Robiyatul Adawiyah I.P - JSA
Robiyatul Adawiyah I.P - JSA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata kuliah Sistem
Manajemen K3
Oleh :
DosenPengampu:
Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
membahas ulang metode atau cara dan melakukan identifikasi pekerjaan yang
memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja dan dilakukan koreksi sebelum
kecelakaan kerja terjadi. Dengan identifikasi potensi kecelakaan kerja, merupakan
langkah awal dalam menganalisa bahaya (hazard) dan kecelakaan (accident) dalam
usaha menciptakan keselamatan kerja di tempat kerja. Job safety analysis (JSA) atau
job hazard analysis (JHA) atau yang sering disebut pula sebagai analisa keselamatan
pekerjaan memiliki arti salah satu sistem atau proses dimana penilaian resiko dan
identifikasi bahaya (hazard) yang dalam pelaksanaannya ditekankan pada identifikasi
bahaya (hazard) yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan atau tugas yang
dilakukan pekerja. Secara sederhananya job safety analysis atau analisa keselamatan
pekerjaan adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memeriksa kembali
dan menemukan bahaya-bahaya sebelum diabaikannya dalam merancang tempat
kerja, fasilitas atau alat kerja, peralatan mesin yang digunakan maupun proses kerja.
Menurut NOSA (1999), job safety analysis adalah salah satu usaha dalam
menganalisa tugas-tugas dan prosedur yang ada di dalam perusahaan. Job safety
analysis diartikan sebagai metode atau cara untuk mempelajari suatu pekerjaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) dan potensi insiden yang berhubungan
dengan setiap pekerjaan, pengembangan solusi juga diperlukan agar dapat
menghilangkan atau mengurangi dan mengkontrol bahaya (hazard) serta kecelakaan
(incident) dalam setiap pekerjaan. Apabila bahaya (hazard) telah diidentifikasi, maka
dapat dilakukan tindakan pengendalian dan pengontrolan yang berupa pengendalian
fisik atau pengontrolan prosedur kerja yang dapat mengurangi potensi bahaya
(hazard) pada pekerjaan. Dalam menjalankannya, pengontrolan prosedur job safety
analysis memerlukan pelatihan, pengawasan dan pengontrolan jalannya kerja yang
dikenal sebagai job safety analysis untuk mempermudah pemahaman prosedur kerja
kepada pekerja.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan job safety analysis adalah
sebagai berikut:
2. Sebagai alat penunjang keselamatan atau safety training terhadap tenaga kerja baru di
dalam perusahaan.
3. Melakukan kajian ulang (review) pada prosedur pekerjaan setelah terjadi kecelakaan
kerja (working accident).
4. Memberikan instruksi kerja (pre job instruction) pada pekerjan yang baru didapatkan.
5. Memberikan pelatihan kerja secara pribadi kepada pekerja agar dpat bekerja secara
maksimal.
Dalam pembuatan job safety analysis (JSA) terdapat cara ataupun teknik yang dapat
mempermudah dalam pengerjaannya adalah sebagai berikut :
b. Apabila pekerja tersebut tidak faham akan peranannya dalam pembuatan job
safety analysis, maka pekerja tersebut akan diberi pengarahan terlebih dahulu
tentang maksud dan tujuan dari pembuatan job safety analisis itu sendiri.
Tujuan dari pelaksanaan Job safety analysis (JSA) secara umum adalah
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) disetiap aktivitas pekerjaan
sehingga tenaga kerja diharapkan dapat mengenali bahaya yang akan didapat sebelum
terjadi kecelakaan (accident) atau penyakit akibat kerja. Tujuan jangka panjang yang
dimiliki oleh program job safety analysis (JSA) ini diharapkan pekerja dapat ikut
serta berperan aktif dalam pelaksanan job safety analysis (JSA) sehingga dapat
menanamkan kepedulian pekerja terhadap kondisi wilayah kerjanya guna
menciptakan keadaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan dapat meminimalkan
kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan perilaku yang tidak aman (unsafe
action) untuk pekerja itu sendiri.
