Anda di halaman 1dari 8

KEKUATAN IMPAK BAJA ST 60

DI BAWAH TEMPERATUR EKSTRIM


Zuhaimi
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe
Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 PO Box 90 Buketrata, Lhokseumawe 24301
Email: zuhaimi.pnl@gmail.com

Abstrak
Kegagalan pada suatu konstruksi permesinan kemungkinan bisa terjadi, namun dapat dihindari dengan
melakukan kajian-kajian dan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan impak (impact strength) terhadap material baja karbon ST 60 pada berbagai temperatur,
terutama pada temperatur ekstrim melalui uji impak charpy. Pengujian dilakukan melalui empat tahapan,
yaitu: (1) mempersiapkan spesimen pengujian; (2) melakukan pengkondisian spesimen pada berbagai
perlakuan temperatur; (3) melakukan pengujian impak charpy; dan (4) melakukan pengamatan
perpatahan. Spesimen disiapkan dalam bentuk standar mengikuti ASTM E 23 sejumlah 24 buah sesuai
dengan rancangan penelitian untuk 8 variasi temperatur dengan masing-masing 3 kali perulangan. Untuk
mengkondisikan temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan dapur pemanas (furnace) dan dry ice
+ alkohol 70% serta nitrogen cair. Pengujian impak dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji impak
charpy dan pengujian perpatahan (fractographi) dapat dilakukan dengan menggunakan Stereoscan
Microscope. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa, harga kekuatan impak material ST 60 terendah
terjadi pada temperatur yang sangat ekstrim (-20 0C), yaitu sebesar 0,111 Joule/mm2, dan yang terbesar
pada temperature 200 0C dengan harga 0,836 Joule/mm2. Temperatur transisi dari ulet ke getas untuk
material ST 60, terjadi antara temperatur 0 0C sampai 150 0C, dimana pada rentang temperatur ini
menunjukkan energi impak terjadi kenaikan yang tajam.

Kata kunci: Baja karbon ST 60, impak charpy, kekuatan impak, perpatahan.

PENDAHULUAN melakukan pengujian impak terhadap baja


karbon dan aluminium yang memperlihatkan
Teknologi material di bidang teknik dua buah skema kurva transisi ulet ke getas
mesin terus berkembang pesat disesuaikan antara baja karbon dan aluminium. Hasil dari
dengan kebutuhan pada tingkat keandalan yang kedua kurva tersebut menunjukkan perbedaan
tinggi. Kegagalan pada komponen mesin tetap transisi dari ulet ke getas yang sangat nyata,
saja tidak dapat dihindari dan dihilangkan sama untuk baja karbon transisi sangat terlihat tajam
sekali, namun terus diupayakan untuk dibandingkan aluminium.
diminimalkan melalui penelitian-penelitian. Data material akibat prilaku pembebanan
Fenomena kegagalan tidak hanya dipengaruhi dinamis sampai saat ini masih sulit diperoleh
oleh faktor pemilihan jenis material, penyebab apalagi penggunaannya pada kondisi yang
lain seperti: kelelahan (fatigue), beban impak spesifik sehingga perlu kajian khusus untuk itu,
(beban secara tiba-tiba), korosi, proses salah satu diantaranya adalah perilaku dinamis
pengerjaan material dan faktor lingkungan (kekuatan impak) akibat pengaruh temperatur
(pengaruh temperatur) perlu mendapat perhatian yang menyebabkan terjadinya kegagalan pada
tersendiri yang tidak kalah pentingnya. Hal di suatu konstruksi.
atas dapat berakibat patah (fracture) pada Hasil penelitian ini diharapkan dapat
material dari suatu komponen permesinan. memberi gambaran yang jelas bagi para
Perpatahan pada material didahului oleh adanya perancang dalam menentukan bahan struktur
inisiasi retak dan diteruskan oleh penjalaran pada berbagai kondisi operasional, disamping
retak sampai akhirnya material patah. itu dengan pengkondisian pengujian pada
Lebih dari 75% kegagalan material pada temperatur ekstrim, dapat memperkirakan
konstruksi mesin adalah akibat kelelahan atau ketangguhan relatif untuk memilih bahan-bahan
fatik [1], dan dalam penggunaannya pengaruh dalam desain, serta diperoleh informasi tentang
suhu terhadap material cenderung akan struktur dan mekanisme perpatahan dari
mempengaruhi struktur metalurgi material material baja ST 60 yang mengalami
tersebut yang merupakan salah satu faktor pembebanan impak, sebagai berikut:
penyebab terjadinya kegagalan pada material 1. Untuk mengetahui harga kekuatan impak
[2]. Demikian pula penelitian yang telah (impact strength) baja ST 60 pada berbagai
dilakukan oleh James Marrow [3] yang

