Anda di halaman 1dari 9

INTEGRASI NILAI BUDAYA ETNIS BUGIS MAKASSAR

DALAM PROSES PEMBELAJARAN


SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI MENGHADAPI ERA
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Erman Syarif1, Sumarmi2, Ach Fatchan2, I Komang Astina2

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tentang integrasi nilai budaya etnis Bugis Makassar dalam pembelajaran
Geografi Sosial sebagai salah satu strategi menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Nilai budaya lokal
merupakan sebuah isu penting yang seharusnya dikaji dalam pembelajaran Geografi Sosial. Menghadapi baru ini
diperlukan berbagai strategi diantaranya dengan mengadopsi nilai budaya lokal dalam proses pembelajaran. Pena-
naman nilai-nilai budaya lokal dalam proses pembelajaran diharapkan akan mengimbangi pengaruh budaya asing
yang semakin mewabah di masyarakat kita khususnya Sulawesi Selatan. Budaya Bugis Makassar sebagai salah
satu budaya lokal yang tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat Bugis Makassar, memiliki unsur penting
yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, yaitu konsep Siri’ dan Pacce. Konsep ini bila dimanfaat-
kan secara benar dalam proses pembelajaran dapat menjadi pendorong kuat bagi peserta didik untuk meningkatkan
prestasi belajarnya
Kata Kunci :Integrasi, Budaya Lokal, Etnis Bugis Makassar, Geografi Sosial

Abstract
This paper aims to examine the integration of cultural values of ethnic Bugis Makassar in learning Social
Geography as one of the strategies to face the Asean Economic Community (AEC). Local cultural values is an
important issue that should be studied in study Social Geography. This new face is needed to adopt a variety of
strategies including local cultural values in the learning process. Planting the values of the local culture in the
learning process is expected to offset the influence of foreign culture that is increasingly prevalent in our society,
especially South Sulawesi. Culture Bugis Makassar as one of the local culture that is growing and developing
among the Bugis Makassar, has an important element that can increase the motivation of learners, namely the
concept of Siri 'and Pacce. This concept when used correctly in the learning process can be a powerful incentive
for students to improve their academic achievement.
Keywords: Integration, Local Culture, Ethnic Bugis Makassar, Social Geography

1
Pasca Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi - Universitas Negeri Malang, emankgiman@gmail. com
2
Fakultas Ilmu Sosial- Universitas Negeri Malang

