesase (COVID-19) per 27 Maret 2020 Pasien dalam Pengawasan
(PdP), Orang dalam Pemantauan (OdP), Orang Tanpa Gejala (OTG), Kasus Konfirmasi. Bahaya
sekunder adalah jenis bahaya yang memiliki pengaruh tidak langsung pada manusia atau mahluk
hidup disekitar. Kajian resiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan
besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran
kerugian, fokus perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan penanggulangan bencana
menjadi lebih efektif. Dalam melakukan kajian risiko bencana (Risk), harus
ditentukan pendekatan dari tiga parameter pembentuknya, yaitu ancaman (hazard),

18
kerentanan (vulnerability), dan kapasitas (capacity) terkait bencana. Konsep tanggapan darurat
saat terjadi bencana yaitu Penetapan status darurat siaga bencana atau tanggap darurat bencana
harus didasarkan pada kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran COVID- 19 yang
dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan
kabupaten/kota/provinsi, Setelah dilakukan kajian atau penilaian kondisi daerah perihal
penyebaran COVID-19, Gubernur, Bupati/Walikota menetapkan status bencana COVID-19.
empat fase managemen bencana, yaitu: Pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggapan
darurat, pemulihan. Konsep upaya pemulihan pasca bencana pertama, ketahanan pangan yang
meliputi intensifikasi, ekstensifikai dan sindikasi, langkah kedua yang ditempuh Kemendes
PDTT untuk tingkatkan revitalisasi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), langkah ketiga,
Kemendes PDTT terus berupaya bangun Digitalisasi Ekonomi Desa dengan menggandeng e-
commerce global seperti Tokopedia dan Shopee.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/341096752_MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_P
ENGERTIAN_COVID19_DAN_BENTUK_PARTISIPASI_DALAM_MEMERANGI_NYA/lin
k/5eacd22b45851592d6b20ab0/download

https://www.alodokter.com/covid-19

https://kaltim.prokal.co/read/news/371707-covid-19-ada-4-klasifikasi-pasien.html

https://www.sehatq.com/artikel/komplikasi-corona-ini-bisa-muncul-pada-pasien-positif-covid-19

https://covid19.lapan.go.id/

19
https://bnpb.go.id/berita/pengelompokan-kriteria-risiko-covid19-di-daerah-berdasarkan-zonasi-
warna

https://radarsolo.jawapos.com/read/2020/04/18/189638/mengurai-benang-kusut-konsep-
pengurangan-risiko-bencana-pandemi-covid

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jabar/baca-artikel/13212/Mengawal-Pemulihan-
Ekonomi-Pasca-Pandemi-Covid-19.htmlhttps://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jabar/baca-
artikel/13212/Mengawal-Pemulihan-Ekonomi-Pasca-Pandemi-Covid-19.html
https://amp.kontan.co.id/news/gugus-tugas-penanganan-covid-19-upaya-pemulihan-masih-
dalam-kajian
http://www.kemendagri.go.id
http://www.kemkes.go.id
https://bnpb.go.id/berita/status-keadaan-tertentu-darurat-bencana-wabah-penyakit-akibat-virus-
corona-di-indonesia-
https://covid19.kemkes.go.id/download/KMK_No._HK.01.07-MENKES-413-
2020_ttg_Pedoman_Pencegahan_dan_Pengendalian_COVID-19.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai