Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETIC ULCERS
DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH

OLEH :

NAMA : HESTI NOR ASIA NINGRUM

NIM : P07120118067

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
BANJARBARU
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : HESTI NOR ASIA NINGRUM


NIM : P07120118067
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN DIABETIC ULCERS

DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK RSUD DR. H.


MOCH. ANSARI SALEH

Mengetahui

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Hammad, S. Kep, Ns, M. Kep Chairiyati, S. Kep, Ns

1
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETIC ULCERS
DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi
normal (hiperglikemia). Diabetes mellitus didefinisikan sebagai sindrom yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat resistensi insulin atau ketiadaan
insulin mutlak atau relatif (Barasi, 2007).
Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk dari komplikasi kronik
penyakit diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang
dapat disertai adanya kematian jaringan setempat (Frykberb, 2002). Ulkus
diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit akibat adanya
penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer akibat
kadar gula darah yang tinggi sehingga klien sering tidak merasakan adanya
luka, luka terbuka dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob (Waspadji, 2009).
2. Penyebab
Menurut Suriadi (2007) dalam Purbianto (2007); Robert (2000)
penyebab dari luka diabetes antara lain:
a. Diabetik neuropati
Diabetik neuropati merupakan salah satu manifestasi dari diabetes
mellitus yang dapat menyebabkan terjadinya luka diabetes. Pada
kondisi ini sistem saraf yang terlibat adalah saraf sensori, motorik dan
otonom. Neuropati perifer pada penyakit diabetes meliitus dapat
menimbulkan kerusakan pada serabut motorik, sensoris dan autonom.
Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan kelemahan otot,
sensoris dan autonom. Kerusakan serabut motorik dapat menimbulkan
kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw toes,

2
kontraktur tendon achilles) dan bersama dengan adanya neuropati
memudahkan terbentuknya kalus. Kerusakan serabut sensoris yang
terjadi akibat rusakanya serabut mielin mengakibatkan penurunan
sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki. Kerusakan
serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik menimbulkan
kulit kering (anhidrosis) dan terbentuknya fisura kulit dan edema
kaki. Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom memudahkan
terjadinya artropati Charcot (Cahyono, 2007).
b. Pheripheral vascular diseases
Pada pheripheral vascular disease ini terjadi karena adanya
arteriosklerosis dan ateoklerosis. Pada arteriosklerosis terjadi
penurunan elastisitas dinding arteri sedangkan pada aterosklerosis
terjadi akumulasi “plaques” pada dinding arteri berupa; kolesterol,
lemak, sel-sel otot halus, monosit, pagosit dan kalsium. Faktor yang
mengkontribusi antara lain perokok, diabetes, hyperlipidemia dan
hipertensi.
c. Trauma
Penurunan sensasi nyeri pada kaki dapat menyebabkan tidak
disadarinya trauma akibat pemakaian alas kaki. Trauma yang kecil
atau trauma yang berulang, seperti pemakaian sepatu yang sempit
menyebabkan tekanan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
ulserasi pada kaki.
d. Infeksi
Infeksi adalah keluhan yang sering terjadi pada pasien
diabetes mellitus, infeksi biasanya terdiri dari polimikroba.
Hiperglikemia merusak respon immunologi, hal ini menyebabkan
leukosit gagal melawan patogen yang masuk, selain itu iskemia
menyebabkan penurunan suplai darah yang menyebabkan antibiotik
juga efektif sampai pada luka.
3. Tanda dan Gejala
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

3
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1. Pain (nyeri).
2. Paleness (kepucatan).
3. Paresthesia (kesemutan).
4. Pulselessness (denyut nadi hilang)
5. Paralysis (lumpuh).
4. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer
yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di
bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian
distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak
jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya
terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein
dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh
darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh
darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik,
pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan
aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang
menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka

4
karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila
cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan
menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita
diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar
gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen,
bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini
karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat.
Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tida
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. 
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,

5
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum:
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
1) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah
goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /
ganda, diplopia, lensa mata keruh.
2) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
4) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
5) Sistem gastrointestinal

6
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
6) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
7) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
8) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ),
dan merah bata  ( ++++ ).
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki
diabetik adalah sebagai berikut :
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya  obstruksi
pembuluh darah.

