Anda di halaman 1dari 561

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
TEKNIK BUDIDAYA
AGRO-KOMPLEK
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
M. ABDUL FATAH, S. Pd.
SETONO GG 5 NO 55
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
KOTA PEKALONGAN
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
NO HP : 082136561161
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
2012
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
1. Teknik Budidaya Pisang

I. PENDAHULUAN

Pisang adalah tanaman buah , sumber vitamin, mineral

dan karbohidrat. Di Indonesia pisang yang ditanam baik

dalam skala rumah tangga ataupun kebun

pemeliharaannya kurang intensif. Sehingga, produksi

pisang Indonesia rendah, dan tidak mampu bersaing di


pasar internasional. Untuk itu PT. NATURAL

NUSANTARA merasa terpanggil untuk membantu

petani meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas

dan kelestarian (Aspek K-3).

II. SYARAT TUMBUH

2.1. Iklim

a. Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung

pertumbuhan pisang. Namun demikian pisang masih

dapat tumbuh di daerah subtropis.

b. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi.

c. Curah hujan optimal adalah 1.520 - 3.800 mm/tahun

dengan 2 bulan kering.

2.2. Media Tanam

a. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan

pemupukan.

b. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.


c. Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung

garam 0,07%.

2.3.Ketinggian Tempat

Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m

dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik

sampai ketinggian 1.000 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

- Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas

(anakan).

- Tinggi anakan untuk bibit 1 - 1,5 m, lebar potongan

umbi 15 - 20 cm.

- Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan

sehat.

- Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang,

helai daun sempit.


3.2. Penyiapan Bibit

- Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2x2 m

- Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.

3.3. Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam

- Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di

akar.

- Simpan bibit di tempat teduh 1 - 2 hari sebelum tanam.

- Buang daun yang lebar.

- Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam

larutan POC NASA (1 - 2 tutup), HORMONIK (0,5 -1

tutup), Natural GLIO (1 - 2 sendok makan) dalam setiap

10 liter air, selama 10 menit. Lalu bibit

dikeringanginkan.

- Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam

umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.


3.4. Pengolahan Media Tanam

- Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-

semak.

- Gemburkan tanah yang masih padat

- Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat

juga saluran pengeluaran air.

- Dianjurkan menanam tanaman legum seperti lamtoro di

batas sengkedan.

3.5. Teknik Penanaman

- Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat

dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.

- Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3

m untuk tanah berat.

- Penanaman dilakukan menjelang musim hujan

(September - Oktober).

- Siapkan campuran Natural GLIO dan pupuk kandang,


caranya: Campur 100 gram Natural GLIO dengan 25 -

50 kg pupuk kandang, jaga kelembaban dengan

memercikan air secukupnya, masukkan ke dalam karung,

biarkan 1 - 2 minggu.

- Pisahkan tanah galian bagian atas dan bagian bawah.

- Tanah galian bagian atas dicampur Natural GLIO yang

sudah dicampur pupuk kandang (0,5 - 1 kg per lubang

tanam), tambahkan dolomit (0,5 - 1 kg/lubang tanam),

pupuk kandang 15 - 20 kg/lubang tanam.

- Masukkan bibit dengan posisi tegak, tutup terlebih dulu

dengan tanah bagian atas yang sudah dicampur Natural

GLIO, dolomit dan pupuk kandang, diikuti tanah galian

bagian bawah. Catatan : pupuk kandang diberikan jika

tersedia, jika tidak dapat diganti dengan SUPERNASA.

- Siram dengan larutan POC NASA (1 - 2 tutup),

HORMONIK (0,5 tutup) dalam setiap 5 liter air. Untuk

mendapatkan hasil lebih baik, POC NASA dapat diganti

dengan POP SUPERNASA. Cara penggunaan POP


SUPERNASA: 1 (satu) botol POP SUPERNASA

diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 5 liter air diberi 5 tutup larutan

induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. -Penyiraman

dilakukan 2 - 3 bulan sekali.

Data kebutuhan dan cara pemupukan, adalah sebagai

berikut :

PUPUK JUMLAH KETERANGAN


Berikan 2x setahun,

dalam larikan yang


UREA 207 (kg/ha)
mengitari rumpun lalu

ditutup tanah
6 bulan setelah tanam
SP-36 138 (kg/ha)
( 2x dalam satu tahun )
6 bulan setelah tanam
KCl 608 (kg/ha)
( 2x dalam satu tahun )
Pupuk dasar, campur
Pupuk 0,8-10
dengan tanah galian
Kandang (kg/ha)
bagian atas
Dolomit 200 (kg/ha)Pupuk dasar, campur
dengan tanah galian

bagian atas
20 Disiramkan 3 bulan
POC NASA
(botol/ha) sekali
10
SUPERNASA 4 bulan sekali
(botol/ha)
10 Dicampur POC NASA
HORMONIK
(botol/ha) disiram 3 bulan sekali

3.6. Pemeliharaan Tanaman

- Satu rumpun hanya 3 - 4 batang.

- Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga

dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing

berbeda umur (fase pertumbuhan).

- Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman

baru.

- Penyiangan dilakukan bersamaan dengan

penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah.

- Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu dalam.


- Pangkas daun kering.

- Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi

parit saluran air.

- Pasang mulsa berupa daun kering ataupun basah.

Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.

3.7. Pemeliharaan Buah

- Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari

sisir buah terakhir.

- Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan

pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal

0,5 mm, diberi lubang diameter 1,25 cm. Jarak tiap

lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di

atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah

dari sisir terbawah.

- Batang tanaman disangga dengan bambu yang

dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.

3.8. Hama dan Penyakit


3.8.1. Hama

a. Ulat daun (Erienota thrax.)

Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti

selubung dan sobek hingga tulang daun.

b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)

Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong

ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh

lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan

rumpun dari sisa batang pisang, gunakan PESTONA.

c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)

Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana,

terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar

bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang tahan,

tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar

lempung kecil.
d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)

Menyerang bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah

abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70

ekor di tandan pisang.

3.8.2. Penyakit

a. Penyakit darah

Penyebab : Xanthomonas celebensis (bakteri).

Menyerang jaringan tanaman bagian dalam. Gejala:

jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah.

Pengendalian: Pemberian Natural GLIO sebelum tanam,

dan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

b. Panama

Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Menyerang

daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar

lalu bagian dalam, pelepah daun membelah membujur,

keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.


Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam,

membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

c. Bintik daun

Penyebab: jamur Cercospora musae. Menyerang daun

dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas.

Pengendalian: : Pemberian Natural GLIO sebelum

tanam.

d. Layu

Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala:

tanaman layu dan mati. Pengendalian : membongkar dan

membakar tanaman yang sakit, Natural GLIO diawal

tanaman

e. Daun pucuk

Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia

nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun


pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok.

Pengendalian: Mengendalikan kutu duan dengan Natural

BVR, membongkar dan membakar tanaman yang sakit.

3.9. Panen

- Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.

Buah 80 - 100 hari dengan siku-siku buah yang masih

jelas sampai hampir bulat.

- Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya.

Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal

sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih

waktu memotong tandan.

- Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya

getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa

mengotori buah.

- Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi

batangnya dihilangkan sama sekali.

- Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat


dilakukan 3 - 10 hari sekali tergantung pengaturan

jumlah tanaman produktif.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
2. Teknik Budidaya

Anggur

PENDAHULUAN

Produksi anggur ( Vitis sp.) di Indonesia belum optimal.


PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi

anggur secara kuantitas, kualitas dan kelestarian

lingkungan (Aspek K-3) untuk bersaing di era pasar

bebas.

SYARAT TUMBUH

Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban

udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% - 80%, 3-4

bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan pH tanah 6-

7. Tipe tanah : liat dan liat berpasir (alluvial dan

grumosol).

PERSIAPAN LAHAN

1. Bersihkan lahan, cangkul/bajak sampai gembur.

2. Pengapuran pada tanah masam dosis 5 ton/ ha.

3. Buat saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi

4. Buat lubang tanam 60x60x50 cm / 75x75x70 cm,

jarak tanam 3 x 3 m / 5 x 4 m, keringanginkan + 2-4


minggu, isikan tanah lapisan bawah ke dasar lubang.

5. Campurkan tanah lapisan atas : pupuk kandang ( + 20-

40) : pasir perbandingan 1:1:2 serta Natural GLIO + 5-10

gram/lubang dan isikan ke lubang bagian atas.

PENYIAPAN BIBIT

Bibit siap tanam umur 1,5 - 2 bulan, perakarannya 5-10

cm, tumbuh sehat, bertunas dua. Kebutuhan bibit jarak

tanam 3 x 3 cm sebanyak 890 batang/ha, jarak tanam 5 x

4 cm sebanyak 500 batang/ha. Sebulan sebelum tanam,

bibit anggur terpilih diadaptasikan di sekitar lahan

PENANAMAN

Waktu tanam di akhir musim hujan (April-Juni). Siram

bibit dng POC NASA (1-2 ttp/10 lt air) + 1 minggu

sebelum tanam. Beri naungan sementara. Semprot POC

NASA 1-2 ttp/tangki/10 hari hingga usia + 3 bulan

setelah tanam.
PENGAIRAN

Pengairan tanaman muda 1-2 kali sehari dan dewasa 3

hari sekali. Tiga minggu sebelum dipangkas, pengairan

dihentikan dan 2-3 hari setelah pemangkasan air

diberikan kembali. Pengairan setelah pemupukan dan

dihentikan menjelang pemetikan buah.

PENYIANGAN DAN PENDANGIRAN

Lahan dijaga kebersihannya dari gulma dan

penggemburan tanah (Pendangiran) dilakukan sebulan

sekali agar bidang oleh tetap bersih dan gembur.

PEMUPUKAN

Pemupukan disebar dan dicampur merata tanah secara

melingkar sejauh 25 cm dari batang lalu ditutup dan

diairi atau dengan cara pengocoran pupuk


Pemupukan berdasarkan umur tanaman, yaitu :

a. Tanaman Muda sampai umur 6 bulan (per pohon)

No Umur Tanaman Jenis dan Dosis Pupuk

Per pohon

1 10 hari – 3 bulan, Urea 7,5 gr atau ZA 10

interval 10 hari sekali gr, tiap kali

pemupukan

2 > 3 – 6 bulan, interval Urea 15 gr atau ZA 20

15 hari sekali gr tiap kali pemupukan

3 Tiap 1 bulan sekali SUPER NASA 1-2

sendok makan (s.m.)/

10 liter air

b. Tanaman Umur 6 bulan sampai 1 tahun (per pohon)


No Umur Tanaman Jenis dan Dosis Pupuk

Per Pohon

1 > 6 bulan Pukan 30 kg atau

SUPER NASA 1-2 s.m.

dan Urea 22,5 gr atau

ZA 30 gr

2 9 bulan SUPER NASA 1-2 s.m.

dan Urea 33,75 gr atau

ZA 45 gr

3 12 bulan Pukan 60 kg atau

SUPER NASA 1-2 s.m.

dan Urea 50 gr atau ZA

60 gr

Catatan:

- Pemberian SUPERNASA dikocorkan.


- Akan lebih optimal penyemprotan POC NASA (3-

4 ttp) + HORMONIK (1 tutup) per tangki .

Tanaman Produktif Berbuah (lebih dari 4 tahun)

Pemupukan 3 kali setahun (April,

Agustus,Desember). Dosis tiap kali pemupukan 600

gr Urea + 300 gr TSP + 375 gr KCl + SUPER

NASA 1-2 sdm/10 lt/ pohon

PEMBUATAN RAMBATAN

Perlu pembuatan rambatan dengan model :

1. Model Para-para, tiang para-para dipasang sesuai

jarak tanam anggur dengan ketinggian 2 - 3,5 m dan

dipasang para-para berupa anyaman kawat atau

bilah bambu atau kayu, jarak mata anyaman + 40

cm.
2. Model Pagar/Kniffin, dibuat berbentuk pagar.

Jarak antar tiang 3-5 m dan ketinggian 150-200 cm,

hubungkan dengan kawat yang dipasang mendatar

sebanyak 2-3 jajar. Kawat pertama dibagian bawah

letaknya 60 cm dari permukaan tanah, dan kawat

diatasnya berjarak 70 cm.

3. Model perdu, berupa pohon atau kayu biasa,

kemudian bagian atasnya dipasang tempat

penyangga sepanjang 2 m dan lebar 2 m.

Pemasangan rambatan dilakukan sebelum tanaman

dipangkas dan dibentuk.

PEMANGKASAN DAN PEMBENTUKAN

POHON

1. Waktu pemangkasan yang tepat berumur 1 tahun.

2. Usahakan tiap pohon punya batang pokok,

cabang primer , sekunder dan tersier.


3. Potong batang tanaman setinggi para-para,

sehingga tumbuh tunas baru (cabang primer).

4. Dua minggu cabang yang tumbuh memanjang

lebih kurang 1 meter segera dipangkas pada bagian

ujungnya agar tumbuh tunas baru (cabang

sekunder).

5. Cabang sekunder yang panjang 1 meter

dipangkas titik tumbuhnya agar tumbun tunas baru

(cabang tersier).

6. Cabang tersier inilah yang menghasilkan buah.

7. Ciri cabang siap dipangkas, ujung tunasnya

mudah dipatahkan, dan apabila dipangkas

meneteskan air, cabang berwarna coklat.

8. Perhatikan ciri visual mata tunas yang dipangkas,

mata tunas vegetatif bentuknya runcing dan

generatif tumpul.

9. Cara pemangkasan anggur yaitu :

10. Pangkas pendek, sisakan 1-2 mata


11. Pangkas sedang, sisakan 3-6 mata

12. Pangkas panjang, sisakan 7 atau lebih mata

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH

- Pangkas pembuahan dilakukan 2 tahap setahun

yaitu bulan Maret - April dan Juli - Agustus dan

dilakukan pada cabang-cabang tersier yang telah

berumur 1 tahun

- Cabang-cabang yang tumbuh subur dipangkas dan

sisakan 4-10 mata tunas, sedang cabang yang

kurang subur sisakan 1-3 mata tunas

- Cabang/ranting sisa pemangkasan dibentangkan

dan diatur merata di seluruh permukaan para-para,

lalu diikat ke kanan dan kiri dengan tali.

- Semprot dengan HORMONIK dosis 1-2 tutup per

tangki setelah dipangkas setiap 7-10 hari sekali

- Pelihara 3 malai bunga tiap tunas dan potong tunas

baru yang tumbuh di atas bunga sampai terbentuk


bakal buah

- Jarangkan buah pada dompolan 50% - 60 %, yaitu

waktu ukuran buah sebesar biji asam dengan

mengambil butir-butir buah yang letaknya

berhimpitan, bertangkai panjang, abnormal, rusak

dengan gunting kecil yang steril.

- Jika musim hujan, pasang atap plastik putih pada

para-para dan bungkus buah dengan kantong plastik

atau kertas semen

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

A. Hama

- Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae), mengisap

cairan akar dan daun. Gejala : didaun terbentuk

bisul-bisul kecil dan akar membengkak seperti kutil,

akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit.

Pengendalian: pangkas tanaman terserang dan

bakar, semprot Natural BVR atau PESTONA


- Tungau Merah (Tetranychus sp.), bercak-bercak

kuning pada daun dan berubah hitam, akibatnya

kerdil dan buah berkurang. Pengendalian; semprot

Natural BVR atau PESTONA

- Ulat kantong (Mahasena corbetti), memakan

bagian atas permukaan daun, terjadi lubang-lubang

kecil pada daun. Pengendalian ; Pangkas dan

potong tanaman terserang berat dan dibakar lalu

semprot dengan PESTONA + POC NASA

- Kumbang Daun (Apogonia destructor), memakan

atau merusak daun, kemudian membuat lubang-

lubang kecil pada permukaan daun. Pengendalian :

pasang lampu perangkap dan musnahkan, semprot

PESTONA
- Ulat grayak (Spodoptera sp.), menyerang daun

hingga rusak dan berlubang. Pengendalian; Semprot

dengan Natural VITURA

- Ngengat buah anggur (Paralobesia viteana atau

Grape Berry Moth), larva memakan bunga dan buah

yang masih pentil dan tua sehingga buah tidak

normal. Pengendalian; Buang buah rontok dan

bakar, semprot PESTONA paling lambat 14 hari

sebelum panen

Hama lain seperti rayap, tikus, burung, tupai dan

kelelawar. Pengendalian : sanitasi kebun, bungkus

buah, menghalau hama dan pasang perangkap

B. Penyakit

- Tepung Palsu (Downy mildew), jamur Plasmopora

viticola, menyerang batang muda, sulur, tangkai

buah dan butir buah. Pengendalian; kurangi


kelembaban kebun (dipangkas), potong dan

musnahkan tanaman terserang, pasang naungan,

Natural GLIO+gula pasir.

- Cendawan Tepung (Powder mildew), jamur

Uncinula necator, menyerang semua stadium

pertumbuhan. Daun menggulung ke atas dan bentuk

abnormal ditutupi tepung berwarna kelabu sampai

agak gelap, batang sakit coklat. Pengendalian :

semprot Natural GLIO+ gula pasir.

- Bercak Daun (Cercospora viticola dan Alternaria

vitis), timbul bercak-bercak coklat dan bintik-bintik

hitam sehingga tunas dan daun kering dan rontok.

Pengendalian; Sanitasi kebun, mengurangi

kelembaban kebun, potong dan musnahkan daun

terserang, semprot dengan Natural GLIO


- Karat Daun, jamur Physopella ampelopsidis,

terdapat tepung berwarna jingga pada sisi bawah

daun dan pada sisi atas daun ada bercak-bercak

hijau kekuningan dan seluruh permukaan tertutupi

lapisan tepung sehingga daun kering dan rontok.

Pengendalian : Pangkas daun sakit dan semprot

dengan Natural GLIO + gula pasir

- Busuk Hitam (Black Rot), jamur Guignardia

bidwelli, bercak-bercak kecil berwarna putih pada

buah hampir matang dengan warna tepi coklat,

kemudian busuk buah mengendap dan mengeriput

hitam seperti “mummi”. Pengendalian : Pangkas

bagian sakit, kurangi kelembaban, bungkus buah,

Natural GLIO + gula pasir

- Kudis (Scab), Jamur Elsinoe ampelina, menyerang

semua bagian tanaman. Bercak kelabu dengan tepi


coklat kemerahan, kemudian daging buah mengeras

dan berkudis. Pengendalian : Pangkas bagian yang

sakit, sanitasi kebun, semprot Natural GLIO + gula

pasir

- Busuk Kapang Kelabu (Gray Mould Rot), jamur

Botrytis cinerea, berkembang pada saat buah anggur

menjelang masak. Buah berwarna cokelat tua,

keriput dan busuk. Pengendalian : Penanganan

panen dan pasca panen yang baik, semprot Natural

GLIO+gula pasir.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum dapat mengatasi

dapat dipergunakan pestisida kimia yang

dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia

lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air

hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810


dosis + 5 ml (1/2 tutup) per tangki

PANEN

Panen setelah umur 1 tahun, dan buah berikutnya

kontinyu 1-2 kali setahun tergantung pangkas buah.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
3. Teknik Budidaya Ayam

Pedaging

I. Pendahuluan

Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu

tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging

dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). Broiler

mempunyai peranan yang penting sebagai sumber


protein hewani asal ternak. PT. NATURAL

NUSANTARA berupaya membantu peningkatan

produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha

peternakan ayam broiler secara alami (non-Kimia).

II. Pemilihan Bibit

Bibit yang baik mempunyai ciri : sehat dan aktif

bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih

dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan

bersih serta lubang kotoran (anus) bersih

III. Kondisi Teknis yang Ideal

a. Lokasi kandang

Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari

pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana

transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari

timur ke barat.

b.Pergantian udara dalam kandang.


Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan

oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.

c.Suhu udara dalam kandang.

Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :

Umur (hari) Suhu ( 0C )


01 - 07 34 - 32
08 - 14 29 - 27
15 - 21 26 - 25
21 - 28 24 - 23
29 - 35 23 - 21

d.Kemudahan mendapatkan sarana produksi

Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop

atau toko sarana peternakan.

IV. Tata Laksana Pemeliharaan

4.1 Perkembangan

Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk

panggung dan tanpa panggung (litter). Tipe panggung


lantai kandang lebih bersih karena kotoran langsung

jatuh ke tanah, tidak memerlukan alas kandang sehingga

pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya pembuatan

kandang lebih besar. Tipe litter lebih banyak dipakai

peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah.

Pada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk

menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh

dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk

produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal

untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10

ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat

meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang

menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam

cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan

terhambat dan mudah terserang penyakit.

4.2. Pakan

- Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan


yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi)

yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat

badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.

Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu

tersedia/tidak dibatasi).

- Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis

pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam,

yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama

disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang

harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap

kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang

memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan

biasanya tertulis pada kemasannya. -Penambahan POC

NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air

minum memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah

cukup untuk membantu pertumbuhan dan penggemukan

ayam broiler.
- Dapat juga digunakan VITERNA Plus sebagai

suplemen khusus ternak dengan dosis 1 cc/liter air

minum/hari, yang mempunyai kandungan nutrisi lebih

banyak dan lengkap.

- Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR

(Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah,

jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot

ayam yang dipanen.

Contoh perhitungan :

Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata

2 kg, berat pakan selama pemeliharaan 3125 kg, maka

FCR-nya adalah :

Berat total ayam hasil panen =

1000 x 2 = 2000 kg

FCR = 3125 : 2000 = 1,6

Semakin rendah angka FCR, semakin baik kualitas

pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit


menghasilkan bobot badan yang tinggi). Penggunaan

POC NASA atau VITERNA Plus dapat menurunkan

angka FCR tersebut.

4.3. Vaksinasi

Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang

dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan

kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi

ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan

metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada

umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan

atau air minum.

4.4. Teknis Pemeliharaan

- Minggu Pertama (hari ke-1-7). Kutuk/DOC

dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air

minum hangat yang ditambah POC NASA dengan dosis

+ 1 - 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan

dosis + 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk


mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan

dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau

1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah

kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak

dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan

berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).

- Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen air minum

sudah berupa air dingin dengan penambahan POC

NASA dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum atau

VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari

(diberikan saat pemberian air minum yang pertama).

Vaksinasi yang pertama dilaksanakan pada hari ke-4.

- Minggu Kedua (hari ke 8 -14).

Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan

pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih

ringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya.

Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per

ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.


- Minggu Ketiga (hari ke 15-21).

Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari

yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau

4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari)

dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin

ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika

menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi

air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam

benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air

mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Perlakuan

vaksin tersebut juga tetap ditambah POC NASA atau

VITERNA Plus dengan dosis tetap.

- Minggu Keempat (hari ke 22-28).

Pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari

karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari,

dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol

tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal


mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan

pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor

ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan

karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap

penyakit.

- Minggu Kelima (hari ke 29-35).

Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah

tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang

dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan

dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap

kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8

kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga

dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan

dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 - 2 kg. Dengan

bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.

- Minggu Keenam (hari ke-36-42).

Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang

lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai


kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan

pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot

2,25 kg.

4.5. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang ayam broiler yaitu :

- Tetelo (Newcastle Disease/ND)

Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat

menggumpalkan sel darah. Gejalanya ayam sering

megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang

berkumpul pada tempat yang hangat. Setelah 1 - 2 hari

muncul gejala syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir

dan ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Ayam yang

terserang secepatnya dipisah, karena mudah menularkan

kepada ayam lain melalui kotoran dan pernafasan.

Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk

mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin

ulang dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.


- Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)

Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan

tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejala

diawali dengan hilangnya nafsu makan, ayam suka

bergerak tidak teratur, peradangan disekitar dubur, diare

dan tubuh bergetar-getar. Sering menyerang pada umur

36 minggu. Penularan secara langsung melalui kotoran

dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan

peralatan yang tercemar. Belum ada obat yang dapat

menyembuhkan, yang dapat dilakukan adalah

pencegahan dengan vaksin Gumboro.

- Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)

Merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan

oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum Gejala yang

nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar

lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda

menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk

dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning


keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan

lendir atau melalui perantara seperti alat-alat.

Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang

sesuai.

- Berak Kapur (Pullorum).

Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah

terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran

berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk

kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum.

Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi.

Penularan melalui kotoran. Pengobatan belum dapat

memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya

dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi

kandang.

Infeksi bibit penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika

ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal

tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang

yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah


menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang

terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara

drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus

sukar untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan

sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik.

Pemberian POC NASA yang mengandung berbagai

mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P,

K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan

lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ayam,

ketahanan tubuh ayam, mengurangi kadar kolesterol

daging dan mengurangi bau kotoran. Untuk hasil lebih

optimal, pemberian POC NASA dapat dicampur dengan

Hormonik dosis 1 botol POC NASA dicampur dengan 1-

2 tutup botol Hormonik, atau 1 botol POC NASA

dicampur dengan 2-4 kapsul Asam Amino. Dapat juga

menggunakan VITERNA Plus yang merupakan

suplemen khusus ternak dengan kandungan :

1. Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan


tulang, organ luar dan dalam, pembentukan darah dan

lain-lain.

2. Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin,

Isoleucine, Lycine, Methionine , Phenylalanine,

Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun

protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ

tubuh

3. Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B

Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.

4.6. Sanitasi/Cuci Hama Kandang

Sanitasi kandang harus dilakukan setelah panen.

Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian

kandang dengan air hingga bersih dari kotoran limbah

budidaya sebelumnya. Tahap kedua yaitu pengapuran di

dinding dan lantai kandang. Untuk sanitasi yang

sempurna selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan

formalin, untuk membunuh bibit penyakit. Setelah itu


dibiarkan minimal selama 10 hari sebelum budidaya lagi

untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak

mati oleh perlakuan sebelumnya.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

4. Teknik Budidaya

Bandeng
I. Pendahuluan.

Ikan bandeng merupakan adalah satu jenis ikan

penghasil protein hewani yang tinggi. Usaha intensifikasi

budidaya perlu dilakukan karena rendahnya

produktivitas bandeng dengan budidaya tradisional.

Peningkatan sistem budidaya juga harus diikuti dengan

penggunaan teknologi baru.

PT. NATURAL NUSANTARA memberikan teknologi

yang diperlukan dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas

dan Kesehatan).

II. Sifat Biologis.


Bandeng termasuk golongan ikan herbivora , yaitu

bangsa ikan yang mengkonsumsi tumbuhan. Mampu

mencapai berat rata-rata 0,6 kg pada usia 5 - 6 bulan

dengan pemeliharaan yang intensif.

III. Penyediaan Benih.

Usaha penyediaan benih (nener) secara kontinyu dengan

mutu yang baik dilakukan dengan sistem pembenihan

yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam

pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam

pembsaran. Dalam pembenihan bandeng langkah yang

dilakukan adalah :

1. Pemilihan induk yang unggul . Induk yang unggul

akan menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya,

Ciri-cirinya :

- bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal.

- ukuran kepala relatif kecil, diantara satu peranakan


pertumbuhannya paling cepat.

- susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka.

- gerakan lincah dan normal.

- umur antara 4 5 tahun.

2. Merangsang pemijahan. Kematangan gonad dapat

dipercepat dengan penggunaan hormone LHRH

(Letuizing Hormon Releasing Hormon) melalui

suntikan.`

3. Memijahkan. Pemijahan adalah pencampuran induk

jantan dan berina yang telah matang sel sperma dan sel

telurnya agar terjadi pengeluaran (ejakulasi) kedua sel

tersebut. Setelah berada di air, sel sperma akan

membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan

terjadi diluar tubuh. Pemijahan dilakukan pada kolam

khusus pemijahan
4. Penetasan. Telur yang mengapung di kolam

pemijahan menetas setelah 24 - 26 jam dari awal

pemijahan. Telur yang telah menetas akan menjadi larva

yang masih mempunyai cadangan makanan dari kuning

telur induk, sehingga belum perlu diberi pakan hingga

umur 2 hari.

5. Merawat benih. Setelah berumur 9 hari larva

dipindahkan ke kolam pemeliharaan nener . Di kolam ini

larva diberi pakan alami berupa plankton. Penumbuhan

plankton dilakukan dengan pemupukan dan pengapuran.

Pemupukan yang tepat adalah dengan pupuk TON

(TAMBAK ORGANIK NUSANTARA) yang

mengandung berbagai unsur mineral penting untuk

pertumbuhan plankton, diantaranya N,P,K,Mg, Ca, Mg,

S, Cl dan lain-lain, juga dilengkapi dengan asam humat

dan vulvat yang mempu memperbaiki tekstur dan

meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam dengan


dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100

m2 pada tiap pemasukan air. Waktu peneneran 8

minggu. Pakan yang diberikan berupa tepung dengan

kadar protein 30%. Untuk menambah nutrisi pakan

pencampuiran pakan dengan NASA dengan dosis 2 - 5

/kg pakan sangat diperlukan, karena NASA mengandung

unsur-unsur mineral penting yaitu N,P,K,Mg,Fe,Ca,S

dan lain-lain, vitamin, protein dan lemak untuk

meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan nener.

IV. Pembesaran.

Setelah dipelihara di kolam peneneran selama 8 minggu,

bandeng dipindahkan ke kolam pembesaran. Teknis

pembesaran bandeng meliputi beberapa hal, yaitu :

1. Persiapan lahan.

Tahap ini dilakukan sebelum pemasukan air. kegiatan

yang dilakukan selama persiapan lahan adalah :

- Pencangkulan dan pembalikan tanah. Bertujuan untuk


membebaskan senyawa dan gas beracun sisa budidaya

hasil dekomposisi bahan organik baik dari pakan

maupun dari kotoran. Selain itu dengan menjadi

gemburnya tanah, aerasi akan berjalan dengan baik

sehingga kesuburan lahan akan meningkat.

- Pengapuran. Selama budidaya, ikan memerlukan

kondisi keasaman yang stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk

mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut,

dilakukan pengapuran karena penimbunan dan

pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya

menurunkan pH tanah. Pengapuran juga menyebabkan

bakteri dan jamur pembawa penyakit mati karena sulit

dapat hidup pada pH tersebut. Pengapuran dengan kapur

tohor, dolomit atau zeolit dengan dosis 1 TON /ha atau

10 kg/100 m2.

- Pemupukan. Fungsi utama pemupukan adalah

memberikan unsur hara yang diperlukan bagi

pertumbuhan pakan alami, memperbaiki struktur tanah


dan menghambat peresapan air pada tanah-tanah yang

tidak kedap air (porous). Penggunaan TON untuk

pemupukan tanah dasar kolam sangat tepat, karena TON

yang mengandung unsur-unsur mineral penting, dan

asam-asam organik utama memberikan bahan-bahan

yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan

pertumbuhan plankton. Dosis pemupukan TON adalah 5

botol/ha atau 25 gr/100 m2.

- Pengelolaan air. setelah dilakukan pemupukan dengan

TON, air dimasukkan hingga setinggi 10 - 20 cm

kemudian dibiarkan beberapa hari, untuk menumbuhkan

bibit-bibit plankton. Air dimasukkan hingga setinggi 80

cm atau menyesuaikan dengan kedalaman kolam.

2. Pemindahan nener. Setelah plankton tumbuh (warna

air hijau) dan kecerahan sedalam 30 - 40 cm, nener di

kolam peneneran dipindahkan ke kolam pembesaran

dengan hati-hati dengan adaptasi terhadap lingkungan


yang baru.

3. Pemberian Pakan. Sesuai dengan sifat bandeng yang

termasuk hewan herbivore, maka ikan ini suka memakan

tumbuh-tumbuhan yang ada di kolam. Tumbuhan yang

disukai bandeng adalah lumut, ganggang dan klekap.

Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu pakan buatan

pabrik, dengan standar nutrisi yang dibutuhkan untuk

tumbuh optimal dengan kadar protein .minimal 25 - 28

%.

Sebagai hewan herbivora, unsur tumbuhan dalam pakan

memang sangat penting,. Oleh karena itu, sebaiknya

bahan baku unsur protein harus didominasi dari sumber

tumbuhan atau nabati dari tepung kedelai atau bungkil

kacang tanah. Sebagai acuan pemberian pakan adalah :

Jumlah pakan 5 - 7% dari berat badan. Waktu pemberian

3 - 5 kali sehari.
Penambahan NASA pada pakan buatan merupakan

pilihan yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan

ketahanan tubuh bandeng. NASA mengandung mineral-

mineral penting, protein, lemak dan vitamin akan

menambah kandungan nutrisi pakan. Dosis pencampuran

NASA dengan pakan buatan adalah 2 - 5 cc/kg pakan

dengan cara :

1. Timbang pakan sesuai dengan kebutuhan bandeng.

2. Basahi pakan dengan sedikit air agar pencampuran

dengan NASA dapat merata.

3. Campurkan NASA sesuai jumlah pakan yang

diberikan dengan dosis 2 - 5 cc/kg pakan.

4. Pakan siap untuk diberikan.

Pemberian pakan dengan menyebarkan secara merata

pada seluruh areal kolam, agar seluruh bandeng dapat

pakan.
V. Pengendalian hama dan Penyakit.

Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah

1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya

sirip membusuk dari bagian tepi.

2. Vibriosis. Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp ,

gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan

bagian perut bengkak oleh cairan.

3. Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan

hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak

berlendir.

4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh

cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang

sehingga menjadi pucat dan berlendir.

Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan

lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh

ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh

tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran


lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan

kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang

berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi

nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus

menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk

mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat

dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau

25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur

mineral dan asam-asam organik penting yang mampu

menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan

kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan

menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk

mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal,

perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai

serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada

pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-

mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan

lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan,


sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang

selalu tercukupi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

5. Teknik Budidaya

Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh

manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita

dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di

lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama

dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang

menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal


tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya

membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah

satunya dengan peningkatan produksi bawang merah

secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ),

sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era

perdagangan bebas.

A. PRA TANAM

1. Syarat Tumbuh

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau

tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial,

Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400

mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C

2. Pengolahan Tanah

Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1

ton/ 1000 m2

Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)


Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm

Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal)

dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.

Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis +

1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata

dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.

Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO

100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk

kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan

merata di atas bedengan. '

3. Pupuk Dasar

Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg

SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata

dengan tanah.

Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-

15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah

di bedengan.
Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air

secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10

botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3

liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1

sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10

meter bedengan.

Biarkan selama 5 - 7 hari

4. Pemilihan Bibit

- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.

- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan

dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)


- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi

yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka

(tidak terkelupas atau berkilau)

B. FASE TANAM

1. Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos,

Tadayung atau Bangkok

Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron

2. Cara Tanam

Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air

( dosis 1 tutup/lt air )

Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah

direndam NASA

Simpan selama 2 hari sebelum tanam

Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah


siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah.

Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST )

1. Pengamatan Hama

Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau

S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun

bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir.

Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.

Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman

hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas

ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau

VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang

ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat

garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan

dengan VIREXI.
Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian

pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah

karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada

senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman

atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan

PESTONA.

Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan

adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit

ini ditandai dengan menguningnya daun bawang,

selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler).

Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau

dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan

dengan GLIO.

2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan

dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau

tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama


ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan

pengambilan telur ulat bawang

Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman

didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah

selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak

atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara

memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar

saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi

tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat

mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-

kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat

dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga

dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya

kecil.
Pemupukan dilakukan 2 kali

( dosis per 1000 m2 ) :

- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl

- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl

Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan

aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada

saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya

daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.

Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-

15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2

minggu.

4. Pengairan

Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali,

yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan

sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan

basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman

sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh


telah mencapai lebih 90 %

Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan

bawang merah

Tinggi permukaan air pada saluran ( canal )

dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan

pertanaman

D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )

1. Pengamatan Hama dan Penyakit

Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua

Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena

kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu

rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang

warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat

terjadi pada suhu udara diatas normal dengan

kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan,

penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator

kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi


kendalikan dengan BVR atau PESTONA.

Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh

jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air

dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik

lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di

daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-

ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen

mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna

kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-

rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan

penebaran GLIO.

Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh

jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan

adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun,

selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan

patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis).


Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar

dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah

kendalikan dengan GLIO

Penyakit oleh virus.

- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning,

melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya

sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan

pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Busuk umbi oleh bakteri.

- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa

menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang

kering.

- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.

- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan

berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek

(atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran

tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan

Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan

sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan

hama-penyakit.

2. Pengelolaan Tanaman

- Penyiangan kedua dilakukan pada umur

30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan

perbaikan bedengan yang rusak.

- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5

tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah

tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35

penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2

tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).

- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika

ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik

penyiraman dilakukan siang hari.


E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST )

Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif,

yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air

yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu

dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore

hari.

F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )

Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga

penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada

sore hari.

G. PANEN DAN PACA PANEN

1. Panen

> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan

pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari.


> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah

tidak becek

> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-

daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu

ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen

- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa :

gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan

bagian daun menghadap ke atas, tujuannya

mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari

dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk

mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan

pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas

dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 %

baru disimpan di gudang.

- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada


rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang

26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
6. Teknik Budidaya Cabai

A. PENDAHULUAN

Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah,

pH 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai

masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya,

kekurangan unsur, serangan hama dan penyakit, dll.

PT. Natural Nusantara ( NASA ) berupaya membantu


penyelesaian masalah tersebut, agar terjadi peningkatan

produksi cabai secara kuantitas, kualitas dan kelestarian (

K-3 ), sehingga petani dapat berkompetisi di era pasar

bebas.

B. FASE PRATANAM

1. Pengolahan Lahan

· Tebarkan pupuk kandang dosis 0,5 -1 ton/ 1000 m2

· Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)

· Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2

· Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm

· Siramkan SUPER NASA (1 bt) / NASA(1-2 bt)

- Super Nasa : 1 btl dilarutkan dalam 3 liter air (jadi

larutan induk). Setiap 50 lt air tambahkan 200 cc larutan

induk.

Atau 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 1 sendok makan peres

SUPER NASA dan siramkan ke bedengan + 5-10 m.


- NASA : 1 gembor ( + 10 liter ) diberi 2-4 tutup NASA

dan siramkan ke bedengan sepanjang + 5 - 10 meter.

· Campurkan GLIO 100 - 200 gr ( 1 - 2 bungkus )

dengan 50 - 100 kg pupuk kandang, biarkan 1 minggu

dan sebarkan ke bedengan.

· Bedengan ditutup mulsa plastik dan dilubangi, jarak

tanam 60 cm x 70 cm pola zig zag ( biarkan + 1 - 2

minggu ).

2. Benih

· Kebutuhan per 1000 m2 1 - 1,25 sachet Natural CK -10

atau CK-11 dan Natural CS-20, CB-30

· Biji direndam dengan POC NASA dosis 0,5 - 1 tutup /

liter air hangat kemudian diperam semalam.

C. FASE PERSEMAIAN ( 0-30 HARI)

1. Persiapan Persemaian

· Arah persemaian menghadap ke timur dengan naungan


atap plastik atau rumbia.

· Media tumbuh dari campuran tanah dan pupuk kandang

atau kompos yang telah disaring, perbandingan 3 : 1.

Pupuk kandang sebelum dipakai dicampur dengan GLIO

100 gr dalam 25-50 kg pupuk kandang dan didiamkan

selama + 1 minggu. Media dimasukkan polibag bibit

ukuran 4 x 6 cm atau contong daun pisang.

2. Penyemaian

· Biji cabai diletakkan satu per satu tiap polibag, lalu

ditutup selapis tanah + pupuk kandang matang yang

telah disaring

· Semprot POC NASA dosis 1-2 ttp/tangki umur 10, 17

HSS

· Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore

hari untuk menjaga kelembaban

3. Pengamatan Hama & Penyakit


a. Penyakit

· Rebah semai (dumping off), gejalanya tanaman terkulai

karena batang busuk , disebabkan oleh cendawan

Phytium sp. & Rhizoctonia sp. Cara pengendalian:

tanaman yg terserang dibuang bersama dengan tanah,

mengatur kelembaban dengan mengurangi naungan dan

penyiraman, jika serangan tinggi siram GLIO 1 sendok

makan (± 10 gr) per 10 liter air.

· Embun bulu, ditandai adanya bercak klorosis dengan

permukaan berbulu pada daun atau kotil yg disebabkan

cendawan Peronospora parasitica. Cara mengatasi seperti

penyakit rebah semai.

· Kelompok Virus, gejalanya pertumbuhan bibit

terhambat dan warna daun mosaik atau pucat. Gejala

timbul lebih jelas setelah tanaman berumur lebih dari 2

minggu. Cara mengatasi; bibit terserang dicabut dan

dibakar, semprot vektor virus dengan BVR atau

PESTONA.
b. H a m a

· Kutu Daun Persik (Aphid sp.), Perhatikan permukaan

daun bagian bawah atau lipatan

pucuk daun, biasanya kutu daun persik bersembunyi di

bawah daun. Pijit dengan jari koloni kutu yg ditemukan,

semprot dengan BVR atau PESTONA.

· Hama Thrip parvispinus, gejala serangan daun berkerut

dan bercak klorosis karena cairan daun diisap, lapisan

bawah daun berwarna keperak-perakan atau seperti

tembaga. Biasanya koloni berkeliaran di bawah daun.

Pengamatan pada pagi atau sore hari karena hama akan

keluar pada waktu teduh. Serangan parah semprot

dengan BVR atau PESTONA untuk mengurangi

penyebaran.

· Hama Tungau (Polyphagotarsonemus latus). Gejala

serangan daun berwarna kuning kecoklatan menggulung

terpuntir ke bagian bawah sepanjang tulang daun. Pucuk


menebal dan berguguran sehingga tinggal batang dan

cabang. Perhatikan daun muda, bila menggulung dan

mengeras itu tandanya terserang tungau. Cara mengatasi

seperti pada Aphis dan Thrip

D. FASE TANAM

1. Pemilihan Bibit

· Pilih bibit seragam, sehat, kuat dan tumbuh mulus

· Bibit memiliki 5-6 helai daun (umur 21 - 30 hari)

2. Cara Tanam

· Waktu tanam pagi atau sore hari , bila panas terik

ditunda.

· Plastik polibag dilepas

· Setelah penanaman selesai, tanaman langsung

disiram /disemprot POC NASA 3-4 tutup/ tangki.

3. Pengamatan Hama
· Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon ), aktif malam hari untuk

kopulasi, makan dan bertelur. Ulat makan tanaman muda

dengan jalan memotong batang atau tangkai daun. Siang

hari sembunyi dalam tanah disekitar tanaman terserang.

Setiap ulat yang ditemukan dikumpulkan lalu dibunuh,

serangan berat semprot dengan PESTONA atau VIREXI

· Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua ),

Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau

dengan bintik hitam di kedua sisi dari perut/badan ulat,

terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya

(seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan

permukaan bawah daun dan daging buah dengan

kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar.

Serangan parah, daun cabai gundul sehingga tinggal

ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan lalu

dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang

digunakan untuk persembunyian. Semprot dengan


VITURA, VIREXI atau PESTONA.

· Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang

malam hari. Dicari di sekitar pertanaman ( kadang di

bawah mulsa) dan buang ke luar areal.

E. FASE PENGELOLAAN TANAMAN (7-70 HST)

1. Penyiraman dapat dilakukan dengan pengocoran tiap

tanaman atau penggenangan (dilep) jika dirasa kering.

2. Pemupukan lewat pengocoran dilakukan seminggu

sekali tiap lubang. Pupuk kocoran merupakan

perbandingan campuran pupuk makro Urea : SP 36 : KCl

: NASA = (250 : 250 : 250) gr dalam 50 liter ( 1 tong

kecil) larutan. Diberikan umur 1 - 4 minggu dosis 250

cc/lubang, sedang umur 5-12 minggu dengan

perbandingan pupuk makro Urea : TSP : KCl : NASA =

(500 : 250 : 250) gr dalam 50 liter air, dengan dosis 500

cc/lubang.

Kebutuhan total pupuk makro 1000 m2 :


1 - 4 minggu5 - 12 minggu
Jenis Pupuk
(kg) (kg)
Urea 7 56
SP-36 7 28
KCl 7 28

Catatan :

- Umur 1 - 4 mg 4 kali aplikasi (± 7 tong/ aplikasi)

- Umur 5-12 mg 8 kali aplikasi (± 14 tong/aplikasi)

3. Penyemprotan POC NASA ke tanaman dengan dosis

3-5 tutup / tangki pada umur 10, 20, kemudian pada

umur 30, 40 dan 50 HST POC NASA + Hormonik dosis

1-2 tutup/tangki.

4. Perempelan, sisakan 2-3 cabang utama / produksi

mulai umur 15 - 30 hr.

5. Pengamatan Hama dan Penyakit

· Spodoptera litura/ Ulat grayak Lihat depan.

· Kutu - kutuan ( Aphis, Thrips, Tungau ), lihat fase


persemaian.

· Penyakit Layu, disebabkan beberapa jamur antara lain

Fusarium, Phytium dan Rhizoctonia. Gejala serangan

tanaman layu secara tiba-tiba, mengering dan gugur

daun. Tanaman layu dimusnahkan dan untuk mengurangi

penyebaran, sebarkan GLIO

· Penyakit Bercak Daun, Cercospora capsici. Jamur ini

menyerang pada musim hujan diawali pada daun tua

bagian bawah. Gejala serangan berupa bercak dalam

berbagai ukuran dengan bagian tengah berwarna abu-abu

atau putih, kadang bagian tengah ini sobek atau

berlubang. Daun menguning sebelum waktunya dan

gugur, tinggal buah dan ranting saja. Akibatnya buah

menjadi rusak karena terbakar sinar matahari.

Pengamatan pada daun tua.

· Lalat Buah (Dacus dorsalis), Gejala serangan buah

yang telah berisi belatung akan menjadi keropos karena

isinya dimakan, buah sering gugur muda atau berubah


bentuknya. Lubang buah memungkinkan bakteri

pembusuk mudah masuk sehingga buah busuk basah.

Sebagai vektor Antraknose. Pengamatan ditujukan pada

buah cabai busuk, kumpulkan dan musnahkan. Lalat

buah dipantau dengan perangkap berbahan aktif Metil

Eugenol 40 buah / ha

· Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum

gloeosporioides), gejala serangan mula-mula bercak atau

totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan

berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam.

Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar

penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat

menyebabkan seluruh bagian buah mengering.

Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua.

Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada

waktu panen dipisahkan. Serangan berat sebari dengan

GLIO di bawah tanaman.


F. FASE PANEN DAN PASCA PANEN

1. Pemanenan

· Panen pertama sekitar umur 60-75 hari

· Panen kedua dan seterusnya 2-3 hari dengan jumlah

panen bisa mencapai 30-40 kali atau lebih tergantung

ketinggian tempat dan cara budidayanya

· Setelah pemetikan ke-3 disemprot dengan POC NASA

+ Hormonik dan dipupuk dengan perbandingan seperti

diatas, dosis 500 cc/ph

2. Cara panen :

· Buah dipanen tidak terlalu tua (kemasakan 80-90%)

· Pemanenan yang baik pagi hari setelah embun kering

· Penyortiran dilakukan sejak di lahan

· Simpan ditempat yang teduh

3. Pengamatan Hama & Penyakit

· Kumpulkan dan musnahkan buah yang busuk / rusak


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161

7. Teknik Budidaya

Cengkih
I. PENDAHULUAN

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian

yang tinggi nilai ekonominya. Baik sebagai rempah-

rempah, bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam

pembuatan minyak atsiri, namun bila faktor penanaman

dan pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka

produksi dan kualitasnya akan menjadi rendah.

PT. NATURAL NUSANTARA berusaha berperan

dalam peningkatan produksi secara K-3 yaitu Kuantitas,

Kualitas dan tetap menjaga Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN


- Tanaman tumbuh optimal pada 300 - 600 dpal dengan

suhu 22°-30°C, curah hujan yang dikehendaki 1500 4500

mm/tahun

- Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m,

tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5. Tanah jenis

latosol, andosoldan podsolik merah baik untuk dijadikan

perkebunan cengkih.

III. PEMBIBITAN

- Buat bedengan untuk naungan dengan lebar 1- 1,2 m

dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke

utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam

20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan

setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian

selatan, intensitas cahaya 75%.

- Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15

cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada

umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit


yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian

bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm.

Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk

kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan

Natural GLIO per 20 25 kg pupuk kandang yang telah

jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit

ditanam siram tanah dengan POC NASA 5 ml/lt air atau

0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada

persemaian yang telah disiapkan.

- Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari.

Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas

naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap

hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang.

- Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10

gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl

dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk

tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk


yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan

sekali.

Catatan : Akan lebih baik pembibitan

diselingi/ditambah SUPERNASA interval 4 bulan sekali

dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol

SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter diberi 10

ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap bibit.

IV. PENGAJIRAN

Pengajiran dilakukan pada blok tanaman untuk

memudahkan penanaman dengan jarak tanam 8 x 8 m

dengan pola bujursangkar atau empatpersegi panjang.

V. PENANAMAN

Cangkul tanah yang telah diberi ajir dengan ukuran

lubang tanam 75 x 75 x 75 cm. Lakukan penanaman


pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25 -

50 kg yang telah dicampur dengan 1 pak Natural GLIO

dan 1,5 - 2 kg dolomit, campur hingga rata. Masukan 5-

10 kg campuran tersebut per lubang tanam. Masukkan

bibit dan gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga

batas leher akar. Beri peneduh buatan setingggi 30 cm

dengan intensitas 50%. Siramkan POC NASA secara

merata dengan dosis 2-3 ml/liter air per bibit atau

semprot POC NASA dosis 2 tutup/ tangki. Hasil akan

lebih bagus dengan menggunakan SUPERNASA dengan

cara : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter

(2000 ml) dijadikan larutan induk. Kemudian dalam 1

liter air ditambahkan 10 ml larutan induk kemudian

diberikan untuk setiap pohonnya.

VI. PEMELIHARAAN TANAMAN

Pengaturan peneduh dilakukan antara 4-6 bulan sekali.


VII. PEMUPUKAN

PUPUK MAKRO
UMUR
Urea TSP KCl Dolomit
0,5 50 25 35 50
1 100 50 75 100
2 150 75 125 150
3 200 100 150 200
4 500 200 400 400
5 750 300 600 500
6 1000 400 800 750
7 1500 500 1000 1000
8 2200 600 1250 2000
9 2600 700 1500 2500
10 3000 800 1750 2900
11 3500 900 2000 3300
12 3500 900 2250 3800

Catatan :

- Bila diberikan dua periode pemberian pupuk

pertama dilakukan awal musim hujan (September-

Oktober) dan kedua pada akhir musim hujan

(Maret-April).
- Siramkan SUPERNASA atau POWER

NUTRITION dosis 1 sendok makan per 10 lt air per

pohon setiap 3-6 bulan sekali

- Semprotkan POC NASA dosis 3 - 4 tutup +

HORMONIK dosis 1-2 tutup pertangki setiap 1-2

bulan sekali hingga umur 5 tahun.

VIII. PENGENDALIAN HAMA dan

PENYAKIT

A. Kutu daun ( Coccus viridis )

Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda.

Gejala : Pertumbuhan yang dihisapnya akan terhenti

misal ranting mengering, daun dan bunga kering

dan rontok. Pencegahan gunakan PENTANA +

AERO 810 atau Natural BVR

B. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )


Bagian yang diserang : ranting/batang. Gejala :

Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat

menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan

mudah patah.Pengendalian : Pangkas ranting/batang

yang terserang, pencegahan gunakan PESTONA

atau Natural BVR.

C. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )

Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda.

Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda

berguguran.Pencegahan : Semprotkan Natural BVR

atau PESTONA.

D. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited

bacterium ).

Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting

muda. Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung


tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya

ranting secara bersamaan. Pengendalian :

pengaturan drainase yang baik, penggemburan

tanah, pencegahan kocorkan POC NASA +

HORMONIK + NATURAL GLIO.

E. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan

Phytopthora ).

Bagian yang diserang : perakaran. Gejala : pada

pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada

tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting

bagian bawah. Pengendalian : bila serangan telah

ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan

dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung

belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau

daerah yang terserang dengan membuat saluran

isolasi, perbaiki drainase, gunakan Natural GLIO

pada awal penanaman untuk pencegahan.


Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai

alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia

yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata

dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan

Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup

botol per tangki

IX. PANEN

Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman

4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik

bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat

kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum

membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya

tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap

10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik

per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga

yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam


keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat

pengolahan.

X. PENANGANAN PASCA PANEN

- Sortasi buah. Lakukan pemisahan bunga dari

tangkainya dan tempatkan pada tempat yang

berbeda.

- Pemeraman. Pemeraman dilakukan selama 1 hari

ini dilakukan untuk memperbaiki warna cengkih

menjadi coklat mengkilat.

- Pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan dengan

mesin pengering yang menggunakan kayu bakar

atau bahan bakar minyak.Dapat juga dikeringkan

dengan cara alami yaitu pengeringan dengan

matahari pada lantai beton agar kadar air menjadi

12-14%, dan dapat disimpan dan aman dari jamur.

- Sortasi. Pada tahap ini cengkih dipisahkan dari

kotoran dengan cara ditampi. Kemudian cengkih


yang sudah bersih dimasukan pada karung dan

dijahit.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

8. Teknik Budidaya Durian


PENDAHULUAN

Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi,

karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa

saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian

merupakan sebuah prospek usaha agribisnis yang bagus.

Cara bertanam durian yang baik merupakan pintu

gerbang untuk menuju sukses.

PT. Natural Nusantara membantu alternative solusi

bagaimana teknis budidaya durian secara intensif,

sehingga terjadi peningkatan hasil secara K- 3, yaitu

Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman durian tumbuh optimal pada ketinggian 50-600

m dpl,intensitas cahaya 40-50 %, dengan suhu 22-30 0C,


curah hujan ideal 1.500 - 2.500 mm per-tahun. Tanah

yang cocok, lempung berpasir subur dan banyak

kandungan bahan organik, dan pH 6 - 7.

PEMBIBITAN

Pilih bibit tanaman yang subur, segar, sehat, daun

banyak, batang kokoh, bebas hama & penyakit,

percabangan 2-4 arah dan ada tunas baru

PERSIAPAN LAHAN

Pembukaan lahan sebaiknya pada musim kemarau.

Bersihkan alang-alang dan gulma lain serta tanaman

keras yang mengganggu masuknya sinar matahari. Lahan

miring sebaiknya dibuat terasering. Buat saluran-saluran

pembuangan air.

JARAK TANAM

Jarak tanam yang umum 8 x 12 m atau 10 x 10 m


TANAMAN PELINDUNG

Skala luas di tempat terbuka mutlak diperlukan tanaman

pelindung, misal lamtoro, turi, gamal, sengon atau

pepaya. Tanaman pelindung ditanam setelah penyiapan

lahan.

LUBANG TANAM

Buat lubang tanam ukuran 50 cm2. Pisahkan tanah

bagian atas dengan bagian bawah dan biarkan selama + 2

minggu. Tanah bagian atas dicampur dengan pupuk

kandang matang 20 kg + 5 gr Natural GLIO + 10 kg

Dolomit sampai rata sebagai media tanam, kemudian

masukkan campuran tersebut ke dalam lubang tanam dan

biarkan 1 minggu sebelum bibit ditanam.

PENANAMAN

Penanaman yang ideal pada awal musim hujan. Gali

lubang tanam yang berisi campuran media tanam sesuai


ukuran bibit. Ambil bibit dan buka plastik pembungkus

tanah secara hati-hati. Tanam bibit sebatas leher akar

tanpa mengikutkan batangnya. Siram air secukupnya

setelah selesai tanam. Akan lebih baik ditambah pupuk

organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk ± 200

tanaman . 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter

(2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1

liter air diberi 10 ml larutan induk lalu siramkan setiap

pohon atau siramkan SUPERNASA 1 sendok makan per

10 liter air per pohon.

PENGAIRAN

Pengairan dilakukan sejak awal pertumbuhan sampai

tanaman berproduksi. Pada waktu berbunga, penyiraman

dikurangi. Penyiraman paling baik pagi hari.

PEMANGKASAN

Pangkas terhadap tunas-tunas air, cabang atau ranting


yang sudah mati dan terserang hama penyakit, serta

ranting-ranting yang tidak terkena sinar matahari. Ketika

tanaman mencapai ketinggian tertentu 4-5 m, pucuk

tanaman dipangkas.

PEMUPUKAN

Dosis dan jenis pupuk tergantung pada jenis dan

kesuburan tanah atau sesuai rekomendasi setempat, misal

sebagai berikut :

Frekwensi
Umur (hari) Pukan (kg/ph) NPK (kg/ph)
per-tahun
1-3 30 - 50 0,5 - 1,0 3-4
4-6 75 - 150 1,5 - 2,5 2-3
15 - 10 200 - 300 3,0 - 5,0 1-2
I. Pemupukan sejak awal pertumbuhan sampai

tahun ke-3 dengan pupuk NPK yang kadar N

tinggi.

Waktu pemupukan pupuk kandang sekali setahun

pada akhir musim hujan atau awal musim


kemarau. Sedangkan pupuk Makro sesuai dengan

umur tanaman. Caranya dengan menaburkan

memutar sesuai dengan lebar pendeknya tajuk

tanaman.

Siramkan pupuk organik SUPERNASA (0-3 thn)

dan POWER NUTRITION (diatas 3 thn) dengan

cara sesuai di atas . Semprotkan 3-4 tutup POC

NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki tiap 1-2

bulan selama masih bisa dijangkau alat semprot.

PEMBUAHAN DI LUAR MUSIM

Caranya mengatur pembungaan di setiap

pohon durian per blok, yaitu jika menginginkan

panen durian bulan Agustus - November, maka

sekitar bulan Maret tanaman pada blok diberi

pupuk 1,5-2 kg NPK + 1 sendok makan POWER

NUTRITION per 10 liter air per pohon dan akan

lebih bagus ditambah penyemprotan 3-4 tutup

POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki


setiap 7-10 hari sekali sebanyak 3-4 kali. Selain

itu kira-kira 3 bulan sebelumnya tanah areal

penanaman harus dikeringkan. Jika waktu

pengeringan turun hujan, tanah di sekeliling

tanaman dalam radius 5-7 meter diberi mulsa dan

dibuatkan saluran pembuangan air. Setelah bunga

mekar dan menjadi buah atau 2 bulan setelah

bunga mekar, tanaman diberi pupuk NPK dosis

0,5 - 1 kg per tanaman. Setelah terbentuk buah,

usahakan tanaman tidak mengeluarkan tunas

daun karena dapat menyebabkan terjadinya

perebutan unsur hara antara buah dan daun,

sehingga perlu disiram POWER NUTRITION

lagi (1 botol untuk 30-50 pohon).

PENYERBUKAN

Tidak semua bunga bisa menjadi buah karena

bunga durian mekar pada sore sampai malam hari


sehingga tidak banyak serangga penyerbuk.

Selain itu juga tidak semua bunga durian muncul

secara bersamaan, padahal penyerbukan berhasil

jika serbuk sari dan kepala putik harus matang

secara bersamaan. Oleh karena itu perlu

dilakukan penyerbukan buatan, caranya sapukan

kuas halus pada bunga mekar pada malam hari.

Untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas,

sebaiknya dalam satu areal penanaman tidak

hanya satu jenis varietas tertentu, tetapi dicampur

dengan varietas yang lain.

PERAWATAN BUAH

Penyeleksian buah setelah berdiameter 5 cm.

Sisakan dua buah terbaik, jarak ideal buah satu

dengan yang lain sekitar 30 cm. Tanaman durian

yang baru pertama kali berbuah sebaiknya

dipelihara satu atau dua butir buah. Untuk


mencegah kerontokan buah setelah buah berumur

10 hari sejak terbentuk, lebih bagus jika

diberikan pupuk makro NPK (0,5-1 kg/pohon)

ditambah POWER NUTRION (1 botol untuk 30-

50 pohon).

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

1. Penggerek Batang (Batocera sp. , Xyleutes

sp.)

Menyerang dengan cara membuat lubang pada

batang, dahan, atau ranting. Gejala serangan

tanaman layu, daun kering dan rontok akhirnya

mati. Pengendalian; sanitas kebun, potong dan

musnahkan batang, dahan, atau ranting yang

parah terserang, tutup bekas lubang gerekan

dengan kapas yang sudah diberi PESTONA +

POC NASA atau disemprotkan.


2. Penggerek Buah (Tirathaha sp., Dacus

dorsalis )

Gejala buah menjadi busuk berulat dan akhirnya

rontok. Semprotkan sejak awal dengan

PESTONA atau PENTANA + AERO 810 sejak

buah berumur 1 minggu, Gunakan perangkap

Natural METILAT.

3. Kutu Putih ( Pseudococus sp.)

Hama ini menyerang dengan mengisap cairan

dan bisa sebagai pembawa penyakit embun jelaga

dan penyebaran dibantu semut. Gejala serangan

daun keriting dan merana, sehingga bunga dan

buah bisa rontok. Semprotkan PESTONA atau

PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

4. Ulat Daun (Papilia sp., Setora sp., Lymatria

sp.)
Ketiga ulat menyerang dengan cara memakan

daun sehingga berlubang dan rusak. Semprotkan

PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara

bergantian.

5. Penyakit Kanker Batang (Phytophthora

palmivora)

Gejala serangan adanya luka yang mengeluarkan

lendir warna merah pada kulit batang bagian

bawah dekat tanah. Setelah batang busuk, pucuk-

pucuk tanaman akan mengering, daun layu dan

rontok, dan akhirnya mati. Pengendalian dengan

sanitasi kebun, memperlebar jarak tanam,

menekan gulma, pemangkasan, sejak awal

sebelum tanam sebarkan Natural GLIO atau

oleskan pada batang yang luka kemudian tutup

dengan parafin, kerok batang terserang sampai

warna coklat tidak kelihatan kemudian semprot


PESTONA + POC NASA.

6. Penyakit Busuk Akar (Jamur Fusarium sp.)

Jika dibelah, pada bagian korteks akan tampak

warna coklat dan pada bagian yang berkayu akan

tampak warna merah muda dengan bercak coklat.

Tanaman yang terserang dimusnahkan dan

dibakar serta bekas lubang tanam ditaburi kapur

+ Natural GLIO, perbaiki sistem drainase serta

sejak awal pakai Natural GLIO sebagai

pencegahan.

7. Penyakit Bercak Daun (Jamur Colletotrichum

sp.)

Gejala adanya bercak-bercak besar kering pada

daun tanaman yang akhirnya berlubang. Potong

daun terserang, semprotkan Natural GLIO + POC

NASA sebagai pencegahan gunakan fungisida


berbahan aktif tembaga.

8. Penyakit Jamur Upas (pink disease)

Gejala munculnya cairan kuning pada bagian

batang terserang dan diselimuti dengan benang-

benang jamur berwarna mengkilat berbentuk

seperti laba-laba sehingga menyebabkan

kematian pada batang. Potong bagian terserang,

kurangi kelembaban, Oleskan Natural GLIO +

POC NASA pada bagian terserang atau fungisida

berbahan aktif tembaga

9. Penyakit Akar Putih (Jamur Rigodoporus

lignosus)

Daun kuning kemudian coklat sebelum akhirnya

mengerut dan gugur. Buang semua tanaman

inang dari areal kebun, gunakan Natural GLIO

sebagai pencegahan.
10. Penyakit Busuk Buah ( Jamur Phytophthora

sp.)

Gejala adanya bercak-bercak basah berwarna

coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian

busuk dan pada bagian terserang terbentuk

miselium dan sporangia berwarna putih. Gunakan

Natural GLIO sebelum tanam sebagai tindakan

pencegahan, sanitasi kebun.

Catatan : Jika pengendalian hama dan

penyakit dengan pestisida alami belum

mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa

digunakan pestisida kimia yang dianjurkan.

Agar penyemprotan lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan

Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5

tutup botol per tangki


PEMANENAN

Waktu panen berbeda tergantung jenis varietas.

Jenis monthong sekitar 125 - 135 hari setelah

bunga mekar, jenis chanee sekitar 110 - 116 hari

setelah bunga mekar. Buah durian mengalami

tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah

bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda

fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di

antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan

mudah dibengkokkan, ruas-ruas tangkai buah

membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar

dan bergema jika buah dipukul. Cara penen

dengan memetik atau memotong buah di pohon

dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang

dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal

batang dan usahakan buah durian tidak sampai

terjatuh karena mengurangi kualitas buah.


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161

9. Teknik Budidaya

Gingseng
I. PENDAHULUAN

Trend 'back to nature' pada industri farmasi, kosmetika,

makanan dan minuman ringan, telah memacu

peningkatan permintaan ginseng. Tingginya permintaan

tersebut perlu diimbangi dengan teknologi budidaya

tanaman yang memenuhi aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas

dan Kelestarian) seperti yang telah diterapkan PT.

NATURAL NUSANTARA.

II. SYARAT TUMBUH

- Diutamakan di lahan terbuka. Tanah gembur,

kandungan bahan organik tinggi, aerasi dan drainase

baik.

- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 7,2.

- Curah hujan 1000 - 2500 mm/th.


- Suhu berkisar 20ºC - 33ºC.

- Kelembaban 70% - 90%.

- Ketinggian tempat berkisar 0 - 1.600 dpl.

III. PENGOLAHAN TANAH

- Siapkan Natural GLIO (10 kemasan /ha) dicampur

pupuk kandang matang (25-50 kg/kemasan). Simpan

dalam karung terbuka selama 1-2 minggu.

- Tebarkan dolomite / kapur pertanian (2-4 ton/ha) pada

lahan yang masih terbuka paling lambat 2 minggu

sebelum tanam.

- Luku dan garu segera setelah dolomit disebarkan.

Diamkan sekitar 1 minggu.

- Buat bedengan membujur arah timur-barat, lebar

bedengan 100-120 cm, tinggi 40-60 cm. Jarak antar

bedengan 40-50 cm. Diamkan sekitar 1 minggu.

- Buat parit mengelilingi lahan lebar 40-50 cm,

kedalaman 50-60 cm.


- Setelah 1 minggu, gemburkan permukaan bedengan

secukupnya.

- Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk

kandang merata pada permukaan tanah.

- Tambahkan pupuk kandang matang 20-40 ton/ha

merata pada permukaan bedengan. Jika tidak ada pupuk

kandang, penggunaan POP SUPERNASA, POC NASA

dan HORMONIK dapat menggantikannya.

- Siapkan larutan induk POP SUPERNASA (1 botol/3

liter air), aduk hingga larut. Dosis POP SUPERNASA 5

botol/ha jika pakai pupuk kandang sesuai dosis anjuran

atau 10 botol/ha jika tidak pakai pupuk kandang. Dari

larutan induk POP SUPERNASA 3000 cc atau 3 liter,

diambil 200 - 300 cc dicampur dengan 0,25 kg NPK

majemuk lalu dilarutkan atau diencerkan dalam 50 liter

air.

- Dari hasil 50 liter tersebut siramkan pada permukaan

bedengan, caranya pakai gembor 10 liter / ± 8 m panjang


bedengan. Atau 200 - 300 cc/lubang tanam.

- Tebarkan hasil campuran Natural GLIO dan pupuk

kandang merata di permukaan bedengan. Atau dalam

setiap lubang tanam.

IV. PEMBIBITAN DAN PENANAMAN

- Diutamakan pakai bibit dari setek batang.

- Gunakanlah induk tanaman sehat, tidak terindikasi

gejala serangan hama dan penyakit, umur tidak terlalu

muda dan terlalu tua, segar dan tidak layu, warna

cerah/mengkilap.

- Bibit hasil setek diistirahatkan/disimpan di tempat

lembab selama 2 - 4 hari.

- Sebelum tanam, pangkal bibit dipotong miring ± 45º

menggunakan pisau tajam dan bersih.

- Pangkal bibit direndam 20-30 menit dalam larutan POC

NASA (1-2 ttp) + HORMONIK (0,5-1 ttp) + 1-2 sendok

makan Natural GLIO per 10 liter air.


- Bibit dikeringanginkan ± 1-2 jam.

- Penanaman dilakukan sore hari, jarak tanam 50 x 60

cm atau 60 x 70 cm.

V. PEMELIHARAAN TANAMAN

Penyiraman

Pemberian air tidak boleh berlebihan ataupun

kekurangan. Usia 0 - 21 hst (hari setelah tanam) disiram

tiap hari secukupnya. Sejak usia ±100 hst penyiraman

dikurangi atau dihentikan.

Penyulaman

Jika diperlukan, hingga 15 hst.

Pemupukan susulan:

Pengocoran larutan pupuk : NPK majemuk 0,25 kg + 50

liter air. Berikan 200-300 cc/lubang tanam setiap 2

minggu sekali hingga usia 100 hst.


Penyemprotan pupuk lewat daun dilakukan 1 minggu

sekali hingga 100 hst, pakai 3 - 5 tutup POC NASA + 1-

2 tutup HORMONIK dalam tangki 14 atau 17 liter.

Penyiangan, pendangiran dan pembumbunan

Dilakukan bersamaan setiap 2 minggu sekali terutama

pada usia 14 - 65 hst.

Perempelan I

Pada 20 hst disisakan 2-3 batang utama. Perempelan

selanjutnya adalah perempelan tunas ketiak daun setiap 2

minggu sekali hingga usia 65 hst.

VI. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

4.1. Hama

4.1.1. Bekicot

Biasanya aktif pada malam hari, dan perlu diwaspadai

keberadaannya. Pengendalian dengan cara dikumpulkan


dan dimusnahkan.