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 33


temperatur, terutama pada temperatur pendulum melanjutkan ayunannya hingga posisi
ekstrim. h’. Suatu material dikatakan tangguh bila
2. Untuk mendapatkan temperatur transisi dari memiliki kemampuan menyerap beban kejut
ulet ke getas dari hasil pengujian impak yang besar tanpa terjadinya retak atau
metode charpy terhadap baja ST 60. terdeformasi dengan mudah.
3. Untuk mengetahui bentuk permukaan patah
baja ST 60 akibat pembebanan impak pada
berbagai temperatur.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Impak
Pengujian impak merupakan suatu
pengujian yang mengukur ketahanan bahan
terhadap beban kejut [4]. Inilah yang
membedakan pengujian impak dengan
pengujian tarik dan kekerasan dimana
pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan.
Pengujian impak merupakan salah satu uji
mekanik yang dapat dipakai untuk menganalisis
karakteristik mekanik bahan seperti kemampuan
bahan terhadap benturan dan karakteristik ulet-
getas bahan terhadap perubahan suhu. Alat uji
impak sangat penting untuk penelitian dan Gambar 1. Prinsip Pengukuran pada impak
pengembangan bahan struktur. Metode yang charpy.
sering digunakan adalah metode charpy dengan
bentuk spesimen standar [5]. Pengujian impak Energi yang diserap oleh benda uji
merupakan suatu upaya untuk mensimulasikan biasanya dinyatakan dalam satuan Joule dan
kondisi operasi material yang sering ditemui dibaca langsung pada skala (dial) penunjuk
dalam perlengkapan transportasi atau konstruksi yang telah dikalibrasi yang terdapat pada mesin
dimana beban tidak selamanya terjadi secara penguji. Harga impak (HI) suatu bahan yang
perlahan-lahan melainkan datang secara tiba- diuji dengan metode charpy diberikan oleh
tiba, contoh deformasi akibat tumbukan pada Persamaan 1.
bumper mobil saat terjadinya kecelakaan. HI = E/A (1)
Pada pengujian impak ini banyaknya dimana E adalah energi yang diserap dalam
energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya satuan Joule dan A luas penampang di bawah
perpatahan merupakan ukuran kekuatan impak takik dalam satuan mm2.
atau ketangguhan bahan tersebut. Bahan-bahan
yang tangguh (tough) menyerap banyak energi Material Baja ST 60
ketika dipatahkan, dan sebaliknya bahan-bahan Baja karbon berlaku untuk baja yang
yang getas (brittle) menyerap energi sangat mengandung unsur bukan besi dengan unsur
sedikit. Dasar pengujian impak ini adalah utama yang dikandung adalah karbon, mangan,
penyerapan energi potensial dari pendulum dan silikon [6], karbon dan mangan adalah
beban yang berayun dari suatu ketinggian unsur utama untuk menaikkan kekuatan.
tertentu dan menumbuk benda uji sehingga Material baja ST 60 termasuk dalam baja
benda uji mengalami deformasi. Suatu bahan karbon menengah (medium carbon steel) yang
yang diperkirakan ulet ternyata dapat banyak digunakan pada berbagai konstruksi
mengalami patah getas yang disebabkan oleh permesinan seperti pada poros dan bangunan
beberapa hal antara lain: kapal. Namun penyebab terjadinya kegagalan
1. Adanya takikan (notch) sampai saat ini masih banyak yang perlu diteliti
2. Kecepatan pembebanan atau laju regangan seperti akibat kelebihan beban dan pengaruh
yang tinggi temperatur yang menyebabkan perubahan
3. Temperatur yang sangat rendah. struktur pada material tersebut. Kekuatan tarik
Prinsip pengukuran secara skematis baja ST 60 adalah 550–650 Mpa dengan
ditunjukkan pada Gambar 1, sebagian energi komposisi kimia: 0,47–0,53 %C, 0,15–0,35
akan diserap oleh benda uji, sehingga beda %Si, 0,60–0,90 %Mn, 0,030 %P dan 0,035 %S.
tinggi ayunan merupakan ukuran energi yang
diserap. Setelah benda uji patah, bandul Efek Takikan (Notch)