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |13


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
1. PENDAHULUAN Salah salah satu strategi dalam menghadapi
Pengaruh modernisasi terhadap kehidupan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam bi-
berbangsa tidak dapat dipungkiri lagi, hal ini dang pendidikan yakni menanamkan konsep
berdampak pada mengikisnya nilai budaya luhur nilai budaya lokal dalam pembelajaran. Menurut
bangsa kita. Menurut Joesoef (1982) menya- Warsi (2004) ”budaya lokal sebagai upaya mem-
takan bahwa nilai budaya yang merupakan lan- bangun identitas bangsa, dan sebagai penyeleksi
dasan karakter bangsa yang penting untuk (filter) dari pengaruh budaya asing”. Munadi
ditanamkan dalam setiap individu, agar setiap in- (2010) yang mengatakan bahwa ”fungsi pendidi-
dividu mampu lebih memahami, memaknai, dan kan adalah melestarikan tata sosial dan tata nilai
menghargai serta menyadari pentingnya nilai bu- yang ada dalam masyarakat dan sebagai agen
daya dalam menjalankan setiap aktivitas ke- pembaharuan sosial sehingga dapat mengan-
hidupan. Rasyid (2013) bahwa pelestarian ke- tisipasi masa depan”. Pembelajaran berbasis bu-
budayaan daerah dan pengembangan kebu- daya lokal memegang peranan yang sangat pent-
dayaan nasional melalui pendidikan baik pen- ing bagi pembinanaan dan pembentukan sikap,
didikan formal maupun nonformal, dengan mental dan moral manusia.
mengaktifkan kembali segenap wadah dan Dunia pendidikan menghadapi era Masyara-
kegiatan pendidikan. Pendidikan dan budaya kat Ekonomi Asean (MEA) harus mempersiap-
memiliki peran yang sangat penting dalam me- kan sumber daya manusia yang terampil, peka
numbuhkan dan mengembangkan nilai luhur dan kritis. Menurut Wardiman (2011) menga-
bangsa, yang berdampak pada pembentukan takan bahwa “era globalisasi menurut sumber
karakter. daya manusia tangguh”. Hal ini sejalan dengan
Keragaman etnis dan budaya memiliki po- Seock dan Chen Lin (2011) menyatakan ”proses
tensi besar dalam pembangunan dan pengem- globalisasi akan membuat sejumlah orang untuk
bangan pendidikan. Tilaar (1999) mengemuka- kembali pada etnisitas mereka, yaitu suatu
kan bahwa ”pendidikan nasional di dalam era proses untuk mencari sebuah identitas diri”.
reformasi perlu dirumuskan suatu visi pendidi- Mengadosi nilai-nilai budaya untuk ditransfor-
kan yang baru yaitu membangun manusia dan masikan dalam pembelajaran berperan sebagai
masyarakat madani Indonesia yang mempunyai sarana pengendalian diri dalam menghadapi
identitas berdasarkan kebudayaan nasional”. tekanan ekonomi yang kita hadapi saat ini mau-
Geertz (1992) ”kebudayaan dibangun dari ke- pun menyongsong pemberlakuan Masyarakat
budayaan daerah yang tumbuh dan berkembang Ekonomi ASEAN.
di setiap etnis”. Keragaman budaya yang tumbuh Menanamkan nilai-nilai budaya lokal dalam
dan berkembang pada setiap etnis seharusnya di- proses pembelajaran sangat penting untuk dil-
akui eksistensinya dan sekaligus dapat dijadikan akukan. Gaffar (2004) bahwa ”pendidikan bukan
landasan dalam pendidikan. hanya sekedar menumbuhkan dan mengem-
Integrasi nilai-nilai budaya dalam proses bangkan keseluruhan aspek kemanusiaan tanpa
pembelajaran memiliki arti penting dalam pem- diikat dengan nilai, tetapi nilai itu merupakan
bentukan kepribadian peserta didik. Menurut pengikat dan pengaruh proses pertumbuhan dan
Hasan (1995) bahwa ”sistem nilai yang tera- perkembangan tersebut”. Sauri (2010) berpen-
baikan dalam proses pembelajaran meng-akibat- dapat bahwa ”nilai dan pendidikan merupakan
kan ketimpangan intelektual dengan emosional dua hal yang satu sama lainnya tidak dapat
peserta didik”. Mulyana (2004) mengungkapkan dipisahkan, ketika pendidikan cenderung diper-
bahwa ”pendidikan sangat memerlukan pena- lakukan sebagai wahana transfer pengetahuan
naman nilai karena gejala-gejala kehidupan saat pun telah terjadi perambatan nilai yang seti-
ini yang disebabkan oleh arus globalisasi berpo- daknya bermuara pada nilai-nilai kebenaran in-
tensi mengikis jati diri bangsa”. Senada dengan telektual”. Untuk menyeimbangkan kebutuhan
Suharjo (2006) menjelaskan bahwa ”melalui moral dan intelektual, maka pendidikan membu-
pendidikan di sekolah diharapkan akan meng- tuhkan nilai-nilai sebagai implementasinya.
hasilkan manusia Indonesia yang berkualitas”. Siri’ sebagai inti budaya Bugis-Makassar
Pemahaman nilai karakteristik daerah kepada memiliki potensi untuk dapat meningkatkan
peserta didik diharapkan dapat menjadi benteng prestasi belajar siswa, sebab siri’ merupakan
yang tangguh dalam menghadapi dampak pandangan hidup yang bertujuan untuk mening-
negatif dari arus global yaitu MEA.