Pelaksanaan dari job safety analysis (JSA) mempunyai beberapa manfaat dan
keuntungan sebagai berikut :
2. Suatu alat pelatihan (training tools) yang efektif dan efisien untuk para pekerja
baru.
Contoh kasus :
Ketika menyusun suatu job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan,
suatu pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi urutan langkah-langkah kerja atau
aktifitas kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dianalisa
biasanya dipilih berdasarkan prioritas mulai dari yang utama sampai yang terakhir.
Pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan (accident) terburuk atau potensi bahaya
(hazard) yang tertinggi harus lebih dahulu dilakukannya analisa. Ketika memilih
pekerjaan, pertimbangkanlah terlebih dahulu faktor-faktor sebagai berikut ini :
1. Frekuensi potensi dari kecelakaan kerja (accident working) atau yang berpotensi
memiliki bahaya (hazard).
2. Potensi keparahan penyakit akibat kerja dalam beberapa kondisi harus ditinjau
ulang dan diberikannya prioritas dari yang tertinggi sampai terendah jika
terdapat potensi untuk terjadinya luka-luka yang lebih parah. Hal ini antara
lain :
5. Proses job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan harus dimasukkan
kedalam suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan
yang tidak sering dilakukan oleh pekerja, contohnya seperti : mematikan unit
yang sudah tidak terpakai.
2. Membentuk Suatu Tim Job Safety Analysis (JSA) atau Analisa Keselamatan
Pekerjaan
Pekerjaan yang membuat job safety analysis (JSA) harus memiliki pengalaman
dan juga pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dikerjakan, mempunyai
kredibilitas atau kepercayaan dalam group kerja dan dapat memahami proses pada
analisa keselamatan kerja. Syarat penting yang diperlukan lainnya adalah supportif,
tidak menghakimi satu sama lain, mau mendengarkan ide-ide maupun gagasan dari
teman kerja dan akan menemukan jawaban dari masalah bahaya (hazard) yang akan
muncul untuk membuat suatu tempat kerja yang aman, nyaman dan tentunya selamat.
Tim yang dibentuk bergantung pada organisasi dan banyaknya orang dalam grup
kerja. Sebagai tambahan terhadap pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersebut,
anggota tim harus dipilih dari pekerja dari jenis pekerjaan yang lainnya seperti
supervisor dan spesialis keselamatan.
A. Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan menurut pendapat Hammer (2001) kecelakaan adalah
”kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan”. Maksud dari pengertian tersebut
disebut tak terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan dan juga unsur perencanaan. Maksud kejadian yang tidak di harapkan
karena di belakang semua kejadian terlebih tidak ada unsur kesengajaan. Kecelakaan
akibat kerja diartikan sebagai kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang berbahaya (unsafe action)
dan keadaan yang berbahaya (Unsafe condition). Unsafe condition merupakan suatu
keadaan atau kondisi fisik yang dapat secara langsung memungkinkan atau
membiarkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden kerja. Yang termasuk dalam
keadaan yang berbahaya (unsafe condition) addalah sebgai berikut :
3. Kemacetan
7. Keadaan atmosfer yang membahayakan (debu, uap, fume, kabut serta gas)
8. Bahaya listrik
Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang tidak aman (unsafe action)
merupakan suatu pelanggaran dari setiap prosedur K3 yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau insiden. Tindakan-tindakan yang berbahaya (unsafe
action) seperti :
10. Bersenda gurau.
Teori penyebab terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah teori domino
yang diungkapkan oleh Heinrich dan disempurnakan oleh Bird. Teori domino
menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak datang dengan sendirinya. Kecelakaan
dapat terjadi dikarenakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak aman dan kedua
hal tersebut akan bergantung pada seluruh macam factor yang mempengaruhi.