7
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
7. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

3. Rencana Keperawatan
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : Mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
Kriteria hasil : Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular, warna kulit
sekitar luka tidak pucat/sianosis, kulit sekitar luka teraba hangat. oedema
tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah. sensorik dan motorik
membaik.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan mobilisasi
melakukan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor 2. Meningkatkan melancarkan
yang dapat meningkatkan aliran darah balik sehingga
aliran darah  :tinggikan kaki tidak terjadi oedema.
sedikit lebih rendah  dari 3. Kolestrol tinggi dapat
jantung  (posisi elevasi pada mempercepat terjadinya
waktu istirahat), hindari arterosklerosis, merokok dapat
penyilangkan kaki, hindari menyebabkan terjadinya
balutan ketat, hindari vasokontriksi pembuluh darah,
penggunaan bantal, di relaksasi untuk mengurangi
belakang lutut dan sebagainya. efek dari stres.
3. Ajarkan tentang modifikasi 4. Pemberian vasodilator akan
faktor-faktor resiko berupa : meningkatkan dilatasi

8
hindari diet tinggi kolestrol, pembuluh darah sehingga
teknik relaksasi, menghentikan perfusi jaringan dapat
kebiasaan merokok, dan diperbaiki, sedangkan
penggunaan obat pemeriksaan gula darah secara
vasokontriksi. rutin dapat mengetahui
4. Kerja sama dengan tim perkembangan dan keadaan
kesehatan lain dalam pasien, HBO untuk
pemberian vasodilator, memperbaiki oksigenasi
pemeriksaan gula darah secara daerah ulkus/gangren.
rutin dan terapi oksigen
(HBO).

2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada


ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : Berkurangnya oedema sekitar luka, pus dan jaringan
berkurang, adanya jaringan granulasi, bau busuk luka berkurang.
Intervensi Rasional
1. Kaji luas dan keadaan luka 1. Pengkajian yang tepat terhadap
serta proses penyembuhan. luka dan proses penyembuhan
2. Rawat luka dengan baik dan akan membantu dalam
benar : membersihkan luka menentukan tindakan
secara abseptik menggunakan selanjutnya.
larutan yang tidak iritatif, 2. Merawat luka dengan teknik
angkat sisa balutan yang aseptik, dapat menjaga
menempel pada luka dan kontaminasi luka dan larutan
nekrotomi jaringan yang mati. yang iritatif akan merusak
3. Kolaborasi dengan dokter jaringan granulasi tyang
untuk pemberian insulin, timbul, sisa balutan jaringan
pemeriksaan kultur pus nekrosis dapat menghambat
pemeriksaan gula darah proses granulasi.
pemberian antibiotik. 3. Insulin akan menurunkan
kadar gula darah, pemeriksaan

9
kultur pus untuk mengetahui
jenis kuman dan anti biotik
yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darah
untuk mengetahui
perkembangan penyakit.

3. Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.


Tujuan : Rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : Penderita secara verbal mengatakan nyeri
berkurang/hilang, pergerakan penderita bertambah luas, tidak ada
keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 –
80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan 1. Untuk mengetahui berapa berat
reaksi nyeri yang dialami nyeri yang dialami pasien.
pasien. 2. Pemahaman pasien tentang
2. Jelaskan pada pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
sebab-sebab timbulnya nyeri. akan mengurangi ketegangan
3. Ciptakan lingkungan yang pasien dan memudahkan
tenang. pasien untuk diajak
4. Ajarkan teknik distraksi dan bekerjasama dalam melakukan
relaksasi. tindakan.
5. Atur posisi pasien senyaman 3. Rangasangan yang berlebihan
mungkin sesuai keinginan dari lingkungan akan
pasien. memperberat rasa nyeri.
6. Lakukan massage dan 4. Teknik distraksi dan relaksasi
kompres luka dengan BWC dapat mengurangi rasa nyeri
saat rawat luka. yang dirasakan pasien.
7. Kolaborasi dengan dokter 5. Posisi yang nyaman akan
untuk pemberian analgesic. membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.