4.1.2. Ulat

Banyak jenis ulat yang menyerang pada ginseng

terutama ulat grayak (Spodoptera sp.), Ulat penggulung

daun (Lamprosema sp.), dan ulat jenis lainnya.

Pengendalian dengan cara mematikan ulat, semprot

Vitura atau Pestona dan alternative terakhir dengan

Insektisida kimia.

4.1.3. Uret/Lundi

Hama ini menyerang akar bahkan bisa ke umbi sehingga

tanaman lama kelamaan bisa layu dan akhirnya mati.

Pada saat tanam bisa ditaburkan insektisida granular di

sekeliling tanaman

4.2. Penyakit

4.2.1. Penyakit Busuk Leher Batang


Penyebabnya jamur Phytium sp. atau Sclerotium sp.

Biasanya di awal tanam ginseng mengalami pembusukan

yang disebabkan oleh kelembaban tanah yang

berlebihan. Leher batang atau pangkal batang tampak

berwarna kelabu atau kecoklatan, lunak kebasahan dan

melekuk ke dalam. Jamur ini dapat menjalar ke bagian

umbi, lama-kelamaan daun tampak layu. Pengendalian

dengan cara pengaturan drainase, kebun tidak becek dan

tidak lembab. Sejak awal sebelum tanam gunakan

Natural GLIO.

4.2.2. Penyakit Busuk Umbi

Penyebabnya jamur Phythopthora sp. Gejalanya daun

yang mulanya hijau berubah menjadi kuning. Lama

kelamaan menjalar hingga menyebabkan kematian. Bila

tanaman dicabut pada pangkal umbi/batang tampak bulu-

bulu putih yang kemudian berubah menjadi bulat-bulatan

dan akhirnya berubah menjadi coklat tua sampai hitam.

Pengendalian gunakan Natural GLIO sebelum tanam,


jaga kelembaban tanah dan alternative terakhir dengan

fungisida sistemik

4.2.3. Penyakit Layu

Bisa disebabkan jamur Fusarium sp. atau bakteri

Pseudomonas sp. Tetapi kebanyakan disebabkan oleh

jamur Fusarium. Mulanya tulang daun menguning,

kemudian menjalar ke tangkai daun dan akhirnya daun

menjadi layu. Pengendalian dengan cara sebarkan

Natural GLIO sebelum tanam dan celupkan stek sebelum

tanam ke dalam POC NASA dicampur Natural GLIO.

VII. PANEN

- Tanaman Ginseng dipanen umur 4 - 5 bulan tergantung

pertumbuhan dan keadaan umbi. Cirinya; batang semula

hijau berubah merah, daun menguning dan mulai rontok,

berbunga dan mengeluarkan biji, umbi bila didangir

sudah cukup besar (diameter diatas 1 cm).


- Pemanenan pada pagi hari saat kondisi cerah, tidak

hujan dan daun tidak berembun lagi, tanah kering.

- Umbi dipanen sekaligus dengan menggunakan garpu

tanah untuk menggemburkan permukaan tanah.

- Sebelum umbi dicabut pangkal batang tanaman

dipangkas dan dipisahkan dari batang serta daunnya.

Pencabutan umbi harus dilakukan hati-hati, jangan

sampai umbinya putus dan tertinggal dalam tanah. Umbi

yang telah dicabut dibersihkan dan dibawa ke tempat

teduh untuk penyortiran.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
10. Teknik Budidaya Jarak
PENDAHULUAN

Tanaman Jarak di Indonesia dapat tumbuh dengan baik

karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa

merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman

ini bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis,

maka tanaman ini kini mulai di budidayakan.

PT. Natural Nusantara mencoba memberikan bantuan

teknis budidaya tanaman ini sehingga mampu

berproduksi sesuai dengan harapan yang diinginkan

tanpa meninggalkan standar kuantitas, kualitas, dan

kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN

Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350-500

ml air sepanjang pertumbuhannya.

Disamping faktor air, tanaman jarak ini membutuhkan

syarat temperatur 20º-30ºC sepanjang hidupnya, serta

ketinggian tempat yang optimal adalah 0-800 m dpl.


Keluarnya biji akan sangat berkurang atau minim jika

suhu mencapai 40ºC atau lebih.

PERSIAPAN LAHAN

Pemilihan lahan yang akan digunakan untuk budidaya

tanaman jarak ini biasanya memilih tanah yang kurang

produktif ataupun kurang pengairan, dan ini biasanya di

daerah marginal / kritis, karena tanaman jarak ini

tidaklah terlalu membutuhkan syarat-syarat khusus,

seperti halnya tanaman perdu lainnya. Pengolahan tanah

yang standar adalah pembuatan lubang tanam dengan

ukuran 30 cm x 30cm x 30cm dan jarak tanam antar

barisan 2-4 meter dan jarak dalam barisan 1-2 meter

tergantung varietas yang dipilih. Persiapan tanah yang

bisa juga dilakukan adalah membersihkan dari gangguan

gulma, terutama akar-akar ilalang yang menghasilkan

alelopati / senyawa penghambat tumbuh tanaman lain.


PEMBIBITAN

Biji jarak dapat ditanam 2-3 butir biji perlubang

langsung di lahan kemudian pilih tanaman yang terbaik

pertumbuhannya untuk dibudidayakan. Pemeliharaan

tanaman muda dilakukan dengan menyemprot dengan

POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki seminggu sekali

pada pagi hari.

MACAM-MACAM JENIS JARAK

Ada banyak sekali jenis jarak yang dapat tumbuh di

tanah air kita antara lain :

A. Jarak Kepyar/Jepang ( Ricinus communis).

Jenis ini laku di pasaran dunia yang dikenal dengan

nama castor oil plant. Jenis ini berbuah sekali dalam

setahun (semusim), dengan ciri buah muda berwarna

hijau dan berubah coklat setelah tua. Buahnya berduri

lemah seperti rambutan. Bijinya mengandung

Glycoprotein yang bersifat racun dan orang sering


menyebutnya Ricin.

B . Jarak Pagar/Cina (Jatropha curcas )

Jenis ini berbuah terus menerus (tahunan). Jenis jarak ini

yang dianjurkan ditanam, yaitu:

- Asembagus 22 : kandungan minyak 55-57%

- Asembagus 60 : kandungan minyak 48-52%

- Asembagus 81 : kandungan minyak 51-54%

Komposisi biji jarak terdiri dari 20% kulit dan 80% biji

(daging), mengandung 40-60% minyak. Kandungan

minyak mentahnya 32-48% dan sisanya adalah ampas.

PEMELIHARAAN

Yang penting diperhatikan adalah tanaman jarak ini

mempunyai sifat kurang suka air sehingga kelebihan air

(terendam) justru akan merugikan pertumbuhan

tanaman, namun jika panas terik berlangsung hingga 3-4

bulan penyiraman perlu sesekali dilakukan untuk


menghindari kematian akibat kekeringan.

Lakukan penyiangan gulma jika tanaman mulai

terganggu baik pertumbuhan bagian atas dalam

persaingan terhadap cahaya maupun perakaran yaitu

penyerapan hara.

PEMUPUKAN

Untuk pertumbuhan yang baik berikan pupuk dasar yaitu

pupuk kandang di samping pupuk anorganik pada saat

tanam.

Jenis Dosis
Waktu Pemupukan
Pupuk (kg/ha)
Urea 50 Saat tanam
SP-36 75 Saat tanam
KCl 50 2 minggu setelah tanam
Urea 100 1 bulan setelah tanam

Catatan : tidak berlaku mutlak/bervariasi untuk

masing - masing daerah.


Akan lebih baik ditambah SUPERNASA atau POWER

NUTRITION dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . Satu

botol SUPERNASA atau POWER NUTRITION

diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan

induk tadi untuk penyiraman perpohon.

Penyemprotan dengan POC NASA dosis 3-4 tutup +

HORMONIK dosis 1 tutup per tangki setiap 1 bulan

sekali dianjurkan untuk meningkatkan kuantitas dan

kualitas.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

Tanaman jarak sebenarnya jarang diserang hama ataupun

penyakit, namun bisa jadi terserang jika saja kondisi

lahan kurang bersih ataupun ada semak yang dapat

menjadi inang sementara bagi hama-hama tertentu.

Pengendalian hama terpadu yaitu dengan menjaga


kebersihan lahan merupakan tindakan preventif yang

paling mudah dilakukan sebelum hama menjadi tak

terkendali dan merugikan.

Hama yang kadang menyerang tanaman jarak adalah

sejenis kutu putih. Tanaman jarak sering tumbuh liar

sehingga kutu putih sering menjadikannya inang

sementara. Untuk pencegahannya gunakan PESTONA

dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian.

Disamping kutu putih , jarak juga mungkin diserang ulat

yang menyerang daun, yang bisa dicegah dengan

PESTONA dan PENTANA + AERO 810 Lakukan

penyemprotan dengan PESTONA dan PENTANA +

AERO 810 secara bergantian untuk pencegahan , satu

minggu sekali disemprotkan merata di atas dan di bawah

helai daun .

Sebagai pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan

jamur, sebaiknya sebelum tanam disebarkan 1 pak

Natural GLIO ditambah 25-30 kg pupuk kandang dan


didiamkan seminggu.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai

alternatif terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang

dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan AERO 810

dosis 0,5 tutup botol per tangki

MASA PANEN

Masa berbunga terjadi setelah tanaman berumur sekitar

60-70 hari dan buah mulai dapat dipanen setelah umur

tanaman sekitar 100-110 hari, yang biasanya jatuh

dimusim panas yaitu bulan Agustus hingga Oktober.

Buah yang terlambat panen akan melenting dan

berhamburan sehingga disarankan panen harus benar-

benar tepat waktu. Produksi yang dapat dicapai sekitar 1-

3 ton/ha.
PEMANFAATAN HASIL

Pada masa Jepang minyak jarak diolah menjadi minyak

pelumas persenjataan yang handal, karena sangat kental,

Berat jenisnya ± 0,96 dan sangat sukar untuk dilarutkan,

sehingga mudah dibedakan dari minyak lain. Sebagian

besar produksinya dipergunakan sebagai minyak lumas

untuk mesin yang berputar cepat; salah satu keuntungan

dari minyak jarak ini adalah bahwa dia tidak menetes,

tidak meninggalkan sisa bakar dan tidak larut dalam

bensin; sifat-sifat yang besar artinya dalam keperluan

penerbangan dan telah memberinya tempat yang tetap

disamping minyak- minyak mineral yang telah

mendesaknya walaupun daya pelumasnya yang cukup

besar

Selain itu biji Jarak ricinus kaya akan enzyme lipase

yang dapat menguraikan lemak dan minyak menjadi

asam-asam lemak yang bebas dan glycerin. Asam lemak


tersebut dapat dipergunakan oleh pabrik lilin, dan setelah

dinetralisir dengan soda atau kalium karbonat (potas),

menghasilkan sabun keras atau lunak.

Di perusahaan-perusahaan batik, minyak jarak berperan

juga dalam pewarnaan kain katun yang akan diberi

warna dengan mengkudu. Bahkan akhir-akhir ini dengan

peningkatan harga BBM dimulai penanaman tanaman

jarak besar-besaran untuk alternatif lain dari bahan bakar

minyak yang dipadukan dengan paket reboisasi lahan

kritis sehingga bisa berpengaruh positif bagi

perekonomian dan juga kelestarian lahan di seluruh

nusantara.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
11. Teknik Budidaya Jeruk
I. PENDAHULUAN

Prospek agribisnis jeruk di Indonesia cukup bagus

karena potensi lahan produksi yang luas. Melalui

program peningkatan kualitas sumberdaya petani

jeruk serta didukung dengan hasil inovasi teknologi

pemupukan dan hormon alami, pengelolaan hama

dan penyakit terpadu, serta sistem budidaya lainnya

yang semuanya didasarkan pada semangat ramah

lingkungan akan meningkatkan Kuantitas dan

Kualitas produksi jeruk dengan tetap menjaga

Kelestarian lingkungan.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan


1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air

yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

Temperatur optimal antara 25-30 °C dan

kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan

angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga

dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m

dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung

dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan

Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH

tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada

kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah.

Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim

hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang

mengandung garam sekitar 10%.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Cara generatif

Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang


telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat

yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya

hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm

dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m

membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-

1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang

1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak

tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram larutan

POC NASA + 1-2 cc/lt air. Persemaian diberi atap.

Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm

setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan.

Media tumbuh dalam polibag adalah campuran

pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk

kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan

menggunakan tanah biasa disiram POC NASA (3-4

tutup) + HORMONIK (1 tutup) per 10-15 liter air.

3.1.2. Cara Vegetatif


Metode dengan cara penyambungan tunas pucuk

dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini

perlu dipersiapkan batang bawah

(understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk

dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi

lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran

terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda.

Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah

Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer

Citrange dan Carizzo citrange. Setelah

penyambungan tunas pucuk atau penempelan mata

tempel, segera disemprot menggunakan POC

NASA (3-4 tutup/tangki ) + HORMONIK (1

tutup/tangki ).

3.1.2.1. Pengolahan Media Tanam

Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari tanaman

lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi

untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data


berikut ini: (a) Keprok dan Siem jarak tanam 5 x 5

m; (b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m; (c) Sitrun

(Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m; (d) Nipis : jarak

tanam 4 x 4 m; (e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8

m; (f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m.

Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam.

Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari

lapisan atas. Tanah berasal dari lapisan atas

dicampur dengan 1-2 kg pupuk kandang dan

Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan.

Pengembangbiakan Natural GLIO : 1-2 kemasan

Natural GLIO dicampur 50-100 kg pupuk kandang

untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di

tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1

minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan

sesekali diaduk (dibalik).

3.1.2.2. Teknik Penanaman


Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau

musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami,

tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan.

Sebelum ditanam, perlu dilakukan: (a) Pengurangan

daun dan cabang yang berlebihan; (b) Pengurangan

akar; (c) Pengaturan posisi akar agar jangan ada

yang terlipat.

Setelah bibit ditanam, siramkan pupuk POC NASA

yang telah dicampur air secara merata dengan dosis

± 1 tutup POC NASA per liter air setiap pohon.

Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER

NASA. Adapun cara penggunaan SUPER NASA

adalah sebagai berikut: 1 (satu) botol SUPER

NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter

air diberi 10 ml larutan induk tadi disiramkan setiap

pohon.

Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun


yang bebas penyakit di sekitar bibit. Letakkan

mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh

batang untuk menghindari kebusukan batang.

Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling

menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-

kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi,

tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum

penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai

penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

IV. PEMELIHARAAN TANAMAN

4.1. Penyulaman

Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

4.2. Penyiangan

Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi

pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga

dilakukan penyiangan.

4.3. Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan

apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi.

Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal

akar sudah mulai terlihat.

4.4. Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk

pohon dan menghilangkan cabang yang sakit,

kering dan tidak produktif. Dari tunas-tunas awal

yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam

yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada

pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-

4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan

ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah

penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas

ke dalam alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau

dikubur dalam tanah.

4.5. Pemupukan Susulan


Umur Dosis Pupuk Makro (gr/pohon)

(tahun) Urea TSP KCl

1 80 170 170

2 160 325 250

3 250 500 325

4 325 170 425

5 400 210 500

6 500 250 600

7 600 300 700

8 700 325 780

9 780 390 850

10 850 425 900

>10
Sebaiknya dilakukan analisis

tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0-3
2-3 tutup/diencerkan secukupnya

dan siramkan sekitar pangkal


batang setiap 4-5 bulan sekali

(sesekali bisa disemprot ke daun)

>3
3-4 tutup/diencerkan secukupnya

dan siramkan sekitar pangkal

batang setiap 3-4 bulan sekali

(sesekali bisa disemprot ke daun)

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah

SUPER NASA 1-2 kali/tahun dosis 1 botol untuk + 200

pohon. Cara lihat pada Teknik Penanaman (Point

3.1.2.2.)

4.6. Penggunaan Hormonik

Hormonik dapat diberikan terutama setelah tanaman

berumur 2 tahun, atau diberikan sejak awal lebih bagus.

Caranya melalui penyiraman atau penyemprotan

bersama dengan POC NASA (3-5 tutup POC NASA

ditambah 1 tutup Hormonik).


4.7.Pengairan dan Penyiraman

Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya

satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air

kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan

dan ditutup mulsa.

4.8. Penjarangan Buah

Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan

penjarangan supaya pohon mampu mendukung

pertumbuhan, bobot buah serta kualitas buah. Buah yang

dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari

(di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di

dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok

buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3

buah.

V. Hama dan Penyakit

5.1. Hama

a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)

Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun


muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati.

Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural

BVR. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat

bertunas, buang bagian yang terserang.

b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis

gossypii.)

Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun

menggulung dan membekas sampai daun dewasa.

Pengendalian: menggunakan PESTONA atau Natural

BVR.

c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)

Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar

transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut,

menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan dengan

PESTONA. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan

dalam tanah.

d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni

Tetranychus sp)
Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak

keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak

kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan

PESTONA atau Natural BVR.

e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)

Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah

keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang

terinfeksi, disemprot PESTONA pada buah berumur 2-5

minggu.

f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)

Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala:

bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih

terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai

keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.

Pengendalian: semprotkan PESTONA

g. Thrips (Scirtotfrips citri.)

Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai

daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di


ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka

berwarna coklat keabu-abuan kadang disertai nekrotis.

Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu

rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari

memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan PESTONA

atau Natural BVR.

h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)

Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna

kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian:

gunakan PESTONA. atau Natural BVR. Cegah

datangnya semut sebagai vektor kutu.

i. Lalat buah (Dacus sp.)

Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala:

lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil

di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan Perangkap

lalat Buah.

5.2. Penyakit
a. CVPD

Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu

loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder

pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil,

lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah

oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas

CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk

yang terserang CVPD. Gunakan Pestona atau Natural

BVR untuk mengendalikan vektor.

b. Blendok

Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang :

batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang

menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang,

warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan

mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang

terinfeksi. Bekas potongan diolesi POC NASA +

Hormonik + Natural GLIO. POC NASA dan Hormonik

bukan berfungsi mengendalikan Blendok, namun dapat


meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit.

c. Embun tepung

Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang :

daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di

daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan Natural

GLIO pada awal tanam.

d. Kudis

Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang :

daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang

berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.

Pengendalian: pemangkasan teratur, gunakan Natural

GLIO pada awal tanam.

e. Busuk buah

Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora,

Botryodiplodia theobromae. Bagian diserang : buah.

Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau

kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari

kerusakan mekanis, gunakan Natural GLIO awal tanam


f. Busuk akar dan pangkal batang

Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian

diserang : akar, pangkal batang serta daun di bagian

ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering.

Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik,

sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi

tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

gunakan Natural GLIO pada awal tanam

g. Buah gugur prematur

Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp.

Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga.

Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.

Pengendalian: gunakan Natural GLIO pada awal tanam

h. Jamur upas

Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang :

batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan

keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.


Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi

fungisida yang mengandung tembaga atau belerang,

kemudian potong cabang yang terinfeksi.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

VI. Panen

Buah jeruk dipanen saat masak optimal berumur + 28-36

minggu, tergantung jenis/varietasnya. Buah dipetik

dengan menggunakan gunting pangkas.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

12. Teknik Budidaya

Kacang Panjang
SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol / lempung

berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan

organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu

antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah

hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian

optimum kurang dari 800 m dpl.

PEMBIBITAN

- Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah

sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya

kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak

mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih

untuk 1 hektar antara 15-20 kg.

- Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi

benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah

disiapkan.
PENGOLAHAN MEDIA TANAM

- Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar,

dicangkul/dibajak hingga tanah menjadi gembur.

- Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak

antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang

tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-

40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak

antara guludan 30-40 cm

- Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari

5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan

secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm

- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol

(500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya

untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil akan lebih

bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara

penggunaannya sebagai berikut:

alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter


air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air

diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter

bedengan.

TEKNIK PENANAMAN

- Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x

50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe

tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.

- Waktu tanam yang baik adalah awal musim

kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja

sepanjang musim asal air tanahnya memadai

- Benih direndam POC NASA dosis 2 tutup/liter selama

0,5 jam lalu tiriskan

- Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2

biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.


PENYULAMAN

Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah

tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

PENYIANGAN

Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3

minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput

di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput

liar/membersihkan dengan alat kored.

PEMANGKASAN / PEREMPELAN

Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan

pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang

terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

PEMUPUKAN

Dosis pupuk makro sebagai berikut:


Dosis Pupuk Makro
Waktu
(per ha)
Urea (kg) SP-36 (kg) KCl (kg)
Dasar 50 75 25
Umur 45 hari 50 25 75
TOTAL 100 100 100

Catatan : Atau sesuai rekomendasi setempat.

Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang

terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk

yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari

jarak tanam

POC NASA diberikan 1-2 minggu sekali semenjak

tanaman berumur 2 minggu, dengan cara

disemprotkan (4-8 tutup POC NASA/tangki).

Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-

2 botol per 1000 M2 (10-20 botol/ha). Akan lebih

bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan

HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup

Hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga


tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat

mengganggu penyerbukan (dapat disiramkan

dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ).

PENGAIRAN

Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman

muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari.

Pengairan berikutnya tergantung musim.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)

Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang

daun, pertumbuhan tanaman yang terserang

terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal

batang terjadi perakaran sekunder dan

membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran

tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan

dan penyemprotan dengan PESTONA.


b. Kutu daun (Aphis cracivora Koch)

Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama

mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil

panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan

berperan sebagai vektor virus. Pengendalian:

dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan

famili kacang-kacangan dan penyemprotan Natural

BVR

c. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti,

serangan berat di musim kemarau, juga menyerang

polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi

tanaman, penanaman serempak, Semprot Natural

VITURA

d. Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)


Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur

sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan

dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat

persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi

perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.

e. Ulat bunga ( Maruca testualis)

Gejala: larva menyerang bunga yang sedang

membuka, kemudian memakan polong.

Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga

kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot

dengan PESTONA

f. Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum

lindemuthianum )

Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru

berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat

pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian:


dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum

ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan

membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.

g. Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne

Virus/CAMV).

Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran

mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit

ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian:

gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot

vector kutu daun dan tanaman yang terserang

dicabut dan dibakar.

h. Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom

Virus/Cowpea Stunt Virus.)

Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas

(buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak

memendek dan membentuk "sapu". Penyakit


ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan

pengendalian penyakit mosaik.

i. Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )

Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat

menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan

rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut

tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada

awal tanam.

PANEN DAN PASCA PENEN

- Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran

polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-

bijinya di dalam polong tidak menonjol

- Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari.

Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan

- Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe


merambat dengan memotong tangkai buah dengan

pisau tajam.

- Selepas panen, polong kacang panjang

dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi

- Polong kacang panjang diikat dengan bobot

maksimal 1 kg dan siap dipasarkan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
13. Teknik Budidaya

Kacang Tanah
I. PENDAHULUAN

Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya

belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini

tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang

makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama

unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan.

Disamping itu juga karena faktor hama dan

penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor

pemeliharaan lainnya.

PT. NASA berusaha berperan meningkatkan

produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap

memelihara Kelestarian lingkungan ( Aspek K - 3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan


yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit

terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan

kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.

b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di

bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan

terhambat, bahkan kerdil.

c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.

d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama

kesuburan daun dan perkembangan besarnya

kacang.

2.2. Media Tanam

a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur /

bertekstur ringan dan subur.

b. pH antara 6,0-6,5.

c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman

kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.

d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu


becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang

tanah.

2.3. Ketinggian Tempat

Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl,

tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian

1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih

Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang

baik adalah:

a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas

unggul.

b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan

sehat.

c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.

d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.


e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih

Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang

konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin

kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih

atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh

Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan

Pembukaan lahan dengan pembajakan dan

pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala

macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-

akar pertanaman sebelumnya, serta untuk

memudahkan perakaran tanaman berkembang dan

menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan


penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan

Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang

menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm.

Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran

Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan

yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran

dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1

bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO

Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan

Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO

dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur

dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000


m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang

terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan

selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk

(dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER

NASA

Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:

a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada

permukaan bedengan kurang lebih seminggu

sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau

diberikan pada lubang tanam.

b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100

kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi

setempat.

c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah

dicampur air secara merata di atas bedengan dengan


dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan

air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20

botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan

SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :

alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan

dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10

meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam.

Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal

sedalam 3 cm.
3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan.

Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam

dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x

20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan

tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di

atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA

Pilih benih yang baik dan agar benih dapat

berkecambah dengan cepat dan serempak, benih

direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter

air) selama + 0,5 1 jam.


3.3.4. Cara Penanaman

Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang

tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling

baik dilahan kering pada awal musim hujan, di

lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni

(palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman

Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk

penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang

lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu

dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan

polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat

penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian

perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK

Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu

sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup

POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA

untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20

botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC

NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC

NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat

tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan,

karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk

menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat


diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat

berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat

mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain

Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor

pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya

pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan

bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar

menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

a. Uret

Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan

polong. Akhirnya tanaman layu dan mati.

Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan

pupuk kandang yang sudah matang, menanam


serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona

dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman

terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.

b. Ulat Penggulung Daun

Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya

mengering. Pengendalian: penyemprotan

menggunakan Pestona.

c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang

secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan

gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2)

penyemprotan menggunakan Natural Vitura.

d. Ulat Jengkal (Plusia sp)

Gejala: menyerang daun kacang tanah.

Pengendalian: penyemprotan menggunakan

Pestona.

e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal

tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1)

penanaman serentak; (2) penyemprotan

menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit

a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”

Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum

(E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air

panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda

coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit

keluar lendir kekuningan. Akar tanaman

membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman,

gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan

pencegahan menggunakan Natural GLIO.

b. Penyakit sapu setan

Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga

ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga


berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-

ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun

kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut,

dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang

dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam

tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya

menggunakan Pestona atau Natural BVR.

c. Penyakit Bercak Daun

Penyebab : Jamur Cercospora personata dan

Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-

bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan

hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan

menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai

tindakan pencegahan.

d. Penyakit Gapong

Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong

kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya

didangir dan dicari nematodanya.


e. Penyakit Sclerotium

Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala:

tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang

resisten, air jangan sampai menggenang, membakar

tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan:

gunakan Natural GLIO pada awal tanam

f. Penyakit Karat

Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg.

Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat

muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur

sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas

yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan

dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada

awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi

dapat dipergunakan pestisida kimia yang


dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia

lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan

tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml

(1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen

Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari

jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur

panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah

sudah siap dipanen antara lain:

a) Batang mulai mengeras.

b) Daun menguning dan sebagian mulai

berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.

c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

14. Teknik Budidaya

Kakau

PENDAHULUAN

Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan


berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang

semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur

hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca,

faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor

pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat

produksi dan kualitas akan rendah.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu petani kakao

agar mampu meningkatkan produktivitasnya agar dapat

bersaing di era globalisasi dengan program peningkatan

produksi secara kuantitas dan kualitas, berdasarkan

konsep kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

1. Persiapan Lahan

- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya

- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama

jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica,

Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C.

caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama


jenis rumputan

- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro,

Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun

sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah

dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3

pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan

- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah

yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup

umur

- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih

dulu daging buahnya dengan abu gosok

- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat

(dormancy), maka harus segera dikecambahkan

- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan,

dilakukan penyiraman 3 kali sehari

- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan


tempat pembibitan

- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1),

masukkan dalam polibag

- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram

pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag

- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari

berkecambah lebih 50%

- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm

- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan

sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak

- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari

- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan

- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai

dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2

gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit.

Pemupukan dengan cara ditugal

- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon

diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan


dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali

- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan

dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan

- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ;

rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan

ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan

PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR

dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur

Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang

sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada

masing-masing pohon

3. Penanaman

a. Pengajiran

- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm

- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran

selanjutnya

- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh


jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam

- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir

musim hujan

- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah

(1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit

- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus

sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah

berumur 1 tahun

- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak

perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon

kelapa

- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya,

untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan,

Kakao Lindak umur 4-5 bulan


- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan

naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya

bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore)

sebanyak 2-5 liter/pohon

b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara

dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk

kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel

di samping ini :

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

Dosis pupuk Makro (per ha)


UMUR Urea TSP MOP/ KCl Kieserite

(bulan) (kg) (kg) (kg) (MgSO4)

(kg)

2 15 15 8 8

6 15 15 8 8

10 25 25 12 12

14 30 30 15 15

18 30 30 45 15

22 30 30 45 15

28 160 250 250 60

32 160 200 250 60


36 140 250 250 80

42 140 200 250 80

Dst Dilakukan analisa tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0 – 24 2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan

sekitar pangkal batang

setiap 4 - 5 bulan sekali

> 24 3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan siramkan

sekitar pangkal batang

setiap 3 – 4 bulan sekali ( sesekali bisa juga

disemprotkan ke tanaman )

Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah

produksi tetapi tidak dari awal memakai

POC NASA :
- Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut
dengan interval 1-2 bln, Dosis 3-4 tutup/ pohon

- Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali,

Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah

SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk

+ 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam

2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian

setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk

penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit

a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili :

Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan.

Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat

daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 -

10 cc / liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia :

Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian

dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher

kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau

hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-

hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator

Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot

PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat

Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena

kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara

meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya

akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun

muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan

bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1

bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta

diducta. Pengendalian dengan PESTONA.


d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu

berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala

serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang

terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang

masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering

lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas

lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp,

Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural

BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk

meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda,

jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan

pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam,

sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk

tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-

bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat,


buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan

buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan

dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah

terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7

dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17

dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga

pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan,

pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops

cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda

terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah

tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian :

sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat

dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap

terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut

hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR)

dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.


g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora),

gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah

nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah

kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang

buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur,

semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang

batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi

batang atau cabang terserang dengan Natural

GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan

berlanjut dipotong lalu dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak


mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan

- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang

yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik.

Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar

percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.

Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :

- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah

muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2

tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik

dan letaknya simetris.

- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi

pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara

menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok

atau cabangnya.

- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk


tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat

terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim,

sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan

pangkas ringan pada musim kemarau.

Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang

rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan

dengan side budding.

7. Panen

Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi

pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang

masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah

dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan

sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga

sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini

dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan

menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari

berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah


dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan

dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan

pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan

memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji

dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit

dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil

Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan

mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan

daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan

aroma dan cita rasa yang enak.

Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi

dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar

matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor

pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang

baik kurang dari 6 %.

Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji


kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah

tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal

7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas

kotoran.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
15. Teknik Budidaya Karet

I. PENDAHULUAN

Tujuan utama pasaran karet (hevea brasiliensis)

ndonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional

(perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi

persaingan ketat. PT. Natural Nusantara berupaya

meningkatkan Kuantitas dan Kualitas produksi, dengan

tetap menjaga Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).


II. SYARAT PERTUMBUHAN

- Suhu udara 240C - 280C.

- Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.

- Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.

- Kelembaban tinggi

- Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak

berpadas

- Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).

- Ketinggian lahan 200 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persemaian Perkecambahan

- Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m,

panjang sesuai tempat.

- Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7

cm.
- Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu

dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.

- Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di

sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.

- Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1

tutup/liter air).

- Benih disemaikan langsung disiram larutan POC

NASA 0,5 tutup/liter air.

- Jarak tanam benih 1-2 cm.

- Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan

berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya

dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

3.1.2. Persemaian Bibit

- Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan

dan diratakan.

- Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan

sedalam 50 cm.
- Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak

40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk

okulasi hijau.

- Penyiraman dilakukan secara teratur

- Pemupukan :

PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8

gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon LCB 1320: 2,5 gr

urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3

cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.3. Pembuatan Kebun Entres

- Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam

bibit okulasi.

- Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau

bibit polybag.

- Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.

- Pemupukan :

PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)


Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon

Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon

POC NASA :

2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali

3.1.4. Okulasi

Ada 2 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau.

Keterangan Okulasi Okulasi Hijau

Coklat

9-18 bulan 3-8 bln


Umur batang

bawah

+ 2 cm 1 – 1,5 cm
Diameter

batang 10 cm

dari tanah
Kayu okulasi Dari kebun Dari kebun

entres, entres umur

warna hijau 1-3 bln,

tua dan warna masih

coklat, hijau atau

diameter telah

1,5 – 3 cm. terbentuk 1-2

payung.

- Teknik Okulasi : (keduanya sama)

- Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.

- Persiapkan mata okulasi

- Pisahkan kayu dari kulit (perisai)

- Masukkan perisai ke dalam jendela

- Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm

- Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika pesriasi digores

sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil.

Diulangi 1-2 minggu kemudian.


- Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang

bawah + 10 cm di atas okulasi.

- Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum

mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.

3.2. Pengolahan Media Tanam

a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan

bersihkan dari sisa akar.

b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10

derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras

tergantung dari jarak tanam.

c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah

landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang

tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal

di sebelah atas rorak.

e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran

jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan

diperkeras.
3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanaman

0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele

> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam

Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)

Lubang tanam :

- okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm

- okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm

3.3.3. Cara Penanaman

- Masukkan bibit dan plastiknya dalam lubang tanah dan

biarkan 2-3 minggu.

- Buka kantong plastik, tebarkan NATURAL GLIO yang

telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1

minggu dan segera timbun dengan tanah galian

- Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara


merata (1 tutup/lt air perpohon). Hasil akan lebih bagus

jika menggunakan SUPER NASA. Caranya : 1 botol

SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air

diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap

pohon.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.

b. Pemupukan

UMUR Dosis pupuk Makro (per ha)

( bulan ) Urea Rock MOP/ KCl Kieserite

( kg ) Phospat/ ( kg ) (MgSO4)

( kg ) ( kg )

0 0 150 0 0

3 60 115 40 40

8 60 115 40 40
12 75 135 50 40

18 75 135 50 40

24 115 300 115 75

36 210 300 115 75

48 235 300 115 75

dst
sebaiknya dilakukan analisa tanah

Dosis POC NASA mulai awal tanam :

0 - 36
2-3 tutup/ diencerkan secukupnya dan

siramkan sekitar pangkal batang

setiap 4 - 5 bulan sekali

> 36
3-4 tutup/ diencerkan secukupnya dan

siramkan sekitar pangkal batang

setiap 3 – 4 bulan sekali

Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah

produksi tetapi tidak dari awal memakai POC

NASA :
1. Tahap 1 : Aplikasikan 3 – 4 kali berturut-turut
dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon

2. Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali.