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 34


Menurut James Marrow [3], takikan pada dinaikkan. Vibrasi atom inilah yang berperan
benda uji mempunyai dua efek, yang keduanya sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap
dapat menurunkan energi impak. Pertama, pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi
konsentrasi tegangan dari takikan menyebabkan kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi
peluluhan atau deformasi plastis terjadi pada vibrasi itu maka pergerakan dislokasi mejadi
takikan. Suatu daerah plastis dapat berkembang relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang
pada takikan yang akan menurunkan jumlah lebih besar untuk mematahkan benda uji.
total deformasi plastik pada benda uji. Kedua, Sebaliknya pada temperatur di bawah nol
pembatasan deformasi pada takikan derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit
meningkatkan tegangan tarik di zona plastis. sehingga pada saat bahan dideformasi
Tingkat pembatasan tergantung pada kerumitan pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan
takikan (kedalaman dan keruncingan). benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan
Peningkatan tegangan tarik mendorong dengan energi yang relatif lebih rendah.
perpatahan dan menurunkan usaha yang Informasi mengenai temperatur transisi
dilakukan oleh deformasi plastis sebelum menjadi demikian penting bila suatu material
perpatahan terjadi. akan didisain untuk aplikasi yang melibatkan
Beberapa bahan lebih sensitif terhadap rentang temperatur yang besar, misalnya dari
takikan dibanding yang lain, dan sebuah standar temperatur di bawah nol derajat Celcius hingga
jari-jari ujung takikan dan kedalaman takikan temperatur tinggi di atas seratus derajat Celcius,
kemudian memungkinkan digunakan untuk contohnya sistem penukar panas (heat
membandingkan antara bahan-bahan yang exchanger). Hampir semua logam berkekuatan
berbeda. Pengujian impak charpy kemudian rendah dengan struktur kristal FCC seperti
mengindikasikan sensitifitas takikan dari suatu tembaga dan aluminium bersifat ulet pada
bahan. semua temperatur sementara bahan dengan
kekuatan luluh yang tinggi bersifat rapuh,
Transisi Ulet ke Getas seperti baja karbon pada jembatan, kapal,
Serangkaian uji charpy pada satu jaringan pipa dan sebagainya.
material umumnya dilakukan pada berbagai
temperatur sebagai upaya untuk mengetahui
Transition
temperatur transisi: Temp. range
Impact Energy

