Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL JSA ( JOB SAFETY ANALYSIS )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata kuliah Sistem
Manajemen K3

Oleh :

Robiyatul Adawiyah I.P (1703032)

DosenPengampu:

Yusuf Mauluddin,. M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2020
Job Safety Analysis (JSA)

A.    Pengertian Job Safety Analysis (JSA)

Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk
membahas ulang metode atau cara dan melakukan identifikasi pekerjaan yang
memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja dan dilakukan koreksi sebelum
kecelakaan kerja terjadi. Dengan identifikasi potensi kecelakaan kerja, merupakan
langkah awal dalam menganalisa bahaya (hazard) dan kecelakaan (accident) dalam
usaha menciptakan keselamatan kerja di tempat kerja. Job safety analysis (JSA) atau
job hazard analysis (JHA) atau yang sering disebut pula sebagai analisa keselamatan
pekerjaan memiliki arti salah satu sistem atau proses dimana penilaian resiko dan
identifikasi bahaya (hazard) yang dalam pelaksanaannya ditekankan pada identifikasi
bahaya (hazard) yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan atau tugas yang
dilakukan pekerja. Secara sederhananya job safety analysis atau analisa keselamatan
pekerjaan adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memeriksa kembali
dan menemukan bahaya-bahaya sebelum diabaikannya dalam merancang tempat
kerja, fasilitas atau alat kerja, peralatan mesin yang digunakan maupun proses kerja.

Menurut NOSA (1999), job safety analysis adalah salah satu usaha dalam
menganalisa tugas-tugas dan prosedur yang ada di dalam perusahaan. Job safety
analysis diartikan sebagai metode atau cara untuk mempelajari suatu pekerjaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) dan potensi insiden yang berhubungan
dengan setiap pekerjaan, pengembangan solusi juga diperlukan agar dapat
menghilangkan atau mengurangi dan mengkontrol bahaya (hazard) serta kecelakaan
(incident) dalam setiap pekerjaan. Apabila bahaya (hazard) telah diidentifikasi, maka
dapat dilakukan tindakan pengendalian dan pengontrolan yang berupa pengendalian
fisik atau pengontrolan prosedur kerja yang dapat mengurangi potensi bahaya
(hazard) pada pekerjaan. Dalam menjalankannya, pengontrolan prosedur job safety
analysis memerlukan pelatihan, pengawasan dan pengontrolan jalannya kerja yang
dikenal sebagai job safety analysis untuk mempermudah pemahaman prosedur kerja
kepada pekerja.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan job safety analysis adalah
sebagai berikut:

1.      Sebagai upaya pencegahan kecelakaan (accident) pada saat proses bekerja.

2.      Sebagai alat penunjang keselamatan atau safety training terhadap tenaga kerja baru di
dalam perusahaan.

3.      Melakukan kajian ulang (review) pada prosedur pekerjaan setelah terjadi kecelakaan
kerja (working accident).

4.      Memberikan instruksi kerja (pre job instruction) pada pekerjan yang baru didapatkan.

5.      Memberikan pelatihan kerja secara pribadi kepada pekerja agar dpat bekerja secara
maksimal.

6.      Dapat Meninjau ulang SOP

Dalam pembuatan job safety analysis (JSA) terdapat cara ataupun teknik yang dapat
mempermudah dalam pengerjaannya adalah sebagai berikut :

a.      Memilih pekerja yang tepat untuk melakukan observasi atau pengamatan,


contohnya pada pekerja yang berpengalaman dalam pengerjaan suatu
pekerjaan, mampu dan mau bekerja sama sekaligus dapat saling bertukar
pikiran dan gagasan pada sesama pekerja.

b.      Apabila pekerja tersebut tidak faham akan peranannya dalam pembuatan job
safety analysis, maka pekerja tersebut akan diberi pengarahan terlebih dahulu
tentang maksud dan tujuan dari pembuatan job safety analisis itu sendiri.

c.      Bersama pekerja tersebut melakukan pengamatan ataupun pengawasan terhadap


pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memilah pekerjaan tersebut
menjadi beberapa langkah dasar untuk mengerjaannya.

d.      Mencatat pekerjaan yang telah dilakukan setelah membagi beberapa pekerjaan


tersebut.
e.      Memeriksa dengan seksama maupun mendetail dan mendiskusikan hasil catatan
tersebut ke bagian pemimpin atau section head atas pekerjaan yang telah
diamati.