Gabungan dari faktor-faktor inilah yang akan menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja (accident working). Hal tersebut seperti rangkaian kartu domino. Teori domino
itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan (accident) yang menimbulkan cidera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang yang digambarkan sebagai lima domino
yang berdiri sejajar. (Rudi Suardi, 2005)
Rangkaian teori domino menurut Birds (1967) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak memadainya program kerja yang dijalankan. Hal ini tentunya dapat
menyebabkan terlalu sedikitnya program kerja yang sudah diterapkan.
b. Standar program kerja yang belum memadai.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen kerja yang tidak mampu
mengoordinasi, memimpin, dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar kerja
yang telah ditentukan di awal.
a. Faktor manusia
b. Faktor pekerjaan
Factor pekerjaan yang memiliki standar kerja yang tidak cukup dan standar
pembelian produk yang masih kurang.
Immediate cause atau penyebab langsung dapat diartikan sebagai tindakan yang
tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Menurut
Heinrich (Adi Mulya, 2008), menyebutkan bahwa kecelakaan kerja diakibatkan oleh
tindakan yang tidak aman, kondisi yang tidak aman dan juga disebabkan oleh factor
yang tidak disebutkan.
Incident atau kejadian adalah suatu kejadian dimana kejadian tersebut tidak
diinginkan yang apabila keadaannya memiliki perbedaan yang sedikit saja dapat
mengakibatkan luka (injury), kerusakan ataupun kerugian pada proses kerja. Accident
atau kecelakaaan adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dan dapat
mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan properti ataupun kerugian pada proses
kerja.
5. Loss (kerugian)
Loss atau kerugian akan terjadi apabila seluruh tahapan diatas telah terjadi.
Kerugian akan memiliki pengaruh pada produktifitas kerja, keselamatan kerja,
kesehatan kerja serta keamanan di tempat kerja. POtensi kecelakaan kerja dapat
dihindari dengan cara sebagai berikut :
d. Menyediakan peralatan kerja, alat pelindung diri (APD) maupun bahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, maksudnya adalah sebagai pilihan terakhir
yang dapat di lakukan untuk mencegah bahaya terhadap para pekerja.
e. Memberikan hukuman atau sanksi yang tegas kepada setiap pelanggar safety
procedure yang telah ditetapkan. Maksudnya adalah pelanggaran dapat terjadi akibat
kelalaian setiap pekerja dalam memenuhi semua peraturan dalam keselamatan kerja,
maka oleh karena itu perusahaan berusaha untuk memberikan hukuman atau sanksi
terhadap setiap pelanggar karena diharapkan dapat mengurangi resiko bahaya
(hazard) yang terjadi dan meningkatkan pentingnya kesadaran diri untuk mematuhi
peraturan keselamatan yang telah dibuat.
c. Pengendalian (Control) Bahaya Kerja
1. Eliminasi
Eliminasi adalh langkah mengurangi atau menghilangkan metode atau cara, bahan
ataupun proses kerja untuk mengurangi bahaya (hazard) secara menyeluruh.
Efektifitas dari penggumnaan metode eliminasi ini digunakan karena dapat
menghilangkan bahaya (hazard) sampai pada titik nol.
2. Substitusi
Subtitusi merupakan pengganti dari bahan atau material. Bahan memiliki proses
yang mempunyai nilai resiko dari yang tinggi sampai dengan yang mempunyai nilai
resiko yang kecil.
3. Administrasi
g. Promosi K3
Prosedur dan tanda peringatan terhadap bahan kimia atau wilayah yang berpotensi
menimbulkan bahaya (hazard) yang ada di tempat kerja diberi tanda peringatan
ataupun tanda lainnya agar pekerja mengetahui bahwa bahan atau wilayah tersebut
dapat menimbulkan potensi bahaya. Selain itu starndard operational procedure (SOP)
ditujukan agar para pekerja mengetahui langkah-langkah yang harus sigunakan dalam
pemakaiannya.
Pelindungan diri pada pekerja yang dilakukan di tempat kerja adalah dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Adapun APD yang perlu disediakan pada tempat kerja adalah sebagai
berikut :
d. Pelindung pernafasan (cotton mask, gas mask, airline respirator, Self Contained
Breathing Apparatus / SCBA).
e. Pelindung tangan (cotton glove, chemical gloves, welding gloves, asbes gloves).
d. Monitoring
1. Audit
2. Inspeksi
c. Inspeksi Sistem
d. Inspeksi Umum
B. Kesimpulan