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |14


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
katkan harkat, martabat dan harga diri, baik se- 2. PEMBAHASAN
bagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Kebudayaan Bugis Makassar
Konsep lain yang erat kaitannya dengan siri’ Karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-
adalah pacce’/passe’ yang merupakan wujud nilai budaya. Budaya didefinisikan sebagai se-
rasa solidaritas terhadap penderitaan orang lain. luruh aspek kehidupan manusia dalam masyara-
Rasa solidaritas mengandung makna keinginan kat, yang diperoleh dengan cara belajar, terma-
membantu sesama manusia yang memiliki kesu- suk pikiran dantingkah laku (Marvins, 1999).
litan dan penderitaan. Dalam kaitannya dengan Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Parsudi
pembelajaran, konsep pacce’ ini dapat dijadikan Suparlan (1981) bahwa budaya adalah kese-
landasan oleh dosen dalam membina kebersa- luruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk
maan dan motivasi kepada peserta didik yang sosial, yang digunakan untuk menginter-
mempunyai prestasi lebih baik untuk membantu pretasikan dan memahami lingkungan yang
peserta didik lainnya yang mengalami masalah dihadapi, dan untuk menciptakan dan men-
dalam proses pembelajaran. dorong terwujudnya kelakuan.
Pentingnya proses interaksi dalam proses Etnis Bugis dan etnis Makassar adalah dua di-
pembelajaran. Atmi (2013) mengungkapkan antara empat etnis besar yang berada di Sulawesi
bahwa ”konsep pembelajaran merupakan suatu Selatan. Pada hakekatnya kebudayaan dan pan-
tempat guru dan siswa membangun lingkungan dangan hidup orang Bugis pada umumnya sama
sosial yang interaktif, dengan tujuan utama dan serasi dengan kebudayaan dan pandangan
meningkatkan proses pembelajaran”. Dimyanti hidup orang Makassar. Oleh karena itu memba-
(2011) mengung-kapkan bahwa ”pembelajaran has tentang budaya Bugis sulit dilepaskan
merupakan proses interaksi peserta didik dengan dengan pembahasan tentang budaya Makassar.
pendidik dan sumber belajar pada suatu ling- Hal ini sejalan dengan pandangan Abdullah
kungan belajar”. Interaksi yang baik antara guru (1985) yang mengatakan bahwa dalam sistem
dengan siswa dan kelengkapan fasilitas sebagai keluarga atau dalam kekerabatan kehidupan
sumber belajar dapat meningkatkan potensi pe- manusia Bugis dan manusia Makassar, dapat
serta didik secara optimal. dikatakan hampir tidak terdapat perbedaan.
Proses interaksi dalam pembelajaran tidak Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedua ke-
boleh mengabaikan keterlibatan faktor sosial bu- lompok suku bangsa ini (suku Bugis dan suku
daya. Zamroni (2001) mengemukakan bahwa Makassar) pada hakekatnya merupakan suatu
”untuk menemukan wajah ke Indonesaian dalam unit budaya. Sebab itu, apa yang berlaku dalam
pendidikan, maka diperlukan kajian untuk me- dunia manusia Bugis, berlaku pula pada manusia
menuhi nilai-nilai dan orientasi budaya daerah Makassar.
yang memiliki nilai positif bagi praktek pendidi- Kebudayaan Bugis-Makassar yang dimaksud
kan”. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di- disini adalah totalitas hasil pemikiran dan ting-
perlukan kajian dalam bidang pendidikan khu- kah laku yang dimiliki oleh masyarakat Bugis-
susnya pembelajaran di kelas yang melibatkan Makassar dan dapat diteruskan dari generasi ke
unsur budaya. generasi berikutnya melalui proses belajar. Hasil
Pembelajaran dikemas harus sesuai dengan pemikiran tersebut berupa nilai-nilai budaya
karakteristik dan budaya peserta didik. Djahiri Bugis-Makassar yang telah diwujudkan dalam
(1985) mengenai mengemukakan bahwa ”apa pola tingkah laku masyarakat Bugis-Makassar
yang telah dipelajari mempunyai potensi untuk dalam kehidupan keseharian. Nilai-nilai budaya
dimanfaatkan dalam kehidupan, baik kehidupan Bugis-Makassar yang dimaksud antara lain nilai
pribadi maupun partisipasi dalam kehidupan ber- kejujuran, nilai keadilan, nilai kecendekiawanan,
masyarakat”. Pembelajaran yang dikemas se- nilai kepatutan (Rahim, 1992). Sedang Sikki
suai dengan karakteristik peserta didik, dengan (1998) mengemukakan nilai-nilai budaya Bugis
begitu peserta didikakan menjadikan arus global Makassar sebagai berikut: nilai kesetiaan, nilai
menjadi tambahan kekayaan nilai sosio kultural keberanian, nilai kebijaksanaan, etos kerja, ke-
tanpa menghilangkan nilai budaya daerah. gotong-royongan, keteguhan, solidaritas, per-
satuan, keselarasan, dan musyawarah.
Di dalam kehidupan masyarakat Bugis Ma-
kassar terdapat nilai-nilai sosial yang memben-