B.      Tujuan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)

Tujuan dari pelaksanaan Job safety analysis (JSA) secara umum adalah
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) disetiap aktivitas pekerjaan
sehingga tenaga kerja diharapkan dapat mengenali bahaya yang akan didapat sebelum
terjadi kecelakaan (accident) atau penyakit akibat kerja. Tujuan jangka panjang yang
dimiliki oleh program job safety analysis (JSA) ini diharapkan pekerja dapat ikut
serta berperan aktif dalam pelaksanan job safety analysis (JSA) sehingga dapat
menanamkan kepedulian pekerja terhadap kondisi wilayah kerjanya guna
menciptakan keadaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan dapat meminimalkan
kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan perilaku yang tidak aman (unsafe
action) untuk pekerja itu sendiri.

C.        Manfaat Pembuatan dan Penggunaan Job Safety Analysis (JSA)

Pelaksanaan dari job safety analysis (JSA) mempunyai beberapa manfaat dan
keuntungan sebagai berikut :

1.      Memberikan penjelasan  yang sama kepada setiap pekerja tentang apa yang


harus dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan efisien dan aman.

2.      Suatu alat pelatihan (training tools) yang efektif dan efisien untuk para pekerja
baru.

3.      Point utama yang dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan


sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan sebagai topic pada
rapat keselamatan kerja.
4.      Membantu dalam penulisan tata cara atau prosedur keselamatan kerja untuk
jenis pekerjaan yang baru maupun pekerjaan yang mendapatkan modifikasi.

5.      Sebgai alat (tools) pembantu yang efektif untuk mengendalikan potensi


bahya  kecelakaan kerja pada pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dan rutin.

Contoh kasus :

Analisa keselamatan kerja terdiri dari 5 fase sebagai berikut:

A. Memilih Jenis Pekerjaan yang Akan Dikerjakan

Ketika menyusun suatu job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan,
suatu pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi urutan langkah-langkah kerja atau
aktifitas kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dianalisa
biasanya dipilih berdasarkan prioritas mulai dari yang utama sampai yang terakhir.
Pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan (accident) terburuk atau potensi bahaya
(hazard) yang tertinggi harus lebih dahulu dilakukannya analisa. Ketika memilih
pekerjaan, pertimbangkanlah terlebih dahulu faktor-faktor  sebagai berikut ini :

1.      Frekuensi potensi dari kecelakaan kerja (accident working) atau yang berpotensi
memiliki bahaya (hazard).

2.      Potensi keparahan penyakit akibat kerja dalam beberapa kondisi harus ditinjau
ulang dan diberikannya prioritas dari yang tertinggi sampai terendah jika
terdapat potensi untuk terjadinya luka-luka yang lebih parah. Hal ini antara
lain :

a.      Pekerjaan yang tidak biasa atau tidak rutin dikerjakan

b.      Sumber-sumber energy yang tinggi (listrik dan tekanan)


c.       Beberapa kondisi konstruksi (tempat kerja tinggi, alat berat yang
dijalankan, tingkat aktivitas pekerja yang tinggi dalam daerah yang
sempit atau kecil)

3.      Jenis-jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pekerja sering dihadapkan


kepada bahaya (hazard) apa saja yang dimungkinkan untuk terjadi.

4.      Hasil masukan-masukan dari pekerja dimana pekerjaan yang menurut mereka


mempunyai potensi bahaya (hazard) pada pekerjaan yang baru atau pekerjaan
yang tidak rutin dilakukan sebelumnya.

5. Proses job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan harus dimasukkan
kedalam suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan
yang tidak sering dilakukan oleh pekerja, contohnya seperti : mematikan unit
yang sudah tidak terpakai.