1. Suhu dingin diperoleh dengan cara yaitu


batang uji didinginkan dengan cara
memasukkan ke dalam wadah berisi dry ice
+ alcohol 70% atau nitrogen cair. Ductile
2. Suhu panas diperoleh dengan cara yaitu failures
spesimen uji dimasukkan ke dalam dapur
pemanas (furnace).
3. Takik (notch) dalam benda uji standar
Mixed failures
ditujukkan sebagai suatu konsentrasi
tegangan sehingga perpatahan diharapkan Brittle
akan terjadi di bagian tersebut. failures
Transisi ulet ke getas didefinisikan Temperature
dalam hubungan dengan energi patah. Gambar 2. Skematik kurva transisi ulet ke getas.
Perpatahan getas adalah suatu energi patah yang
rendah dan perpatahan ulet adalah suatu energi Gambar 2 memperlihatkan kurva transisi
patah yang tinggi. Kurva transisi ulet ke getas ulet ke getas dari suatu baja karbon menengah
mencatat efek suhu pada energi perpatahan. yang sangat nyata dengan transisi terlihat sangat
Energi impak pada umumnya menurun seiring tajam. Studi pendahuluan tentang uji dinamis
menurunnya suhu dengan kekuatan peluluhan terhadap material baja karbon ST 60 telah
meningkat. Menurut Akhmad [4], temperatur dilakukan oleh [7], yang telah menentukan batas
transisi adalah temperatur yang menunjukkan ketangguhan fatik akibat beban aksial. Hasil
transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan kajian awal ini menunjukkan bahwa baja
bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. karbon ST 60 memiliki kekuatan yang tinggi,
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi namun cenderung rapuh dan ketangguhan fatik
atom-atom bahan pada temperatur yang diperoleh pada tegangan 385 Mpa.
berbeda. Pada temperatur kamar vibrasi itu
berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 35


Mekanisme Perpatahan METODOLOGI
Pengukuran lain yang biasa dilakukan
dalam pengujian impak charpy adalah Waktu dan Tempat
penelaahan mekanisme perpatahan untuk Waktu pelaksanaan penelitian ini
menentukan jenis perpatahan (fratografi) yang direncanakan selama 6 bulan, dan tempat
terjadi. Menurut Akhmad [4], perpatahan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi
impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: Mekanik Jurusan Teknik Mesin untuk
1. Perpatahan ulet, berserat (fibrous fracture), pembuatan spesimen dan set-up peralatan,
yang melibatkan mekanisme pergeseran sedangkan untuk pengujian dilakukan di
bidang bidang kristal di dalam bahan laboratorium Uji Bahan Jurusan Teknik Mesin
(logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan Politeknik Negeri Lhokseumawe.
permukaan patahan berserat yang berbentuk
dimpel yang menyerap cahaya dan Alat dan Bahan
berpenampilan buram. Bahan-bahan yang digunakan pada
2. Perpatahan getas, granular/kristalin, penelitian ini adalah baja ST 60 sebagai
dihasilkan oleh mekanisme pembelahan material uji (spesimen), yang dibentuk menurut
(cleavage) pada butir-butir dari bahan standar ASTM E 23 seperti ditunjukkan pada
(logam) yang rapuh (brittle). Ditandai Gambar 4.
dengan permukaan patahan yang datar yang
mampu memberikan daya pantul cahaya
yang tinggi (mengkilat).
3. Perpatahan campuran (berserat dan
granular) merupakan kombinasi dua jenis
perpatahan di atas.
Selain dengan harga impak yang
ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan
dengan memperkirakan berapa persen patahan
berserat dan patahan kristalin yang yang Gambar 4. Dimensi spesimen uji impak charpy
dihasilkan oleh benda uji yang diuji pada (ASTM E 23)
temperatur tertentu. Semakin banyak persentase
patahan berserat maka dapat dinilai semakin Bahan lainnya yaitu dry ice + alcohol
tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat 70% untuk mendinginkan spesimen dan
dilakukan dengan mengamati permukaan nitrogen cair untuk mendinginkan spesimen
patahan benda uji di bawah miskroskop. hingga minus puluhan derajat Celsius. Alat-alat
Energi impak dipengaruhi oleh yang digunakan pada kegiatan penelitian, yaitu:
mekanisme perpatahan. Logam biasanya patah mesin pengujian impak charpy, compressor,
dengan gabungan mikro (Microvoid dapur pemanas (furnace), stereoscan
Coalescence) oleh regangan plastis macroscope, thermometer, jangka sorong, tang
menyebabkan rongga pengintian di sekitar penjepit dan sarung tangan kulit.
inklusi seperti ditunjukkan pada Gambar 3(a).
Penggabungan ini tumbuh dan bergandengan Perlakuan dan Rancangan Penelitian
sampai terjadi kegagalan akhir. Pada logam Perlakuan yang dimaksud adalah
BCC, kegagalan dapat juga terjadi oleh pengaturan temperatur spesimen pada berbagai
pembelahan (cleavage) sepanjang bidang kristal kondisi sampai pada temperature ekstrim
seperti ditunjukkan pada Gambar 3(b). (minus puluhan derajat Celsius). Rancangan
percobaan dipersiapkan untuk 8 perlakuan, yaitu
(-20ºC, -10ºC, 0ºC, temperatur kamar, 50ºC,
100ºC, 150ºC dan 200C). Untuk mendapatkan
hasil yang valid, masing-masing perlakuan
dilakukan 3 kali perulangan dan diambil harga
rata-ratanya. Jadi model rancangan pengujian
adalah 8 × 3 yaitu 8 kali perlakuan dan 3 kali
perulangan, sehingga jumlah sampel pengujian
(a) Mikcrovoid Coalescence (b) Cleavage
(spesimen) adalah 24 buah.
Gambar 3. Struktur mikro mekanisme
Set-up peralatan pengujian seperti
perpatahan.
ditunjukkan pada Gambar 5, yaitu spesimen