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |15


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
tuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah dia- Konsep Mengenai Budaya Siri’ (Harga
nut serta menjadi bagian dari kehidupan sehari- Diri/Rasa malu)
hari. Dari sekian banyak nilai-nilai budaya Bugis-
Makassar yang disebutkan di atas, Siri’ merupa-
Konsep Mengenai Budaya Sipakatau (Saling kan inti dari kebudayaan Bugis-Makassar. Mat-
Menghargai) tulada (Marzuki, 1995) mengemukakan bahwa
Saling Menghargai adalah konsep yang me- siri’ tidak lain dari inti kebudayaan Bugis-Ma-
mandang setiap manusia sebagai manusia. Sipa- kassar. Konsep Siri’ disepakati oleh para ahli da-
katau yang bermakna saling menghargai sebagai lam seminar siri’ yang dilaksanakan di Makas-
individu yang bermartabat. Nilai-nilai Sipakatau sarpada tahun 1977 sebagai berikut:
menunjukkan bahwa budaya Bugis-Makassar a. Siri’ dalam sistem budaya, adalah pranata
memposisikan manusia sebagai makhluk ciptaan pertahanan harga diri, kesusilaan dan hukum
Tuhan yang mulia dan oleh karenanya harus di- serta agamasebagai salah satu nilai utama
hargai dan diperlakukan secara baik. Semangat yang mempengaruhi dan mewarnai alam
ini mendorong tumbuhnya sikap dan tindakan pikiran, perasaan dan kemauanmanusia.
yang dimplementasikan dalam hubungan sosial b. Siri’ dalam sistem sosial, adalah men-
yang harmonis yang ditandai oleh adanya hub- dinamisasi keseimbangan eksistensi hub-
ungan intersubyektifitas dan saling menghargai ungan individu dan masyarakat untuk men-
sebagai sesama manusia. Penghargaan terhadap jaga keseimbangan kekerabatan.
sesama manusia menjadi landasan utama dalam c. Siri’ dalam sistem kepribadian adalah se-
membangun hubungan yang harmonis antar bagai perwujudan konkret di dalam akal budi
sesama manusia serta rasa saling menghormati manusia yang menjunjung tinggi kejujuran,
terhadap keberadaban dan jati diri bagi setiap keseimbangan untuk menjaga harkat dan
anggota kelompok masyarakat. martabat manusia.
Konsep nilai Sipakatau dalam budaya Bugis- Dalam masyarakat Bugis-Makassar mem-
Makassar memposisikan manusia sebagai pertahankan harga diri sebagai perwujudan dari
makhluk ciptaan Tuhan yang mulia dan oleh konsep siri’ merupakan suatu kewajiban setiap
karenanya harus dihargai dan diperlakukan individu maupun kelompok, sebab kehilangan
secara baik yang diimplementasikan dalam harga diri bagi masyarakat Bugis-Makassar
hubungan sosial yang harmonis yang ditandai identik dengan kehilangan ruhnya sebagai manu-
oleh adanya hubungan intersubyektifitas dan sia. Manusia dalam masyarakat Bugis-Makassar
saling menghargai sebagai sesama pegawai hanya dapat dipandang sebagai manusia bila ia
maupun pegawai dengan atasan dalam penye- memiliki harga diri sebagai perwujudan dari
lenggaraan pemerintahan yang berwibawa. siri’. Tanpa siri’ manusia tidak ada bedanya
Sipakatau (Saling Menghargai) adalah sebagai dengan binatang. Dengan demikian siri’ meru-
individu yang bermartabat. pakan kebutuhan dasar manusia Bugis-Makassar
Bangsa Indonesia tidak akan mungkin meng- dalam mempertahankan dan meme-lihara harkat
elak dari globalisasi. Yang bisa kita lakukan ha- dan martabat kemanusiaan.
nyalah meminimalisir dampak negatif global- Perwujudan dari konsep siri’ menjadi daya
isasi. Salah satu masalah utama dalam bidang pendorong yang kuat dalam berprestasi. Nur
pendidikan dan kebudayan adalah masalah iden- (2001) mengemukakan bahwa siswa yang selalu
titas kebangsaan. Dengan derasnya arus global- termotivasi untuk belajar sesuatu akan meng-
isasi dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya gunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
budaya lokal akan mulai terkikis. Budaya asing mempelajari materi tertentu sehingga siswa ter-
kini kian mewabah dan mulai mengikis eksis- sebut akan menyerap dan mengendapkan materi
tensi budaya lokal yang sarat makna. Agar eksis- pelajaran dengan lebih baik. Dalam hal ini siri’
tensi budaya lokal tetap kukuh, maka diperlukan berfungsi sebagai motivasi dalam belajar, se-
pemertahanan budaya lokal. dang motivasi belajar merupakan salah satu jalan
dalam meningkatkan prestasi belajar.
Siri’ merupakan perwujudan harga diri
seorang manusia, maka pantang bagi manusia
Bugis-Makassar untuk disinggung rasa harga
dirinya (siri’nya). Dalam kaitannya dengan