2.    Membentuk Suatu Tim Job Safety Analysis (JSA) atau Analisa Keselamatan
Pekerjaan

Pekerjaan yang membuat job safety analysis (JSA) harus memiliki pengalaman
dan juga pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dikerjakan, mempunyai
kredibilitas atau kepercayaan dalam group kerja dan dapat memahami proses pada
analisa keselamatan kerja. Syarat penting yang diperlukan lainnya adalah supportif,
tidak menghakimi satu sama lain, mau mendengarkan ide-ide maupun gagasan dari
teman kerja dan akan menemukan jawaban dari masalah bahaya (hazard) yang akan
muncul untuk membuat suatu tempat kerja yang aman, nyaman dan tentunya selamat.

Tim yang dibentuk bergantung pada organisasi dan banyaknya orang dalam grup
kerja. Sebagai tambahan terhadap pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersebut,
anggota tim harus dipilih dari pekerja dari jenis pekerjaan yang lainnya seperti
supervisor dan spesialis keselamatan.

A. Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan menurut pendapat Hammer (2001) kecelakaan adalah
”kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan”. Maksud dari pengertian tersebut
disebut tak terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan dan juga unsur perencanaan. Maksud kejadian yang tidak di harapkan
karena di belakang semua kejadian terlebih tidak ada unsur kesengajaan. Kecelakaan
akibat kerja diartikan sebagai kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang berbahaya (unsafe action)
dan keadaan yang berbahaya (Unsafe condition). Unsafe condition merupakan suatu
keadaan atau kondisi fisik yang dapat secara langsung memungkinkan atau
membiarkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden kerja. Yang termasuk dalam
keadaan yang berbahaya (unsafe condition) addalah sebgai berikut :

1.      Penutup atau pelindung keselamatan yang tidak tepat.

2.      Perkakas, alat atau bahan yang sudah using.

3.      Kemacetan

4.      Sistem pemberian peringatan yang tidak tepat

5.      Bahaya peledakan dan kebakaran

6.      Tata anak tangga yang tidak standar

7.      Keadaan atmosfer yang membahayakan (debu, uap, fume, kabut serta gas)

8.      Bahaya listrik

Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang tidak aman (unsafe action)
merupakan suatu pelanggaran dari setiap prosedur K3 yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau insiden. Tindakan-tindakan yang berbahaya (unsafe
action) seperti :

1.      Mengoperasikan tanpa wewenang.

2.      Gagal memberikan dan memastikan tanda peringatan.

3.      Mengoperasikan dengan kecepatan berlebih.

4.      Menggunakan perkakas yang salah.


5.      Gagal menggunakan alat pelindung diri.

6.      Memuat atau menempatkan secara tidak benar.

7.      Mengambil posisi yang salah.

8.      Mengangkat dengan cara yang tidak benar.

9.      Mengabaikan standar yang diharuskan.

10.  Bersenda gurau.

11.  Minum minuman keras.

Teori penyebab terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah teori domino
yang diungkapkan oleh Heinrich dan disempurnakan oleh Bird. Teori domino
menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak datang dengan sendirinya. Kecelakaan
dapat terjadi dikarenakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak aman dan kedua
hal tersebut akan bergantung pada seluruh macam factor yang mempengaruhi.
Gabungan dari faktor-faktor inilah yang akan menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja (accident working). Hal tersebut seperti rangkaian kartu domino. Teori domino
itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan (accident) yang menimbulkan cidera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang yang digambarkan sebagai lima domino
yang berdiri sejajar. (Rudi Suardi, 2005)

Rangkaian teori domino menurut Birds (1967) dapat diuraikan sebagai berikut :

1.      Lack of control (kurangnya pengontrolan)

Kurangnya pengontrolan atau pengendalian merupakan urutan paling awal


menuju suatu kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol atau
pengendaian termasuk dalam salah satu tempat fungsi manajemen yaitu planning,
organisazing, actuating serta controlling. Tanpa menggunakan manajemen
pengendalian atau kontrol yang kuat dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan
rangkaian efek akan mulai terjadi dan memicu berlanjutnya faktor kerugian.
Kurangnya kontrol atau pengendalian dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut :

a.      Tidak memadainya program kerja yang dijalankan. Hal ini tentunya dapat
menyebabkan terlalu sedikitnya program kerja yang sudah diterapkan.
b.      Standar program kerja yang belum memadai.

c.       Kurangnya kepatuhan terhadap standar program.

Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen kerja yang tidak mampu
mengoordinasi, memimpin, dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar kerja
yang telah ditentukan di awal.