Dosis 3-4 tutup/ pohon

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah

SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk

+ 300 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point

3.3.3.)

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

a. Kutu tanaman (Planococcus citri)

Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari

pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang

diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian:

Menggunakan BVR atau Pestona.

b. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)

Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk,


sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran.

Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona

3.5.2. Penyakit

Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan

bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur.

Penyakit tersebut antara lain :

a. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus

lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma

pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium

salmonicolor),

b. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur

Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur

Botrydiplodia theobromae),

c. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur

Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur

Ceratocystis fimbriata)

d. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium


heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum

gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur

Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena

jamur:

- Menanam bibit sehat dan dari klon resisten

- Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro)

dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat

- Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam

sanitasi kebun

- Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat

- Bagian yang terserang segera dimusnahkan

- Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat

tanah

- Pisau sadap steril

- Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih

awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali


lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih

efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.6. Panen

Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan

selama 25-35 tahun.

Pemakaian POC NASA, HORMONIK dan

SUPERNASA secara teratur akan mempercepat waktu

penyadapan pertama kali dan memperlama usia produksi

tanaman.
Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161

16. Teknik Budidaya

Kedelai
PENDAHULUAN

Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat

memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu

mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah

dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. PT.

Natural Nusantara berusaha membantu dalam

peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan

kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era

pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal

drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup

baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C -

300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan

ketinggian kurang dari 600 m dpl.

PENGOLAHAN TANAH

- Tanah dibajak, digaru dan diratakan

- Sisa-sisa gulma dibenamkan

- Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m

- Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami

- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol

(500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya

untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih

bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara

penggunaannya sebagai berikut:

- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam


3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

- Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10

meter bedengan.

PENANAMAN

- Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter

selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk

tanah yang belum pernah ditanami kedelai

- Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm,

25 x 25 cm atau 20 x 20 cm

- Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3

per lubang

- Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa

dipadatkan

- Waktu tanam yang baik akhir musim hujan


PENJARANGAN & PENYULAMAN

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih

yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih

baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin.

Penyulaman sebaiknya sore hari.

PENYIANGAN

Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat

tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah

tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan

dengan pemupukan ke-2.

PEMBUBUNAN

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu

dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada

akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.


PEMUPUKAN

Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :

Waktu Dosis Pupuk Makro (per ha)

Urea (kg) SP-36 (kg) KCl (kg)

2 Minggu Setelah 50 40 20

Tanam

6 Minggu Setelah 30 20 40

Tanam

Total 80 kg 60 kg 60 kg

POC NASA diberikan 2 minggu sekali semenjak


tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan

(4 - 8 tutup POC NASA/tangki).

Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2

botol per 1000 m2 (10 - 20 botol/ha). Akan lebih bagus

jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK

(3 - 4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki).

Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan

penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan,

akan lebih aman jika disiramkan.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi

tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih

ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen,

tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean

Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan

masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu,

pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan

tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-

kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian

tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami

(predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR

atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian

bawah.

2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)

Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada

permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan

daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh

tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)

Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah


masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam

polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.

Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.

4. Kepik polong (Riptortis lincearis)

Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.

Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC

NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup

dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi

kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA.

Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1

bulan.

6. Kepik hijau (Nezara viridula)


Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar

turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur

kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.

Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji

bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

7. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol,

memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.

Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2)

disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang

tanaman) beberapa Natural VITURA.

8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)

Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi

dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan

layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.

Pengendalian : Pemberian Natural GLIO


9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat

udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.

Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning.

Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam

varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal

10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )

Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna

hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda

yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua

menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola

pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal

dengan Natural GLIO

11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)

Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat.


Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan

terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula

pasir

12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)

Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah,

kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1)

memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO

di awal

PANEN DAN PASCA PANEN

- Lakukan apabila sebagian besar daun sudah

menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau

penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari

hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau

polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning

agak coklat dan gundul.

- Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi


dipetik pada usia 75 - 100 hari, sedangkan untuk benih

umur 100 - 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul

sempurna dan merata.

- Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen

hendaknya segera dijemur.

- Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam

karung dan dipasarkan atau disimpan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

17. Teknik Budidaya

Kelapa Sawit
I. PENDAHULUAN

Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik

yang berorientasi pasar lokal maupun global akan

berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan

kelestarian lingkungan selain tentunya kuantitas

produksi. PT. Natural Nusantara berusaha berperan

dalam peningkatan produksi budidaya kelapa sawit

secara Kuantitas, Kualitas dan tetap menjaga


Kelestarian lingkungan (Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam/hari.

Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm. Temperatur

optimal 24-280C. Ketinggian tempat yang ideal antara

1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk

membantu proses penyerbukan.

2.2. Media Tanam

Tanah yang baik mengandung banyak lempung,

beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan

air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm),

pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol,

Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran

pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan

kelapa sawit.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Penyemaian

Kecambah dimasukkan polibag 12x23 atau 15x23 cm

berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak.

Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag

harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan

dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan

dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan.

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag

40x50 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah

lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam,

siram tanah dengan POC NASA 5 ml atau 0,5 tutup

per liter air. Polibag diatur dalam posisi segitiga sama

sisi dengan jarak 90x90 cm.

3.1.2. Pemeliharaan Pembibitan

Penyiraman dilakukan dua kali sehari. Penyiangan 2-3


kali sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan

gulma. Bibit tidak normal, berpenyakit dan

mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi

dilakukan pada umur 4 dan 9 bulan.

Pemupukan pada saat pembibitan sebagai berikut :

Pupuk Makro
Minggu ke 2 & 3 (2 gram); minggu ke 4

> 15-15-6-4 & 5 (4gr); minggu ke 6 & 8 (6gr);

minggu ke 10 & 12 (8gr)


Mingu ke 14, 15, 16 & 20 (8 gr);

Minggu ke 22, 24, 26 & 28 (12gr),


> 12-12-17-2
minggu ke 30, 32, 34 & 36 (17gr),

minggu ke 38 & 40 (20gr).


Minggu ke 19 & 21 (4gr); minggu ke 23

> 12-12-17-2 & 25 (6gr); minggu ke 27, 29 & 31

(8gr)
Mulai minggu ke 1 – 40 (1-2cc/lt air
> POC NASA
perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali).
Catatan : Akan Lebih baik pembibitan

diselingi/ditambah SUPER NASA 1-3 kali dengan dosis

1 botol untuk + 400 bibit. 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan

induk tadi untuk penyiraman

3.2. Teknik Penanaman

3.2.1. Penentuan Pola Tanaman

Pola tanam dapat monokultur ataupun tumpangsari.

Tanaman penutup tanah (legume cover crop LCC) pada

areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat

memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah,

mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan

menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).

Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya

dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.


3.2.2. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam

dengan ukuran 50x40 cm sedalam 40 cm. Sisa galian

tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jarak

9x9x9 m. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit

dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.2.3. Cara Penanaman

Penanaman pada awal musim hujan, setelah hujan turun

dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada

polibag. Lepaskan plastik polybag hati-hati dan

masukkan bibit ke dalam lubang. Taburkan Natural

GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam pupuk

kandang selama + 1 minggu di sekitar perakaran

tanaman. Segera ditimbun dengan galian tanah atas.

Siramkan POC NASA secara merata dengan dosis ± 5-

10 ml/ liter air setiap pohon atau semprot (dosis 3-4


tutup/tangki). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan

SUPER NASA. Adapun cara penggunaan SUPER

NASA adalah sebagai berikut: 1 botol SUPER NASA

diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan

induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan

induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

3.3. Pemeliharaan Tanaman

3.3.1. Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman mati disulam dengan bibit berumur 10-14

bulan. Populasi 1 hektar + 135-145 pohon agar tidak ada

persaingan sinar matahari.

3.3.2. Penyiangan

Tanah di sekitar pohon harus bersih dari gulma.

3.3.3. Pemupukan

Anjuran pemupukan sebagai berikut :

Pupuk Makro
1. Bulan ke 6, 12,

Urea 18, 24, 30 & 36 225 kg/ha

1000 kg/ha
2. Bulan ke 42, 48,

54, 60 dst
1. Bulan ke 6, 12,

TSP 18, 24, 30 & 36 115 kg/ha

750 kg/ha
2. Bulan ke 48 &

60
1. Bulan ke 6, 12,

MOP/KCl 18, 24, 30 & 36 200 kg/ha

1200 kg/ha
2. Bulan ke 42, 48,

54, 60 dst
1. Bulan ke 6, 12,

Kieserite 18, 24, 30 & 36 75 kg/ha

600 kg/ha
2. Bulan ke 42, 48,

54, 60 dst
1. Bulan ke 6, 12,

Borax 18, 24, 30 & 36 20 kg/ha


2. Bulan ke 42, 48,40 kg/ha

54, 60 dst

NB. : Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal

musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir

musim hujan (Maret- April).

POC NASA

a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :

2-3 tutup/ diencerkan


0-36
secukupnya dan siramkan
bln
sekitar pangkal batang, setiap 4

- 5 bulan sekali
3-4 tutup/ diencerkan
>36
secukupnya dan siramkan
bln
sekitar pangkal batang, setiap 3

– 4 bulan sekali

b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi

tetapi tidak dari awal memakai POC NASA


Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan

interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon

Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4

tutup/ pohon

Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah

SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk

+ 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point

3.2.3.)

3.3.4. Pemangkasan Daun

Terdapat tiga jenis pemangkasan yaitu:

a. Pemangkasan pasir

Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk

waktu tanaman berumur 16-20 bulan.

b. Pemangkasan produksi

Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk

(songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.


c. Pemangkasan pemeliharaan

Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga

pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54

helai.

3.3.5. Kastrasi Bunga

Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh

pada waktu tanaman berumur 12-20 bulan.

3.3.6. Penyerbukan Buatan

Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah,

dibantu penyerbukan buatan oleh manusia atau serangga.

a. Penyerbukan oleh manusia

Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga

betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk

diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif


adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik

kemerah-merahan dan berlendir.

Cara penyerbukan:

1. Bak seludang bunga.

2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni ( 1:2 ).

Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya

sudah dipersiapkan di laboratorium, semprotkan serbuk

sari pada kepala putik dengan menggunakan baby

duster/puffer.

b. Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit

Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus tertarik

pada bau bunga jantan. Serangga dilepas saat bunga

betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah

tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna,

produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti

(minyak inti) meningkat sampai 30%.


3.4. Hama dan Penyakit

3.4.1. Hama

a. Hama Tungau

Penyebab: tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang

adalah daun. Gejala: daun menjadi mengkilap dan

berwarna bronz. Pengendalian: Semprot Pestona atau

Natural BVR.

b. Ulat Setora

Penyebab: Setora nitens. Bagian yang diserang adalah

daun. Gejala: daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja.

Pengendalian: Penyemprotan dengan Pestona.

3.4.2. Penyakit

a. Root Blast

Penyebab: Rhizoctonia lamellifera dan Phythium Sp.

Bagian diserang akar. Gejala: bibit di persemaian mati


mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi

pembusukan akar. Pengendalian: pembuatan persemaian

yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau,

penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan.

Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO.

b. Garis Kuning

Penyebab: Fusarium oxysporum. Bagian diserang daun.

Gejala: bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi

warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian:

inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

Pencegahan dengan pengunaan Natural GLIO semenjak

awal.

c. Dry Basal Rot

Penyebab: Ceratocyctis paradoxa. Bagian diserang

batang. Gejala: pelepah mudah patah, daun membusuk

dan kering; daun muda mati dan kering. Pengendalian:


adalah dengan menanam bibit yang telah diinokulasi

penyakit.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif

dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810,

dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

3.5. Panen

3.5.1. Umur Panen

Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan

setelah penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah

berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang

panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang


panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5

buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang

dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari

tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
18. Teknik Budidaya

Kelapa
PENDAHULUAN

Menurunnya minat petani untuk membudidayakan

komoditi kelapa sebenarnya merugikan secara nasional,

karena tanaman kelapa mempunyai kesesuaian syarat

tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia. PT.

Natural Nusantara berupaya memberikan pedoman

teknis budidaya kelapa dengan aspek K- 3 yaitu

kuantitas, kualitas dan kelestarian lingkungan , sehingga

mampu meningkatkan taraf penghasilan petani.

SYARAT PERTUMBUHAN

- Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah

berpasir , berabu gunung, dan tanah berliat. dengan pH

tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai struktur remah

sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.

- Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika

kurang dari itu produksi buah akan rendah.

- Suhu yang paling cocok adalah 27ºC dengan variasi


rata-rata 5-7 º C, suhu kurang dari 20º C tanaman kurang

produktif.

- Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan

panjang menyebabkan produksi berkurang 50% ,

sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan serangan

penyakit jamur.

- Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan

tanaman yang terlalu tinggi terutama varietas dalam.

PENGOLAHAN LAHAN

Pengolahan tanah yang diperlukan adalah pembuatan

lobang tanam dengan ukuran 0,9m x 0,9m x 0,9m

dengan penambahan pupuk kandang dan humus. Jarak

tanam yang baik untuk jenis dalam yaitu 9 x 10 m dan

jenis genjah 6 x 6 m.

PEMBIBITAN

- Pilih buah yang bagus dan tua, rendam dengan larutan


air + HORMONIK dengan dosis 1 tutup per l0 liter air

selama 2 minggu, kemudian semaikan bibit di bedengan

dan kedalaman sama dengan buah kelapa , timbun buah

kelapa dengan letak horizontal dengan tebal timbunan

2/3 buah. Jarak antar bibit 25cm x 25 cm dan bibit akan

berkecambah setelah 12-16 minggu, jika lebih dari 5

bulan tidak berkecambah dianggap mati/ bibit jelek.

Rawat bibit di bedengan hingga umur 30 minggu atau

berdaun 3 lembar. Lakukan penyiraman bila tanah

kurang air.

- Bibit dipelihara dengan pemberian pupuk POC NASA

hingga umur bibit kurang lebih 9 bulan dengan dosis 1-2

cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali. Jangan

mengabaikan tindakan preventif perlindungan tanaman

dari gangguan ternak atau dengan memasang pagar kayu.


Lakukan pemupukan sesuai dengan rekomendasi atau

dengan mengacu pada tabel pemupukan berikut :

Umur Kebutuhan Pupuk (gr/tanman)

Bibit N P K Mg

(bulan) (Urea/ZA) (TSP) (KCl/MOP) (Kies)


1 5/10 50 75 100
2 5/10 75 125 150
3 5/10 100 150 200
4 10/15 200 400 400
5 10/15 300 600 500
6 10/15 400 800 750
7 15/20 500 1000 1000
8 15/20 600 1250 2000
9 15/20 700 1500 2500

Pospat diberikan 2 minggu sebelum pupuk lain dan

dicampur rata dengan tanah

Catatan :

Akan lebih baik pembibitan diselingi / ditambah

SUPERNASA 1-2 kali selang waktu 3-4 bulan sekali


dengan dosis 1 botol untuk ± 400 bibit. 1 botol

SUPERNASA diencerkan dalam 4 liter (4000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air

diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap

bibit.

PENANAMAN

Dosis Pupuk (gr/pokok)


Umur Tanaman
Urea (TSP) RP KCl Kies Borak
Saat tanam - - - - - -
1 bln setelah tanam 100 100 100 100 100 100
2 tahun
- apl I 200 200 200 200 200 200
- apl II 200 200 200 200 200 200
3 tahun
- apl I 350 350 350 350 350 350
- apl II 350 350 350 350 350 350
4 tahun
- apl I 500 500 500 500 500 500
- apl II 500 500 500 500 500 500
5 tahun
- apl I 500 500 500 500 500 500
- apl II 500 500 500 500 500 500

Catatan :

- Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim


hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim

hujan (Maret - April)

- Kocorkan atau siram SUPERNASA dosis 1 sendok

makan per 10 lt air per pohon setiap 3-6 bulan sekali

- Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup + HORMONIK

1-2 tutup per tangki setiap 2-4 minggu sekali

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

1. Golongan Coleoptera

Hama golongan ini yang paling banyak menyerang

adalah Oryctes rhinoceros . Cara mengendalikan dengan

membuat trap/ jebakan berupa kotak-kotak yang diisi

sampah dan secara preventif dikendalikan dengan

pemberian Natural BVR atau jika sudah menjadi uret

dengan PESTONA, atau dengan menggunakan musuh

alaminya yaitu tikus, tupai, ayam , bebek , dan burung

hantu.
2. Golongan Lepidoptera

Species yang sering menyerang adalah Tiratabha

rufivena yang larvarnya memakan bunga kelapa, dan

Acritocera negligens yang mengebor tangkai bunga yang

belum membuka dan memakan isinya. Pengendaliannya

dengan menggunakan PENTANA + AERO 810 ataupun

Natural BVR sifatnya yang cepat berpindah maka

pengendaliannya harus secara merata untuk pencegahan .

3. Golongan Hemiptera

Jenis yang menghisap cairan daun sehingga daun mati

adalah jenis homoptera (Gareng pong= Jawa). Jenis lain

yang menghisap cairan buah adalah Heteroptera,

sehingga buah menjadi rontok sebelum matang.

Pencegahan dengan PENTANA+AERO 810 dan

PESTONA secara bergantian.

4. Penyakit yang juga mungkin menyerang adalah:


Busuk tunas atau pucuk yang disebabkan oleh jamur

Phytophthora palmivora dan penyakit Lingkar merah

pada daun yang disebabkan cacing / belut tanah

Rhadinaphelencus cocophilus. Kedua macam penyakit

ini hanya dengan eradikasi atau pemusnahan tanaman

yang terkena serangan.

Catatan :

Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida

alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa

digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh

air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO

810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN

- Untuk kelapa jenis dalam, umur berbuah setelah 8-10


tahun, dan umur bisa mencapai 60 - 100 tahun dengan

produksi yang diharapkan adalah kopra. Untuk kelapa

jenis genjah berbuah setelah umur 3 - 4 tahun dan

berbuah maksimal pada saat umur 9 - 10 tahun, dan bisa

mencapai umur 30 - 40 tahun kurang bagus untuk kopra

karena daging buahnya yang lunak.

- Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya.

Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih

muda kira-kira umur buah 7 -8 bulan dari bunganya. Jika

ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra

dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari

berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di

dalam buahnya.

PASCA PENEN

Pengolahan buah kelapa yang tua pada akhir-akhir ini

mulai mengarah pada pemanfaatan minyak kelapa murni

atau virgin coconut oil yang mampu meningkatkan nilai


jual dari produk kelapa, ataupun masih dalam bentuk

nira ( legen =Jawa) untuk keperluan industri gula kelapa,

nata de coco, asam cuka, produk minuman dan

substrat,serta alkohol yang juga mampu meningkatkan

nilai jual dari produk kelapa.

- Gula kelapa :

kandungan sukrosa yang dominan di antara kandungan

bahan kimia non air lainnya menjadikan nira sebagai

sumber gula yang sangat potensil.

- Nata de coco :

Adalah bahan olahan nira kelapa berbentuk gel, tekstur

kenyal seperti kolang kaling, yang proses fermentasinya

dibantu oleh mikrorganisme Acetobacter xylium.

- Asam cuka :

dikenal sebagai penegas rasa, warna dan juga sebagai

bahan pengawet karena membatasi pertumbuhan bakteri.


- Produk minuman:

Dapat dibuat minuman segar non alcohol maupun

alkohol dalam kadar rendah(tuak) ataupun dalam kadar

tinggi (arak).

- Substrat :

Yaitu bahan nutrient yang dipergunakan untuk

menumbuhkan mikroba. Substrat ini sangat diperlukan

bagi pekerjaan di lab bioteknologi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
19. Teknik Budidaya

Kentang

PENDAHULUAN

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber

utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting.

PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan

produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan


tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran

9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-

90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

2.2. Media Tanam

Struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan

organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang

dalam dan pH antara 5,8-7,0.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

- Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50

gram, umur 150-180 hari, tidak cacat, dan varitas

unggul. Pilih umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata


tunas dan hanya sampai generasi keempat saja. Setelah

tunas + 2 cm, siap ditanam.

- Bila bibit membeli (usahakan bibit yang bersertifikat),

berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas.

Penanaman dapat dilakukan tanpa/dengan pembelahan.

Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong

menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi

direndam dulu menggunakan POC NASA selama 1-3

jam (2-4 cc/lt air).

3.2. Pengolahan Media Tanam

Lahan dibajak sedalam 30-40 cm dan biarkan selama 2

minggu sebelum dibuat bedengan dengan lebar 70 cm (1

jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm

dan buat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan

lebar 50 cm.

Natural Glio yang sudah terlebih dahulu

dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu,


ditebarkan merata pada bedengan (dosis : 1-2 kemasan

Natural Glio dicampur 50-100 kg pupuk kandang/1000

m2).

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Pemupukan Dasar

a. Pupuk anorganik berupa urea (200 kg/ha), SP 36 (200

kg/ha), dan KCl (75 kg/ha).

b. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secukupnya secara merata di atas bedengan, dosis 1-2

botol/ 1000 m². Hasil akan lebih bagus jika

menggunakan SUPER NASA dengan cara :

alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter

air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air

diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan Super Nasa untuk menyiram 10 meter


bedengan.

Penyiraman POC NASA / SUPER NASA dilakukan

sebelum pemberian pupuk kandang.

c. Berikan pupuk kandang 5-6 ton/ha (dicampur pada

tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam) satu

minggu sebelum tanam,

3.3.2. Cara Penanaman

Jarak tanaman tergantung varietas, 80 cm x 40 cm atau

70 x 30 cm dengan kebutuhan bibit + 1.300-1.700 kg/ha

(bobot umbi 30-45 gr). Waktu tanam diakhir musim

hujan (April-Juni).

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman

Penyulaman untuk mengganti tanaman yang tidak

tumbuh/tumbuhnya jelek dilakukan 15 hari semenjak

tumbuh.
3.4.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa

penanaman 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan

pemupukan susulan dan penggemburan.

3.4.3. Pemangkasan Bunga

Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya

dipangkas untuk mencegah terganggunya proses

pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara.

3.4.4. Pemupukan Susulan

a. Pupuk Makro

Urea/ZA: 21 hari setelah tanam (hst) 300 kg/ha dan 45

hst 150 kg/ha.

SP-36: 21 hst 250 kg/ha.

KCl: 21 hst 150 kg/ha dan 45 hst 75 kg/ha.

Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman.


b. POC NASA: mulai umur 1 minggu s/d 10 atau 11

minggu.

Alternatif I : 8-10 kali (interval 1 minggu sekali dengan

dosis 4 tutup/tangki atau 1 botol (500 cc)/ drum 200 lt

air.

Alternatif II : 5 - 6 kali (interval 2 mingu sekali dengan

dosis 6 tutup/tangki atau 1,5 botol (750 cc)/ drum 200 lt

air.

c. HORMONIK : penyemprotan POC NASA akan lebih

optimal jika dicampur HORMONIK (dosis 1-2

tutup/tangki atau + 2-3 botol/drum 200 liter air).

3.4.5. Pengairan

Pengairan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor,

Power Sprayer atau dengan mengairi selokan sampai

areal lembab (sekitar 15-20 menit).

3.5. Hama dan Penyakit


3.5.1. Hama

Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala: ulat menyerang daun hingga habis daunnya.

Pengendalian: (1) memangkas daun yang telah ditempeli

telur; (2) penyemprotan Natural Vitura dan sanitasi

lingkungan.

Kutu daun (Aphis Sp)

Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi

tanaman, juga dapat menularkan virus. Pengendalian:

memotong dan membakar daun yang terinfeksi, serta

penyemprotan Pestona atau BVR.

Orong-orong (Gryllotalpa Sp)

Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan

tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka

terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: Pengocoran

Pestona.
Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)

Gejala: daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan

seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi

pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah,

terlihat lubang-lubang karena sebagian umbi telah

dimakan. Pengendalian : Pengocoran Pestona.

Hama trip ( Thrips tabaci )

Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna

putih, berubah menjadi abu-abu perak dan mengering.

Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih

muda. Pengendalian: (1) memangkas bagian daun yang

terserang; (2) mengunakan Pestona atau BVR.

3.5.2. Penyakit

Penyakit busuk daun

Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul


bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak

basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai

hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang

merupakan sporangium dan daun membusuk/mati.

Pengendalian: sanitasi kebun. Pencegahan dengan

penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit layu bakteri

Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala:

beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun

tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian:

sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pencegahan dengan

penggunaan Natural Glio pada sebelum atau awal tanam.

Penyakit busuk umbi

Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun

menguning dan menggulung, lalu layu dan kering.


Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat

bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan

menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:

pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit

yang baik. Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio

pada sebelum atau awal tanam

Penyakit fusarium

Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: busuk umbi yang

menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga

menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi

masuk melalui luka-luka yang disebabkan

nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: menghindari

terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran.

Pencegahan dengan penggunaan Natural Glio pada

sebelum atau awal tanam.

Penyakit bercak kering (Early Blight)


Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa

tanaman sakit dan berkembang di daerah kering. Gejala:

daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat

tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi

berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan

keras. Pengendalian: pergiliran tanaman. Pencegahan :

Natural Glio sebelum/awal tanam

Penyakit karena virus

Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll

Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2)

Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada

daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik

atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)

menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM)

menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S

(PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat

serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat


dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali;

daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus

dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis

spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang

Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian:

tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,

pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan

menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan,

memangkas dan membakar tanaman sakit,

mengendalikan vektor dengan Pestona atau BVR dan

melakukan pergiliran tanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.


3.6. Panen

Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-

180 hari, tergantung varietas tanaman. Secara fisik

tanaman kentang sudah dapat dipanen jika daunnya telah

berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan

serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna

kekuningan (agak mengering) dan kulit umbi akan lekat

sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas

bila digosok dengan jari.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
20. Teknik Budidaya

Kobis
PENDAHULUAN

Sampai saat ini, tingkat produksi tanaman kubis baik

secara kuantitas maupun kualitas masih tergolong

rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah

sudah miskin unsur hara, pemupukan yang tidak

berimbang, organisme pengganggu tanaman, cuaca dan

iklim.

Untuk itu, PT. Natural Nusantara sebagai perusahaan

yang peduli terhadap permasalahan pertanian dan

kelestarian lingkungan berupaya membantu petani dalam

peningkatan produksi secara kuantitas dan kualitas serta

memelihara kelestarian lingkungan (3 - K). Sehingga

petani mampu bersaing di era pasar bebas.

FASE PRA TANAM

1. Syarat tumbuh

- Tanaman dapat ditanam sepanjang tahun

- Tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian


800 m d.pl. ke atas, curah hujan hujan cukup dan

temperatur udara 15o - 20o C.

- Jenis tanah yang dikehendaki gembur, bertekstur ringan

atau sarang serta pH 6 - 6,5.

2. Pengelolaan Tanah dan Air

- Bersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman untuk menekan

serangan penyakit terbawa tanah seperti akar bengkak,

busuk lunak, rebah semai, dll. dengan cara dicabut dan

dikumpulkan lalu dibakar atau bisa dijadikan kompos

- Jangan menanam tanaman kubis-kubisan secara terus

menerus dan lakukan pergiliran tanaman

- Gunakan pupuk organik (SUPER NASA), khususnya

di musim kemarau untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan air

3. Persiapan Lahan

- Lahan dicangkul dan dibajak sedalam 20-30 cm


- Berikan Dolomit atau CAPTAN kira-kira 2 ton/ha jika

pH <>FASE PERSEMAIAN

- Media persemaian terdiri dari campuran tanah dan

pupuk kandang (kompos) halus dengan perbandingan 1:1

dan ditambah 100 gr (1 sachet)- - - Natural GLIO untuk

25 kg pupuk kandang

- Benih direndam dalam air hangat + POC NASA dosis 2

cc/lt air selama 0,5 - 1 jam lalu diangin-anginkan

- Sebarkan benih secara merata dan teratur lalu ditutup

daun pisang selama 3-4 hari

- Semprotkan POC NASA seminggu sekali dengan dosis

3 tutup/tangki

- Lakukan penyiraman setiap hari dengan gembor

- Persemaian dibuka setiap pagi sampai jam 10.00 dan

sore mulai pukul 15.00

- Amati bibit kubis yang terserang penyakit tepung

berbulu (Peronospora parasitica) atau ulat daun pada

daun pertama, dipetik dan dibuang daun yang terserang


FASE TANAM

1. Jarak tanam

Jarak tanam jarang 70 x 50 cm atau jarak tanam rapat 60

x 50 cm

2. Bibit

Bibit yang telah berumur 3 - 4 minggu memiliki 4 - 5

daun siap ditanam

3. Pemupukan

Pupuk dasar diberikan sehari sebelum tanam dengan

dosis 250 kg/ha TSP, 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan

100 kg/ha KCl.

Pupuk dasar dicampur secara merata lalu diberikan pada

lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang,

kemudian ditutup kembali dengan tanah.


4. Cara tanam

- Buat lubang tanam dengan tugal sesuai jarak tanam

- Pilih bibit yang segar dan sehat

- Tanam bibit pada lubang tanam

- Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang langsung

ditanam bersama bumbungnya

- Bila bibit disemai pada polybag plastik, keuarkan bibit

dari polibag lalu baru ditanam

- Bila disemai dalam bedengan ambil bibit beserta

tanahnya sekitar 2-3 cm dari batang sedalam 5 cm

dengan solet (sistem putaran)

- Setelah ditanam, siram bibit dengan air sampai basah

- Kubis dapat ditumpangsarikan dengan tomat dengan

cara tanam : 2 baris kubis 1 baris tomat. Tomat ditanam

3 atau 4 minggu sebelum kubis

FASE PRA PEMBENTUKAN KROP (0 - 49 HARI )


- Penyiraman dilakukan tiap hari pada pagi atau sore hari

- Pemupukan susulan dilakukan pada umur 28 hari

dengan dosis 50 kg/ha Urea, 175 kg/ha ZA dan 100

kg/ha KCl

- Penyemprotan POC NASA 3 - 4 tutup/tangki ditambah

HORMONIK 1-2 tutup/tangki dilakukan setiap 1

minggu sekali.

- Penyiangan (penggemburan dan pembubunan tanah)

dilakukan pada umur 2 dan 4 minggu

- Perempelan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan

seawal mungkin supaya pembentukan bunga optimal

- Hama yang menyerang pada fase ini antara lain Ulat

tanah (Agrotis ipsilon Hufn.), Ulat daun kubis (Plutella

xylostella L.), Ulat krop kubis (Crocidolomia binotalis

Zell.), Ulat krop bergaris (Hellula undalis F.)

- Lakukan pengamatan tiap minggu sekali terhadap

hama-hama tersebut mulai kubis umur 13 hari. Populasi


tertinggi terjadi pada awal musim kemarau

- Cara pengendalian; kumpulkan dan musnah secara

mekanik, sanitasi lingkungan.

- Tanaman muda yang mati karena penyakit rebah

kecambah (Rhizoctonia solani Kuhn.) dicabut, kemudian

disulam dengan tanaman baru yang sehat, tambahkan

Natural GLIO pada lubang tanam.

FASE PEMBENTUKAN CROP ( 50 - 90 HARI )

- Penyiangan secara manual dengan tangan perlu

dilakukan sampai kira-kira satu minggu sebelum panen

- Lakukan pengamatan lebih intensif terhadap hama yang

merusak berat pada fase ini yaitu; Ulat Daun Kubis (P.

xylostella) dan Ulat krop kubis (C. binotalis), biasanya

Pebruari Maret

- Serangan hama menjelang panen tidak perlu

dikendalikan (secara kimia)


PANEN DAN PASCA PANEN

- Kubis dipanen setelah berumur 81- 105 hari

- Ciri-ciri kubis siap panen bila tepi daun krop terluar

pada bagian atas krop sudah melengkung ke luar dan

berwarna agak ungu, krop bagian dalam sudah padat.

- Pada saat panen diikursertakan dua helai daun hijau

untuk melindungi krop

- Jangan sampai terjadi memar atau luka

- Amati penyakit Busuk Lunak (Erwinia carotovora) dan

Busuk Hitam (Xanthomonas camprestris)

- Daun-daun kubis yang terinfeksi harus dibuang.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
21. Teknik Budidaya Kopi

I. PENDAHULUAN

Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar

di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia.

Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah

sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di


sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis

budidaya yang

tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan.

PT. Natural Nusantara berusaha mewujudkan harapan

bersama tersebut dengan paket panduan teknis dan

produk tanpa melupakan Aspek K-3 yaitu kuantitas,

kualitas dan kelestarian yang kini menjadi salah satu

syarat persaingan di era globalisasi.

II. PERSIAPAN LAHAN

- Untuk tanah pegunungan/miring buat teras.

- Kurangi/tambah pohon pelindung yang cepat tumbuh

kira-kira 1:4 hingga 1: 8 dari jumlah tanaman kopi.

- Siapkan pupuk kandang matang sebanyak 25-50 kg,

sebarkan Natural GLIO, diamkan satu minggu dan buat

lobang tanam 60 x 60, atau 75 x 75 cm dengan jarak

tanam 2,5x2,5 hingga 2,75 x 2,75 m minimal 2 bulan


sebelum tanam

III. PEMBIBITAN

- Siapkan biji yang berkualitas dari pohon yang telah

diketahui produksinya biasanya dari penangkar benih

terpercaya.

- Buat kotak atau bumbunan tanah untuk persemaian

dengan tebal lapisan pasir sekitar 5 cm.

- Buat pelindung dengan pelepah atau paranet dengan

pengurangan bertahap jika bibit telah tumbuh

- Siram bibitan dengan rutin dengan melihat kebasahan

tanah

- Bibit akan berkecambah kurang lebih 1 bulan, pilih

bibit yang sehat dan lakukan pemindahan ke polibag

dengan hati2 agar akar tidak putus pada umur bibit 2 -3

bulan sejak awal pembibitan

- Tambahkan pupuk NPK sebagai pupuk dasar (lihat

tabel) hingga umur 12 bulan


- Siramkan SUPERNASA dosis 1 sendok makan per 10

liter air, ambil 250 ml per pohon dari larutan tersebut

- Setelah bibit umur 4 bulan semprotkan 2 tutup POC

NASA per tangki sebulan sekali hingga umur bibit 7-9

bulan dan siap tanam

Tabel Dosis Pupuk Untuk Bibit Kopi

Umur gr/m2

(bln) Urea SP-36 KCl


3 10 5 5
5 20 10 10
7 30 15 15
9 40 20 20
12 50 25 25

Catatan : Jenis dan dosis pupuk bisa sesuai dengan

anjuran dinas pertanian setempat. Perhatikan

kelembapan tanah agar bibit tidak terkena serangan karat

daun.
IV. PENANAMAN

- Masukkan pupuk kandang dengan campuran tanah

bagian atas saat penanaman bibit.