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 36


ditempatkan pada landasan alat uji impak Tabel 1. Hasil pengujian Impak
(anvil) dalam posisi takik di depan dan harus
dipastikan tepat ditengah-tengah sehingga T am b A E HI
N
(OC m) (m (mm (Joule (Joule/m
pendulum sejajar dengan takik. Sebaiknya o 2
) m) ) ) m 2)
penempatan posisi spesimen dilakukan sebelum - 8 10 80
pendulum dinaikkan untuk menjaga keamanan 1 9 0.113
201
operasi. - 8 10 80 0.106
2 202 8.5

- 10 80 0.113
3 8 9
203
Rata-rata 8.8 0.111
- 10 80 0.115
4 8 9.2
101
- 8 10 80 0.119
5 102 9.5

- 8 10 80
6 103 9.4 0.118

Rata-rata 9.4 0.117


Gambar 5. Set-up peralatan uji impak charpy. 7 01 8 10 80 10 0.125
8 02 8 10 80 11 0.138
9 03 8 10 80 10.2 0.128
Dalam metode eksperimen ini ada empat Rata-rata 10.4 0.130
tahapan yang harus dilakukan, yaitu: (1) 1 301 8 10 80
16.5 0.206
mempersiapkan spesimen untuk pengujian; (2) 0
melakukan proses pengkondisian spesimen pada 1 302 8 10 80
17 0.213
berbagai perlakuan temperatur; (3) melakukan 1
pengujian impak charpy; dan (4) melakukan 1 303 8 10 80
16 0.206
pengamatan terhadap bentuk perpatahan akibat 2
kegagalan impak. Pengamatan pada percobaan Rata-rata 16.5 0.233
dilakukan terhadap luas area di bawah takik 1 501 8 10 80
20 0.250
untuk masing-masing spesimen, dan setelah 3
dilakukan uji impak dilakukan pengamatan dan 1 502 8 10 80
22 0.275
dicatat energi impak yang diserap spesimen dan 4
selanjutnya dapat dihitung harga kekuatan 1 503 8 10 80
24 0.300
impaknya. Pengamatan juga dilakukan terhadap 5
spesimen yang telah patah untuk menganalisa Rata-rata 22.0 0.275
bentuk permukaan perpatahan dengan 1 100 8 10 80 35 0.438
menggunakan stereoscan macroscope. 6 1

1 100 8 10 80
39 0.488
7 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 1 100 8 10 80