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |16


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
proses pembelajaran di kelas, maka seorang siri’mu, maka pasti masih ada rasa pedihmu dan
dosen hendaknya senantiasa berusaha mencip- kasih sayangmu). Ungkapan ini merupakan
takan suasana yang kondusif agar peserta didik wujud persahabatan dan rasa pedih yang terpatri
tidak tersinggung harga dirinya. Suasana kondu- dalam kalbu ketika melihat penderitaan orang
sif ini merupakan hal yang perlu diperhatikan lain, sehingga menimbulkan iba hati yang sangat
oleh dosen, sehingga peserta didik dapat me- mendalam dan mendorong seseorang untuk
maksimalkan fungsi otaknya dalam proses pem- membantu orang yang sedang menderita.
belajaran. Marpaung (2003) menge-mukakan Pacce’ merupakan panggilan hati nurani un-
bahwa bila perasaan seseorang terganggu, misal- tuk menyatakan sikap kesetiakawanan sosial ter-
nya tersinggung karena ditegur atau takut karena hadap penegakan harkat siri’ bersama. Pacce’
dimarahi atau diancam maka proses mentalnya mendorong dalam kenyataan adanya perbuatan
akan terganggu. Sebaliknya jika semua indera tolong menolong, adanya tuntut bela serta segala
bekerja dengan baik dan perasaan senang maka kenyataan lain yang mirip pada solidaritas yang
otak dapat berfungsi secaraoptimal sehingga mendapatkan hidupnya dari konsep siri’. Kon-
proses mental dapat berjalan dengan baik. sep pacce’ yang diwujudkan sebagai rasa soli-
Dengan demikian suasana kondusif merupakan daritas untuk membela, membantu sesama
syarat utama dalam kegiatan pembelajaran diungkapkan dalam bahasa Makassar dengan
dengan menghindari bangkitnya siri’ ripaka siri ungkapan ”abbulo sibatang” atau dalam ungka-
dalam diri siswa. pan Bugis “mali siparappe, rebba sipatokkong,
Paparan di atas menggambarkan bahwa kon- malilu sipakainge”. Semangat abbulo sibatang,
sep siri’ yang senantiasa terpatri dalam diri mengandung makna rasa solidaritas yang tinggi
manusia Bugis-Makassar, di samping menjadi untuk saling membantu, dalam menghadapi se-
sumber motivasi bagi diri peserta didik untuk tiap tantangan dan kesulitan. Rasa solidaritas ter-
belajar, juga dapat menjadi landasan bagi dosen sebut juga disertai semangat saling menghargai
dalam menciptakan suasana yang kondusif da- yang dalam ungkapan Bugis disebut sipakatau.
lam pengelolaan kegiatan pembelajaran di kelas. Sipakatau merupakan wujud dari siri’ dan
Motivasi berprestasi yang timbul dari semangat pacce’ yang merupakan kesadaran kualitas dari
siri’ ini dapat menumbuhkan berbagai kreativi- apa yang disebut manusia yang hanya mungkin
tas dan mendorong lahirnya insiatif dari peserta mengaktualisasi dirinya karena adanya manusia
didik. yang lain. Mattulada (1998) mengemukakan
bahwa dalam konsepsi sipakatau tertanam
Konsep Mengenai Budaya Pacce/Passe’ makna, nilai dan segala sesuatu yang bersifat
(Perikemanusian) kepatutan, norma-norma kualitatif yang amat
Pacce’ (Makassar), pesse’ (Bugis) merupa- dijunjung tinggi. Sipakatau merupakan segala
kan nilai budaya Bugis-Makassar. Hamid (1999) perilaku nyata seseorang atau sekelompok orang
mengatakan bahwa siri’ dan pacce’ adalah dwi yang berinteraksi dalam masyarakat.
konsep yang menjadi ciri individu Bugis-Makas- Kerjasama sebagai wujud abbulo sibatang
sar, mempertahankan keseimbangan antara aib dan sipakatau, tidak hanya sekedar bekerja ber-
dan harga diri sebagai diartikan oleh siri’ dan sama, tetapi mereka bahu membahu untuk saling
memelihara rasa kebersamaan dalam kedukaan membantu dan saling merasakan penderitaan
dan penderitaan setiap anggota masyarakatnya serta merasakan kebahagiaan bersama. Dalam
sebagai ditegaskan dalam gagasan pacce. Pacce komunitas Bugis-Makassar, persahabatan ka-
secara harfiah berarti perasaan pedih dan perih rena merasa senasib sepenanggungan dapat ber-
yang dirasakan meresap dalam kalbu seseorang, wujud pembelaan terhadap hak sesama. Artinya
karena melihat penderitaan orang lain. Pacce’ bila dalam kebersamaan itu ada orang lain yang
berfungsi sebagai alat peng-galang persatuan, mencoba mengganggu hak sahabatnya, maka
solidaritas, kebersamaan, kesetiaan, rasa keman- mereka rela mengorbankan jiwanya demi mem-
usiaan, dan motivasi untuk berusaha, sekalipun bela hak sahabatnya.
dalam keadaan yang sangat pelik dan berbahaya. Semangat abbulo sibatang dalam masyarakat
Hal ini dapat dipahami dari salah satu ungkapan Bugis-Makassar, bila diadopsi dalam kegiatan
dalam bahasa Bugis yang dikutip oleh Abidin pembelajaran, sejalan dengan Vygotsky yang
(1999) berbunyi “Nare’ko de’na siri’mu, memandang bahwa semua proses psikologi yang
engkamupatu esse’bauamu” (jikalau tak ada lagi tinggi berasal dari proses sosial, saling memberi