2.      Basic Cause (Penyebab dasar)

Pengontrolan atau pengendalian yang tidak mencukupi akan memberikan peluang


potensi pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan kerugian. Penyebab
dasar atau yang lebiih sering disebut dengan basic cause ini terbagi menjadi dua hal
yaitu :

a.      Faktor manusia

Factor manusia memiliki kekurangan pada kemampuan fisik dan mental,


kurangnya keterampilan dasar dan juga kurangnya pengetahuan.

b.      Faktor pekerjaan

Factor pekerjaan yang memiliki standar kerja yang tidak cukup dan standar
pembelian produk yang masih kurang.

3.      Immediate Cause (penyebab langsung)

Immediate cause atau penyebab langsung dapat diartikan sebagai tindakan yang
tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Menurut
Heinrich (Adi Mulya, 2008), menyebutkan bahwa kecelakaan kerja diakibatkan oleh
tindakan yang tidak aman, kondisi yang tidak aman dan juga disebabkan oleh factor
yang tidak disebutkan.

4.      Incident or Accident (kejadian atau kecelakaan)

Incident atau kejadian adalah suatu kejadian dimana kejadian tersebut tidak
diinginkan yang apabila keadaannya memiliki perbedaan yang sedikit saja dapat
mengakibatkan luka (injury), kerusakan ataupun kerugian pada proses kerja. Accident
atau kecelakaaan adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dan dapat
mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan properti ataupun kerugian pada proses
kerja.

5.      Loss (kerugian)

Loss atau kerugian akan terjadi apabila seluruh tahapan diatas telah terjadi.
Kerugian akan memiliki  pengaruh pada produktifitas kerja, keselamatan kerja,
kesehatan kerja serta keamanan di tempat kerja. POtensi kecelakaan kerja dapat
dihindari dengan cara sebagai berikut :

a.      Menghilangkan atau mengurangi  tindakan tidak nyaman (unsafe act) dari semua


pekerja yang terlibat, maksud penjelasan tersebut adalah semua pekerja yang terlibat
harus memperhatikan betapa pentingnya mengurangi pelanggaran disetiap prosedur
K3 yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.

b.      Menghilangkan atau mengurangi keadaan yang tidak nyaman (unsafe condition)


disemua wilayah tempat kerja. Maksud dari pernyataan tersebut adalah semua
pencegahan pada kondisi atau keadaan fisik yang dapat secara langsung
memungkinkan atau mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden
sehingga dapat mengurangi suatu keadaan atau kondisi yang tidak aman (unsafe
condition).

c.       Menerapkan standart operational procedure (SOP) sebagai panduan utama dalam


prosedur pelaksanaan kerja.

d.      Menyediakan peralatan kerja, alat pelindung diri (APD) maupun bahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, maksudnya adalah sebagai pilihan terakhir
yang dapat di lakukan untuk mencegah bahaya terhadap para pekerja.

e.      Memberikan hukuman atau sanksi yang tegas kepada setiap pelanggar safety
procedure yang telah ditetapkan. Maksudnya adalah pelanggaran dapat terjadi akibat
kelalaian setiap pekerja dalam memenuhi semua peraturan dalam keselamatan kerja,
maka oleh karena itu perusahaan berusaha untuk memberikan hukuman atau sanksi
terhadap setiap pelanggar karena diharapkan dapat mengurangi resiko bahaya
(hazard) yang terjadi dan meningkatkan pentingnya kesadaran diri untuk mematuhi
peraturan keselamatan yang telah dibuat.
c.       Pengendalian (Control) Bahaya Kerja

Pengendalian bahaya (hazard) memiliki hierarki pengendalian bahaya yang


meliputi :

1.      Eliminasi

Eliminasi adalh langkah mengurangi atau menghilangkan metode atau cara, bahan
ataupun proses kerja untuk mengurangi bahaya (hazard) secara menyeluruh.
Efektifitas dari penggumnaan metode eliminasi ini digunakan karena dapat
menghilangkan bahaya (hazard) sampai pada titik nol.

2.      Substitusi

Subtitusi merupakan pengganti dari bahan atau material. Bahan memiliki proses
yang mempunyai nilai resiko dari yang tinggi sampai dengan yang mempunyai nilai
resiko yang kecil.