42 0.525
8 3

Harga Kekuatan Impak Rata-rata 38.7 0.484


Harga Impak (HI) merupakan parameter 1 150 8 10 80
59.5 0.744
ketangguhan bahan yang diperoleh berdasarkan 9 1

energi yang diserap (E) dibagi dengan luas 2 150 8 10 80


61 0.763
penampang di bawah takik (A) dari spesimen, 0 2

dan hasilnya seperti ditunjukkan pada Tabel 1. 2 150 8 10 80


58 0.725
1 3

Rata-rata 59.5 0.744


2 200 8 10 80
67 0.838
2 1

2 200 8 10 80
68.5 0.856
3 2

2 200 8 10 80
65 0.813
4 3

Rata-rata 66.8 0.836

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 37


Hasil-hasil yang diperlihatkan pada umumnya menurun seiring menurunnya suhu.
Tabel 1 dilakukan untuk 8 kondisi temperatur Dengan demikian kurva transisi ulet ke getas
pengujian dan masing-masing perlakuan mencatat efek temperatur pada energi
temperatur diulang 3 kali, sehingga harga perpatahan. Dari hasil pengujian yang telah
kekuatan impak yang dinyatakan dalam dilakukan, besarnya energi impak untuk
parameter HI diambil dari harga rata-ratanya. berbagai kondisi temperatur dapat ditunjukkan
Harga kekuatan impak terendah terjadi pada pada Tabel 2.
temperatur -200C yaitu 0,111 Joule/mm2 dan
tertinggi terjadi pada temperatur 2000C dengan Tabel 2. Energi impak pada berbagai temperatur
harga sebesar 0,836 Joule/mm2. Gambar 6 No. Temperatur ( 0C ) Energi impak (Joule)
memperlihatkan grafik hubungan harga 1 -20 8.8
kekuatan impak dan berbagai temperatur 2 -10 9.4
perlakuan.
3 0 10.4
4 30 16.5
5 50 22
6 100 38.7
7 150 59.5
8 200 66.8

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa harga


energi impak terendah terjadi juga pada
temperatur paling rendah (-200C) yaitu sebesar
8,8 Joule dan harga tertinggi pada temperatur
2000C yaitu 66,8 Joule, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa makin besar temperatur
perlakuan makin besar pula energi impak yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen.
Besarnya kenaikan energi impak ini tidak
langsung berbanding lurus dengan kenaikan
temperatur, dan ini ada kaitannya dengan
Gambar 6. Grafik harga kekuatan impak.
transisi ulet ke getas yang lebih lanjut dapat
diamati pada grafik dari Gambar 7 yang
Dari grafik pada gambar 6 dapat
memperlihatkan hubungan antara temperatur
dijelaskan bahwa makin besar temperatur
perlakuan dan energi impak yang terjadi.
perlakuan, makin besar pula harga kekuatan
Temperatur transisi dari ulet ke getas
impak atau dengan kata lain harga kekuatan
dapat diketahui dengan mengamati batas-batas
impak meningkat seiring dengan naiknya
kenaikan yang tajam pada kurva yang dibentuk
temperatur. Kenaikan tersebut, dari grafik
dari hubungan keduanya. Batas-batas tersebut
memperlihatkan tidak terjadi secara linear,
dimulai dari daerah temperatur di bawah 00C
tetapi mulai dari temperatur di atas 00C naik
yang merupakan kondisi batas yang agak stabil
secara tajam sampai pada temperatur 1500C,
(tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan
sedangkan pada temperatur dari -200C sampai
suhu) dan berakhir sampai pada temperatur
pada temperatur 00C kenaikannya tidak
1500C seperti ditunjukkan oleh grafik pada
signifikan. Hasil tersebut menjelaskan bahwa
Gambar 7 yang secara jelas menggambarkan
untuk bahan baja karbon menengah seperti ST
prilaku tersebut.
60 akan menjadi sangat getas pada temperatur
di bawah 00C atau pada temperatur ekstrim, dan
sampai pada temperatur di atas 1500C bahan
tersebut bersifat ulet karena dibutuhkan energi
yang besar untuk mematahkan spesimen akibat
vibrasi atom yang juga meningkat pada suhu
yang tinggi.