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |17


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
antar orang. Dengan demikian belajar geografi sosial budaya peserta didik. Hal ini menggam-
sosial sebagai suatu proses interaksi diperlukan barkan bahwa faktor sosial budaya tidak dapat
adanya kerjasama antar peserta didik yang dapat diabaikan dalam proses pembelajaran. Oleh ka-
diwujudkan dalam bentuk kelompok. Kerjasama rena itu dalam proses pembelajaran bagi peserta
tersebut tidak hanya sekedar bekerja secara ber- didik yang berlatar belakang etnis Bugis-Makas-
sama, tetapi setiap individu yang terlibat dalam sar diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai
kerjasama tersebut memiliki tanggung jawab dengan budaya Bugis-Makassar.
masing-masing dan setiap individu saling meng- Proses pembelajaran harus mampu mengim-
hargai antara satu dengan yang lainnya. Menurut plemetasikan budaya sipakatau. Sikap budaya
Vygotsky bahwa peserta didik sebaiknya belajar sipakatau yakni sikap keterbukaan yang berarti
melalui interaksi dengan orang dewasa dan te- saling membuka diri dalam peranan kemanusi-
man sebaya yang lebih mampu sehingga dapat aan. Pada prakteknya, sikap ini tercermin dalam
mempertinggi perkembangan kognitif. Sedang wujud interaksi di antara peserta didik yakni
di sisi lain semangat abbulo sibatang merupakan adanya saling mengakui segala hak-hak yang di-
perwujudan rasa kasih sayang untuk berkerja miliki seseorang tanpa memandang status sosial
sama dan saling membantu mengatasi masalah. dan rasa peduli terhadap sesama. Nilai sipakatau
Dengan demikian terdapat kesamaan pandangan mengajarkan untuk senantiasa memperlakukan
antara Vygotsky dengan semangat abbolu siba- orang lain dengan baik dan memandang orang
tang dalam budaya Bugis-Makassar. dengan segala kelebihannya. Oleh karena itu bu-
Paparan di atas menggambarkan bahwa se- daya sipakatau menjunjung tinggi nilai saling
mangat abbulo sibatang sebagai perwujudan menghargai antar sesama, tidak mengenal tinda-
rasa pacce bila diadopsi dalam proses pembeala- kan semena-mena terhadap sesama, dan bahkan
jaran Geografi sosial, diharapkan dapat mening- persoalan individu menjadi persoalan bersama.
katkan prestasi belajar peserta didik. Di samping Konsep siri’ merupakan inti kebudayaan
itu semangat abbulo sibatang juga memberikan Bugis-Makassar. Konsep tersebut oleh Abidin
dampak sosial terhadap diri peserta didik, yaitu dikelompokkan atas dua bagian yaitu siri’
adanya keinginan peserta didik untuk saling masiri’ dan siri’ ripakasiri’. Dalam konsep siri’
membantu dalam mengatasi masalah. Dengan masiri’ terkandung semangat untuk selalu ber-
demikian keterlibatan semangat abbulo sibatang hasil dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga
dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan dapat bermanfaat bagi diri orang yang ber-
kecakapan sosial peserta didik. sangkutan dan bermanfaat bagi masyarakat di
Bila semangat abbolu sibatang menyatu sekitarnya. Di samping itu konsep tersebut juga
dengan siri’, maka setiap individu senantiasa be- senantiasa memberikan semangat hidup yang
rusaha membantu anggota kelompok lainnya pantang menyerah dalam menghadapi segala
yang membutuhkan bantuan. Setiap individu situasi. Hal ini tercermin dari prinsip para pelaut
selalu berusaha melakukan peningkatan kualitas Bugis Makassar, yang berbunyi
dalam hal ini berusaha meningkatkan penge-
tahuan. Dengan demikian setiap individu dalam “pura ba’barasompe’ku, pura tangkisi’ gu-
kelompok senantiasa melakukan koreksi ter- likku, ulebbireng telleng na toalie”
hadap dirinya dan melihat kelemahan dirinya
sendiri, sehingga kelemahan tersebut dapat di- Bilamana layarku sudahku kembangkan,
perbaiki. Kemampuan melakukan koreksi diri kemudiku telah kupancangkan, maka lebih baik
ini merupakan sarana dalam menigkatkan ke- tenggelam dari pada balik surut.
cakapan personal.
Prinsip tersebut senantiasa memberikan se-
Budaya Bugis Makassar dan Pembelajaran mangat untuk bekerja semaksimal mungkin dan
Berhasil tidaknya proses pembelajaran diten- penuh pertimbangan sehingga dapat berhasil da-
tukan oleh lingkungan sosial budaya. Dengan lam perkerjaannya. Di samping itu prinsip ini
demikian dalam pembelajaran diperlukan sua- juga memberikan peluang bagi berkembangnya
sana yang kondusif sehingga peserta didik dapat kreativitas. Rasa siri’ masiri’ yang tertanam da-
belajar dengan baik. Suasana kondusif tersebut lam jiwa manusia Bugis-Makassar untuk pan-
dapat tercipta bila sesuai dengan latar belakang tang menyerah dalam menghadapi segala situasi
baik situasi yang menyenangkan maupun situasi