- Usahakan saat tanam sudah memasuki musim hujan.

- Lakukan penyiraman tanah setelah tanam

- Hindarkan resiko kematian tanaman baru dari

gangguan ternak.

V. PENYULAMAN

- Lakukan penyulaman segera jika tanaman mati atau

gejala pertumbuhannya tidak normal.

- Penyulaman dilakukan awal musim hujan

VI. PENYIRAMAN

Lakukan penyiraman jika tanah kering atau musim

kemarau

VII. PEMUPUKAN
- Pemupukan NPK diberikan dua kali setahun, yaitu awal

dan akhir musim hujan.

- Setelah pemupukan sebaiknya disiram.

Jenis dan Dosis Pupuk Makro sesuai table.

gr/pohon/tahun
Tahun
Urea SP-36 KCl
1 2 x 25 2 x 25 2 x 20
2 2 x 50 2 x 50 2 x 40
3 2 x 75 2 x 70 2 x 40
4 2 x 100 2 x 90 2 x 40
5 - 10 2 x 150 2 x 130 2 x 60
> 10 2 x 200 2 x 175 2 x 80

Catatan : Jenis dan Dosis pupuk sesuai dengan jenis

tanah atau rekomendasi dinas pertaniam setempat

Cara pemupukan dibuat lubang kecil mengelilingi

tanaman sejauh ¾ lebar tajuk, pupuk dimasukan dan

ditutup tanah.

Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA


dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . 1 botol

SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air

diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap

pohon atau siram atau kocorkan SUPERNASA 1 sendok

makan per 10 liter air setiap 3-6 bulan sekali.

Semprotkan POC NASA 3-4 tutup + HORMONIK 1-2

tutup per tangki setiap 1 bulan sekali

VIII. PEMANGKASAN

Lakukan pemangkasan rutin setelah berakhirnya masa

panen (pangkas berat) untuk mengatur bentuk

pertumbuhan, mengurangi cabang tunas air (wiwilan),

mengurangi penguapan dan bertujuan agar terbentuk

bunga, serta perbaikan bagian tanaman yang rusak.

Pemangkasan pada awal atau akhir musim hujan setelah

pemupukan
IX. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

A. H A M A

1. Bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei) serangan di

penyimpanan buah maupun saat masih di kebun .

Pencegahan dengan PESTONA atau BVR secara

bergantian

2. Penggerek cabang coklat dan hitam (Cylobarus

morigerus dan Compactus ) menyerang ranting dan

cabang. Pencegahan dengan PESTONA.

3. Kutu dompolan (Pseudococcus citri) menyerang

kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda,

pencegahan gunakan PESTONA, BVR atau PENTANA.

+ AERO 810 secara bergantian

B. PENYAKIT

1. Penyakit karat daun disebabkan oleh Hemileia

vastatrix , preventif semprotkan Natural GLIO


2. Penyakit Jamur Upas disebabkan oleh Corticium

salmonicolor : Kurangi kelembaban , kerok dan

preventif oleskan batang/ranting dengan Natural GLIO +

POC NASA

3. Penyakit akar hitam penyebab Rosellina bunodes dan

R. arcuata. Ditandai dengan daun kuning, layu,

menggantung dan gugur. preventif dengan Natural GLIO

4. Penyakit akar coklat penyebabnya : Fomes

lamaoensis atau Phellinus lamaoensis preventif dengan

Natural GLIO

5. Penyakit bercak coklat pada daun oleh Cercospora

cafeicola Berk et Cooke pencegahan dengan Natural

GLIO

6. Penyakit mati ujung pada ranting.Penyebabnya

Rhizoctonia .Preventif gunakan Natural GLIO.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan

pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative


terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan.

Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang

oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah

AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

X. P A N E N

Kopi akan berproduksi mulai umur 2,5 tahun jika

dirawat dengan baik dan buah telah menunjukkan warna

merah yang meliputi sebagian besar tanaman, dan

dilakukan bertahap sesuai dengan masa kemasakan buah.

XI. PENGOLAHAN HASIL

Agar dipersiapkan terlebih dahulu tempat penjemuran,

pengupasan kulit dan juga penyimpanan hasil panen agar

tidak rusak akibat hama pasca panen. Buah panenan

harus segera diproses maksimal 20 jam setelah petik

untuk mendapatkan hasil yang baik.


Penyebab Kerusakan Kopi Beras :

1. Biji keriput : asal buah masih muda

2. Biji berlubang :kopi terserang bubuk

3. Biji kemerahan : Kurang bersih mencucinya

4. Biji pecah : mesin pengupas kurang sempurna, berasal

dari buah yang terserang bubuk, pada saat pengupasan

dengan mesin kopi terlalu kering.

5. Biji pecah diikuti oleh perubahan warna: mesin

penguap dan pemisah kulit dengan biji kurang sempurna,

fermentasi pada pengolahan basah kurang sempurna.

6. Biji belang : pengeringan tidak sempurna, terlalu lama

disimpan , suhu penyimpanan terlalu lembab.

7. Biji Pucat : terlalu lama disimpan di tempat lembab

8. Biji berkulit ari : Pengeringan tidak sempurna atau

terlalu lama, pada pengeringan buatan suhu awal terlalu

rendah.

9. Biji berwarna kelabu hitam : pada pengeringan buatan

suhunya terlalu tinggi.


10. Noda-noda cokelat hitam : pada pengeringan buatan,

kopi tidak sering diaduk/dibolak-balik.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

22. Teknik Budidaya Lada


I. PENDAHULUAN

Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak

dikembangkan di Indonesia. PT. Natural Nusantara

berupaya membantu meningkatkan produksi tersebut

secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan(Aspek K-3).


II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th.

- Cukup sinar matahari (10 jam sehari).

- Suhu udara 200C - 34 0C.

- Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan

optimal antara 60% - 80% RH.

- Terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.

2.2. Media Tanam

- Subur dan kaya bahan organik

- Tidak tergenang atau terlalu kering

- pH tanah 5,5-7,0

- Warna tanah merah sampai merah kuning seperti

Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol.

- Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m.

- Kelerengan/kemiringan lahan maksimal ± 300.

- Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.


III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

- Terjamin kemurnian jenis bibitnya

- Berasal dari pohon induk yang sehat

- Bebas dari hama dan penyakit

- Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur

10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman

perhektar)

3.2. Pengolahan Media Tanam

a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.

b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :

- Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6

ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke

6,5 = 0,9 ton/ha.

- Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah


4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.

- Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha;

pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2

ton/ha.

- Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH

Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2

ton/ha.

c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3.3. Teknik Penanaman

- Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m

x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.

- Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm,

bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.

- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.

- Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau

peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul

6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.


- Cara penanaman : menghadapkan bagian yang

ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian

belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap

keatas.

- Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang

sudah dicampur NATURAL GLIO.

- Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas

yang sudah dicampur pupuk dasar :

- NPK 20 gram/tanaman

- Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7

gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.

- Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :

- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.

- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam

2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian

setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk

penyiraman setiap pohon.

- Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan


setiap 3 - 4 bulan sekali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Pengikatan Sulur Panjat

Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan

dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur

tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada

tiang panjat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan

dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3.4.4. Perempalan

Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada:

Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau

terserang hama dan penyakit.

Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang


produktif

Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman

menjadi muda kembali.

3.4.5. Pemupukan Susulan


Penyemprotan POC NASA (4-5 tutup) atau POC NASA (3- 4 tutup) + HORMONIK

(1 tutup) per tangki setiap 3 - 4 minggu sekali.

Pupuk makro diberikan sebagai berikut :

Umur Pupuk makro (gram/pohon)

(bln)
Urea SP 36 KCl
3-4 35 15 20
4-5 35 20 25

5-6 35 25 30

6-17 35 30 35

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman

Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore

hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.


3.4.7. Pemberian Mulsa

Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan

tanaman tahunan ataupun alang-alang.

3.4.8. Penggunaan Tajar ( Ajir)

Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal

tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk

menempatkan batang lada yang panjangnya telah

melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m..

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)

Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa

lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-

cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga

muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang

tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang;


penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga

Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti

jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran

panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga

dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga

rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus

hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan

PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada

tandan bunga.

c. Hama buah

Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak

bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit.

Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah

sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan

pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus

hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur


dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan

buah. Gunakan PESTONA.

3.5.2. Penyakit

a. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)

Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis.

Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai

terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-

garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun

berubah warna menjadi layu (berwarna kuning).

Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB.

Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit kuning

Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan

agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda)

Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan

nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan


Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman

lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut

mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya

gejala daun menguning tergantung berat ringannya

infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian:

Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan

tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum

dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif

dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810,

dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.


3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri:

tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah

yang masak (berwarna kuning atau merah).

3.6.2. Cara Panen

Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian

atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang

ada diketiak dahan.

3.6.3. Periode Panen

Periode panen sesuai iklim setempat, jenis lada yang

ditanam dan intensitas pemeliharaan.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
23. Teknik Budidaya Lele

I. Pendahuluan.

Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat,


dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan

dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan.

PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3

(Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani

lele dengan paket produk dan teknologi.

II. Pembenihan Lele.

Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai

berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk

jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan.

Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan

tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha

pembesaran lele.

III. Sistem Budidaya.

Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :

1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele

jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan


tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa

mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang

pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan

induk jantan mencari pasangannya.

2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan

induk jantan dan betina pada satu kolam khusus.

Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan

pasangan yang cocok antara kedua induk.

3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).

Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau

terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar

Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar.

Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor

kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

IV. Tahap Proses Budidaya.

A. Pembuatan Kolam.

Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan

(kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya


disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis

baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele

harus mempunyai :

Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari

luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur,

persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon

ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.

Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina

selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam

tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel

telur dan sel sperma.

Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan

betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan

dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat

hubungan induk jantan dan betina.

Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan

anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari.

Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena


anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya

masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam

saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk

Induk jantan mempunyai tanda :

- tulang kepala berbentuk pipih

- warna lebih gelap

- gerakannya lebih lincah

- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada

punggung

- alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :

- tulang kepala berbentuk cembung

- warna badan lebih cerah

- gerakan lamban

- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat

kelamin berbentuk bulat.


C. Persiapan Lahan.

Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi

- Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan

mematikan berbagai bibit penyakit.

- Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau

Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman

tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh

pengeringan.

- Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk

menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil

pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya

dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok

makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat

dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.

- Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula

setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk


menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.

Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang

dapat dilakukan adalah :

- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan

sebelumnya.

- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati.

Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi

perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan.

Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan

betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma.

Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin

berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur

berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau).

Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan

dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.


E. Pemindahan.

Cara pemindahan :

- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20

cm.

- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau

ember yang diisi dengan air di sarang.

- samakan suhu pada kedua kolam

- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan

dengan cawan atau piring.

- pindahkan benih dari penampungan ke kolam

pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena

masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan.

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 -

7 cm, 7 - 9 cm dan 9 - 12 cm dengan harga berbeda.


Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung

berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk

menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele

mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak

anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.

V. Manajemen Pakan.

Pakan anakan lele berupa :

- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan

cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di

bawah 3 - 4 hari.

- Pakan buatan untuk umur diatas 3 - 4 hari. Kandungan

nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.

- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian

pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan

dosis 1 - 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk

meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena

mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan


vitamin dalam jumlah yang optimal.

VI. Manajemen Air.

Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

- air harus bersih

- berwarna hijau cerah

- kecerahan/transparansi sedang (30 - 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

- bebas senyawa beracun seperti amoniak

- mempunyai suhu optimal (22 - 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan

yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan.

TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting,

lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu

menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang

berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan


senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam

yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh

lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada

permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air

baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali.

Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.

VI. Manajemen Kesehatan.

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan

sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi.

Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh

kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang

jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit

penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan

lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan

pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah

penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi.

Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA


sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur

terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan

pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang

disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur

dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium

Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat

tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga

harus sesuai.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
24. Teknik Budidaya

Mangga
PENDAHULUAN

Produksi mangga pada saat ini belum mampu memenuhi

permintaan pasar, khususnya pasar luar negeri.

Ketidakmampuan ini bukan hanya disebabkan

produktivitas rendah tetapi juga kualitasnya masih

kurang. Kondisi ini disebabkan oleh penerapan teknologi

budidaya yang belum optimal.

Memperhatikan hal tersebut PT. NATURAL

NUSANTARA membantu peningkatan produksi secara

kuantitas , kualitas dan kelestarian (Aspek K-3).

sehingga petani mampu bersaing di era pasar bebas.

AGROEKOLOGI

Tanaman mangga tumbuh baik pada ketinggian 50-300

m dpl pada lapisan tanah tebal dan struktur tanah remah

dan berbutir-butir.
VARIETAS

Varietas yang bernilai jual tinggi antara lain Gadung 21

atau Arumanis 143. Varietas lainnya adalah Manalagi

69, Lalijiwo, Chokanan dan Golek 31.

PERSIAPAN LAHAN

Lubang tanam dibuat 1-2 bulan sebelum tanam,ukuran 1

m x 1m x 1 m dan jarak tanam 6 m x 8 m. Dua minggu

sebelum pelaksanaan tanam, tanah galian dimasukkan

kembali ke dalam lubang tanam dengan campur pupuk

kandang dengan perbandingan 1 : 1. Akan lebih optimal

siram SUPERNASA (0,5 sdm / + 5 lt air/pohon).

PENANAMAN

Penanaman di awal musim hujan. Sebelum bibit ditanam

kantong plastik dilepas. Kedalaman tanam + 15-20 cm

diatas leher akar dan tanah disekitar tanaman ditekan ke

arah tanaman agar tidak roboh. Tanaman diberi naungan

dengan posisi miring ke barat dan selanjutnya dikurangi

sedikit demi sedikit.


PEMUPUKAN
~ Pupuk Kandang (PK) diberikan 1 kali pada awal musim hujan. Caranya

dibenamkan disekitar pohon selebar tajuk tanaman atau menggali lubang pada sisi

tanaman. Mangga umur 1 - 5 tahun diberi 30 kg PK, umur 6 - 15 tahun diberi 60 kg

PK. Akan lebih optimal jika ditambahkan ~ ~ SUPERNASA atau jika pupuk kandang

sulit dapat digunakan SUPERNASA dengan dosis :

- Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.

- Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA encerkan dalam 2 lt (2000 ml) air jadikan

larutan induk. Kemudian setiap 1 lt air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk

menyiram per pohon.

~ Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

~ Penyemprotan POC NASA (4-5 ttp/tangki) atau lebih optimal POC NASA (3-4 ttp)

+ HORMONIK (1 ttp ) per tangki setiap 1 - 3 bulan sekali.

~ Pupuk NPK 2 kali setahun di awal (Nopember - Desember), akhir musim hujan

(April - Mei) dosis sbb:

Umur PK Dosis Pupuk Makro

(th) (kg) (KG/Pohon)


ZA TSP KCl
1–3 20 – 30 0.5 – 1 0.25-0.5 0.25-0.5
4-6 30 – 40 1–2 0.5 – 1 0.5 – 1
7 – 10 50 – 60 2–3 1 – 1.5 1 – 1.5
> 10 50 – 60 3–4 1.5 – 2 1.5 – 2

PEMANGKASAN

Pangkas Bentuk (3 tahap) :


Tahap I : umur 1 tahun setelah tanam pada musim hujan

dengan memotong batang setinggi 50 - 60 cm dari

permukaan tanah dan pemotongan di atas bidang

sambungan. Dari cabang yang tumbuh dipelihara 3

cabang yang arahnya menyebar.

Tahap II : pemangkasan dilakukan pada ketiga cabang

yang tumbuh tersebut setelah berumur 2 tahun, caranya

menyisakan 1 - 2 ruas/pupus. Tunas yang tumbuh pada

masing-masing cabang dipelihara 3 tunas. Jika lebih

dibuang. Tahapan pemangkasan tersebut akan diperoleh

pohon dengan rumus cabang 1- 3 - 9.

Tahap III : umur 3 tahun, cara sama seperti tahap II,

tetapi tunas yang tumbuh dipelihara semua untuk

produksi.

PANGKAS PRODUKSI

Pemangkasan ini untuk memelihara tanaman dengan

memotong cabang mati / kering, cabang yang tumbuh ke

dalam dan ke bawah serta cabang air yaitu cabang muda


yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan

produksi dilaksanakan segera setelah panen.

PENDANGIRAN

Dilakukan 2 kali dalam setahun pada awal dan akhir

musim hujan, dengan membalik tanah (pembumbunan)

di sekitar kaca tanaman agar patogen yang ada dalam

tanah mati.

MULCHING (MULSA)

Pemberian mulsa di akhir musim hujan, menggunakan

jerami / sisa-sisa bekas pangkasan / tanaman sela.

PENGENDALIAN GULMA

Pengendalian gulma dilakukan minimal 3 kali setahun.

INDUKSI BUNGA

Untuk merangsang pembungaan digunakan Pupuk

Organik Padat SUPER NASA dengan dosis 1-2

sendok/pohon dicampur 10 liter air disiramkan secara

merata di bawah kanopi pohon setelah pupus kedua

( Februari-Maret) dan disemprot POC NASA (3-4


ttp/tangki) + HORMONIK (1 ttp) per tangki.

PENGELOLAAN BUNGA DAN BUAH

Pengelolaan bunga dan buah dilakukan 4 kali, pada saat

bud break, bud elongation, mango size (kacang hijau)

dan marble size (jagung). Pupuk yang digunakan :

1. Monokalsium Phospat ( MKP ) diberikan sebelum

muncul tunas baru atau bud break dan pada saat bud

break atau bud elongation (dosis 2,5 gr/liter).

2. POC NASA diberikan saat bud break, bud elongation,

(dosis 4-5 tutup/tangki).

3. POC NASA (3-4 ttp) + HORMONIK (1 ttp) per

tangki diberikan pada saat mango size dan marble size.

HAMA DAN PENYAKIT

a. Tip Borer, Clumetia transversa

Ulat ini menggerek pucuk yang masih muda (flush) dan

malai bunga dengan mengebor/menggerek tunas atau

malai menuju ke bawah. Tunas daun atau malai bunga


menjadi layu, kering akibatnya rusak dan transportasi

unsur hara terhenti kemudian mati. Pengendalian; cabang

tunas terinfeksi dipotong lalu dibakar, pendangiran untuk

mematikan pupa, penyemprotan dengan PESTONA.

b. Thrips ( Scirtothrips dorsalis )

Hama ini sering disebut thrips bergaris merah karena

pada segment perut yang pertama terdapat suatu garis

merah. Hama ini selain menyerang daun muda juga

bunga dengan menusuk dan menghisap cairan dari

epidermis daun dan buah. Tempat tusukan bisa menjadi

sumber penyakit. Daun kelihatan seperti terbakar, warna

coklat dan menggelinting. Apabila bunga diketok-ketok

dengan tangan dan dibawahnya ditaruh alas dengan

kertas putih akan terlihat banyak thrips yang jatuh.

Pengendalian : tunas muda terserang dipotong lalu

dibakar, tangkap dengan perangkap warna kuning,

pemangkasan teratur, penyemprotan dengan BVR atau

PESTONA
c. Ulat Phylotroctis sp.

Warna sedikit coklat (beda dengan Clumetia sp. yang

warnanya hijau) sering menggerek pangkal calon malai

bunga. Telur Phyloctroctis sp. menetas dan dewasa

menyerang tangkai buah muda (pentil). Buah muda

gugur karena lapisan absisi pada tangkai buah bernanah

kehitaman. Aktif pada malam hari. Pengendalian dengan

PESTONA.

d. Seed Borer, Noorda albizonalis

Hama ini menggerek buah pada bagian ujung atau

tengah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran dan

sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung

menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh.

Berbeda dengan Black Borer yang menggerek buah pada

bagian pangkal buah. Lubang gerekan dapat sebagai

sumber penyakit. Pengendalian : pembungkusan buah,

kumpulkan buah terserang lalu dibakar, semprot dengan

PESTONA.
e. Wereng mangga ( Idiocerus sp.)

Serangan terjadi saat malai bunga stadia bud elongation.

Nimfa dan wereng dewasa menyerang secara bersamaan

dengan menghisap cairan pada bunga, sehingga kering,

penyerbukan dan pembentukan buah terganggu

kemudian mati. Serangan parah terjadi jika didukung

cuaca panas yang lembab. Hama ini dapat mengundang

tumbuh dan berkembangnya penyakit embun jelaga

(sooty mold) dengan dikeluarkan embun madu dari

wereng yang dapat menyebabkan phytotoxic pada tunas,

daun dan bunga. Pengendalian : pengasapan,

penyemprotan BVR/PESTONA sebelum bunga

mekar/pada sore hari.

f. Lalat Buah ( Bractocera dorsalis )

Buah yang terserang mula-mula tampak titik hitam, di

sekitar titik menjadi kuning, buah busuk serta terjadi


perkembangan larva. Bersifat agravator yaitu

memungkinkan serangan hama sekunder (Drosophilla

sp.), jamur dan bakteri. Pengendalian : pembungkusan

buah , pemasangan perangkap lalat buah.

g. Penyakit Antraknose (Colletotrichum sp.)

Terjadi bintik-bintik hitam pada flush, daun, malai dan

buah. Serangan menghebat jika terlalu lembab, banyak

awan, hujan waktu masa berbunga dan waktu malam hari

timbul embun yang banyak. Apabila bunganya terserang

maka seluruh panenan akan gagal karena bunga menjadi

rontok. Pengendalian : pemangkasan, penanaman jangan

terlalu rapat, bagian tanaman terserang dikumpulkan dan

dibakar.

h. Penyakit Recife, Diplodia recifensis

Penyakit ini disebut juga Blendok, vektor penyakit ini

adalah kumbang Xyleborus affinis. Kumbang ini


membuat terowongan di batang/cabang kemudian dan

cendawan Diplodia masuk ke dalam terowongan. Di luar

tempat kumbang menggerek akan keluar blendok

(getah). Penyakit mangga lainnya seperti embun jelaga

(jamur Meliola mangiferae), kudis/scab (Elsinoe

mangiferae), bercak karat merah (ganggang Cephaleuros

sp.)

Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat

digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar

penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang

oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810

dosis + 5 ml (0,5 tutup)per tangki. Penyemprotan

herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien

dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5

ml (1/2 tutup)/tangki
PANEN DAN PASCA PANEN

Panen dilakukan pada umur + 97 hari setelah bunga

mekar, buah berbedak, dan pada jam 09.00 - 16.00 WIB

dengan menyisakan tangkai buah sekitar 0,5 - 1 cm.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

25. Teknik Budidaya

Melon
I. PENDAHULUAN

Agribisnis melon menunjukkan prospek

menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin

keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro

dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor

hama dan penyakit tanaman serta faktor

pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan

akan menurun.

PT. Natural Nusantara berusaha membantu

meningkatkan produktivitas melon secara


Kuantitas, Kualitas, dan Kelestarian lingkungan

( Aspek K-3 ).

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Perlu penyinaran matahari penuh selama

pertumbuhannya. Pada kelembaban yang tinggi

tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu

optimal antara 25-300C. Angin yang bertiup cukup

keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus

menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh

baik pada ketinggian 300-900 m dpl.

2.2. Media Tanam

Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang

banyak mengandung bahan organik seperti andosol,

latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan

dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi


dengan pengapuran, penambahan bahan organik,

maupun pemupukan. Tanaman melon tidak

menyukai tanah yang terlalu basah, pH tanah 5,8-

7,2.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Pembuatan Media Semai

Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO

dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk

lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan + 1 minggu

di tempat yang teduh dengan selalu menjaga

kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik).

Campurkan tanah halus (diayak) 2 bagian/2 ember

(volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah

diayak halus sebanyak 1 bagian/1 ember, TSP (± 50

gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan

Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam


pupuk kandang 1-2 kg . Masukkan media semai ke

dalam polybag ukuran 8x10 cm sampai terisi hingga

90%.

3.1.2. Teknik Penyemaian dan pemeliharaan Bibit

Rendam benih dalam 1 liter air hangat suhu 20-

250C + 1 tutup POC NASA selama 8-12 jam lalu

diperam + 48 jam. Selanjutnya disemai dalam

polybag, sedalam 1-1,5 cm. Benih disemaikan

dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya

menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan

campuran abu sekam dan tanah dengan

perbandingan 2:1. Kantong persemaian diletakkan

berderet agar terkena sinar matahari penuh sejak

terbit hingga tenggelam. Diberi perlindungan

plastik transparan yang salah satu ujungnya terbuka.

Semprotkan POC NASA untuk memacu


perkembangan bibit, pada umur bibit 7-9 hari

dengan dosis 1,0-1,5 cc/liter. Penyiraman dilakukan

dengan hati-hati secara rutin setiap pagi.

Bibit melon yang sudah berdaun 4-5 helai atau

tanaman melon telah berusia 10-12 hari dapat

dipindahtanamkan dengan cara kantong plastik

polibag dibuka hati-hati lalu bibit berikut tanahnya

ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi

sebelumnya, bedengan jangan sampai kekurangan

air.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Pembukaan Lahan

Sebelum dibajak digenangi air lebih dahulu

semalam, kemudian keesokan harinya dilakukan

pembajakan dengan kedalaman sekitar 30 cm.

Setelah itu dilakukan pengeringan, baru dihaluskan.


3.2.2. Pembentukan Bedengan

Panjang bedengan maksimum 12-15 m; tinggi

bedengan 30-50 cm; lebar bedengan 100-110 cm;

dan lebar parit 55-65 cm.

3.2.3. Pengapuran

Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5

diperlukan 150-200 kg dolomit , untuk antara pH 5-

6 dibutuhkan 75-150 kg dolomit dan pH >6

dibutuhkan dolomit sebanyak 50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar

Pupuk Dosis Pupuk Dosis POC NASA

Kandang Makro

(ton/ ha) ( gram/ pohon )


Urea SP36 KCl

4-5 12 20 8 30-60 tutup /1000 m2

+ air secukupnya

(siramkan)

Hasil akan lebih baik jika pada pemupukan dasar, POC

NASA diganti SUPER NASA yang telah dicampur air

secara merata di atas bedengan dengan dosis 1-2

botol/1000 m2 dengan cara :

Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3

liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10

meter bedengan.

3.2.5. Pemberian Natural GLIO


Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur

terutama penyakit layu, sebaiknya tebarkan Natural

GLIO yang sudah disiapkan sebelum persemaian. Dosis

1-2 kemasan per 1000 m2

3.2.6. Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)

Pemasangan mulsa sebaiknya saat matahari terik agar

mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan

dengan tepat. Biarkan bedengan tertutup mulsa 3-5 hari

sebelum dibuat lubang tanam.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Pembuatan Lubang Tanam

Diameter lubang + 10 cm, jarak lubang 60-80 cm. Model

penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan

membentuk segiempat atau segitiga.

3.3.2. Cara Penanaman


Bibit siap tanam dipindahkan beserta medianya.

Usahakan akar tanaman tidak sampai rusak saat

menyobek polibag.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan 3-5 hari setelah tanam. Setelah

selesai penyulaman tanaman baru harus disiram air.

Sebaiknya penyulaman dilakukan sore hari

3.4.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma/

rumput liar.

3.4.3. Perempelan>

Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang

bukan merupakan cabang utama.

3.4.4. Pemupukan

Waktu Dosis Pupuk Makro ( gram/ pohon )


Urea SP-36 KCl

12 12 10
Umur 10 hari

12 12 10
Umur 20 hari

12 8 12
Umur 30 hari

12 8 20
Umur 40 hari

POC
POC NASA disemprotkan ke
NASA :
tanaman :
( per ha )
 Alternatif 1 : 6-7 kali ( interval 1
Mulai umur 1
minggu sekali) dgn dosis 4 tutup
minggu – 6
botol/ tangki
atau 7

minggu  Alternatif 2 : 4 kali (interval 2

minggu sekali ) dgn dosis 6 tutup

botol/ tangki
3.4.5. Penggunaan Hormonik

Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup

HORMONIK + 3-5 tutup POC NASA setiap tangki

semprot. Penyemprotan HORMONIK mulai usia 3-11

minggu, interval 7 hari sekali.

3.4.6. Penyiraman

Penyiraman sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai

akan dipetik buahnya kecuali hujan. Saat menyiram

jangan sampai air siraman membasahi daun dan air dari

tanah jangan terkena daun dan buahnya. Penyiraman

dilakukan pagi-pagi sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain

a. Pemasangan Ajir

Ajir dipasang sesudah bibit mengeluarkan sulur-

sulurnya. Tinggi ajir + 150 - 200 cm. Ajir terbuat dari

bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah


+ 2-3 kg. Tempat ditancapkannya ajir + 25 cm dari

pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir

lebih kokoh bisa menambahkan bambu panjang yang

diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau

kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di

belakangnya.

b. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon bertujuan

untuk memelihara cabang sesuai dengan yang

dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik

ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari

tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara

cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang

jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari

sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang

dekat dengan tanah dan sisakan dua helai daun,

kemudian cabang-cabang yang tumbuh dipangkas

dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan


dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah mencapai

pada cabang ke-20 atau 25.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

a. Kutu Aphis (Aphis gossypii Glover )

Ciri: mempunyai getah cairan yang mengandung madu

dan di lihat dari kejauhan mengkilap. Aphis muda

berwarna kuning, sedangkan yang dewasa mempunyai

sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun

tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering

akibat cairan daun dihisap hama. Pengendalian: (1)

gulma selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama;

(2) semprot Pestona atau Natural BVR.

b. Thrips (Thrips parvispinus Karny)

Ciri: menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman

dewasa. Nimfa berwarna kekuning-kuningan dan dewasa


berwarna coklat kehitaman. Serangan dilakukan di

musim kemarau. Gejala: daun muda atau tunas baru

menjadi keriting, dan bercak kekuningan; tanaman

keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah

secara normal. Gejala ini harus diwaspadai karena telah

tertular virus yang dibawa hama thrips. Pengendalian:

menyemprot dengan Pestona atau Natural BVR.

3.5.2. Penyakit

a. Layu Bakteri

Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit

ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun

oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).

Gejala: daun dan cabang layu, terjadi pengerutan pada

daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya

mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun

warnanya tetap hijau. Apabila batang tanaman yang

dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih


kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.

Pengendalian: penggunaan Natural GLIO sebelum

tanam.

b. Penyakit Busuk Pangkal Batang (gummy stem bligt)

Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis

(Passerini) Chiu et Walker. Gejala: pangkal batang

seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna

merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun

yang terserang akan mengering. Pengendalian: (1)

penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di

sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran

maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun

yang terserang dibersihkan. (3) gunakan Natural GLIO

sebelum tanam sebagai pencegahan.

Catatan: Jika pengendalian hama penyakit dengan

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat


dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

3.5.3. Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman,

karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya.

Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan

masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak

perakaran tanaman melon.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

a. Tanda/Ciri Penampilan Tanaman Siap Panen

1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal

2. Jala/Net pada kulit buah sangat nyata/kasar

3. Warna kulit hijau kekuningan.


b. Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.

c. Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

3.6.2. Cara Panen

a. Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan

minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan

buah.

b. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" , maksudnya

agar tangkai buah utuh.

c. Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan

mengutamakan buah yang benar-benar telah siap

dipanen.

d. Buah yang telah dipanen disortir. Kerusakan buah

akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari

karena akan mengurangi harga jual.

3.6.3. Penyimpanan

Buah melon tidak boleh ditumpuk, yang belum terangkut


disimpan dalam gudang. Buah ditata rapi dengan dilapisi

jerami kering. Tempat penyimpanan harus bersih dan

kering.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
26. Teknik Budidaya

Mentimun
I. PENDAHULUAN

Produksi mentimun di Indonesia masih

sangat rendah padahal potensinya masih bisa

ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural

Nusantara berupaya turut membantu

meningkatkan produksi secara Kualitas,

Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

Adaptasi mentimun pada berbagai iklim

cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum

pada iklim kering. Cukup mendapat sinar

matahari, temperatur (21,1 - 26,7)°C dan

tidak banyak hujan. Ketinggian optimum

1.000 - 1.200 mdpl.


2.2. Media Tanam

Tanah gembur, banyak mengandung humus,

tata air baik, tanah mudah meresapkan air,

pH tanah 6-7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

a. Siapkan Natural GLIO dan campurkan

dengan pupuk kandang matang, diamkan 1

minggu.

b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat

diganti SUPERNASA / POC NASA yang

telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan

= 7:3) dan masukkan polybag.

c. Rendam benih dalam larutan POC NASA

dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.

d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang


berkecambah dipindahkan ke polibag

sedalam 0,5-1 cm.

e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit

disiram dua kali sehari.

f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7

hss.

g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4

helai, bibit dipindahkan ke kebun.

3.2. Pengolahan Media Tanam

a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput,

pohon yang tidak diperlukan.

b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6 : 1-2

ton/ha) c. Tanah dibajak/dicangkul 30-35cm

sambil membalikkan tanah dan biarkan 2

minggu. d. Olah kembali tanah sambil

membuat bedengan lebar 120 cm, tinggi 30-

40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. e.

Tambahkan pupuk kandang 20-30 ton/ha


atau 0,5 kg pupuk kandang ke setiap lubang

tanam 40 x 40 x 40 cm. f. Berikan pupuk

NPK 100 kg/ha (1/3 dari dosis keseluruhan).

g. Siramkan POP SUPERNASA yang telah

dicampur air secara merata di atas bedengan

dengan dosis ± 1 botol/1000 m² dengan

cara : Alternatif 1 : 1 botol POP

SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter air

dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50

lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk

menyiram bedengan. Alternatif 2 : setiap 1

gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok

makan POP SUPERNASA untuk menyiram

5-10 meter bedengan. h. Pasang mulsa. Dan

1 minggu kemudian buat lubang tanam. i.

Taburkan Natural GLIO yang sudah

dikembangbiakkan dengan pukan pada


setiap lubang tanam (1 kemasan + 25-50 kg

pukan matang untuk 1000 m2).

3.3. Penanaman

- Siram bibit dalam polibag dengan air

- Keluarkan bibit bersama medianya dari

polibag.

- Tanamkan bibit di lubang tanam dan

padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

- Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan

segera disulam dengan tanaman yang baik.

- Bersihkan gulma (bisa bersama waktu

pemupukan).

- Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam )

untuk merambatkan tanaman.

- Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan


3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore

hari.

- Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan

setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram

atau menggenangi lahan selama 15-30 menit.

-Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika

diperlukan dan diintensifkan kembali pada

masa pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:

Waktu Pupuk (kg)

TSP Urea KCL Pukan

Pupuk Dasar 150 150 150 20.000


3-5 hst 100 150 100

10 hst 250 300 100

Setelah berbunga 250 250

Setelah Panen I 100 100

Disemprotkan ke daun :

 Alternatif 1: 8 kali ( interval 1

POC NASA + minggu sekali) dgn dosis 3 – 4

Hormonik tutup POC NASA + 1 tutup

Hormonik per tangki

(Mulai umur
 Alternatif 2: 4 kali (interval 2
2–10 minggu)
minggu sekali ) dgn dosis 6 - 8
tutup POC NASA + 1 tutup

Hormonik per tangki

3.6. Hama dan Penyakit

3.6.1. Hama

a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis

Oliver).

Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning

polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun

sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal

tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)

Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman

terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman

dipotong disekitar leher akar.


c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang

mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging

buah sehingga buah abnormal dan membusuk.

Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)

Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning

kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala:

menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput,

kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus.

Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

3.6.2. Penyakit

a. Busuk daun (Downy mildew)

Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt.

Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi,


temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut.

Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna

daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian :

Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )

Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika

tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban

tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda

ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning

dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

sebelum tanam.

c. Antraknose

Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass.

Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak

agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun

mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan


buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk

massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian :

Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut

Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans.

Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun

berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan

berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi

coklat muda kelabu, mengering dan berlubang.

Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus

Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus

mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy

Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun

Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala :


daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun

berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil.

Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor

dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi

kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi

dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)

Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et

Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada

bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika

mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua,

terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian :

Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah

Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum

(Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3)


Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora.

Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan.

Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah

dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak

agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna

coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah,

kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah;

(4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan

berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka

mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati,

penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 -

7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum

tanam.

3.7. Panen

3.7.1. Ciri dan Umur Panen

Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau


acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam,

mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam

Mentimun Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen

Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara

memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen

Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung

dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

2. Teknik Budidaya Nilam


A. PENDAHULUAN

Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar

dalam penghasil devisa Negara di antara minyak atsiri

lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia

masih terbatas dan produksinya belum optimal. PT

Natural Nusantara berusaha meningkatkan produksi

minyak nilam secara kuantitas, kualitas dan kelestarian

lingkungan (Aspek K-3).

B. EKOLOGI

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun

tinggi dengan ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah


hujan antara 2500 - 3500 mm/th dan merata sepanjang

tahun, suhu 24 - 280C, kelembaban lebih dari 75%,

intensitas penyinaran matahari cukup, tanah subur dan

gembur kaya akan humus.

C. PEMBIBITAN

- Stek diambil dari batang atau cabang yang sudah

mengayu dari bagian tengah, berdiameter 0,8-1,0 cm, +

15-23 cm dan paling sedikit 3-5 mata tunas

- Siapkan bedengan persemaian, ukuran lebar 1,5 m,

tinggi 30 cm dan panjang tergantung kebutuhan, parit

selebar 30-40 cm dan dalamnya + 50 cm

- Tanah bedengan diolah sampai gembur dicampur pasir

dengan perbandingan 2:1 dan selanjutnya diberi pupuk

kandang matang yang telah dicampur Natural GLIO (1

sachet Natural GLIO + 25-50 kg Pupuk Kandang)

- Buat naungan menghadap ke timur dengan ketinggian

180 cm timur dan 120 cm barat, letakkan daun kelapa


atau alang-alang di atas para-para.

- Stek ditanam posisi miring, bersudut 450 sedalam 10

cm dan jarak tanam 10 x 10 cm

- Siram dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK

(1 tutup) per 10 - 15 liter air.

- Setelah umur 3-4 minggu bibit sudah siap dipindahkan

ke lapangan (2-4 hari) sebelum bibit dipindah semprot

POC NASA (3-4 tutup/tangki).

D. PENGOLAHAN LAHAN

- Lahan dibersihkan dari jenis rumput-rumputan, kayu-

kayuan dan semak belukar.

- Tanah dicangkul atau dibajak serta digaru

- Buat parit-parit pembuangan air lebar 30-40 cm dan

dalamnya 50 cm

E. JARAK TANAM

- Dataran rendah yang tanahnya subur 100 x 100 cm,


tanah yang kandungan liatnya tinggi 50 x 100 cm

- Pada tanah lipatit, 75 x 75 cm

- Tanah berbukit dengan mengikuti garis contour 50 x

100 cm atau 30 x 100 cm

F. PENANAMAN

~ Secara tidak Langsung

- Bibit stek dicabut dari persemaian umur 3-4 minggu,

bila akar terlalu panjang sebaiknya dipotong supaya

tidak mudah terserang busuk akar. - - - Setiap lubang

tanam ditanami 1-2 bibit stek

~Secara Langsung

- Tanam stek secara langsung di lahan 2-3 stek per

lubang tanam

Catatan : Akan lebih baik pada penanaman secara

langsung, sebelum di tanam stek direndam dulu dalam

POC NASA (1-2 tutup) + HORMONIK ( 1 tutup ) per 5

-10 liter.>
G. PEMUPUKAN

Pemupukan dengan cara melingkar di sekililing pangkal

tanaman

Dosis pupuk makro yang digunakan + adalah :

( lihat tabel disamping )

Aplikasi Urea DS/TSP KCl NASA HRN

kg/ha kg/ha Kg/ha btl/ha btl/ha

Saat 25 - 50 3-5

Tanam kocor -

1 bulan 37,5 20 2-5 -

semprot

1 mgg

setelah 56,25 - 30 2,5 – 5 5 – 10

panen I semprot semprot


1 mgg

Setelah 56,25 - 30 2,5 – 5 5 – 10

Panen II semprot semprot

TOTAL 150 25 - 50 80 10-20 10 - 20

Siramkan SUPER NASA yang telah dicampur air,

merata di atas bedengan, dosis ± 1 botol/1000 m2

dengan cara :

- alternatif 1 ; 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3

lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air

diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

- alternatif 2 ; setiap 1 gembor (10 lt) beri 1 sendok peres

makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter

bedengan.

POC NASA disemprotkan umur 20, 30, 50 dan 60 hari


setelah tanam dengan dosis 4 - 5 tutup/tangki atau POC

NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup)/tangki.

H. PENYULAMAN

Penyulaman dilakukan satu bulan setelah tanam untuk

mengganti tanaman yang mati atau kurang normal

I. PENYIANGAN

Dilakukan 2 bulan setelah tanam atau saat tanaman

mencapai tinggi 20-30 cm dan cabang bertingkat dengan

radius 20 cm. Selanjutnya setiap 3 bulan sekali

J. PEMANGKASAN

- Penjarangan dan pemangkasan dilakukan pada umur 3

bulan setelah tanam. Penjarangan dengan mencabut

tanaman yang jaraknya terlalu rapat. - Pemangkasan

pada tanaman yang terlalu rimbun dan menutupi cabang

lainnya, yaitu pada cabang dari tingkat tiga ke atas.


Untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru, sebaiknya

dalam tiap rumpun dibiarkan satu cabang saja yang

tumbuh dan semprot dengan POC NASA (3-4 tutup) +

HORMONIK (1-2 tutup) setelah pemangkasan.

K. PEMBUMBUNAN

Dilakukan setelah panen, cabang-cabang yang

ditinggalkan setelah panen dan letaknya dekat dengan

tanah ditimbun di dekat ujungnya setinggi 10-15 cm.

Sedang cabang-cabang yang letaknya jauh dari tanah

dipatahkan di bagian ujungnya, tetapi tidak terputus dari

batangnya, sesudah itu bagian yang patah ditimbun

dengan tanah.

L. PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT

1. H a m a

a. Ulat Penggulung Daun (Pachyzaneba stutalis)

Ulat hidup dalam gulungan daun muda, sambil memakan


daun yang tumbuh, serangan berat hanya tinggal tulang-

tulang daun saja. Pengendalian : kumpulkan dan

musnahkan .

b. Belalang ( Orthoptera )

Hama ini memakan daun, sehingga tanaman menjadi

gundul. Serangan berat batang dimakan akhirnya mati.

Pengendalian : sanitasi lingkungan .

c. Criket Pemakan Daun (Gryllidae)

Memakan daun muda sehingga daun berlubang-lubang

dan produksi turun. Pengendalian : sanitasi lingkungan.

2. Penyakit

a. Budok (hoprosep)

Penyebabnya adalah virus, gejala daun keriting,

berwarna abu-abu dan rontok, terbentuk benjolan-

benjolan pada batang sampai akar bila dipijit baunya


tidak enak. Penyakit ini tumbuh setelah musim kemarau

dan disebabkan oleh pemangkasan yang terlalu berat saat

panen. Pengendalian : sanitas kebun, Alat-alat kerja

steril.

b. Penyakit Busuk Batang

Penyebabnya jamur Fusarium sp. dan menyerang pada

akar atau batang. Batang terserang akan mengerut, warna

berubah coklat lalu menghitam disekeliling batang dan

akhirnya mati. Pengendalian : kurangi kelembaban

dengan cara dipangkas, hindari luka, gunakan Natural

GLIO + SUPERNASA. Catatan : Jika pengendalian

hama dan penyakit dengan pestisida alami belum

mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai

anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata

dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan

Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup)

pertangki
M. PANEN DAN PASCA PANEN

- Panen dapat dilakukan pada umur 6 - 8 bulan setelah

tanam

- Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang,

cabang dan daun mengandung minyak atsiri

- Alat yang digunakan sabit, gunting, atau parang yang

tajam dan bersih

- Panen pertama, bagian yang boleh dipangkas adalah

cabang-cabang dari tingkat dua ke atas, sedang cabang-

cabang tingkat pertama ditinggalkan

- Selesai panen pertama, bila cabang-cabang pertama

jauh dari tanah dirundukkan tetapi tidak putus kemudian

ditimbun tanah pada setiap tunasnya

- Setelah tanaman umur 9 bulan, tanaman dapat dipanen

kedua kalinya dengan cara seperti panen pertama,

sehingga akan diperoleh cabang-cabang baru dan anakan

baru.
- Demikian selanjutnya sampai panenan pada bulan ke-

12, 15, 18, 21, 24 , dst

- Panenan daun nilam dipotong-potong + 3-5 cm

kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar

air 15 % kemudian di suling.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
3. Teknik Budidaya Padi

Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha.

PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu

tercapainya ketahanan pangan nasional melalui

peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas,

kualitas dan kelestarian ( K-3 ).


SYARAT TUMBUH

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan

temperatur

19-270C , memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa

naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan

pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur

dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

A.Benih

Dengan jarak tanam 25 x 25 cm per 1000 m2 sawah

membutuhkan 1,5-3 kg. Jumlah ideal benih yang

disebarkan sekitar 50-60 gr/m2. Perbandingan luas tanah

untuk pembenihan dengan lahan tanam adalah 3 : 100,

atau 1000 m2 sawah : 3,5 m2 pembibitan

B.Perendaman Benih

Benih direndam POC NASA dan air, dosis 2 cc/lt air


selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni,

benih padi yang mengambang dibuang. Selanjutnya

diperam menggunakan daun pisang atau dipendam di

dalam tanah selama 1 - 2 malam hingga benih

berkecambah serentak.

C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 3 - 5

cm. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari,

dilakukan penyemprotan POC NASA dengan dosis 2

tutup/tangki.

D. Pemindahan benih

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21-

40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat,

pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan

penyakit.

F. Pemupukan

Pemupukan seperti pada tabel berikut, dosis pupuk

sesuai dengan hasil panen yang diinginkan. Semua


pupuk makro dicampur dan disebarkan merata ke lahan

sesuai dosis.

Khusus penggunaan Hormonik bisa dicampurkan dengan

POC NASA kemudian disemprotkan ( 3-4 tutup POC

NASA + 1 tutup HORMONIK /tangki ). Hasil akan

bervariasi tergantung jenis varietas, kondisi dan jenis

tanah, serangan hama dan penyakit serta

TABEL PENGGUNAAN POC NASA DAN

SUPERNASA

Waktu Aplikasi
Jenis Olah 14 hari 30 hari 45 hari 60 hari

Pupuk Tanah (kg) ( kg ) ( kg ) ( kg ) ( kg )


Urea 36,5 9 9 9 9
ZA 3,5 1 1 1 1
SP-36 6,5 1,5 1,5 1,5 1,5
KCl 20 5 5 5 5
Dolomit 13 3 3 3 3
SPR 2 botol 2 botol
- - -
NASA ( siram) ( siram)
Catatan : Dosis produksi padi 1,2 – 1,7 ton/ 1000 M2

Gabah Kering Panen

Waktu Aplikasi
Olah
Jenis 10–14 hari 25–28 hari 42–45 hari
Tanah
Pupuk ( kg ) ( kg ) ( kg )
(kg)
Urea 12 6 6 6
SP-36 10 50 - -
KCl - - 7 8
SPR 1 botol
5 5 5
NASA (siram)
POC 4-5 ttp/tgk 4-5 ttp/tgk 4-5 ttp/tgk
-
NASA (semprot) (semprot) (semprot)

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2

Gabah Kering Panen


Waktu Aplikasi
Olah
10–14 hari 25–28 hari 42–45 hari
Jenis Pupuk Tanah
( kg ) ( kg ) ( kg )
(kg)
Urea 10 4,5 4 4
SP-36 11,5 - - -
KCL - - 5 6,5
20-40
4-8 ttp/tgk 4-8 ttp/tgk 4-8 ttp/tgk
POC NASA ttp
(semprot) (semprot) (semprot)
(siram)
1 ttp/tgk 1 ttp/tgk
HORMONI
- - campur campur
K
NASA NASA

Catatan : Dosis produksi padi 0,8 – 1,1 ton/ 1000 M2

Gabah Kering Panen

Cara Penggunaan SUPER NASA & POC NASA

1. Pemberian SUPER NASA dengan cara dilarutkan

dalam air secukupnya kemudian disiramkan ( hanya

disiramkan)

2. Jika dengan POC NASA dicampur air secukupnya


bisa disiramkan atau disemprotkan.

3. Khusus SP-36 bisa dilarutkan SUPER NASA atau

POC NASA, sedang pupuk makro lainnya disebar secara

merata.

G. PENGOLAHAN LAHAN RINGAN

Dilakukan pada umur 20 HST, bertujuan untuk sirkulasi

udara dalam tanah, yaitu membuang gas beracun dan

menyerap oksigen.

H.PENYIANGAN

Penyiangan rumput-rumput liar seperti jajagoan, sunduk

gangsir, teki dan eceng gondok dilakukan 3 kali umur 4

minggu, 35 dan 55.

I. PENGAIRAN

Penggenangan air dilakukan pada fase awal

pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan

masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan

pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan

pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk


menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.

J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

· Hama putih (Nymphula depunctalis)

Gejala: menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-

titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat

menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air

yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh

alami, menggugurkan tabung daun; (2) menggunakan

BVR atau Pestona · ·Padi Thrips (Thrips oryzae)

Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai

kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman

dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: BVR atau

Pestona.

· Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat

(Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih

(Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi:

wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N.

impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan

dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi

kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti

terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.

Pengendalian: (1) bertanam padi serempak,

menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48,

IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan,

melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan

kumbang lebah; (2) penyemprotan BVR

· Walang sangit (Leptocoriza acuta)

Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah

hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna

coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas

isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.

Pengendalian: (1) bertanam serempak,

peningkatankebersihan, mengumpulkan dan

memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti

jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan BVR atau


PESTONA

· Kepik hijau (Nezara viridula)

Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang

tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang

diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan

tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan

memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau

PESTONA

· Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang

padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas),

bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia

inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala:

pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan

mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang

kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama

"sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji)

disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas

tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan,


menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar

kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan

BVR atau PESTONA

· Hama tikus (Rattus argentiventer)

Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala:

adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan

pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.

Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak,

sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular

dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).

· Burung

Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji

berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-

bunyian atau orang-orangan.

· Penyakit Bercak daun coklat

Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.

Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru

tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji


berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa

busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.

Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC

NASA, pemupukan berimbang, tanam padi tahan

penyakit ini.

· Penyakit Blast

Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang

daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun,

gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal

malai membusuk.

Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi

hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami,

menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani,

Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat

pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;

(2) pemberian GLIO di awal tanam

· Busuk pelepah daun

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang


daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah

membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu

gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan

penyakit (2) pemberian GLIO pada saat pembentukan

anakan

· Penyakit Fusarium

Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala:

menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan,

daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian:

merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC

NASA dan disebari GLIO di lahan

·Penyakit kresek/hawar daun

Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)

Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat

garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan

berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.

Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit

seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari


luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian

diawal dengan GLIO

· Penyakit kerdil

Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat

Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian

tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau

kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek,

anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit

dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan

tanaman yang terserang ada mengendalikan vector

dengan BVR atau PESTONA

· Penyakit tungro

Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau

Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua

bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang

sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas

berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak

berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng


seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42

dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

K. PANEN DAN PASCA PANEN

·Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan

tangkainya menunduk

· Alat yang digunakan ketam atau sabit

· Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan

perontok mesin atau tenaga manusia

· Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin

Setelah dirontokkan diayaki (Jawa : ditapeni)

· Dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari

· Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari

kulit bijinya.

· Beras siap dikonsumsi.


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161

4. Teknik Budidaya Panili

PENDAHULUAN

Tanaman panili atau si Emas Hijau merupakan komoditi

yang menjanjikan. Namun tidak semua panili berharga


“emas”, hanya kualitas terbaiklah yang diberikan harga

istimewa. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatan

produksi panili secara Kuantitas, Kualitas dan

Kelestarian (aspek K-3).

SYARAT PERTUMBUHAN

Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000

mm/tahun, cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara

optimal 200C-250C, kelembaban udara sekitar 60%-

80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur,

ringan yaitu tipe tanah lempung berpasir (sandy loam)

dan lempung berpasir kerikil (gravelly sandy loam),

mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 – 7

PEMBIBITAN

1. Seleksi Bibit

- Jenis panili bernilai ekonomi yaitu Vanilla planifolia

Andrews, Vanilla tahitensis JW. Moore, Vanilla


pompana

- Syarat bibit generatif : tulen, punya sifat yang hampir

sama dengan induknya; murni, biji tidak tercampur

dengan yang berkualitas jelek; biji dalam kondisi segar

dan sehat; bibit vegetatif : tanaman induk sehat dan

cukup umur, sudah mengeluarkan sulur dahan yang kuat,

tanaman induk belum atau jangan sampai berbuah.

2. Penyiapan Bibit

- Bibit generatif berasal dari biji yang unggul

- Bibit Vegetatif dengan stek, mempercepat perakaran

stek dapat direndam HORMONIK (1-2 cc/liter)

kemudian dibiarkan agak layu baru ditanam dan disiram

POC NASA (2-3 ttp) + HORMONIK ( 1 ttp) per 10 liter

air.

- Kulture Jaringan

3. Teknik Penyemaian Benih


Bibit disemai dalam tanah berpasir supaya akar mudah

tumbuh. Tempat penyemaian harus teduh.

4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Penyiraman setiap hari, tidak boleh terlalu basah. Bibit

yang jelek disingkirkan. Setiap seminggu sekali semprot

dengan POC NASA (2-3 tutup) + HORMONIK ( 1

tutup) per tangki (14-17 liter).

5. Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit ke lapangan tergantung asal bibit,

yaitu bibit stek sekitar umur 1-2 bulan, bibit biji

waktunya lama.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM

- Pengolahan lahan dikerjakan pada pertengahan musim

kemarau supaya pohon pelindung dapat ditanam, cek

kondisi tanah

- Bersihkan lahan dari gulma dan dibajak.


- Buat jalur bedengan, lebar 80-120 cm dan lebar parit

30-50 cm.

- Lakukan pengapuran bila kondisi tanah terlalu asam.

PENANAMAN

- Penanaman di tengah bedengan, pola tanam

monokultur

- Buat lubang tanam dekat tanaman penegak berukuran

panjang, lebar dan dalam antara 20x15x10 cm, 25x20x12

cm dan 30x25x15 cm.

- Tanam stek dengan cara memasukkan 3 ruas

seluruhnya ke dalam lubang secara mendatar agar akar

tumbuh cepat dan sempurna

- Tutup dengan tanah galian yang dicampur dengan

pupuk kandang

- Stek bibit bagian atas yang tidak terbenam dalam tanah

diikat pada pohon panjatan dengan ikatan longgar.

- Waktu tanam stek bibit yang baik pada awal musim


hujan. Sedangkan stek yang akan ditanam sebaiknya

dibiarkan / dilayukan terlebih dahulu selama 4 - 7 hari

dan pangkal stek bibit direndam dalam POC NASA /

HORMONIK (1-2 cc/liter) + Natural GLIO untuk

menghindari pembusukan.

PEMELIHARAAN TANAMAN

1. Penyulaman

Lakukan pengecekan setelah umur 2-3 minggu setelah

tanam, apabila ada stek yang tumbuh kurang baik, segera

disulam.

2. Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan dilakukan sebulan sekali sesudah penanaman

sampai pertumbuhan panili tidak kerdil dan terlambat.

Pembubunan bersamaan dengan penyiangan untuk

menjaga bedengan tetap rapi dan tanah tetap gembur

agar air mudah terserap.

3. Perempelan
- Perempelan bentuk, memotong 15 cm dari tanaman

yang dilengkungkan dan sisakan 3 cabang terbaik untuk

dipelihara agar terbentuk kerangka tanaman kuat dan

seimbang

- Perempelan produksi, memotong pucuk sepanjang 10-

15 cm menjelang musim berbunga dan saat berbuah

untuk merangsang pertumbuhan generatif terutama

pertumbuhan bunga dan buah

- Perempelan peremajaan, memotong cabang-cabang

yang sudah pernah berbuah dan cabang-cabang yang

sakit.

4. Pemupukan

- Tebar pupuk makro di sekitar pohon dan timbun

dengan tanah karena sistem perakaran panili cukup

dangkal. Kebutuhan pupuk makro per ha per tahun

adalah Urea 8 kg, TSP 4 kg, KCl 14 kg, CaCO3 5 - 10

kg, MgSO4 H2O 2,5 - 5 kg/ha/tahun dan pupuk kandang

10-20 kg/pohon/tahun.
- Pemupukan diberikan setahun sekali. Akan lebih baik

jika dikocor dengan SUPER NASA dosis + 0,5 sdm / 5 lt

air per pohon setiap 3 bulan sekali dan penyemprotan

POC NASA dosis 4-5 tutup/tangki setiap 2 - 4 minggu

sekali atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1

tutup) per tangki setiap 2-4 minggu sekali.

5. Pengairan dan Penyiraman

Tanaman panili tidak tahan terhadap kekeringan

sehingga pada musim kemarau perlu disiram secukupnya

untuk merangsang pertumbuhan tanaman, perkembangan

bunga serta buah.

6. Pemberian Mulsa & Pendangiran

Pemberian mulsa dapat dilakukan bersamaan dengan

penyiangan dan pendangiran. Bahan mulsa dari hasil

pemangkasan pohon pelindung, tetapi bisa juga serbuk

gergaji yang diletakkan di atas permukaan tanah dekat

pohon panili.

7. Perambatan
Sistem pagar sulur-sulur, tanaman panili dibiarkan

menjalar pada pagar yang telah dipasang secara

horisontal. Pagar tempat menjalarnya panili dapat dibuat

dari bambu yang diikatkan pada pohon yang satu dengan

pohon yang lain.

Sistem perambatan penunjang tunggal, tanaman panili

dirambatkan lurus ke atas pada naungannya.

8. Pemangkasan Pohon Pelindung

Pohon pelindung dapat digunakan Glyricidia maculate,

lamtoro dan dadap. Pemangkasan cabang dilakukan

untuk mempertahankan agar tetap teduh, mempermudah

sistem sirkulasi dan mengatur intensitas sinar matahari.

9. Pembungaan dan Penyerbukan

Panili berbunga setelah berumur 1,5-3 tahun, bunga yang

muncul berupa dompolan dan akan mekar satu bunga

secara bergantian. Mekarnya bunga hanya berlangsung

12 jam, yaitu mulai pukul 24:00 sampai menjelang

tengah hari, sesudah itu bunga mulai layu dan mati. Oleh
karena itu penyerbukan bunga dilakukan sekitar pukul

08:00 sampai 10:00. Penyerbukan buatan pada

prinsipnya adalah mengangkat/memotong bibir yang

membatasi kepala sari dan kepala putik, kemudian

benang sari ditekan ke kepala putik untuk dilakukan

penyerbukan. Seminggu setelah penyerbukan semprot

dengan dosis POC NASA (3-4 tutup) dan HORMONIK

(1 tutup) per tangki setiap 2-3 minggu sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

a. Hama

1. Bekicot

Menyerang dan merusak batang, bunga dan buah.

Aktifitasnya dilakukan pada malam hari. Pengendalian:

secara manual dengan mengambil dan mengumpulkan

bekicot satu persatu kemudian dibakar sekaligus dalam

satu lubang.

2. Belalang pedang
Merusak/memakan daun muda dan batang panili.

Pengendalian: menyemprotkan PESTONA atau Natural

BVR

3. Penggerek batang

Larva hama ini merusak/menggerek batang tanaman

panili yang menyebabkan tanaman panili lambat laun

layu dan mati. Pengendalian penyemprotan PESTONA

4. Ulat bulu jambul dan ulat geni

Merusak bagian pucuk, daun, batang dan bunga.

Pengendalian: penyemprotan PESTONA

b. Penyakit

1. Busuk akar

Gejala: akar hitam, tanaman menjadi kecoklat-coklatan

dan akhirnya mati; biasanya terjadi pada saat produksi

tertinggi pertama kali tercapai. Pengendalian: menjaga

kesuburan tanah dengan pemupukan, pemberian kapur


secukupnya, dan mengatur kelembaban , pencegahan

diawal dengan Natural GLIO.

2. Busuk batang

Penyebab: jamur Fusarium batatatis. Gejala: pada batang

terjadi bercak-bercak berwarna hitam yang akan meluas

dan melingkar dengan cepat. Batang terserang akan

keriput, berwarna coklat dan akhirnya kering.

Pengendalian: mengurangi kelembaban dan drainase

yang baik, saat stek akan ditanam dicelup dalam POC

NASA + Natural GLIO.

3. Busuk buah

Ditemukan pada buah panili muda. Gejala: muncul bila

menyerang pangkal buah muda sehingga banyak buah

yang berguguran dan bila menyerang tengah buah akan

hitam, kering selanjutnya mati. Pengendalian:

penyemprotan Natural GLIO + gula pasir dosis 1-2

sendok teh per 10 liter air.

4. Busuk pangkal batang


Penyebab: Jamur Sclerotium sp. Gejala: pangkal batang

tampak berwarna coklat dan kebasah-basahan, bagian

tanaman yang diserang dan tanah sekitar terdapat

misellium jamur berwarna putih seperti bulu dengan

banyak sclerotium warna coklat. Pengendalian: gunakan

bibit bebas busuk pangkal batang, penyemprotan Natural

GLIO + gula pasir.

5. Bercak coklat pada buah

Penyebab: oleh cendawan Phytophthora sp. dan

menyerang buah panili yang hampir masak. Gejala:

bercak-bercak coklat tua dan akhirnya busuk.

Pengendalian: (1) segera petik buah terserang kemudian

membakarnya; (2) penyemprotan dengan Natural GLIO

dosis 1-2 sendok/10 liter air.

6. Bercak coklat pada batang

Penyebab: cendawan Nectria vanilla, zimm. Gejala:

batang tampak bercak coklat yang lama-kelamaan

menghitam dan melingkar ruas dan mati. Pengendalian:


potong dan bakar batang yang terserang.

7. Antraknosa

Penyebab: jamur Calospora vanillae, Mass. Gejala:

batang, daun, buah berwarna coklat muda kekuningan

tampak licin dan terlihat jelas bagian terserang dan tidak.

Pengendalian: Potong dan bakar bagian terserang, atur

kelembaban dan drainase.

8. Karat merah

Penyebab: Ganggang Cephaleuros heningsii, Schm.

Gejala: bercak pada daun dan terus meluas hingga daun

kering selanjutnya mati. Pengendalian: Singkirkan

bagian terserang dan atur kelembaban kebun dengan

pemangkasan pohon pelindung.

9. Penyakit pascapanen

Penyebab penyakit yang menyerang panili setelah

dipanen : jamur Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, sp

dan Sclerotium, sp. Pengendalian: penanganan pasca

panen yang baik.


Catatan : Jika Pengendalian hama dan penyakit dengan

pestisida alami belum dapat mengatasi, dapat digunakan

pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dn tidak mudah hilang oleh

air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810 dosis 1-2

tutup/tangki.

E. PANEN DAN PASCA PANEN

- Pemetikan pada umur 240 hari (8 bulan) akan

menghasilkan panili kering dengan kadar vanillin yang

tinggi, kadar abu terendah, rendemen tertinggi dan kadar

air yang aman

- Ciri-ciri panili siap dipanen yaitu warna berubah dari

hijau tua mengkilap menjadi hijau muda suram dengan

garis-garis kecil warna kuning yang lambat laun melebar

sampai ujung buah

- Musim panen antara bulan Mei sampai Juli, sekitar 2 -

3 bulan
- Cara panen yang terbaik adalah memetik satu-persatu

buah masak tanpa mengganggu buah lain dalam satu

tandan yang masih mentah untuk menjaga mutu panili.

- Buah dikumpulkan dalam keranjang bambu dan dijaga

agar buah tidak terluka atau cacat dan sortir berdasar

ukuran, bentuk, tingkat kemasakan dan buah yang cacat

>20 cm

- Lakukan pelayuan untuk menghentikan proses respirasi

yang terjadi dalam buah, mematikan sel-sel buah panili

tanpa mengurangi aktifitas dan kadar enzim dalam buah.

Proses pelayuan dengan menggunakan alat perebus yang

diisi air ¾ bagian dengan suhu antara 65-950 C

- Lakukan pemeraman dalam kotak khusus yang lengkap

dengan tutup dan karung goni sebagai alasnya, utuk

pembentukan aroma selama + 48 jam

- Lakukan pengeringan dengan cara dijemur di bawah

sinar matahari, dioven dan diangin-anginkan untuk

mengurangi kadar air hingga 25-30 %


- Tempatkan buah panili kering dalam kotak yang

dalamnya telah dilapisi kertas koran/karung plastik tipis

dan simpan pada suhu kamar, siap dikirim dan dijual.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

5. Teknik Budidaya

Pepaya
SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi

700 - 1000 mdpl, curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun,

suhu udara optimum 22 - 26 derajat C dan kelembaban


udara sekitar 40% dan angin yang tidak terlalu kencang

sangat baik untuk penyerbukan. Tanah subur, gembur,

mengandung humus dan harus banyak menahan air, pH

tanah yang ideal adalah netral dengan pH 6 -7.

PEMBIBITAN

1. Persyaratan Bibit/Benih

- Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari

buah-buah yang telah masak benar dan berasal dari

pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk

diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian

dicuci bersih hingga kulit yang menyelubungi biji

terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.

- Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan

diambil dari buah yang sudah terlalu masak/tua dan

jangan dari pohon yang sudah tua.

2. Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman).

Benih direndam dalam larutan POC NASA 2 cc/liter

selama 1-2 jam, ditiriskan dan ditebari Natural GLIO

kemudian disemai dalam polybag ukuran 20 x 15 cm.

Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember

tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang

yang sudah matang dan diayak ditambah 50 gram TSP

dihaluskan ditambah 30 gram Natural GLIO.

3. Teknik Penyemaian Benih

- Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian

tutup dengan tanah. Disiram setiap hari. Benih

berkecambah muncul setelah 12-15 hari. Pada saat

ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap

ditanam.

- Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih

dahulu. Penyemaian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum

bibit persemaian itu dipindahkan ke kebun.


4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan

(barisan ) dengan jarak 5 - 10 cm. Biji tidak boleh

dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm.

Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh

sesudah 3 minggu ditanam. Semprotkan POC NASA

seminggu sekali dosis 2 tutup/tangki

5. Pemindahan Bibit

Bibit-bibit yang sudah dewasa, sekitar umur 2 - 3 bulan

dapat dipindahkan pada permulaan musim hujan.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM

1. Persiapan

Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain,

kemudian dicangkul/dibajak dan digemburkan.


2. Pembentukan Bedengan

- Bentuk bedengan berukuran lebar 200 - 250 cm, tinggi

20 - 30 cm, panjang secukupnya, jarak antar bedengan

60 cm.

- Buat lubang ukuran 50 x 50 x 40 cm di atas bedengan,

dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.

3. Pengapuran

Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam

(pH kurang dari 5), setelah diberi pupuk yang matang,

perlu ditambah ± 1 kg Dolomit dan biarkan 1-2 minggu.

4. Pemupukan

Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya

harus dikeringkan satu minggu, setelah itu tutup dengan

tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang telah

matang atau dengan SUPERNASA.


TEKNIK PENANAMAN

1. Pembuatan Lubang Tanam

- Lubang tanam berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali

secara berbaris. Biarkan lubang-lubang kosong agar

memperoleh cukup sinar matahari. - - Setelah itu lubang-

lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri dengan

pupuk kandang 2 - 3 blek. Jika pupuk kandang tidak

tersedia dapat dipakai SUPERNASA dengan cara

disiramkan kelubang tanam dosis 1 sendok makan/10 lt

air sebelum tanam. Lubang - lubang yang ditutupi

gundukan tanah yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga

tanah mengendap. Setelah itu baru lubang-lubang siap

ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan

penanaman.

- Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang -

lubang pertanaman harus digali terlebih dahulu. Lubang-

lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5 bulan


sebelum musim hujan.

2. Cara Penanaman

Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa

bulan kemudian akan dapat dilihat tanaman yang jantan

dan betina atau berkelamin dua.

PEMELIHARAAN TANAMAN

1. Penjarangan dan Penyulaman

Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh

tanaman betina disamping beberapa batang pohon jantan.

Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai berbunga.

2. Penyiangan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan

lainnya, memerlukan penyiangan (pembuangan rumput).

Kapan dan berapa kali kebun tersebut harus disiangi tak

dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.


3. Pembubunan

Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan

lainnya, memerlukan pendangiran tanah. Kapan dan

berapa kali kebun tersebut harus didangiri tak dapat

dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.

4. Pemupukan

Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak,

khususnya pupuk organik, memberikan zat-zat makanan

yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban tanah.

Cara pemberian pupuk:

- Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram

ZA, 25 gram Urea, 50 gram TSP dan 25 gram KCl,

dicampur dan ditanam melingkar.

- Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua

dengan komposisi 75 gram ZA, 35 gram Urea, 75 gram

TSP, dan 40 gram KCl


- Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan

komposisi 75 gram ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50

gram KCl

- Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi

pupuk dengan 100 gram ZA, 60 gram Urea, 75

gramTSP, dan 75 gram KCl

- Siramkan SUPERNASA ke lubang tanam dengan dosis

1 sendok makan/10 liter air setiap 1-2 bulan sekali

- Lakukan penyemprotan POC NASA dosis 3 tutup /

tangki setiap 1-2 minggu sekali setelah tanam sampai

umur 2-3 bulan

- Setelah umur 3 bulan semprot dengan POC NASA 3 - 4

tutup ditambah HORMONIK dosis 1 - 2 tutup / tangki.