Transisi Ulet ke Getas


Sebagaimana telah diuraikan terdahulu,
bahwa transisi ulet ke getas dikaitkan dengan
energi impak yang diperlukan untuk
mematahkan spesimen. Energi impak pada

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 38


perpatahan pada temperatur -200C, -100C, dan
00C (temperature ekstrim). Pada kondisi ini
Batas temperatur transisi material terjadi perpatahan getas yang ditandai
dengan ciri pembelahan (cleavage) dan
permukaan perpatahan halus dengan
memantulkan cahaya yang tinggi. Perpatahan
Patah ulet getas ini juga dapat terjadi secara memecah
butir kristal (transgranular) atau juga sering
disebut perpatahan kristalin.
Patah campuran
Patah getas

Gambar 7. Batas transisi ulet ke getas.


(a) T = 300C (b) T = 500C (c) T = 1000C (d) T = 1500C
Dari Gambar 7 dapat diperlihatkan Gambar 9. Bentuk permukaan patah campuran
bahwa batas temperatur transisi dari ulet ke
getas untuk material ST 60 adalah antara (0– Pada Gambar 9 (a), (b), (c), dan (d)
150) 0C. Pada batas temperatur transisi tersebut memperlihatkan permukaan perpatahan secara
bentuk perpatahan material dapat dikatagorikan berturut-turut untuk temperatur perlakuan 300C,
patah campuran, sedangkan perpatahan getas 500C, 1000C, dan 1500C, yaitu pada temperatur
berada pada temperatur 00C ke bawah dan di transisi ulet ke getas. Bentuk perpatahan pada
atas temperature 1500C sudah termasuk kondisi tersebut adalah perpatahan campuran.
perpatahan ulet. Bentuk perpatahan campuran ini merupakan
kombinasi antara patah ulet dan patah getas,
Analisa Permukaan Patah yang memperlihatkan ciri perpatahan dari
Ketangguhan suatu bahan dapat juga keduanya. Dari Gambar 9 (a) untuk temperatur
diperkirakan dengan mengamati bentuk 300C menunjukkan adanya lubang-lubang
permukaan patah. Makin banyak persentase dimple sebagai ciri perpatahan ulet dan pada
perpatahan berserat atau berbentuk dimple bagian lain terjadi pembelahan (halus dan datar)
menandakan bahan tersebut semakin ulet yang sebagai ciri perpatahan getas. Untuk
berarti semakin tangguh pula suatu material. selanjutnya makin tinggi temperatur perlakuan
Sebaliknya semakin halus dan datar permukaan terdapat lubang-lubang dimple yang semakin
perpatahannya, maka material tersebut semakin besar pula yang menunjukkan bahwa dengan
getas dan rapuh. Material yang getas dapat juga naiknya temperatur perlakuan, maka bentuk
ditandai dengan permukaan patah berbentuk perpatahan semakin mengarah ke tipe
kristalin yang menghasilkan pantulan cahaya perpatahan ulet.
atau sering disebut dengan mekanisme
pembelahan (cleavage). Berikut ini ditunjukkan
beberapa bentuk permukaan patah pada
berbagai variasi temperatur perlakuan yang
dilakukan dengan menggunakan stereoscan
macroscope seperti ditunjukkan pada Gambar 8
(a), (b), dan (c). Adapun bagian yang diamati
adalah penampang patah antar muka (interface)
Gambar 10. Bentuk permukaan patah ulet (pada
dari spesimen.
T= 2000C)