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |18


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
yang sangat berbahaya, memberikan tantangan demi membela saudaranya tersebut. Pacce’
untuk berpikir dan berkreasi sehinggadapat ber- merupakan panggilan nurani untuk menyatakan
hasil dalam hidupnya. sikap kesetiakawanan social terhadap penegakan
Konsep siri’ yang kedua adalah siri’ ri- harkat siri’ bersama. Konsep ini senantiasa
pakasiri’, yang merupakan manifestasi per- memberikan dorongan kepada manusia Bugis-
buatan untuk membela kehormatan demi te- Makassar untuk hidup tolong menolong, merasa-
gaknya siri’ di masyarakat. Siri’ ripakasiri’ kan penderitaan sesama manusia.
muncul dalam diri seseorang bila dipermalukan Konsep pacce’/passe’ diwujudkan dengan se-
di hadapan umum. Dalam diri orang Bugis-Ma- mangat sipakatau, yaitu suatu semangat untuk
kassar selalu tertanam rasa siri, sehingga bila ia saling menghargai sesama manusia. Di samping
dipermalukan di depan umum, maka mereka bi- itu dalam etnis Makassar dikenal semangat ab-
asanya rela mati dengan perkelahian demi mene- bulosibatang, yang merupakan semangat ker-
gakkan siri’nya (menegakkan harga dirinya). jasama dan tolong menolong sesama manusia.
Oleh karena itu dalam berinteraksi dengan orang Kedua perwujudan pacce’/passé tersebut, baik
Bugis-Makassar, rasa siri’ ripaka siri’nya perlu sipakatau maupun abbulosibatang, tidak hanya
dijaga. sekedar bekerja bersama dan tolong menolong,
Memperhatikan paparan di atas, maka salah di dalamnya terkandung semangat saling me-
satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembela- rasakan penderitaan, perasaan senasib sepe-
jaran pada diripeserta didik adalah senantiasa nanggungan, serta merasakan kebahagiaan ber-
memberikan semangat dan motivasi untuk ber- sama.
karya dengan membangkitkan rasa siri’ masiri’ Konsep pacce’/passe’ ini memberikan gam-
dalam peserta didik. Hal ini dapat dilakukan baran bahwa manusia Bugis-Makassar memiliki
dengan memberikan gambaran keberhasilan semangat kerjasama yang tinggi dalam me-
para nenek moyang mereka dalam menghadapi nyelesaikan suatu permasalahan. Dalam proses
segala situasi, termasuk kegigihan para pelaut pembelajaran semangat ini dapat dijadikan lan-
Bugis-Makassar dalam mengarungi samudra. Di dasan dalam belajar bersama dengan prinsip
samping itu perlu diperhatikan agar siri’ ri- adanya saling membantu antar sesama anggota
pakasiri’peserta didik tidak bangkit. Sebab bila dalam kelompok, sehingga kegagalan dan keber-
siri’ masiri’nya dibangkitkan maka peserta didik hasilan dalam kelompok dirasakan oleh sesama
akan melakukan pembangkangan yang berupa anggota kelompok. Konsep siri’ dan pacce’ yang
perlawanan fisik atau dapat juga berupa keeng- sering disebut dwi konsep budaya Bugis-Makas-
ganan untuk mengikuti pelajaran. sar, memberikan makna perlunya rasa kasih sa-
Bangkitnya siri’ ripaka siri’ pada diri peserta yang antarsesama manusia. Rasa kasih sayang
didik dapat mengganggu konsentrasi peserta dalam kehidupan manusia Bugis-Makassar yang
didik dalam belajar. Hal ini terjadi karena dimaksud adalah tidak terlalu keras dalam
adanya gangguan fungsi otak, sehingga infor- menghadapi dan juga tidak terlalu lunak. Se-
masi yang diperoleh peserta didik tidak dapat bagaimana ungkapan lontara yang dikutip oleh
diteruskan ke otak. Oleh karena itu salah satu Abidin (1999) yang berbunyi “…janganlah ber-
jalan bagi terciptanya suasana kondusif bagi sikap terlalu manis, sebab engkau akan ditelan
anak agar kerja otak peserta didik bekerja bulat-bulat. Jangan juga bersikap terlalu pahit,
dengan baik sehingga dapat menyerap informasi sebab engkau akan dimuntahkan…”. Ungkapan
dengan baik, adalah menghindarkan bangkitnya ini merupakan petuah yang mengandung makna
siri’ ripaka siri dalam jiwa peserta didik. bahwa orang Bugis-Makassar, tidak boleh diper-
Konsep yang berkaitan erat dengan siri’ ada- lakukan terlampau lunak, karena mereka akan
lah konsep pacce’ (Makassar)/pesse’ (Bugis). mempermainkan. Mereka juga tidak boleh diper-
Konsep ini mengandung solidaritas yang tinggi lakukan terlalu kasar dan keras, karena mereka
sebagai wujud persaudaraan, baik sesama etnis akan membenci dan melawan. Rasa kasih sayang
Bugis-Makassar maupun persaudaraan dengan ini dapat diwujudkan dengan memberikan ban-
etnis lainnya. Semangat persaudaraan orang tuan kepada sesama pada saat dibutuhkan.
Bugis-Makassar sangat tinggi. Bila ia telah Kajian di atas menggambarkan beberapa
menyatakan bersaudara dengan seseorang wa- prinsip yang perlu diperhatikan dalam proses
laupun orang tersebut tidak ada hubungan pembelajaran berbasis budaya Bugis-Makassar.
kekerabatan dengan dirinya, maka ia rela mati