- Penyemprotan hati - hati pada saat berbunga agar tidak

kena bunga yang mekar atau lebih aman bisa disiramkan.

5. Pengairan dan Penyiraman


Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak

tahan air yang tergenang. Maka pengairan dan

pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di

daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka

harus dibuatkan parit-parit. Pada musim kemarau,

tanaman pepaya harus sering disirami.

HAMA DAN PENYAKIT

Kutu tanaman (Aphid sp., Tungau). Badan halus panjang

2 - 3 mm berwarna hijau, kuning atau hitam. Memiliki

sepasang tonjolan tabung pada bagian belakang perut,

bersungut dan kaki panjang. Kutu dewasa, ada yang

bersayap dan tidak. Merusak tanaman dengan cara

menghisap cairan dengan pencucuk penghisap yang

panjang di bagian mulut.

Pengendalian : semprot dengan Natural BVR atau

PESTONA secara bergantian

Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah

penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus mosaik,


rebah semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan

nematoda.

Penyakit mati bujang diisebabkan oleh jamur

Phytophthora parasitica, P. palmivora dan Pythium

aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya.

Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga

kebersihan, dan drainase serta sebarkan Natural GLIO ke

lubang tanam, sedangkan penyakit busuk akar

disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita.

Nematoda. Apabila lahan telah ditanami pepaya,

disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk

mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang

terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning,

layu dan mati. Pengendalian : Siramkan PESTONA ke

lubang tanam

PANEN DAN PASCA PANEN

1. Ciri dan Umur Panen


Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9-12

bulan. Buah pepaya dipetik harus pada waktu buah itu

memberikan tanda-tanda kematangan: warna kulit buah

mulai menguning. Tetapi masih banyak petani yang

memetiknya pada waktu buah belum terlalu matang.

2. Cara Panen

Panen dilakukan dengan berbagai macam cara, pada

umumnya panen/pemetikan dilakukan dengan

menggunakan "songgo" (berupa bambu yang pada

ujungnya berbentuk setengah kerucut yang berguna

untuk menjaga agar buah tersebut tidak jatuh pada saat

dipetik).

3. Periode Panen

Panen dilakukan setiap 10 hari sekali.


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.

No HP KOnsultasi 082136561161
6. Teknik Budidaya

Rumput Laut

A. Latar Belakang

Rumput laut (sea weeds) yang dalam dunia ilmu

pengetahuan dikenal sebagai Algae sangat populer dalam

dunia perdagangan akhir - akhir ini.

Rumput laut dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira -


kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak

digunakan untuk sayuran dan obat - obatan. Pada tahun

65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai

bahan baku kosmetik. Namun dengan perkembangan

waktu, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin

berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan

rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.

Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak

diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke

Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah

dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum

perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah

mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark,

dan Perancis.

Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak

dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara.

Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000


km), maka peluang budidaya rumput laut sangat

menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke

Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8

% dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk

memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu

hanya berkisar 13,1%. Rendahnya pasokan dari

Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang

kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi

rumput laut kepada para petani.

B. Kandungan

Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis

ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung

agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun

pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin)

yang merupakan cadangan makanan yang mengandung

banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan

jenis ganggang coklat (Phaeophyceae). Ganggang coklat


ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta

karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan

lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang

coklat juga mengandung cadangan makanan berupa

laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi,

ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium.

C. Manfaat

1. Agar - agar

Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam

bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan

puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa

agar - agar itu. Agar - agar merupakan asam sulfanik

yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh

dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae.

Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak

larut dalam air dingin.


Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin

berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja

sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil,

kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah

sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan

pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam

industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri

makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es

krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir,

anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi

bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur,

pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak

contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan

untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri

kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan

salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih

banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk

pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas,


dan pengalengan ikan dan daging.

2. Keraginan

Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang

tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6

anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4

glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit

galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya

lebih kurang 35,1%.

Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar,

antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental,

pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak

digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan

kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan

gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi

banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan.

Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil,

kosmetik dan cat.


3. Algin (Alginat)

Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat.

Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang

tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin

di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung

natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam

air.

Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan

pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan

pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak.

Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri

makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti,

kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai,

sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak

dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan

filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat

rambut,. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas,


fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet

kayu.

D. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut

Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami

bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai

dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut

memerlukan tempat menempel untuk menunjang

kehidupannya. Di alam tempat menempel ini bisa berupa

karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa

pasir dan lumpur.

Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar

matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa.

Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh

kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari

tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur

kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman


idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air.

Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi

oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur

hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun

mikro. Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan

air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman.

Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan

pemupukan selama budidaya. Untuk membantu

menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan

supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus

disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap

pakai (ionik). Unsur hara ini banyak dikandung dalam

TON (Tambak Organik Nusantara).

TON (Tambak Organik Nusantara), mengandung segala

bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan

rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro


lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu TON

juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena

akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang

juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini

tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam

proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga

sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya TON,

logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan

akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.

Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah

oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan

temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh

gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur

hara. Sehingga TON juga sangat penting untuk

menunjang ketersediaan oksigen di perairan. Temperatur

ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200

- 280 C
Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang

optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena

pengaruh TON, maka kualitas dan kuantitas bahan -

bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan

meningkat.

Selain itu, pemakaian TON untuk budidaya rumput laut

juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan

unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa -

senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam

sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu

pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan

kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan

digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya

bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa

karbon aktif dari TON akan sangat membantu untuk

mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur


berbahaya tersebut.

E. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON

(Tambak Organik Nusantara)

Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang

harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya.

Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang

tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang

besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah

tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus

mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja.

Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai

lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang

ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal

ini mengingat peran TON yang tidak efektif jika

diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas

dibedakan dalam beberapa metode, yaitu :


1. Metode Lepas Dasar

Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit

rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar -

jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30

- 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan.

2. Metode Rakit

Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih

dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di

tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi

seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan.

3. Metode Tali Gantung

Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut

dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali

gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit

rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali -

tali yang disusun berjajar.


Pemakaian TON dengan 3 cara di atas hanya dapat

dilakukan dengan sistem perendaman bibit. Karena jika

TON diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan

akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode

perendaman bibit dilakukan dengan cara :

1. Larutkan TON dalam air laut yang ditempatkan dalam

wadah .

2. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok

makan (5 - 10 gr) TON dan tambahkan 1 - 2 cc

Hormonik.

3. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.

Pemakaian TON akan sangat efektif jika diaplikasikan

dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di

tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar.

Caranya adalah sebagai berikut :

1. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan

pengeluaran.
2. Tambak dikeringkan dahulu.

3. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-

hektar tergantung kondisi keasaman lahan).

4. Diamkan selama 1 minggu.

5. Aplikasikan TON, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar

(untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya

tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan

dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di

dasar tambak.

6. Diamkan 1 hari

7. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm.

8. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam

dengan TON dan hormonik seperti cara perendaman di

atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2.

9. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat

ditancapkan seperti penanaman padi.

10. Tidak perlu ditambah pupuk makro.


F. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik

Nusantara) susulan.

Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara

kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus

dilakukaan minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran

bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang

ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan

mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus

dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.

Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/

suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi

pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu,

maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air

agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat.

Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut.

Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea,

Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit


tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera

disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak

menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan

mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu

merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar

tidak memangsa rumput laut. Untuk menghindari itu

biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya.

Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang

jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran.

G. Pemanenan

Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan

waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai

dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.

Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu

setelah tanam. Cara memanen adalah dengan

mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat.


Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen

dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan

sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Atau bisa

juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan

cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini

akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan

pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya

akan menurun.

Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan,

biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan

berat kering 8 : 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan

biasanya akan didapat perbandingan 6 : 1. Untuk jenis

gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 -

2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan

dengan penggunaan TON (Tambak Organik Nusantara)

akan meningkat sekitar 30 - 100 %.


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161

7. Teknik Budidaya Sapi

Potong
I. Pendahuluan.

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan

pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini

disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara

besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun akan

mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan

dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL

NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas

dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi


potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan

Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi

dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat

badannya melalui pembesaran daging dalam waktu

relatif singkat (3-5 bulan).

Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan

sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.

Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam

usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.

Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki

dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya

bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini


dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang

baru.

B. Sapi Ongole.

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa

bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya

adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi

Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO)

cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan

produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna

putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat,

sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga


merah bata, terkadang terdapat warna putih pada

moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini

mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna

merah bata dan putih, terdapat warna putih pada

moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan

mempunyai tingkat produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat

menentukan hasil akhir usaha penggemukan.

Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan

pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

- Berumur di atas 2,5 tahun.

- Jenis kelamin jantan.

- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang


minimal 170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar

dada 133 cm.

- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus

karena kurang pakan, bukan karena sakit).

- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.

- Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.

3.1. Perkandangan.

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu

dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi

menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m.

Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena

tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan

memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang

diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan

produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak.

Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode


penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu

ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada

kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu

terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga

sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada

yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem

pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia,

karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara

mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva),

secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan

mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati

rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan

mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang

memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan


waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat

penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara

hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan

adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit

biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan.

Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan

mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk

rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna

hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor

adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan

adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang

dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas

rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai

pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi

rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat

kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah

mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar


dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh

enzim pencernaan.

Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA juga

mengeluarkan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA

Plus. Produk ini menggunakan teknologi asam amino

yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi,

yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan

ternak.

VITERNA Plus mengandung berbagai nutrisi yang

dibutuhkan ternak, yaitu :

- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah

dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K,

Ca, Mg, Cl dan lain-lain.

- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin,

Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein,

pembentuk sel dan organ tubuh.

- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya


proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan

ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.

- Asam - asam organik essensial, diantaranya asam

propionat, asam asetat dan asam butirat.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam

air minum atau komboran dengan dosis :

5 cc/ekor perhari untuk sapi, kerbau dan kuda

4 cc/ekor perhari untuk kambing dan domba.

Penambahan VITERNA Plus tersebut dilakukan pada

pemberian air minum atau komboran yang pertama.

3.3. Pengendalian Penyakit.

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama

dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada

pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah

biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan

pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang

dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :


a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang

baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah,

dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit

tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian.

Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap

lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina,

sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan

penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama

sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang

tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan

pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu

mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang

sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah

sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga

digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita

sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.


b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya.

Sapi yang digemukkan secara intensif akan

menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan

pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran

harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor

untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus

penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin

cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang

karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah

vaksinasi Anthrax.

Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi

potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku

(PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging


adalah

1. Pakan.

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal

akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging.

Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya

cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas

rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus

memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak

sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.

Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh

dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi

lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.

Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina,

sehingga pada umur yang sama, ternak jantan


mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.

Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat

sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging,

sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

8. Teknik Budidaya

Semangka
I. PENDAHULUAN

Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia

masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain

karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon,

pemupukan yang tidak berimbang, serangan hama dan

penyakit tanaman, pengaruh cuaca /iklim, serta teknis

budidaya petani.

PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam

peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas

dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek

K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN


2.1. Iklim

Curah hujan ideal 40-50 mm/bulan. Seluruh areal

pertanaman perlu sinar matahari sejak terbit sampai

tenggelam. Suhu optimal ± 250 C. Semangka cocok

ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl.

2.2. Media Tanam

Kondisi tanah cukup gembur, kaya bahan organik, bukan

tanah asam dan tanah kebun/persawahan yang telah

dikeringkan. Cocok pada jenis tanah geluh berpasir.

Keasaman tanah (pH) 6 - 6,7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Penyiapan Media Semai

- Siapkan Natural GLIO : 1-2 kemasan Natural GLIO

dicampur dengan 25-50 kg pupuk kandang untuk lahan

1000 m2. Diamkan + 1 minggu di tempat teduh dengan


selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk

(dibalik).

- Campurkan tanah halus (telah diayak) 2 bagian atau 2

ember (volume 10 lt), pupuk kandang matang yang telah

diayak halus sebanyak 1 bagian atau 1 ember, TSP (± 50

gr) yang dilarutkan dalam 2 tutup POC NASA, dan

Natural GLIO yang sudah dikembangbiakkan dalam

pupuk kandang (1-3 kg) .Masukkan media semai ke

dalam polybag kecil 8x10 cm sampai terisi hingga 90%.

3.1.2. Teknik Perkecambahan Benih

Benih dimasukkan ke dalam kain lalu diikat, kemudian

direndam dalam ramuan : 1 liter air hangat suhu 20-250C

+ 1 sendok POC NASA (direndam 8-12 jam). Benih

dalam ikatan diambil, dibungkus koran kemudian

diperam 1-2 hari. Jika ada yang berkecambah diambil

untuk disemaikan dan jika kering tambah air dan


dibungkus kain kemudian dimasukkan koran lagi.

3.1.3. Semai Benih dan Pemeliharaan Bibit

- Media semai disiram air bersih secukupnya. Benih

terpilih yang calon akarnya sudah sepanjang 2-3 mm,

langsung disemai dalam polybag sedalam 1-1,5 cm.

- Kantong persemaian diletakkan berderet agar terkena

sinar matahari penuh. Diberi perlindungan plastik

transparan, salah satu ujung/pinggirnya terbuka.

- Semprotkan POC NASA untuk memacu perkembangan

bibit, dilakukan rutin setiap 3 - 4 hari sekali. Penyiraman

1-2 kali sehari. Pada umur 12-14 hari bibit siap ditanam.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Pembukaan Lahan

Pembajakan sedalam + 30 cm, dihaluskan dan diratakan.

Bersihkan lahan dari sisa-sisa perakaran dan batu.


3.2.2. Pembentukan Bedengan

Lebar bedengan 6-8 m, tinggi bedengan minimum 20

cm.

3.2.3. Pengapuran

Penggunaan kapur per 1000 m2 pada pH tanah 4-5

diperlukan 150-200 kg dolomit , pH 5-6 dibutuhkan 75-

150 kg dolomit dan pH >6 dibutuhkan dolomit sebanyak

50 kg.

3.2.4. Pemupukan Dasar

a. Pupuk kandang 600 kg/ha, diberikan pada permukaan

bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam.

b. Pupuk anorganik berupa TSP (200 kg/ha), ZA (140

kg/ha) dan KCl (130 kg/ha).

c. Siramkan POC NASA yang telah dicampur air

secukupnya diatas bedengan dengan dosis + 1-2

botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika POC NASA


digantikan SUPER NASA, dosis 1-2 botol/1000 m2

dengan cara :

Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3

liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 peres

sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10

meter bedengan.

3.2.5. Lain-lain

Bedengan perlu disiangi, disiram dan diberi plastik

mulsa dengan lebar 110-150 cm agar menghambat

penguapan air dan tumbuhnya tanaman liar. Di atas

mulsa dilapisi jerami kering setebal 2-3 cm untuk

perambatan semangka dan peletakan buah.

3.3. Teknik Penanaman


3.3.1. Pembuatan Lubang Tanaman

Dilakukan Satu minggu sebelum penanaman dengan

kedalaman 8-10 cm. Berjarak 20-30 cm dari tepi

bedengan dengan jarak antara lubang sekitar 90-100 cm.

3.3.2. Waktu Penanaman

Penanaman sebaiknya pagi atau sore hari kemudian bibit

disiram hingga cukup basah.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman

Sebaiknya dilakukan 3 - 5 hari setelah tanam.

3.4.2. Penyiangan

Tanaman semangka cukup mempunyai dua buah saja,

dengan pengaturan cabang primer yang cenderung

banyak. Dipelihara 2-3 cabang tanpa memotong ranting


sekunder. Perlu penyiangan pada ranting yang tidak

berguna, ujung cabang sekunder dipangkas dan disisakan

2 helai daun. Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas

yang ada buah dipotong karena mengganggu

pertumbuhan buah.

3.4.3. Perempelan

Dilakukan perempelan tunas-tunas muda yang tidak

berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah

semangka yang sedang berkembang.

3.4.4. Pengairan dan Penyiraman

Pengairan melalui saluran diantara bedengan atau

digembor dengan interval 4-6 hari. Volume pengairan

tidak boleh berlebihan.

3.4.5. Pemupukan
Waktu Dosis Pupuk Makro

(kg/ ha)

ZA TSP KCl

Susulan I (3 40 - 40

hari)

Susulan II 120 85 80

Daun 4-6 helai

Susulan III 170 - 30

Batang 45–55

cm

Susulan IV 130 - 30

Tanaman

bunga

Susulan V 80 - 30

Buah masih

pentil
POC NASA

( per ha ) POC NASA


Mulai umur 1 disemprotkan ke

minggu – 6 atau tanaman alternatif 1:

7 minggu 6-7 kali ( interval 1

minggu sekali) dgn

dosis 4 tutup botol/

tangki

alternatif 2: 4 kali

(interval 2 minggu

sekali ) dgn dosis 6

tutup botol/ tangki

3.4.6. Waktu Penyemprotan HORMONIK

Semprotkan HORMONIK sejenis ZPT/hormon alami.

Dosis HORMONIK : 1-2 cc/lt air atau 1-2 tutup

HORMONIK + 3-4 tutup POC NASA setiap tangki

semprot. Penyemprotan pada umur 21 - 70 hari, interval

7 hari sekali.

3.4.7. Pemeliharaan Lain


Pilih buah yang cukup besar, terletak antara 1,0-1,5 m

dari perakaran tanaman, bentuk baik dan tidak cacat.

Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya

di pangkas. Semenjak calon buah ± 2 kg sering dibalik

guna menghindari warna yang kurang baik akibat

ketidakmerataan terkena sinar matahari.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1 Hama

a. Thrips

Berukuran kecil ramping, warna kuning pucat

kehitaman, mempunyai sungut badan beruas-ruas. Cara

penularan secara mengembara dimalam hari, menetap

dan berkembang biak. Pengendalian: semprotkan Natural

BVR atau Pestona.

b. Ulat Perusak Daun

Berwarna hijau dengan garis hitam/berwarna hijau


bergaris kuning, gejala : daun dimakan sampai tinggal

lapisan lilinnya dan terlihat dari jauh seperti berlubang.

Pengendalian: dilakukan penyemprotan Natural Vitura

atau Pestona.

c. Tungau

Binatang kecil berwarna merah agak

kekuningan/kehijauan berukuran kecil mengisap cairan

tanaman. Tandanya, tampak jaring-jaring sarang

binatang ini di bawah permukaan daun, warna dedaunan

akan pucat. Pengendalian: semprot Natural BVR atau

Pestona.

d. Ulat Tanah

Berwarna hitam berbintik-bintik/bergaris-garis, panjang

tubuh 2-5 cm, aktif merusak dan bergerak pada malam

hari. Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat

dewasa memangsa pangkal tanaman. Pengendalian: (1)


penanaman secara serempak pada daerah yang

berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan

pemberantasan sarang ngengat disekitarnya; (2)

pengendalian dengan penyemprotan Natural

Vitura/Virexi atau Pestona.

e. Lalat Buah

Ciri-ciri mempunyai sayap yang transparan berwarna

kuning dengan bercak-bercak dan mempunyai belalai.

Tanda-tanda serangan : terdapat bekas luka pada kulit

buah (seperti tusukan belalai), daging buah beraroma

sedikit masam dan terlihat memar. Pengendalian :

membersihkan lingkungan, tanah bekas hama dibalikan

dengan dibajak/dicangkul, pemasangan perangkap lalat

buah dan semprot Pestona.

3.5.2. Penyakit

a. Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan

tumbuh jamur (hawa yang terlalu lembab). Gejala:

timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan

subur. Pengendalian: (1) dengan pergiliran masa tanam

dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada areal

baru yang belum ditanami, (2) pemberian Natural GLIO

sebelum atau pada saat tanam.

b. Bercak Daun

Penyebab: spora bibit penyakit terbawa angin dari

tanaman lain yang terserang. Gejala: permukaan daun

terdapat bercak-bercak kuning dan selanjutnya menjadi

coklat akhirnya mengering dan mati, atau terdapat

rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu.

Pengendalian: seperti pada penyakit layu fusarium.

c. Antraknosa

Penyebab: seperti penyakit layu fusarium. Gejala: daun


terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah

warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila

menyerang buah, tampak bulatan berwarna merah jambu

yang lama kelamaan semakin meluas. Pengendalian:

seperti pengendalian penyakit layu fusarium.

d. Busuk Semai

Menyerang pada benih yang sedang disemaikan. Gejala:

batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah

kemudian mati. Pengendalian: pemberian Natural GLIO

sebelum penyemaian di media semai.

e. Busuk Buah

Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah

menjelang masak dan aktif setelah buah mulai dipetik.

Pengendalian: hindari dan cegah terjadinya kerusakan

kulit buah, baik selama pengangkutan maupun

penyimpanan, pemetikan buah dilakukan pada waktu


siang hari tidak berawan/hujan.

f. Karat Daun

Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang

berkembang pada daun tanaman. Gejala: daun melepuh,

belang-belang, cenderung berubah bentuk, tanaman

kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang.

Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit

menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat

dipergunakan pestisida kimia. Agar penyemprotan

pestisida kimia dapat merata dan tidak mudah hilang

oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810

dengan dosis + 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

3.6. Panen

3.6.1.Ciri dan Umur Panen

Umur panen setelah 70-100 hari setelah penanaman.


Ciri-cirinya: terjadi perubahan warna buah, dan batang

buah mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik

(dipanen).

3.6.2.Cara Panen

Pemetikan buah sebaiknya dilakukan pada saat cuaca

cerah sehingga buah dalam kondisi kering permukaan

kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan

ataupun ditangan para pengecer. Sebaiknya pemotongan

buah semangka dilakukan beserta tangkainya.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
9. Teknik Budidaya

Strowberry
PENDAHULUAN

Prospek agribisnis strowberry di Indonesia cukup cerah

dilihat dari daya serap pasar dan permintaan dunia dari

tahun ke tahun meningkat.

Dengan semangat ramah lingkungan PT. Natural

Nusantara berperan dalam meningkatkan Kuantitas,

Kualitas dan Kelestarian terhadap lingkungan pada

budidaya strowberi ini.

SYARAT PERTUMBUHAN

Lama penyinaran matahari 8 - 10 jam hari. Curah hujan

berkisar 600 700 mm pertahun. Suhu udara optimum

antara 17°C - 20°C dan suhu udara minimum antara 4°C

- 5°C dengan kelembaban udara 80% - 90%.Ketinggian


tempat yang ideal antara 1000-2000 m dpl

PENGOLAHAN LAHAN

Sebelum lahan dibajak digenangi air lebih dahulu

semalam. Keesokan harinya dilakukan pembajakan

sedalam sekitar 30 cm, setelah itu tanah dilakukan

pengeringan baru dihaluskan.

PEMBENTUKAN BEDENGAN

Bentuk bedengan dengan ukuran lebar 80-120 cm, tinggi

30 - 40 cm, jarak antar bedengan 60 cm, panjang

menyesuaikan keadaan lahan.

PENGAPURAN

Berikan dolomit sekitar 100-200 kg per 1000 m2 sesuai

kondisi lahan.

PEMUPUKAN DASAR
Taburkan pupuk UREA 20 kg + TSP 25 kg + KCl 10 kg

dan Pupuk kandang 2-3 ton dalam 1000 m2. POC NASA

disiramkan 30-60 tutup/1000 m2 ditambahkan air

secukupnya. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik,

POC NASA diganti SUPERNASA caranya yaitu 1 botol

SUPERNASA diencerkan dalam 3 liter sebagai larutan

induk, kemudian ambil 50 liter air dan tambahkan 200 cc

larutan induk tadi.Setelah itu siramkan ke bedengan

secara merata. 1 botol SUPERNASA bisa untuk 1000-

2000 m2

PEMBERIAN NATURAL GLIO

Untuk mencegah serangan penyakit karena jamur

utamanya penyakit layu tebarkan Natural GLIO yang

telah dicampur dengan pupuk kandang dan didiamkan

selama seminggu. 1 kemasan Natural GLIO dicampur

dengan 25-30 kg pupuk kandang untuk luasan sekitar

1000 m2.
PEMASANGAN MULSA

Pemasangan mulsa plastik pada saat matahari terik agar

mulsa dapat memuai sehingga dapat tepat menutup

bedengan dengan tepat.

PEMBUATAN LUBANG TANAM

Diameter lubang ± 10 cm, dengan jarak lubang 30 - 50

cm. Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-

hadapan membentuk segi empat.

CARA PENANAMAN

Pindahkan bibit beserta medianya, sebaiknya bibit

dikondisikan selama sebulan sebelum tanam di

kebun,dan saat penanaman usahakan perakaran tidak

rusak saat membuka polibag.

PENYULAMAN
Penyulaman paling lambat 15-30 hari setelah tanam,

pada sore hari dan segera disiram.

PENYIANGAN

Penyiangan dilakukan pada gulma/ rumput liar yang

menyaingi kehidupan tanaman

PEMANGKASAN

Dilakukan pada sulur yang kurang produktif, rimbun,

serta pada bunga pertama untuk memperoleh buah yang

prima.

PEMUPUKAN SUSULAN

Pupuk diberikan pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam

dengan NPK (16-16-16) sebanyak 5 kg yang dilarutkan

dalam 200 liter air, kemudian dikocorkan sebanyak 350-

500 cc/ tanaman.


PENGGUNAAN POC NASA + HORMONIK

Semprotkan (3-4 tutup POC NASA) + (1-2 tutup

HORMONIK) per-tangki 14 liter setelah 2 bulan dengan

interval 7-10 hari sekali.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

HAMA

a. Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)

Bagian yang diserang : permukaan daun bagian bawah,

kuncup bunga, pucuk atau batang muda. Gejala : pucuk

atau daun keriput, keriting, kadang-kadang pembentukan

daun atau buah terhambat. Pencegahan gunakan

PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR.

b. TUNGAU (Tetranychus sp -Tarsonemus sp)

Bagian yang diserang: daun,tangkai, dan buah. Gejala

:daun bercak kuning, coklat, keriting akhirnya daun

rontok. Pencegahan PENTANA + AERO 810 atau


NATURAL BVR.

c. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi),

kumbang penggerek akar (Othiorhychus rugosostriatus),

kumbang penggerek batang (O. Sulcatus)

Gejala serangan : adanya bubuk berupa tepung pada

bagian yang digereknya. Pencegahan semprotkan

PESTONA atau PENTANA + AERO 810 secara

bergantian.

PENYAKIT

a. Layu verticillium (Verticillium dahliae)

Bagian yang diserang: mulai dari akar, daun, hingga

tanaman. Gejala : daun yang terinfeksi mula-mula

berwarna kuning hingga kecoklatan, serangan berat akan

mengakibatkan kematian pada tanaman. Pengendalian :

perbaikan drainase, sanitasi kebun, gunakan Natural

GLIO pada awal tanam.


b. Busuk buah matang/Ripe Fruit Rot (Colletotrichum

fragariae Brook) Busuk Rhizopus/ Rhizopus spot

( Rhizopus stolonifer )

Bagian yang diserang : buah. Gejala : RFR yang khas

hanya pada buah yang masak saja dengan buah busuk

disertai massa spora berwarna merah jambu. Pada RS,

buah busuk lunak, berair, bila dipijit keluar cairan keruh.

Pengendalian : musnahkan buah yang terinfeksi, perbaiki

drainase kebun, pemulsaan, rotasi tanaman, gunakan

Natural GLIO pada awal penanaman yang dicampur

dengan pupuk kandang yang telah jadi.

c. Busuk akar ( Idriella lunata, Pythium ulmatum,

Rhizoctonia solani)

Bagian yang diserang : akar tanaman. Gejala : Idriella

menyebabkan ujung-ujung akar tanaman berwarna hitam

dan busuk, sedangkanPhytium mengakibatkan batang

batas akar di permukaan tanah busuk berwarna coklat


hingga hitam. Sementara jamur Rhizoctonia

mengakibatkan sistem perakaran busuk kebasah-

basahan.

Pengendalian : cabut dan musnahkan tanaman yang

terserang berat, tambahkan kapur untuk tanah, lakukan

rotasi tanaman, perbaikan drainase tanaman, berikan

Natural GLIO pada awal penanaman.

d. Empulur merah (Phytophtora fragrariae)

Bagian yang diserang : perakaran tanaman. Gejala :

tanaman kerdil, daun tudak segar bahkan dapat layu, bila

diamati akar dan pangkal batang yang terinfeksi pada

empulurnya akan tampak berwarna merah.Penyakit ini

mengakibatkan serangan hebat pada kondisi drainase

jelek dan masam/pH rendah.

Pengendalian : perbaiki drainase, pengapuran tanah,

rotasi tanaman, gunakan bibit yang sehat dan hindari

luka mekanis pada pemeliharaan, musnahkan tanaman


yang terinfeksi berat, campurkan Natural GLIO pada

awal penanaman.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan

pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative

terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan.

Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang

oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah

AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PANEN

Tanaman stroberi mulai berbunga pada umur 2 bulan

setelah tanam. Namun pembuahan atau pembungaan

pertama sebaiknya dibuang atau dipangkas karena belum

bisa berproduksi secara optimum. Setelah tanaman

berumur 4 bulan mulai diarahkan untuk lebih produktif

berbunga dan berbuah.Panen dilakukan dengan dipetik

atau digunting bagian tangkai buah beserta kelopaknya,

dan dilakukan secara periodik dua kali seminggu.


Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.
No HP KOnsultasi 082136561161
10. Teknik Budidaya Tebu

PENDAHULUAN

Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman

tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di

Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak

berlebihan mengingat dulu Indonesia pernah mengalami


masa kejayaan sebagai pengekspor gula sebelum perang.

Bisakah masa keemasan ini terulang kembali?

Untuk itu PT. Natural Nusantara berusaha ikut serta

mengembalikan masa kejayaan melalui peningkatan

produksi tebu baik secara kuantitas, kualitas dan

kelestarian (aspek K-3).

SYARAT TUMBUH

Tanah yang cocok adalah bersifat kering-kering basah,

yaitu curah hujan kurang dari 2000 mm per tahun. Tanah

tidak terlalu masam, pH diatas 6,4. Ketinggian kurang

dari 500 m dpl.

JENIS - JENIS TEBU

Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S.

41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z. 132, B.Z. 62, dll.

PEMBUKAAN KEBUN
Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari

petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik

Ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm;

dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm; dalam 60

cm. Buangan tanah got diletakkan di sebelah kiri got.

Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah

buangannya diletakkan di sebelah kanan got supaya

masih ada jalan mengontrol tanaman.

Juringan/cemplongan (lubang tanam) baru dapat dibuat

setelah got - got malang mencapai kedalaman 60 cm dan

tanah galian got sudah diratakan. Ukuran standar

juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk

tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan

juringan harus dilakukan dua kali, yaitu stek pertama dan

stek kedua serta rapi.

Jalan kontrol dibuat sepanjang got mujur dengan lebar +

1 m. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got


malang dengan lebar + 80 cm. Pada juring nomor 28,

guludan diratakan untuk jalan kontrol (jalan tikus)

TURUN TANAH/KEBRUK

Yaitu mengembalikan tanah stek kedua ke dalam

juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah.

Tebalnya tergantung keadaan, bila tanahnya masih basah

+ 10 cm. di musim kemarau terik tebal + 15 - 20 cm.

PERSIAPAN TANAM

- Lakukan seleksi bibit di luar kebun

- Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan

jumlah anakan semaksimal mungkin. Bibit stek + 70.000

per ha.

- Sebelum ditanam, permukaan potongan direndam

dahulu dengan POC NASA dosis 2 tutup + Natural

GLIO dosis 5 gr per 10 liter air.

- Sebelum tanam, juringan harus diari untuk membasahi


kasuran, sehingga kasuran hancur dan halus.

CARA TANAM

1. Bibit Bagal/debbeltop/generasi

Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah

digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman + 5-

10 cm. Bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan

mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit

ditimbun dengan tanah.

2. Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh di kebun

bibit), jika bermata (tunas) satu: batang bibit terpendam

dan tunasnya menghadap ke samping dan sedikit miring,

+ 45 derajat. Jika bibit rayungan bermata dua; batang

bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping

dengan kedalaman + 1 cm.

3. Sebaiknya, bibit bagal (stek) dan rayungan ditanam


secara terpisah di dalam petak-petak tersendiri supaya

pertumbuhan tanaman merata.

WAKTU TANAM

Berkaitan dengan masaknya tebu dengan rendemen

tinggi tepat dengan timing masa giling di pabrik gula.

Waktu yang tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

PENYIRAMAN

Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak

struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus

segera dilakukan penyiraman.

PENYULAMAN

1. Sulam sisipan, dikerjakan 5 - 7 hari setelah tanam,

yaitu untuk tanaman rayungan bermata satu.

2. Sulaman ke - 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan

berdaun 3 - 4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau


pembibitan.

3. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu

dilakukan ketika tanaman berumur + 1 bulan

4. Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembubunan,

bersama sama dengan pemberian air ke - 2 atau rabuk

ke-2 yaitu umur 1,5 bulan

5. Penyulaman ekstra bila perlu, yaitu sebelum bumbun

ke –2

PEMBUMBUNAN TANAH

> Pembumbunan ke-1 dilakukan pada umur 3-4 minggu,

yaitu berdaun 3 - 4 helai. Pembumbunan dilakukan

dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik

guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu

tambahkan tanah ke tanaman sehingga tertimbun tanah.

> Pembumbunan ke - 2 dilakukan jika anakan tebu sudah

lengkap dan cukup besar + 20 cm, sehingga tidak


dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah

atau + 2 bulan.

> Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3

bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam

70 cm dan got malang 60 cm.

GARPU MUKA GULUD

Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got,

sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada

bulan Oktober/November ketika tebu mengalami

kekeringan.

KLENTEK

Yaitu melepaskan daun kering, harus dilakukan 3 kali,

yaitu sebelum gulud akhir, umur 7 bulan dan 4 minggu

sebelum tebang.

TEBU ROBOH
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik

silang dua maupun silang empat. Ros - ros tebu, yang

terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan

rumpun - rumpun dari deretan tanaman di sisinya,

sehingga berbentuk menyilang.

PEMUPUKAN

1. Sebelum tanam diberi TSP 1 kuintal/ha

2. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur

air secara merata di atas juringan dosis ± 1 - 2 botol/1000

m² dengan cara :

Alternatif 1 : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 3

liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

juringan.

Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan SUPERNASA untuk menyiram 5 - 10

meter juringan.
3. Saat umur 25 hari setelah tanam berikan pupuk ZA

sebanyak 0,5-1 kw/ha. Pemupukan ditaburkan di

samping kanan rumpun tebu

4. Umur 1,5 bulan setelah tanam berikan pupuk ZA

sebanyak 0,5 - 1 kw/ha dan KCl sebanyak 1-2 kw/ha.

Pemupukan ditaburkan di sebelah kiri rumpun tebu.

5. Untuk mendapatkan rendemen dan produksi tebu

tinggi, semprot POC NASA dosis 4 - 6 tutup dicampur

HORMONIK 1 - 2 tutup per-tangki pada umur 1 dan 3

bulan

HAMA DAN PENYAKIT

1. Hama Penggerek Pucuk dan batang

Biasanya menyerang mulai umur 3 - 5 bulan. Kendalikan

dengan musuh alami Tricogramma sp dan lalat Jatiroto,

semprot PESTONA / Natural BVR

2. Hama Tikus
Kendalikan dengan gropyokan, musuh alami yaitu : ular,

anjing atau burung hantu

3. Penyakit Fusarium Pokkahbung

Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun

klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan

terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta

terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan

dengan 2 sendok makan Natural GLIO + 2 sendok

makan gula pasir dalam tangki semprot 14 atau 17 liter

pada daun-daun muda setiap minggu, pengembusan

tepung kapur tembaga ( 1 : 4 : 5 )

4. Penyakit Dongkelan

Penyebab jamur Marasnius sacchari, yang bias

mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala,

tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke

dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan


pengeringan tanah, harus dijaga, sebarkan Natural GLIO

sejak awal.

5. Penyakit Nanas

Disebabkan jamur Ceratocytis paradoxa. Menyerang

bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan)

pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan

warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit

tebu direndam dengan POC NASA dan Natural GLIO.

6. Penyakit Blendok

Disebabkan oleh Bakteri Xanthomonas albilincans Mula-

mula muncul pada umur 1,5 - 2 bulan setelah tanam.

Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada

pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat

sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat,

seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih. Rendam

bibit dengan air panas dan POC NASA selama 50 menit


kemudian dijemur sinar matahari. Gunakan Natural

GLIO sejak awal sebelum tanam untuk melokalisir

serangan.

RENDEMEN TEBU

Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan

dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung

pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah

mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang

batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk

dan pangkal batang.

Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi

optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis

tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung

saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa

mencapai 13 %.

TEBU KEPRASAN
- Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah

ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD).

- Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari

kotoran bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras ,

sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras

petak - petak tebu secara berurutan. Setelah dikepras

siramkan SUPER NASA (dosis sama seperti di atas).

Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diairi

dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun

ke-1 dan pembersihan rumput - rumput.

- Lakukan penyemprotan POC NASA dan HORMONIK

pada umur 1,2 dan 3 bulan dengan dosis seperti di

atas.Pemeliharaan selanjutnya sama dengan tanam tebu

pertama.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
11. Teknik Budidaya

Tembakau
PENDAHULUAN

Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak

dibudidayakan petani. Untuk mendapatkan hasil panen

yang optimal PT. Natural Nusantara berusaha membantu

meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan

kelestarian ( Aspek K-3 ).

SYARAT PERTUMBUHAN

Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000

mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat

C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah

mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik

sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara

200-3.000 m dpl.

PEMBIBITAN

- Jumlah benih + 8-10 gram/ha, tergantung jarak tanam

.
- Biji utuh, tidak terserang penyakit dan tidak keriput

- Media semai = campuran tanah (50%) + pupuk

kandang matang yang telah dicampur dengan Natural

GLIO (50%). Dosis pupuk untuk setiap meter persegi

media semai adalah 70 gram DS dan 35 gram ZA dan

isikan pada polybag

- Bedeng persemaian diberi naungan berupa daun-

daunan, tinggi atap 1 m sisi Timur dan 60 cm sisi Barat.

- Benih direndam dalam POC NASA 5 cc per gelas air

hangat selama 1-2 jam lalu dikeringanginkan.

- Kecambahkan pada baki/tampah yang diberi alas kertas

merang atau kain yang dibasahi hingga agak lembab.

Tiga hari kemudian benih sudah menampakkan akarnya

yang ditandai dengan bintik putih. Pada stadium ini

benih baru dapat disemaikan.

- Siram media semai sampai agak basah/lembab,

masukan benih pada lubang sedalam 0,5 cm dan tutup


tanah tipis-tipis.

- Semprot POC NASA (2-3 tutup/tangki) selama

pembibitan berumur 30 dan 45 hari.

- Bibit sudah dapat dipindahtanamkan ke kebun apabila

berumur 35-55 hari setelah semai.

PENGOLAHAN MEDIA TANAM

- Lahan disebari pupuk kandang dosis 10-20 ton/ha lalu

dibajak dan dibiarkan + 1 minggu

- Buat bedengan lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak

antar bedeng 90-100 cm dengan arah membujur antara

timur dan barat.

- Lakukan pengapuran jika tanah masam

- Siram SUPERNASA dengan dosis : 10 - 15 botol/ha

- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam

3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres

sendok makan SUPER NASA untuk menyiram + 10

meter bedengan.

Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet dicampur pupuk

kandang matang 25-50 kg secara merata ke bedengan

PEMBUATAN LUBANG TANAM

Apabila diinginkan daun yang tipis dan halus maka jarak

tanam harus rapat, sekitar 90 x 70 cm. Tembakau

Madura ditanam dengan jarak 60 x 50 cm yang

penanamannya dilakukan dalam dua baris tanaman

setiap gulud. Jenis tembakau rakyat/rajangan umumnya

ditanam dengan jarak tanam 90 x 90 cm dan

penanamannya dilakukan satu baris tanaman setiap

gulud, dan jarak antar gulud 90 cm atau 120 x 50 cm.

CARA PENANAMAN

Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam


leher akar

Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.

PENYULAMAN

Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit

kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang

berumur sama.

PENYIANGAN

Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan

pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.

PEMUPUKAN

Dosis tergantung jenis tanah dan varietas

Waktu Dosis Pupuk Makro

Pemupukan (kg/ha)
Urea/ZA SP - 36 KCl

Saat Tanam - 300 -

Umur 7 HST 300 - 150

Umur 28 HST 300 - 150

TOTAL 600 300 300

Ket : HST = hari setelah tanam

Penyemprotan POC NASA dosis 4-5 tutup / tangki atau

lebih bagus POC NASA (3-4 tutup) dicampur

HORMONIK (1-2 tutup) per tangki setiap 1- 2 minggu

sekali.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN

Pengairan diberikan 7 HST = 1-2 lt air/tanaman, umur 7-


25 HST = 3-4 lt/tanaman, umur 25-30 HST = 4

lt/tanaman. Pada umur 45 HST = 5 lt/tanaman setiap 3

hari. Pada umur 65 HST penyiraman dihentikan, kecuali

bila cuaca sangat kering.

PEMANGKASAN

Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali

Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4

lembar daun di bawah bunga

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

HAMA

a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura ) Gejala : berupa

lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada

luka bekas gigitan. Pengendalian: Pangkas dan bakar

sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada

pagi/sore hari , semprot Natural VITURA


b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon ) Gejala : daun terserang

berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai

daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang

telur/ulat, penggenangan sesaat, semprot PESTONA.

c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. ) Gejala: daun

pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis.

Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat,

sanitasi kebun, semprot PESTONA.

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. ) Gejala : bagian akar

tanaman tampak bisul-bisul bulat, tanaman kerdil, layu,

daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian:

sanitasi kebun, pemberian GLIO diawal tanam,

PESTONA

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)


pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian:

predator Koksinelid, Natural BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik

(Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa

africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang

banci (Engytarus tenuis).

Penyakit

a. Hangus batang ( damping off ) Penyebab : jamur

Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang

terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai

hitam seperti terbakar. Pengendalian : cabut tanaman

yang terserang dan bakar, pencegahan awal dengan

Natural GLIO.

b. Lanas Penyebab : Phytophora parasitica var.


nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun

berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang,

terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan

mati. Pengendalian: cabut tanaman yang terserang dan

bakar, semprotkan Natural GLIO.

c. Patik daun Penyebab : jamur Cercospora nicotianae.

Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga

coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan

mudah robek. Pengendalian: desinfeksi bibit,

renggangkan jarak tanam, olah tanah intensif, gunakan

air bersih, bongkar dan bakar tanaman terserang, semprot

Natural GLIO.

d. Bercak coklat Penyebab : jamur Alternaria longipes.

Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman

dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di

persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji.


Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang

terserang.

e. Busuk daun Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii.

Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk,

akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.

Pengendalian: cabut dan bakar tanaman terserang,

semprot Natural GLIO.

f. Penyakit Virus Penyebab: virus mozaik (Tobacco

Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik,

Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus).

Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat.

Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, tanaman yang

terinfeksi di cabut dan dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat


digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak

mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat

Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki

PANEN DAN PASCA PENEN

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-

daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau

kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu

maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat

masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna

keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada

tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila

pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan

dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan

krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari

tingkat kemasakan tepat masak.

Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu


yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari

pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan

berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik

antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman

dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.

Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:

a) Trash (apkiran): warna daun hitam

b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda

c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti

warna buah jeruk lemon)

d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara

kuning-oranye..

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
12. Teknik Budidaya

Terong

PENDAHULUAN

Prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk

dikelola secara intensif dan komersial dalam skala

agribisnis, namun hasil rata-ratanya masih rendah. Hal


ini disebabkan bentuk kultur budidaya yang masih

sampingan, belum memadainya informasi teknik

budidaya di tingkat petani.

PT. Natural Nusantara berusaha memberi alternatife

solusi bagaimana teknik budidaya terong sehingga

tercapai peningkatan produksi secara K-3, yaitu

Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT TUMBUH

- Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi

- Suhu udara 22 - 30o C

- Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir,

subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan

pH antara 6,8-7,3

- Sinar matahari harus cukup

- Cocok ditanam musim kemarau

PEMBIBITAN

- Rendamlah benih dalam air hangat kuku + POC NASA


dosis 2 cc per liter selama 10 -15 menit

- Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk

diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai

berkecambah

- Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut

barisan, jarak antar barisan 10-15 cm

- Campurkan 1 pak Natural GLIO + 25-30 kg pupuk

kandang halus diamkan seminggu, kemudian masukkan

benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran

tanah dan pupuk kandang halus yang telah dicampur

Natural GLIO tadi dengan perbandingan 2 : 1

- Tutup benih tersebut dengan tanah tipis

- Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup

dengan daun pisang

- Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka

penutupnya

- Siram persemaian pagi dan sore hari

- Semprot POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki setiap


7-10 hari sekali

- Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di

pembibitan

- Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai

siap dipindahtanamkan

PENGOLAHAN LAHAN

- Bersihkan rumput liar (gulma) dari sekitar kebun

- Olah tanah dengan cangkul ataupun bajak sedalam 30-

40 cm hingga gembur

- Buat bedengan selebar 100-120 cm, jarak antar

bedengan 40-60 cm, ratakan permukaan bedengan

- Jika pH tanah rendah, tambahkan Dolomit

- Sebarkan pupuk kandang 15-20 ton / ha, campurkan

merata dengan tanah. Akan lebih optimal jika ditambah

SUPERNASA atau jika tidak ada pupuk kandang dapat

diganti SUPERNASA 10-20 botol / ha dengan cara :

Alternatif 1 : satu botol SUPERNASA diencerkan dalam


3 lt air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air

diberi 200 cc larutan induk untuk menyiram bedengan

Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 liter air diberi 1

sendok peres makan SUPERNASA untuk menyiram +

10 m bedengan

- Sebarkan pupuk dasar dengan campuran ZA atau Urea

150 kg + TSP 250 kg per ha dicampur dengan tanah

secara merata atau sekitar 10 gr campuran pupuk per

lubang tanam

- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur

pupuk kandang 25-50 kg merata ke bedengan atau ke

lubang tanam

- Jika pakai Mulsa plastic, tutup bedengan pada siang

hari

- Biarkan selama seminggu sebelum tanam

- Buat lubang tanam dengan jarak 60x70 cm / 70x70 cm


PENANAMAN

- Waktu tanam yang baik musim kering

- Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal

- Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di

sekitar batang dipadatkan

- Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup

basah (lembab)

PENGAIRAN

Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal

pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb atau disiram

dengan gembor

PENYULAMAN

- Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal,

mati atau terserang hama penyakit


- Penyulaman maksimal umur 15 hari

PEMASANGAN AJIR (TURUS)

- Lakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu

(merusak) sistem perakaran

- Turus terbuat dari bilah bambu setinggi 80-100 cm dan

lebar 2-4 cm

- Tancapkan secara individu dekat batang

- Ikat batang atau cabang terong pada turus

PENYIANGAN

- Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau

dicabut

- Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75

hari setelah tanam

PEMUPUKAN

Jenis dan Dosis Pupuk Makro disesuaikan dengan jenis


tanah, varietas dan kondisi daerah menurut acuan dinas

pertanian setempat. Berikut salah satu alternatif :

Pemupukan Susulan (kg/ha)


Jenis
Umur 15 Umur
Pupuk Umur 35 hari Umur 45 hari
hari 25 hari
Urea 75 75 75 75
SP-36 50 - - -

KCl - 75 100 75

Pemupukan diletakan sejauh 20 cm dari batang tanaman

sebanyak 10 gram campuran pupuk per tanaman secara

tugal atau larikan ditutup tanah dan disiram atau pupuk

dikocorkan sebanyak 3,5 gram per liter air, kocorkan

larutan pupuk sebanyak 250 cc per tanaman

Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup

HORMONIK per tangki setiap 1-2 minggu sekali

PEMANGKASAN ( PEREMPELAN )

Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak


daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk

merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih

produktif segera tumbuh

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

HAMA

1. Kumbang Daun (Epilachna spp.)

Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan

daun sebelah bawah

Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun

dan tinggal tulang-tulang daun saja

Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan

kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan

PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2

minggu sekali.

2. Kutu Daun (Aphis spp.)


Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama

pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda

Daun tidak normal, keriput atau keriting atau

menggulung

Sebagai vektor atau perantara virus

Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan

pergiliran tanaman, pencegahan semprot PENTANA +

AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.

3.Tungau ( Tetranynichus spp.)

Serangan hebat musim kemarau.

Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman,

sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah

sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan

daun sebelah atas ataupun bawah.

Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu

daun.
4. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)

Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari

Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman

yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh

Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat,

pencegahan siram atau semprotkan PESTONA atau

PENTANA + AERO 810.

5.Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)

Bersifat polifag.

Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun

hingga berlubang-lubang.

Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan

pergiliran tanaman, semprot dengan Natural VITURA.

6.Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)

Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit

dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal,


dan mudah terserang penyakit busuk buah.

Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah

terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam

sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau

PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali

PENYAKIT

1. Layu Bakteri

Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum

Bisa hidup lama dalam tanah

Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi

Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara

mendadak

2. Busuk Buah

Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans,

Phytium sp.

Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan


pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun

Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani,

Botrytis cinerea

Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada

daun.

4. Antraknose

Penyebab : jamur Gloesporium melongena

Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu

membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam

5.Busuk Leher akar

Penyebab ; Sclerotium rolfsii

Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat

6.Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.

Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut

dan akhirnya roboh dan mati

Cara pengendalian Penyakit:

Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran

tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan

jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit

Rendam benih dengan POC NASA dosis 2 cc / lt +

Natural GLIO dosis 1 gr/lt, Pencegahan sebarkan Natural

GLIO yang telah dicampur pupuk kandang sebelum

tanam ke lubang tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit

dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai

alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia

yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata

dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan


Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup

botol per tangki

PEMANENAN

- Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan

tergantung dari jenis varietas

- Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah

maksimum dan masih muda.

- Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari.

- Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan

tangan atau alat yang tajam.

- Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7

hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap

dipetik.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
13. Teknik Budidaya

Tomat
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting,

tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih

rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras,

miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak

berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca

dan iklim, serta teknis budidaya petani

PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam

peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas

dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek

K-3), agar petani dapat berkompetisi di era perdagangan

bebas.
A. FASE PRA TANAM

1. Syarat Tumbuh>

- Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi

- Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang

sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 – 6

- Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang

tinggi dapat menghambat persarian.

- Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan

merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda

karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata

yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan

merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan

ini berbahaya bagi tanaman

2. Pola Tanam

- Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi,

sorghum, kubis dan kacang-kacangan


- Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman

sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai

oleh organisme jasad pengganggu

3. Penyiapan Lahan

- Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak

ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang .

- Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah

tanah dengan air selama dua minggu

- Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000

m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu

sebelum tanam

- Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan

ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal

- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan

dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air.

- Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4

kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan

dengan tanah
- Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis

± 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas

bedengan.

- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air

secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2.

Hasil akan lebih bagus jika diganti SUPER NASA (dosis

± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3

liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt

air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram

bedengan.

- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1

sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram +

10 meter bedengan

- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur

pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan

pada sore hari

- Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang


hari

- Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam

- Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x

50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm

4. Pemilihan Bibit

- Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd )

- Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah

semai) pindahkan ke lapangan

- Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu

disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi

harinya (agar lembab)

B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)

- Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah

dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1)

- Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun


pisang atau kelapa

- Sebarlah benih secara merata atau masukkan satu per

satu dalam polibag

- Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik,

tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun

pisang atau dikepeli yang berisi campuran media tanam

- Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)

- Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari

dengan dosis 2 tutup/tangki

C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )

- Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu

- Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6

- Penanaman sore hari

- Buka polibag plastik

- Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal


batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya

- Selesai penanaman langsung disiram dengan POC

NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air

- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu,

caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau

pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat

lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO

lalu bibit ditanam

- Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh

normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan

karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu

menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang

penyakit

- Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada

serangan semprot dengan Natural VITURA

- Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau

bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot

Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1.


Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti

Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.),

Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus sp.)

dengan menyemprot Natural BVR atau Pestona secara

bergantian

- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak

tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat

D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)

- Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada

umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian

pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman

- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak

tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan

1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di

sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang

tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan

air
- Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah

tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan

di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam

± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.

- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum

subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak

pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).

- Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan

pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara

dikocorkan

- Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari

- Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan,

penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan

seperti pada fase tanam

- Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau

POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap

7 hari sekali.

- Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm


harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi

+ 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.

- Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8,

sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir

yang dapat menimbulkan luka.

E. FASE GENERATIF (30 - 80 HST)

1. Pengelolaan Tanaman

- Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua

dilakukan umur 45-50 hari

- Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST

lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif setiap 5-

7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama /

tanaman

- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas

rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas

dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke


kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur

menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau

gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas

perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut

dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek

- Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong

ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai

5-7 buah

- Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10

hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2

tutup HORMONIK/tangki. - Agar tidak mudah hilang

oleh air hujan dan merata tambahkan Perekat Perata

AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

2. Pengamatan Hama dan Penyakit

- Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.).

Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam

buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan

pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan


PESTONA

- Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah

busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan

kelihatan larva berwarna putih. - - Bersifat agravator,

yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan

Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang,

gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur

insektisida)

- Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan

buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose

(Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot

dengan Natural GLIO

- Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan

pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum

mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang

dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih

merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan

Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2


tutup)/tangki.

- Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam

dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan

Dolomit.

F. FASE PANEN & PASCA PANEN (80 - 130 HST)

- Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah

berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan,

bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada

pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir

hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah

dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik.

Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh

- Interval pemetikan 2-3 hari sekali.

- Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah

memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen

setengah matang

- Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti


kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting

- Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan

dan musnahkan

- Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi

dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161
14. Teknik Budidaya

Udang

I. Pendahuluan

Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada

awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak

produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada


kurun waktu tersebut udang windu merupakan

penghasil devisa terbesar pada produk perikanan.

Selepas tahun 1995 produksi udang windu mulai

mengalami penurunan. Hal itu disebabkan oleh

penurunan mutu lingkungan dan serangan

penyakit. Melihat kondisi tersebut, PT.

NATURAL NUSANTARA merasa terpanggil

untuk membantu mengatasi permasalahan

tersebut dengan produk-produk yang berprinsip

kepada Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).

II. Teknis Budidaya

Budidaya udang windu meliputi beberapa faktor,

yaitu :

2.1. Syarat Teknis

- Lokasi yang cocok untuk tambak udang yaitu

pada daerah pantai yang mempunyai tanah


bertekstur liat atau liat berpasir yang mudah

dipadatkan sehingga mampu menahan air dan

tidak mudah pecah.

- Air yang baik yaitu air payau dengan salinitas

0-33 ppt dengan suhu optimal 26 - 300C dan

bebas dari pencemaran bahan kimia berbahaya.

- Mempunyai saluran air masuk/inlet dan saluran

air keluar/outlet yang terpisah.

- Mudah mendapatkan sarana produksi yaitu

benur, pakan, pupuk , obat-obatan dan lain-lain.

- Pada tambak yang intensif harus tersedia aliran

listrik dari PLN atau mempunyai Generator

sendiri.

2.2. Tipe Budidaya.

Berdasarkan letak, biaya dan operasi

pelaksanaannya, tipe budidaya dibedakan


menjadi :

- Tambak Ekstensif atau tradisional.

Petakan tambak biasanya di lahan pasang surut

yang umumnya berupa rawa bakau. Ukuran dan

bentuk petakan tidak teratur, belum meggunakan

pupuk dan obat-obatan dan program pakan tidak

teratur.

- Tambak Semi Intensif.

Lokasi tambak sudah pada daerah terbuka,

bentuk petakan teratur tetapi masih berupa

petakan yang luas (1-3 ha/petakan), padat

penebaran masih rendah, penggunaan pakan

buatan masih sedikit.

- Tambak Intensif.

Lokasi di daerah yang khusus untuk tambak

dalam wilayah yang luas, ukuran petakan dibuat

kecil untuk efisiensi pengelolaan air dan

pengawasan udang, padat tebar tinggi, sudah


menggunakan kincir, serta program pakan yang

baik.

2.3. Benur

. Benur yang baik mempunyai tingkat kehidupan

(Survival Rate/SR) yang tinggi, daya adaptasi

terhadap perubahan lingkungan yang tinggi,

berwarna tegas/tidak pucat baik hitam maupun

merah, aktif bergerak, sehat dan mempunyai alat

tubuh yang lengkap. Uji kualitas benur dapat

dilakukan secara sederhana, yaitu letakkan

sejumlah benur dalam wadah panci atau baskom

yang diberi air, aduk air dengan cukup kencang

selama 1-3 menit. Benur yang baik dan sehat

akan tahan terhadap adukan tersebut dengan

berenang melawan arus putaran air, dan setelah

arus berhenti, benur tetap aktif bergerak.


2.4. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan, meliputi :

- Pengangkatan lumpur. Setiap budidaya pasti

meninggalkan sisa budidaya yang berupa lumpur

organik dari sisa pakan, kotoran udang dan dari

udang yang mati. Kotoran tersebut harus

dikeluarkan karena bersifat racun yang

membahayakan udang. Pengeluaran lumpur dapat

dilakukan dengan cara mekanis menggunakan

cangkul atau penyedotan dengan pompa

air/alkon.

- Pembalikan Tanah. Tanah di dasar tambak perlu

dibalik dengan cara dibajak atau dicangkul untuk

membebaskan gas-gas beracun (H2S dan

Amoniak) yang terikat pada pertikel tanah, untuk

menggemburkan tanah dan membunuh bibit

panyakit karena terkena sinar matahari/ultra

violet.
- Pengapuran. Bertujuan untuk menetralkan

keasaman tanah dan membunuh bibit-bibit

penyakit. Dilakukan dengan kapur Zeolit dan

Dolomit dengan dosis masing-masing 1 ton/ha.

- Pengeringan. Setelah tanah dikapur, biarkan

hingga tanah menjadi kering dan pecah-pecah,

untuk membunuh bibit penyakit.

- Perlakuan pupuk TON ( Tambak Organik

Nusantara ). Untuk mengembalikan kesuburan

lahan serta mempercepat pertumbuhan pakan

alami/plankton dan menetralkan senyawa

beracun, lahan perlu diberi perlakuan TON

dengan dosis 5 botol/ha untuk tambak yang

masih baik atau masih baru dan 10 botol TON

untuk areal tambak yang sudah rusak. Caranya

masukkan sejumlah TON ke dalam air, kemudian

aduk hingga larut. Siramkan secara merata ke

seluruh areal lahan tambak.


2.5. Pemasukan Air

Setelah dibiarkan 3 hari, air dimasukkan ke

tambak. Pemasukan air yang pertama setinggi 10-

25 cm dan biarkan beberapa hari, untuk memberi

kesempatan bibit-bibit plankton tumbuh setelah

dipupuk dengan TON. Setelah itu air dimasukkan

hingga minimal 80 cm. Perlakuan Saponen bisa

dilakukan untuk membunuh ikan yang masuk ke

tambak. Untuk menyuburkan plankton sebelum

benur ditebar, air dikapur dengan Dolomit atau

Zeolit dengan dosis 600 kg/ha.

2.6. Penebaran Benur.

Tebar benur dilakukan setelah air jadi, yaitu

setelah plankton tumbuh yang ditandai dengan

kecerahan air kurang lebih 30-40 cm. Penebaran

benur dilakukan dengan hati-hati, karena benur


masih lemah dan mudah stress pada lingkungan

yang baru. Tahap penebaran benur adalah :

- Adaptasi suhu. Plastik wadah benur direndam

selama 15 30 menit, agar terjadi penyesuaian

suhu antara air di kolam dan di dalam plastik.

- Adaptasi udara. Plastik dibuka dan dilipat pada

bagian ujungnya. Biarkan terbuka dan terapung

selama 15 30 menit agar terjadi pertukaran udara

dari udara bebas dengan udara dalam air di

plastik.

- Adaptasi kadar garam/salinitas. Dilakukan

dengan cara memercikkan air tambak ke dalam

plastik selama 10 menit. Tujuannya agar terjadi

percampuran air yang berbeda salinitasnya,

sehingga benur dapat menyesuaikan dengan

salinitas air tambak.

- Pengeluaran benur. Dilakukan dengan

memasukkan sebagian ujung plastik ke air


tambak. Biarkan benur keluar sendiri ke air

tambak. Sisa benur yang tidak keluar sendiri,

dapat dimasukkan ke tambak dengan hati-

hati/perlahan.

2.7. Pemeliharaan.

Pada awal budidaya, sebaiknya di daerah

penebaran benur disekat dengan waring atau

hapa, untuk memudahkan pemberian pakan.

Sekat tersebut dapat diperluas sesuai dengan

perkembangan udang, setelah 1 minggu sekat

dapat dibuka. Pada bulan pertama yang

diperhatikan kualitas air harus selalu stabil.

Penambahan atau pergantian air dilakukan

dengan hati-hati karena udang masih rentan

terhadap perubahan kondisi air yang drastis.

Untuk menjaga kestabilan air, setiap penambahan

air baru diberi perlakuan TON dengan dosis 1 - 2


botol TON/ha untuk menumbuhkan dan

menyuburkan plankton serta menetralkan bahan-

bahan beracun dari luar tambak.

Mulai umur 30 hari dilakukan sampling untuk

mengetahui pekembanghan udang melalui

pertambahan berat udang. Udang yang normal

pada umur 30 hari sudah mencapai size (jumlah

udang/kg) 250-300. Untuk selanjutnya sampling

dilakukan tiap 7-10 hari sekali. Produksi bahan

organik terlarut yang berasa dari kotoran dan sisa

pakan sudah cukup tinggi, oleh karena itu

sebaiknya air diberi perlakuan kapur Zeolit setiap

beberapa hari sekali dengan dosis 400 kg/ha.

Pada setiap pergantian atau penambahan air baru

tetap diberi perlakuan TON.

Mulai umur 60 hari ke atas, yang harus

diperhatikan adalah manajemen kualitas air dan

kontrol terhadap kondisi udang. Setiap


menunjukkkan kondisi air yang jelek (ditandai

dengan warna keruh, kecerahan rendah)

secepatnya dilakukan pergantian air dan

perlakuan TON 1-2 botol/ha. Jika konsentrasi

bahan organik dalam tambak yang semakin

tinggi, menyebabkan kualitas air/lingkungan

hidup udang juga semakin menurun, akibatnya

udang mudah mengalami stres, yang ditandai

dengan tidak mau makan, kotor dan diam di

sudut-sudut tambak, yang dapat menyebabkan

terjadinya kanibalisme.

2.8. Panen.

Udang dipanen disebabkan karena tercapainya

bobot panen (panen normal) dan karena terserang

penyakit (panen emergency). Panen normal

biasanya dilakukan pada umur kurang lebih 120

hari, dengan size normal rata-rata 40 - 50. Sedang


panen emergency dilakukan jika udang terserang

penyakit yang ganas dalam skala luas (misalnya

SEMBV/bintik putih). Karena jika tidak segera

dipanen, udang akan habis/mati.

Udang yang dipanen dengan syarat mutu yang

baik adalah yang berukuran besar, kulit keras,

bersih, licin, bersinar, alat tubuh lengkap, masih

hidup dan segar. Penangkapan udang pada saat

panen dapat dilakukan dengan jala tebar atau jala

tarik dan diambil dengan tangan. Saat panen yang

baik yaitu malam atau dini hari, agar udang tidak

terkena panas sinar matahari sehingga udang

yang sudah mati tidak cepat menjadi

merah/rusak.

III. Pakan Udang.

Pakan udang ada dua macam, yaitu pakan alami

yang terdiri dari plankton, siput-siput kecil,


cacing kecil, anak serangga dan detritus (sisa

hewan dan tumbuhan yang membusuk). Pakan

yang lain adalah pakan buatan berupa pelet. Pada

budidaya yang semi intensif apalagi intensif,

pakan buatan sangat diperlukan. Karena dengan

padat penebaran yang tinggi, pakan alami yang

ada tidak akan cukup yang mengakibatkan

pertumbuhan udang terhambat dan akan timbul

sifat kanibalisme udang.

Pelet udang dibedakan dengan penomoran yang

berbeda sesuai dengan pertumbuhan udang yang

normal.

a. Umur 1-10 hari pakan 01

b. Umur 11-15 hari campuran 01 dengan 02

c. Umur 16-30 hari pakan 02

d. Umur 30-35 campuran 02 dengan 03

e. Umur 36-50 hari pakan 03

f. Umur 51-55 campuran 03 dengan 04 atau


04S

(jika memakai 04S, diberikan hingga umur 70

hari).

g. Umur 55 hingga panen pakan 04, jika pada

umur 85 hari size rata-rata mencapai 50,

digunakan pakan 05 hingga panen.

Kebutuhan pakan awal untuk setiap 100.000 ekor

adalah 1 kg, selanjutnya tiap 7 hari sekali

ditambah 1 kg hingga umur 30 hari. Mulai umur

tersebut dilakukan cek ancho dengan jumlah

pakan di ancho 10% dari pakan yang diberikan.

Waktu angkat ancho untuk size 1000-166 adalah

3 jam, size 166-66 adalah 2,5 jam, size 66-40

adalah 2,5 jam dan kurang dari 40 adalah 1,5 jam

dari pemberian.

Untuk meningkatkan pertumbuhan udang, perlu

penambahan nutrisi lengkap dalam pakan. Untuk

itu, pakan harus dicampur dengan POC NASA


yang mengandung mineral-mineral penting,

protein, lemak dan vitamin dengan dosis 5 cc/kg

pakan untuk umur dibwah 60 hari dan setelah itu

10 cc/kg pakan hingga panen.

IV. Penyakit.

Beberapa penyakit yang sering menyerang udang

adalah ;

1. Bintik Putih. Penyakit inilah yang menjadi

penyebab sebagian besar kegagalan budidaya

udang. Disebabkan oleh infeksi virus SEMBV

(Systemic Ectodermal Mesodermal Baculo

Virus). Serangannya sangat cepat, dalam

beberapa jam saja seluruh populasi udang dalam

satu kolam dapat mati. Gejalanya : jika udang

masih hidup, berenang tidak teratur di permukaan

dan jika menabrak tanggul langsung mati, adanya

bintik putih di cangkang (Carapace), sangat peka


terhadap perubahan lingkungan. Virus dapat

berkembang biak dan menyebar lewat inang,

yaitu kepiting dan udang liar, terutama udang

putih. Belum ada obat untuk penyakit ini, cara

mengatasinya adalah dengan diusahakan agar

tidak ada kepiting dan udang-udang liar masuk ke

kolam budidaya. Kestabilan ekosistem tambak

juga harus dijaga agar udang tidak stress dan

daya tahan tinggi. Sehingga walaupun telah

terinfeksi virus, udang tetap mampu hidup

sampai cukup besar untuk dipanen. Untuk

menjaga kestabilan ekosistem tambak tersebut

tambak perlu dipupuk dengan TON.

2. Bintik Hitam/Black Spot. Disebabkan oleh

virus Monodon Baculo Virus (MBV). Tanda

yang nampak yaitu terdapat bintik-bintik hitam di

cangkang dan biasanya diikuti dengan infeksi


bakteri, sehingga gejala lain yang tampak yaitu

adanya kerusakan alat tubuh udang. Cara

mencegah : dengan selalu menjaga kualitas air

dan kebersihan dasar tambak.

3. Kotoran Putih/mencret. Disebabkan oleh

tingginya konsentrasi kotoran dan gas amoniak

dalam tambak. Gejala : mudah dilihat, yaitu

adanya kotoran putih di daerah pojok tambak

(sesuai arah angin), juga diikuti dengan

penurunan nafsu makan sehingga dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan kematian. Cara

mencegah : jaga kualitas air dan dilakukan

pengeluaran kotoran dasar tambak/siphon secara

rutin.

4. Insang Merah. Ditandai dengan terbentuknya

warna merah pada insang. Disebabkan tingginya


keasaman air tambak, sehingga cara

mengatasinya dengan penebaran kapur pada

kolam budidaya. Pengolahan lahan juga harus

ditingkatkan kualitasnya.

5. Nekrosis. Disebabkan oleh tingginya

konsentrasi bakteri dalam air tambak. Gejala

yang nampak yaitu adanya kerusakan/luka yang

berwarna hitam pada alat tubuh, terutama pada

ekor. Cara mengatasinya adalah dengan

penggantian air sebanyak-banyaknya ditambah

perlakuan TON 1-2 botol/ha, sedangkan pada

udang dirangsang untuk segera melakukan ganti

kulit (Molting) dengan pemberian saponen atau

dengan pengapuran.

Penyakit pada udang sebagian besar disebabkan

oleh penurunan kualitas kolam budidaya. Oleh

karena itu perlakuan TON sangat diperlukan baik


pada saat pengolahan lahan maupun saat

pemasukan air baru.

Oleh : M. Abdul Fatah, S. Pd.


No HP KOnsultasi 082136561161

Anda mungkin juga menyukai