Gambar 10 adalah permukaan patah pada


temperatur 2000C yang menunjukkan tipe
perpatahan ulet dengan ciri adanya lubang
dimple yang semakin besar dan perpatahan
(a) T= -20 0C (b) T= -10 0C (c) T= 0 0C berserat serta berpenampilan buram atau
Gambar 8. Bentuk permukaan patah getas, menyerap cahaya. Dari beberapa bentuk
permukaan yang ditampilkan dapat
Dari gambar 8 (a), (b), dan (c), secara disimpulkan, bahwa makin tinggi temperatur
berturut-turut menunjukkan permukaan

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 39


perlakuan maka tipe perpatahan material makin [6] Salmon CG, JE Johnson, 1990, Struktur
mengarah ke ulet. Baja Disain dan Prilaku, Jilid 1 dan 2, Alih
bahasa: Wira, Edisi kedua, Penerbit
KESIMPULAN Erlangga, Jakarta.
Dari hasil penelitian ini, dapat diambil [7] Setiawan A, 2005, Batas Ketangguhan
beberapa kesimpulan sesuai dengan yang Fatik Baja Karbon ST 60 Akibat Beban
diharapkan dari tujuan penelitian sebagai Aksial, Proceedings the 3rd Regional
berikut: Seminar on Materials, Energy and
1. Harga kekuatan impak material ST 60 Structure, University of Sumatera Utara,
terendah terjadi pada temperatur yang sangat Medan, hal: IX.1–IX.7.
ekstrim (-200C), yaitu sebesar 0,111 [8] Dieter, George E., 1986, “Metalurgi
Joule/mm2, dan yang terbesar pada Mekanik“, Jilid 2, Alih bahasa: Sriati
temperature 2000C dengan harga 0,836 Djaprie, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga.
Joule/mm2. [9] Matest, 2008, “Instruction Manual
2. Temperatur transisi dari ulet ke getas untuk Pendulum Impact Tested, Matest
material ST 60, terjadi antara temperatur 00C [10] Roberta A. Storer 1996, “Annual Book of
sampai 1500C, dimana pada rentang ASTM Standard 1996“, Volume 03.01
temperatur ini menunjukkan energi impak Easton, MD, USA.
terjadi kenaikan yang tajam. [11] Shigley, Joseph E., and Mischke, Charles.,
3. Bentuk permukaan patah pada bahan ST 60 1989, “Mechanical Engineering Design“
adalah sebagai berikut: 5th ed.; Mc. Graw Hill Book Company, ;
a. Pada temperature -200C sampai 00C New York.
terjadi perpatahan getas dengan bentuk [12] Surdia, T., Chijiiwa, K., 1980, “Teknik
datar dan memecah butir (transgranular) Pengecoran Logam“, Cetakan ketiga,
serta memantulkan cahaya. Penerbit PT. Pradnya Paramita.
b. Pada temperatur 300C sampai 1500C
terjadi perpatahan campuran, yaitu
kombinasi ulet dan getas dengan ciri
keduanya.
c. Pada temperatur 2000C terjadi ……
perpatahan ulet dengan ciri adanya
lubang dimple dan menyerap cahaya.
Jadi makin tinggi temperatur bentuk
permukaan patah semakin mengarah ke
tipe perpatahan ulet.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Timings RL, 1998, Engineering Materials,


Volume-I, 2nd Edition Addison Wesley
Longman Limited.
[2] Faupel, H Joseph, Fisher, E Franklin, 1981,
Engineering Design, 2nd ed., John Willey
and Sons, New York.
[3] Marrow J, 2009, The Materials Science
Internet Microscope, UMIST and
University of Manchester,
www.umist.ac.uk/matsci.
[4] Akhmad HW, 2009, Buku Panduan
Praktikum Karakterisasi Material 1
Pengujian Merusak, Departemen Metalurgi
dan Material Fakultas Teknik UI, Jakarta.
[5] Davis HE, FW George, 1982, The Testing
of Engineering Materials, Fourth Edition,
McGraw-Hill Book Company, New York.

Jurnal Polimesin (ISSN: 1693-5462), Volume 14, Nomor 2, Agustus 2016 40

Anda mungkin juga menyukai