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |19


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai Proses pembelajaran yang memperhatikan
berikut: prinsip siri’, pacce, dan Sipakatau diharapkan
a. Guru/Dosen berusaha menciptakan suasana dapat meningkatkan semangat belajar peserta
yang kondusif bagi siswa sehingga siri’ ri- didik sehingga dapat meningkatkan prestasi
paka siri’ tidak muncul dalam diri peserta belajarnya, menumbuhkan sikap positif dalam
didik. hal peningkatan mutu pembelajaran, serta dapat
b. Guru/Dosen berusaha membangkitkan siri’ menumbuhkan semangat kerjasama dan tolong
ma siri’dalam diri siswa sebagai upaya mem- menolong dengan sesama dalam kehidupan.
bangkitkan motivasi peserta didik untuk ber- Dengan demikian tujuan pembelajaran yang ber-
prestasi. tumpu pada kemampuan kognitif, kemampuan
c. Wujudkan prinsip Sipakatau dan abbulosiba- afektif, dan kemampuan psikomotor diharapkan
tang (saling bekerjasama) dalam bentuk dapat tercapai. Penanaman nilai-nilai yang ter-
kerja kelompok. Dalam kerja kelompok ter- kandung dalam budaya lokal ini diharapkan akan
sebut peserta didik diarahkan untuk saling mampu membentuk peserta didik yang memiliki
membantu dan saling merasakan pentingnya karakter yang mampu bertahan ditengah era
kehadiran anggota serta kerjasama yang sal- globalisasi serta rasa cinta terhadap budaya lo-
ing menguntungkan. Di samping itu dalam kalnya sehingga tidak terkikis dengan derasnya
kerja kelompok setiap peserta didik memiliki arus globalisasi.
tanggung jawab individu untuk keberhasilan Pendidikan budaya dan karakter bangsa
kelompok. merupakan salah satu upaya untuk mencegah
d. Pimpinan kelompok dipilih dari salah terjadinya degradasi nilai-nilai etika dan moral
seorang anggota yang memiliki kemampuan di kalangan remaja. Keberhasilan dalam mem-
lebih disbanding anggota lainnya, sehingga bangun karakter peserta didik, secara otomatis
pimpinan kelompok sekaligus bertindak se- membantu keberhasilan membangun karakter
bagai tutor sebaya. bangsa. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada
e. Wujudkan rasa kasih sayang pada peserta bagaimana karakter orang-orangnya, kemam-
didik melalui pemberian bantuan kepada pe- puan intelegensinya, keunggulan berpikir war-
serta didik yang membutuhkan, baik secara ganya, sinergi para pemimpinnya, dan lain se-
individu maupun secara kelompok. Di bagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan
samping itu wujud kasih saying juga diberi- bahwa pendidikan budaya adalah penting dalam
kan dalam bentuk penghargaan kepada pe- membangun moral dan kepribadian bangsa.
serta didik yang berhasil dan memotivasi pe-
serta didik yang belum berhasil. 3. PENUTUP
f. Penilaian dilakukan terhadap semua aktivitas Integrasi nilai budaya Bugis Makassar (Siri’,
peserta didik, baik secara individu maupun Pacce, dan Sipakatau) sangat penting dalam
secara kelompok. proses pembelajaran. Konsep ini bila dimanfaat-
Guru/dosen dapat mengkaji budaya-budaya kan secara benar dalam proses pembelajaran
yang berada dalam lingkungan peserta didik da- dapat menjadi pendorong yang kuat bagi peserta
lam proses pembelajaran, kemudian mengkaji didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
nilai-nilai yang ada dalam budaya tersebut. pemahaman dan pengaplikasian nilai-nilai bu-
Guru/Dosen dapat menyampaikan dan mene- daya Bugis Makassar berfungsi sebagai filter
kankan betapa pentingnya nilai budaya-budaya menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean
tersebut. Sehingga nantinya diharapkan peserta (MEA). Dengan menggali nilai-nilai budaya
didik tidak hanya mengerti tetapi lebih menghar- siri’ dan pacce untuk diterapkan dalam pembela-
gai budaya-budaya mereka dan dapat mengambil jaran diharapkan dapat membangun karakter
nilai-nilai yang ada di dalamnya yang berimbas bangsa didalam setiap peserta didik.
pada pembentukan karakter bangsa. Penekanan
pada nilai-nilai budaya ini sangat penting untuk 4. DAFTAR PUSTAKA
dilakukan oleh guru/dosen. Penekanan yang di- [1] Abidin, Andi ZainaL. 1999. Kapita Selecta Ke-
maksud adalah bagaiamana nilai-nilai budaya ini budayaan Sulawesi Selatan. Makassar: Ha-
dapat dibiasakan dalam pembelajaran sehingg sanuddin University Press.
peserta didik akan menjadi terbiasa dalam men- [2] Atmi. 2013. Kebudayaan dan Pendidikan. Yog-
yakarta: Diva Press.
erapkan nilai-nilai budaya tersebut.

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |20


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
[3] Gaffar, Syam. 2004. Mengartikulasikan Pen-
didikan Nilai. Bandung: CV Alfabeta.
[4] Geertz. 1992. Nilai dan Etika. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
[5] Hamid. 1999. Manusia Bugis Makassar. Ja-
karta: PT. Gunung Agung.
[6] Mattulada, 1998. Kebudayaan, Kemanusiaan
dan Lingkungan Hidup. Makassar: Hasanuddin
University Press
[7] Sauri. 2010. Pengantar Kebudayaan Ling-
kungan dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Gadja
Mada University Press.
[8] Tilaar, HAM, 1999. Pendidikan, Kebudayaan
dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
[9] Warsi. 2004. Kearifan Lokal Masyarakat dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
[10] Zamroni, 2001. Paradigma Pendidikan Masa
Depan. Yogyakarta: Bigraff Publishing

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS |21

Anda mungkin juga menyukai