10
6. Massage dapat meningkatkan
vaskulerisasi dan pengeluaran
pus sedangkan BWC sebagai
desinfektan yang dapat
memberikan rasa nyaman.
7. Obat –obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
pasien.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di


kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
Kriteria hasil : Pergerakan paien bertambah luas, pasien dapat
melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk, berdiri,
berjalan), rasa nyeri berkurang, pasien dapat memenuhi kebutuhan
sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan identifikasi tingkat 1. Untuk mengetahui derajat 
kekuatan otot pada kaki pasien. kekuatan otot-otot  kaki
2. Beri penjelasan tentang pasien.
pentingnya melakukan aktivitas 2. Pasien mengerti pentingnya
untuk menjaga kadar gula darah aktivitas sehingga dapat
dalam keadaan normal. kooperatif dalam tindakan
3. Anjurkan pasien untuk keperawatan.
menggerakkan/mengangkat 3. Untuk melatih otot – otot
ekstrimitas bawah sesui kaki sehingg berfungsi
kemampuan. dengan baik.
4. Bantu pasien dalam memenuhi 4. Agar kebutuhan pasien tetap
kebutuhannya. dapat terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim 5. Analgesik dapat membantu
kesehatan lain: dokter mengurangi rasa nyeri,
(pemberian analgesik) dan fisioterapi untuk melatih

11
tenaga fisioterapi. pasien melakukan aktivitas
secara bertahap dan benar.

5. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Berat badan dan tinggi badan ideal, pasien mematuhi
dietnya, kadar gula darah dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
hiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui tentang
kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi
2. Anjurkan pasien untuk pasien sehingga dapat diberikan
mematuhi diet yang telah tindakan dan pengaturan diet
diprogramkan. yang adekuat.
3. Timbang berat badan setiap 2. Kepatuhan terhadap diet dapat
seminggu sekali. mencegah komplikasi terjadinya
4. Identifikasi perubahan pola hipoglikemia/hiperglikemia.
makan. 3. Mengetahui perkembangan berat
5. Kerja sama dengan tim badan pasien (berat badan
kesehatan lain untuk merupakan salah satu indikasi
pemberian insulin dan diet untuk menentukan diet).
diabetik. 4. Mengetahui apakah pasien telah
melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun,pemberian diet yang
sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.

12
6. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota
tubuhnya secar positif.
Kriteria hasil : Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan, tanpa rasa malu dan rendah diri, pasien yakin akan
kemampuan yang dimiliki.
Intervensi Rasional
1. Kaji perasaan/persepsi pasien 1. Mengetahui adanya rasa
tentang perubahan gambaran negatif pasien terhadap dirinya.
diri berhubungan dengan 2. Memudahkan dalm menggali
keadaan anggota tubuhnya permasalahan pasien.
yang kurang berfungsi secara 3. Pasien akan merasa dirinya di
normal. hargai.
2. Lakukan pendekatan dan bina 4. Dapat meningkatkan
hubungan saling percaya kemampuan dalam
dengan pasien. mengadakan hubungan dengan
3. Tunjukkan rasa empati, orang lain dan menghilangkan
perhatian dan penerimaan pada perasaan terisolasi.
pasien. 5. Untuk mendapatkan dukungan
4. Bantu pasien untuk dalam proses berkabung yang
mengadakan hubungan dengan normal.
orang lain. 6. Untuk meningkatkan perilaku
5. Beri kesempatan kepada pasien yang adiktif dari pasien.
untuk mengekspresikan
perasaan kehilangan.
6. Beri dorongan pasien untuk
berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari
pasien.

13
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit, pasien
tenang dan wajah segar, pasien mengungkapkan dapat beristirahat
dengan cukup.
Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan yang 1. Lingkungan yang nyaman
nyaman dan tenang. dapat membantu
2. Kaji tentang kebiasaan tidur meningkatkan tidur/istirahat.
pasien di rumah. 2. Mengetahui perubahan dari
3. Kaji adanya faktor penyebab hal-hal yang merupakan
gangguan pola tidur yang lain kebiasaan pasien ketika tidur
seperti cemas, efek obat- akan mempengaruhi pola tidur
obatan dan suasana ramai. pasien.
4. Anjurkan pasien untuk 3. Mengetahui faktor penyebab
menggunakan pengantar tidur gangguan pola tidur yang lain
dan teknik relaksasi. dialami dan dirasakan pasien.
5. Kaji tanda-tanda kurangnya 4. Pengantar tidur akan
pemenuhan kebutuhan tidur memudahkan pasien dalam
pasien. jatuh dalam tidur, teknik
relaksasi akan mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri.
5. Untuk mengetahui terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan tidur
pasien akibat gangguan pola
tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Barasi, E. M., 2007. At A Glance, Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga

14
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta :
EGC
Suriadi. 2007. Manajemen Luka. Romeo Grafika. Pontianak
Waspadji S., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam:Komplikasi Kronik Diabestes,
Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan, Jilid III, Edisi 4,
Jakarta: FK UI pp. 1923-24.

15

Anda mungkin juga menyukai