3.      Administrasi

Administratif memiliki beberapa jenis pengendalian yang dapat dilakukan antara


lain :

a.      Seleksi karyawan dan pengaturan jam kerja

b.      Pelatihan dan penyamppaian kompetensi K3

c.       Pembentukan K3 Representatif (Sub P3K3)

d.      Pembuatan kebijakan K3 yang dibuat berdasarkan undang-undang K3 No. 1 tahun


1970.

e.      Peraturan, prosedur dan instruksi kerja

f.        Komunikasi potensi bahay

g.      Promosi K3

4.      Prosedur dan Tanda Peringatan

Prosedur dan tanda peringatan terhadap bahan kimia atau wilayah yang berpotensi
menimbulkan bahaya (hazard) yang ada di tempat kerja diberi tanda peringatan
ataupun tanda lainnya agar pekerja mengetahui bahwa bahan atau wilayah tersebut
dapat menimbulkan potensi bahaya. Selain itu starndard operational procedure (SOP)
ditujukan agar para pekerja mengetahui langkah-langkah yang harus sigunakan dalam
pemakaiannya.

5.      Alat Pelindung Diri (APD)

Pelindungan diri pada pekerja yang dilakukan di tempat kerja adalah dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Adapun APD yang perlu disediakan pada tempat kerja adalah sebagai
berikut :

a.      Pelindung kepala (safety helmet).

b.      Pelindung pendengaran (ear plug, ear muff).

c.       Pelindung mata dan muka (safety goggle, face shield).

d.      Pelindung pernafasan (cotton mask, gas mask, airline respirator, Self Contained
Breathing Apparatus / SCBA).

e.      Pelindung tangan (cotton glove, chemical gloves, welding gloves, asbes gloves).

f.        Pelindung kaki (safety shoes)

g.      Pelindung tubuh (coverall, chemical suit, fireman suit).

h.      Pelindung jatuh dari ketinggian (safety belt, safety body hardness)

d.      Monitoring

1.      Audit

Audit merupakan pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk


menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan pengaturan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan tepat untuk mencapai
kebijakan dan tujuan perusahaan (Pungky W,002). Audit Sistem Manajemen K3
harus dilaksanakan secara berkala agar mengetahui keefektifan dari penerapan Sistem
Manajemen K3. Audit harus dilakukan secara sistematik dan independen oleh pekerja
yang memiliki kompetensi kerja yang baik dengan menggunakan metode atau cara
yang telah ditetapkan.
Frekuensi audit harus ditentukan terlebih dahulu berdasarkan tinjauan kembali
hasil audit yang sebelumnya dan bukti-bukti sumber bahaya (hazard) yang akan
didapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses
tinjauan ulang manajemen (Pungky W,2002).

2.      Inspeksi

Program inspeksi K3 dilakukan agar mengetahui sumber potensi bahaya di


tempat kerja baik yang berasal dari keadaan tidak aman (unsafe condition), tindakan
yang tidak aman (unsafe action) maupun house keeping yang kurang baik di tempat
kerja. Setelah data hasil inspeksi didapatkan, data tersebut dapat dipelajari dan
dianalisa untuk menentukan dan merencanakan tindakan pencegaham serta perbaikan
yang akan dilakukan. Inspeksi K3 yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

a.      Inspeksi peralatan keselamatan kerja

b.      Inspeksi PPE (Personal Protected Equipment)

c.       Inspeksi Sistem

d.      Inspeksi Umum

B. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keselamatan dan


kesehatan kerja atau K3 merupakan seperangkat kesatuan yang melindungi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat  kecelakaan
kerja. Setelah mengetahuai apa itu K3, kita juga harus mengenal apa itu yang
dimaksud dengan JSA atau Job Safety Analysis. Job Safety Analysis (JSA) adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk membahas ulang metode atau cara dan
melakukan identifikasi pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja
dan dilakukan koreksi sebelum kecelakaan kerja terjadi. Dengan mempelajari apa itu
K3 dan juga Job Safety Analysis, diharapkan pekerja dapat meminimalisir bahkan
menghilangkan potensi bahaya (hazard) yang akan terjadi dalam proses bekerja.

Anda mungkin juga menyukai